Anda di halaman 1dari 7

ILMU UKUR TANAH

(by. Aris Resdiantoro, A.Md)

1. PENDAHULUAN
Ilmu ukur tanah adalah ilmu pemetaan muka bumi yang menggambarkan seluruh titik detail
dengan skala tertentu, titik detail disini adalah seluruh obyek yang ada dipermukaan bumi
mengambarkan titik–titik detail tersebut diatas perlu diadakan pengukuran dengan suatu
alat ukur tertentu yang menghasilkan data, dimana data tersebut kita analisa yang akhirnya
menghasilkan informasi berupa koordinat x ; y dan elevasi z dan selanjutnya digambar
dikertas yang berupa peta.
Peta disini ada bermacam-macam pengunaan dan fungsinya seperti :
 Peta Teknis
Semua peta yang dapat dipergunakan untuk keperluan perencanaan.
Skala (1 : 20.000 – 1 : 500)
 Peta Topografi
Peta yang mengambarkan seluruh bentang alam baik itu buatan manusia maupun yang
asli buatan alam itu sendiri dan digunakan sebagai dasar untuk pembuatan peta-peta
yang lebih detail lagi.
 Peta Dasar
Peta yang digunakan sebagai dasar referensi untuk pembuatan peta dengan skala yang
lebih besar.
Skala (1 : 50.000 – 1 : 25.000)
 Peta Tematik
Suatu peta yang menampilkan satu tema khusus baik secara kualitatif maupun kwantitatif
contoh (Peta Jalan Raya, Peta Geologi, Peta Pariwisata)

2. MATERI UKUR TANAH


Dalam ilmu ukur tanah atau pemetaan ada dua pengetahuan dasar yang harus dipahami
yaitu :
a. Pengukuran dengan Penyipat Datar.
Menyipat datar adalah menentukan atau mengukur beda tinggi antara dua titik atau
lebih. Peralatan yang digunakan bisa dengan kayu sipat biasanya sebuah papan yang lurus
sekitar 3 meter panjangnya, kita pegang horisontal dengan bantuan nivo tabung.
Kemudian dengan sebuah rambu ukur, beda tinggi antara dua titik tertentu A dan B dapat
kita tentukan seperti terlihat pada gambar 1 berikut.

NIVO TABUNG KAYU SIPAT RAMBU UKUR

1,5 m

GAMBAR 1 B

Cara ini umumnya dapat dilakukan untuk menentukan dan menggambarkan profil
memanjang dan profil melintang.
Atau kalau kita menginginkan pengukuran yang lebih teliti dengan jarak yang jauh kita
bisa menggunakan alat penyipat datar yang berupa waterpass seperti pada gambar 2
berikut :
Bak Ukur Bak Ukur

Waterpass

GAMBAR 2

b. Pengukuran Sudut.
Dengan alat ukur sudut (theodolite) kita dapat mengukur sudut arah ke dua titik atau
lebih dan sudut curaman terhadap bidang yang horisontal pada titik pembacaan. Akan
terdapat pada tiap-tiap titik suatu sudut horisontal dan suatu sudut vertikal.
P1

P’1 P2
β1
α1-2 β2 P’2
α2-3
P’3
0 β3

P3

Pada gambar diatas titik 0 menjadi titik pembaca. Dari titik itu kita membidik titik P 1, P2
dan P3. Garis sumbu kedua dengan teropok theodolite berada pada bidang horisontal
yang melalui titik 0. Kemudian dapat kita mengukur sudut arahnya antara titik P1 dan titik
P2 sebesar α1-2 dan antara titik P2 dan titik P3 sebesar α2-3. Sebagai sudut vertikal kita
tentukan kecuraman antara garis bidik dan bidang yang horisontal. Karena garis-garis
bidik ke titik P1 dan titik P2 diletakkan sebelah atas bidang yang horisontal, maka sudut
vertikal β1 dan β2 menjadi positif. Garis bidik ke titik P3 berada di sebelah bawah bidang
horisontal, maka sudut vertikal β3 menjadi negatif. 0-P’1, 0-P’2 dan 0-P’3 menjadi proyeksi
horisontal dari jarak 0-P1, 0-P2 dan 0-P3 yang sebenarnya. Jikalau kita mengetahui ukuran
jarak yang sebenarnya, maka dengan bantuan nilai sudut vertikal dapat kita tentukan
ukuran horisontal 0-P’1 dan perbedaan tingginya P1-P’1, yang menjadi sama dengan beda
tinggi 0 dan P1 dsb. Pada penggunaan sistim koordinat dan pengambaran, peta-peta kita
hanya boleh memakai proyeksi horisontal ini saja.

Pada daerah yang luas (wilayah, pulau) kita memerlukan sebagai dasar suatu jaringan
dengan titik-titik tertentu dengan membuat kerangka utama, misalnya dengan triangulasi
yang akan memungkinkan suatu penentuan topografis yang teliti sekali. Dasarnya
menjadi triangulasi dan dengan membuat kerangka cabang misalnya dengan poligon.
3. PENGOPERASIAN ALAT UKUR TANAH
a. Siapkan semua peralatan yang diperlukan dalam praktek ukur tanah ini. Bawa semua
peralatan ke lokasi pengukuran.

b. Memasang tripot dan theodolite tepat diatas paku payung yang telah ditancapkan atau
titik yang telah di cat, dengan cara sebagai berikut :
- Tancapkan dahulu paku payung dengan menggunakan palu.
- Pasang tripot dengan kuat, sehingga dasar tripot sebelah atas berada diatas paku
payung dan mendatar.
- Pasang theodolite pada kepala tripot dan kencangkan dengan sekrup pengencang
sehingga tidak akan bergerak selama pengukuran.
- Lihat paku payung melalui teropong centering optis dan usahakan tepat pada pusat
paku.
- Bila lingkaran kecil tersebut belum tepat ditengah-tengah paku, maka tepatkan dengan
menggunakan tiga sekrup penyetel.
- Periksa elembung nivo kotak tepat ditengah. Jika belum tepat, dapat ditepatkan
dengan menaik-turunkan kaki tripot.
- Atur gelembung nivo tabung dengan menggunakan sekrup penyetel sesuai dengan
modul pemakaian alat. Cara mengatur nivo tabung :
i. Putarlah teropong hingga nivo tabung sejajar dengan dua sekrup penyetel.
ii. Ketengahkan nivo tabung dengan mengerakkan ke dua sekrup tersebut secara
bersamaan, seimbangkan dan searah.
iii. Putar teropong 180o, apabila gelembung nivo bergeser sebesar N skala maka kita
kembalikan setengan N skala dengan menggunakan salah satu sekrup siap A atau
B (dimisalkan tiga sekrup penyetel adalah A, B dan C).
iv. Pekerjaan tersebut dilakukan berulang-ulang hingga gelembung nivo tetap berada
ditengah, baik sebelum maupun sesudah teropong diputar 189 o.
v. Putar teropong 90o, apabila gelembung nivo belum terletak ditengah dengan
menyetel sekrup kearah tertentu.

c. Pembidikan target
Setelah semua peralatan siap barulah dilakukan pembidikan terhadap target. Adapun
caranya adalah sebagai berikut :
- Buka sekrup pengunci gerakan vertikal dan horisontal.
- Putar dan arahkan pada target utara, gunakan kompas dalam hal ini kita dapat
menggunakan arah utara untuk setting 0°0’0” agar memudahkan kita dalam
menentukan besar sudut.
- Arahkan teropong pada target 1 dengan menggunakan visier, perhatikan garis silang,
bila terlihat belum jelas aturlah dengan sekrup diafragma.
- Jelaskan bayangan dengan tromol pengatur bayangan, jika sudah mengenai sasaran
target kuncilah sekrup pengunci gerakan halus horisontal dan vertikal.
- Dengan menggunakan sekrup gerakan horisontal dan vertikal, tepatkan titik potong
benang silang dengan target, bila target tertutup oleh sesuatu dapat kita gunakan
yalan untuk membantu pembacaan. Pembacaan hendaknya diambil pada bagian yalon
yang bawah agar kesalahan dapat sekecil mungkin.
- Baca sudut pada alat pembaca sudut.
- Arahkan teropong menuju target 2 dan lakukan pengukuran sudut sama seperti target
1.
- Putar teropong secara vertikal 180° menuju kearah kita sehingga nivo tabung terletak
dibawah. Kemudian putar 180° secara horisontal, baca ukuran sudutnya setelah itu
arahkan pada target 1, baca pula ukuran sudutnya. Pengukuran cara ini adalah
pengukuran sudut dalam kondisi luar biasa. Pengukuran sudut kondisi luar biasa
berguna untuk mengkoreksi pengukuran sudut kita dalam kondisi biasa sudat tepat
atau belum.
- Demikian seterusnya dapat dilakukan sampai pada target yang terakhir, dengan
pembacaan sudut dalam kondisi biasa atau luar biasa.

4. PELAKSANAAN PENGUKURAN
Untuk memulai pengukuran tanah atau pemetaan perlu dilakukan langkah-langkah
persiapan dan penyiapan peralatan yang diperlukan seperti :
a. Penyiapan Peralatan
Alat yang disiapkan :
- Theodolite atau waterpass beserta tripot
- Kompas
- Rambu atau bak ukur
- Rollmeter
- Unting-unting
- Palu
- Cat
- Paku payung
- Patok (dari kayu atau beton)

b. Orientasi Medan
- Membawa peta topografi dengan skala besar.
- Membawa peta situasi yang telah diukur sebelumnya.
- Membuat denah lapangan yang menggambarkan kondisi lapangan seperti lokasi
gedung-gedung, jalan dan rawa.

c. Merencanakan Posisi Patok-patok Poligon


Pasang patok-patok yang kita bawa pada titik-titik yang kita ukur sesuai dengan rencana
pengukuran kita dan tandai atau nomori patok tersebut untuk memudahkan
pengidentifikasian patok.

d. Pelaksanaan Pengukuran Polygon dan Waterpass


Setelah pemasangan alat theodolite atau waterpass yang sudah dijelaskan pada subbab
pengoperasian alat ukur tanah diatas selanjutnya, kita melakukan pengukuran dengan
mengarahkan teropong pada target yang kita ukur yaitu dengan membaca sebagai
berikut :
- Ukur tinggi alat theodolite atau waterpass dan patok yang kita tempatkan pada titik
ukur yang sudah kita rencanakan dan catat pada form pencatatan data yang sudah kita
buat.
- Ukur jarak titik target dengan rollmeter dan catat pada form pencatatan data.
- Arahkan teropong ke arah utara untuk ikatan sudut dan setting 0°0’0” pada sudut
horisontal setarakan sudut vertikal pada 90°0’0” (untuk pengukuran waterpass).
- Membaca benang atas, tengah dan bawah pada bak ukur yang ditempatkan pada titik
target selanjutnya catat pada form pencatatan data.
- Baca sudut horisontal dan sudut vertikal (untuk pengukuran theodolite) catat pada
form pencatatan data.
- Ukur titik target berikutnya dengan cara pembacaan dan pencatatan data sama seperti
diatas.

5. PENGANALISAAN
a. Perhitungan jarak optis (bukan jarak sebenarnya), ada dua rumus untuk perhitunga jarak
ini yaitu :
- Perhitungan jarak mendatar
D = (BA – BB) x 100
Dimana ; -D = jarak
- BA = bacaan benang atas
- BB = bacaan benang bawah
- Perhitungan jarak miring
Dm = (BA – BB) Cos2m x 100
Dimana ; - Dm = jarak miring
- BA = bacaan benang atas
- BB = bacaan benang bawah
-m = sudut miring

b. Perhitungan beda tinggi

β L1

D1 Z Δh
L2
β
B

L
ΔH HB

D
HA A

Δh = D’ x sin β
ΔH = 100 L x sin β x cos β
- Perhitungan beda tinggi dari titik A dan titik B (ΔH)
ΔH = +1 + Δh – z
= Δh + ( 1 - z )
c. Perhitungan koordinat
C UTARA

a
αpa
b

d
P1
e

- Perhitungan koordinat ( X ).
Xa = Xp + dpa – sin αpa
- Perhitungan koordinat ( Y ).
Ya = Yp + dpa – cos αpa

d. Perhitungan Poligon Tertutup


Suatu jaringan poligon dikatakan poligon tertutup jika titik awal dan titik akhir
berhimpitan, dengan demikian secara matematis dapat diartikan bahwa :
- Koordinat awal ( X ; Y ) = koordinat akhir
- Azimut awal ( αawal ) = Azimut akhir ( αakhir )
Poligon tertutup merupakan salah satu bentuk poligon terikat sempurna sehingga
diperlukan beberapa persyaratan dalam menyelesaikan permasalahannya.
Beberapa persyaratan tersebut adalah :
- Σβ – n . 180° = 0
Jika yang diukur adalah sudut dalam : Σβ – ( n – 2 ) . 180° = 0
Jika yang diukur adalah sudut luar : Σβ – ( n + 2 ) . 180° = 0
n = jumlah titik sudut poligon tertutup
- Σd sin + Δx = 0
- Σd cos + Δy = 0
Apabila persyaratan tersebut diatas tidak dipenuhi, maka data pengukuran harus
dikoreksi atau dilakukan pengukuran ulang. Prosedur pengkoreksian dan sistematika
penyelesaiannya adalah sebagai berikut :
i. Menentukan besarnya kesalahan pengukuran.
 Besarnya kesalaha sudut pengukuran poligon dapat ditentukan dari hubungan
sebagai berikut :
f = - Σβ + n . 180°
f : kesalahan sudut total pada jalur poligon terikat.
 Besarnya kesalahan jarak dapat dipisahkan menjadi dua komponen, yaitu arah
sumbu X dan arah sumbu Y.
 Kesalahan jarak pada sumbu X (fX)
fX = Σ d sin α
 Kesalahan jarak pada sumbu Y (fY)
fX = Σ d sin α
ii. Sistematika penyelesaian hitungan poligon tertutup.
 Menentukan azimuth awal dan azimuth akhir.
 Menghitung besarnya kesalahan sudut ukuran pada jaringan poligon dengan
rumus :
f = - Σβ + ( n . 180° )
 Pendistribusian f secara merata sebagai koreksi pada masing-masing sudut
ukuran.
 Menentukan besarnya koreksi sudut, dengan rumus :
= ( di : Σd ) . f
Koreksi sudut yang telah diperoleh kemudian dimasukkan dalam perhitungan
dalam mencari sudut jurusan poligon.
Sudut koreksi / terkoreksi = sudut ukuran + koreksi
 Menghitung azimuth sisi poligon atau sudut jurusan dengan hubungan sebagai
berikut :
- Dimisalkan sudut jurusan awal telah diperoleh sebesar AB, maka sudut
jurusan berikutnya menjadi :
BC = AB + sudut jurusan B + koreksi - 180°
CD = BC + sudut jurusan C + koreksi - 180°
..... dst
 Menghitung : ± d sin α
± d cos α
 Menghitung besar koreksi terhadap jarak, dengan rumus
𝑑
= 𝛴𝑑𝑖 . fX , untuk koreksi sumbu X
𝑑
= 𝛴𝑑𝑖 . fY , untuk koreksi sumbu Y
Di : jarak sisi poligon yang dikoreksi.
 Menghitung koordinat titik poligon.
Apabila salah satu titik telah diketahui koordinatnya maka koordinat titik yang
lainnya dapat dihitung secara berantai, yaitu :
Misal diketahui koordinat titik A ( Xa , Yb ) maka
𝑑𝐴𝐵
Xb = Xa + dAB sin α + 𝛴𝑑 . fX
𝑑𝐴𝐵
Yb = Ya + dAB sin α + . fy
𝛴𝑑
𝑑𝐵𝐶
Xc = Xb + dBC sin α + . fX
𝛴𝑑
𝑑𝐵𝐶
Yc = Yb + dBC sin α + . fy , ........ dst.
𝛴𝑑

6. PENUTUP
Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan, kita dapat menentukan koordinat titik-titik yang
belum diketahui koordinatnya dari titik-titik yang telah diketahui koordinatnya, dan juga kita
dapat menentukan luas areal dengan menggunakan data yang ada dari hasil pengukuran
poligon.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang baik, sebaiknya dilakukan :
a. Pemasangan kompas pada arah utara harus tepat karena biasanya kita malas atau engan
untuk menyetel arah kompas. Ini disebabkan karena penyetelan kompas sangat sulit
dilakukan, sedangkan kompas merupakan alat yang sangat sensitif sehingga pergeseran
sedikit dapat menyebabkan kekeliruan yang besar.
b. Pergeseran atau perubahan kedataran theodolite sebaiknya diketahui.
c. Dalam pengukuran tanah sebaiknya dilakukan dengan hati-hati sebab alat yang digunakan
sangat sensitif dan mudah rusak bila pemakaiannya tidak sesuai dengan instrusi yang
telah ada.
d. Dalam pembacaan hasil pengukuran yang tertera pada alat harus benar-benar teliti.

Anda mungkin juga menyukai