B. Pada Dewasa
Goiter non toksik
Merupakan struma tanpa disertai dengan hipertiroid atau hipotiroid.
a. Epidemiologi
Merupakan gangguan yang sangat sering dijumpai dan menyerang 16%
perempuan dan 4% laki-laki usia 20 tahun sampai 60 tahun.
Salah satu penyebab karena defisiensi yodium banyak terdapat pada daerah
pegunungan. Seperti Alpen, Himalaya,Andes. Di Indonesia terbanyak adalah
Malang dan Sumbar diposisi kedua.
b. Etiologi dan faktor resiko
Etiologi struma non toksik antara lain adalah defisiensi yodium atau gangguan
kimia intratiroid yang disebabkan berbagi faktor.
c. Patogenesis dan patofisiologis.
Adanya defisiensi yodium atau gangguan kimia intratiroid tersebut
mengakibatan kapasitas kelenjar tiroid untuk menyekresikan tiroksin
terganggu, mengakibatkan peningkatan TSH dan hiperplasia dan hipertrofi
folikel-folikel tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid sering bersifat eksaserbasi
dan remisi, disertai hipervolusi dan involusi pada bagian-bagian kelenjar
tiiroid. Hperplasia mungkin bergantian dengann fibrosis dan dapat
menimbulkan nodula-nodula yang mengandung folike-folikel tiroid.
d. Manifestasi klinik
Biasaya pasien datang hanya dengan keluhan kosmetik atau takut keganasan
jika struma nodusanya besar. Penonjolan terihat di sepertiga bagian bawah
leher. Goiter yang besar dapat menimbulkan masalah kompresi ekanik, yaitu
penekanan esofagus yang membuat pasien mengalami gangguan sat menelan,
penekanan pada trakea pasien aan merasa sesak nafas. Penonjolan tidak
disertai rasa nyeri, kecuali jika ada perdarahan nodul.
e. Pemeriksaan
1. Palpasi : batas jelas, bernodul satu/ lebih, konstitensi kenyal.
2. Laboratorium : TSH menngkt, T3 T4 Noral
3. Eksresi yodium urin rendah
4. Ambilan yodium radioaktif meningkat
f. Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan peeriksaan fisik dan laboratorium. Bila gangguan
fungsi tiroid berat, goiter dapat disertai hipotiroidisme. Untuk memastikan
status fungsional goiter tersebut, diperlukan pengukuran T4 serum bebas dan
TSH. Selain itu, RAI atau stintiscan dengan teknetium perieknelat dapat
memperihatkan nodul tersebut panas atau dingin.
Cara langsung untuk menentukan nodul tersebut ganas atau jinak adalah biopsi
aspirasi dengan menggunaan jarum dan pemeriksaan sitologi lesi.
g. Tatalaksana
Terapi goiter antara lain dengan menekan TSH oleh tiroksin, yaitu pengobatan
yang akan mengakibatkan penekanan TSH hipofisis, dan penghambatan fungsi
tiroid disertai atrofi kelenjar tiroid. Pembedahan dapat dianjurkan untuk goiter
yang besar untuk menghilangkan gangguan mekanis dan kosmetis yang
diakibatkannya. Pada masyarakat tempat goiter timbul sebagai akibat
gangguan kekurangan yodium, garam dpur harus ditambahkan yodium.
2. Hipertiroidisme
Grave disease
3
a. Epidemiologi
Merupakan penyebab tersering hipertiroidisme.Penyakit ini ditemukan 5 kali
lebih banyak pada wanita dibandingkan pria, dan dapat terjadi pada semua
umur. Angka kejadian tertinggi terjadi pada usia antara 20 tahun sampai 40
tahun
b. Etiologi dan Faktor risiko
- penyakit autoimmune
c. Patofisiologi dan patogenesis
Pada penyakit Graves, limfosit T mengalami perangsangan terhadap
antigen yang berada didalam kelenjar tiroid yang selanjutnya akan
merangsang limfosit B untuk mensintesis antibodi terhadap antigen tersebut.
Antibodi yang disintesis akan bereaksi dengan reseptor TSH didalam
membran sel tiroid sehingga akan merangsang pertumbuhan dan fungsi sel
tiroid, dikenal dengan TSH-R antibody. Adanya antibodi didalam sirkulasi
darah mempunyai korelasi yang erat dengan aktivitas dan kekambuhan
penyakit. Mekanisme otoimunitas merupakan faktor penting dalam
patogenesis terjadinya hipertiroidisme, oftalmopati, dan dermopati pada
penyakit Graves. Sampai saat ini dikenal ada 3 otoantigen utama terhadap
kelenjar tiroid yaitu tiroglobulin (Tg), thyroidal peroxidase (TPO) dan
reseptor TSH (TSH-R). Disamping itu terdapat pula suatu protein dengan
BM 64 kiloDalton pada permukaan membran sel tiroid dan sel-sel orbita
yang diduga berperan dalam proses terjadinya perubahan kandungan orbita
dan kelenjar tiroid penderita penyakit Graves. Sel-sel tiroid mempunyai
kemampuan bereaksi dengan antigen diatas dan bila terangsang oleh
pengaruh sitokin (seperti interferon gamma) akan mengekspresikan molekul-
molekul permukaan sel kelas II (MHC kelas II, seperti DR4) untuk
mempresentasikan antigen pada limfosit T.
d. Manifestasi Klinis
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan
hormone hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi “pesanan” tersebut,
sel-sel sekretoris kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering
berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid
yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas
e. Pemeriksaan Penunjang
- Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
- Tiroksin (T4)
Kadar tiroksin serum total (TT4) dan T4 bebas (FT4) meningkat pada
semua penderita dengan tirotoksikosis.1,2,6 Kadar T4 dan T3 (Triiodotironin)
dalam darah sangat dipengaruhi oleh protein pengangkut seperti TBG
(Thyroxine Binding Globulin) dan TBPA (Thyroxine Binding Prealbumin).
Untuk mengoreksi pengaruh protein pengangkut, dilakukan pengukuran
terhadap kadar T4 bebas.10 Kadar normal dari TT4 adalah sebesar 5-12 µg/dl,
sedangkan FT4 normal sebesar 2 ng/dl.
- Triiodotironin (T3)
- Autoantibodi Tiroid
- Thyroid scanning
memerlukan scan tiroid, FNAB dapat digunakan untuk evaluasi awal suatu
nodul tiroid. Indikasi scan tiroid adalah : (1) evaluasi morfologik fungsional
nodul tiroid soliter, (2) evaluasi massa di mediastinum bagian atas, (3)
membedakan penyakit Plummer dari penyakit Graves dengan komponen
nodosa, (4) mendeteksi jaringan fungsional yang tersisa pasca tiroidektomi,
(5) mendeteksi sisa jaringan tiroid atau metastase karsinoma tiroid
berdiferensiasi baik, (6) evaluasi penyebab hipertiroidisme neonatal, (7)
evaluasi massa di daerah leher atau jaringan tiroid ektopik.
-Ultrasonografi (USG)
f. Diagnosa
Diagnosis dapat ditegakkan pada penderita dengan tirotoksikosis yang
telah dibuktikan secara biokimiawi, goiter yang difus pada palpasi,
oftalmopati, TPO Ab positif, dan adanya riwayat pribadi atau keluarga
terhadap adanya kelainan autoimun. Secara klinis juga dapat dihitung indeks
-<10 : Eutiroid
-> 20 : Hipertiroid
g. Tatalaksana
Sasaran terapi hipertiroidisme adalah 4: (1) menghambat sintesis
hormone tiroid, (2) menghambat sekresi hormon tiroid, (3) menekan konversi
T4 menjadi T3 di perifer, dan (4) mengurangi massa kelenjar tiroid.
Saat ini pilihan terapi: (1) obat antitiroid, (2) iodin radioaktif, (3)
pembedahan.
Obat Antitiroid
1. Methimazole
· Merupakan obat pilihan kecuali pada krisis tiroid dan pengobatan pada
wanita hamil.
· Waktu paruh lebih lama dibandingkan PTU, maka dari itu obat ini dapat
diberikan dua kali sehari.
· Memiliki hubungan yang lemah dengan aplasia kutis pada neonatal setelah
terjadi paparan in utero.
· Dosis dewasa: dosis awal 10-15 mg per oral dua kali sehari kemudian
dilakukan titrasi cepat sampai setengah dosis awal setelah tercapai keadaan
eutiroid.
· Dosis anak-anak: dosis awal 15-20 mg/m2/hari per oral dibagi dalam dua
kali pemberian per hari kemudian dilakukan titrasi sampai tercapai dosis
efektif terendah untuk mempertahankan keadaan eutiroid.
· Monitor dengan melakukan pemeriksaan darah rutin, hitung jenis, dan tes
fungsi hati. Juga perlu dilakukan tes fungsi tiroid agar dapat dilakukan
penyesuaian dosis.
· Efek samping berupa terjadinya rash pada kulit, artritis, artralgia, kolestatik
jaundice, neutropenia, dan agranulositosis.
2. Propylthiouracil (PTU)
· Merupakan obat pilihan pada keadaan krisis tiroid karena dapat menghambat
konversi perifer T4 menjadi T3, serta pada laktasi dan kehamilan karena tidak
melewati plasenta.
10
· Dosis dewasa: dosis awal 100-150 mg per oral tiga kali sehari kemudian
dilakukan titrasi sampai tercapai dosis efektif terendah untuk mempertahankan
keadaan eutiroid.
· Dosis anak-anak: dosis awal 5-7 mg/kgBB/hari per oral dibagi menjadi tiga
kali pemberian kemudian dilakukan titrasi sampai tercapai dosis efektif
terendah untuk mempertahankan keadaan eutiroid.
· Monitor dengan melakukan pemeriksaan darah rutin, hitung jenis, dan tes
fungsi hati. Juga perlu dilakukan tes fungsi tiroid agar dapat dilakukan
penyesuaian dosis.
Untuk pemantauan pemberian obat pada penderita rawat jalan, perlu dilakukan
pemeriksaan tes fungsi tiroid, tes fungsi hati, dan pemeriksaan darah lengkap
dalam interval waktu tiap 6 minggu sampai 3 bulan. Juga perlu dicari apakah
ada efek samping obat yang potensial dapat timbul dengan mencari
Radioaktif Iodin
11
antitiroid, (4) tidak mampu atau tidak mau pengobatan antitiroid, (5) adenoma
toksik dan goiter multinodular toksik.
Terapi Pembedahan
Pengobatan Tambahan
12
Penyekat beta-adrenergik
Yodium
Ipodate
13
B. Karsinoma Tiroid
Etiologi : Pada umumnya berasal dari epitel folikel,kecuali pada karsinima medular
yang berasal dari sel parafolikel atau sel C.
Faktor Resiko :
- Faktor genetik : riwayat kanker tiroid dalam keluarga
- Radiasi pengion : pajanan ke radiasi pengion terutama dalam 2 dekade pertama
kehidupan
- Penyakit tiroid yang sudah ada : gondok multinodular kronis, tetapi bukan adenoma
folikuler
Epidemiologi :
- Predominasi perempuan pada dewasa muda dan pertengahan
- Merata perempuan dan laki – laki pada anak – anak dan dewasa lanjut
Klasifikasi:
a. Karsinoma Papiler
Epidemiologi :75%-85% kasus yang dapat terjadi pada umur berapa saja
Faktor resiko :Radiasi pengion
Pemeriksaan lab dan penunjang :
-Soliter
- Berbatas tegas bahkan berkapsul, namun pada kasus tertentu ada yang menginfiltrasi
parenkim di sekitarnya dengan batas yang tidak jelas
- Mengandung daerah fibrosis
- Tampak granular dan mengandung papilar yang memiliki inti fibrovaskular yang
padat
- Fokus penyebaran melalui limf
14
Prognosis : Pada umumnya baik dengan angka harapan hidup 10 tahun pada hampir
85%, namun akan jauh lebih buruk pada pasien lanjut usia dan pasien dengan invasi
ke jaringan di luar tiroid.
b. Karsinoma Folikuler
Epidemiologi :10% - 20% kasus dengan insiden puncak pada muda pertengahan
Faktor resiko :Gondok nodular
Pemeriksaan lab dan penjunjang :
- Berbatas tegas
- Terdiri dari sel yang seragam dan relatif kecil (mirip dengan normal)
- Diferensiasina tidak terlalu jelas
- Soliter
- Cold nodul
- Hiperfungsional
- Metastasis melalui aliran darah ke paru, tulang, dan hatI
Tatalaksana :Bedah
c. Karsinoma Medular
Epidemiologi :5% kasus
Etiologi :Berasal dari sel parafolikel atau sel C
Pemeriksaan lab dan penunjang :
- Terdapat daerah nekrosis dan perdarahan
- Meluas menembus kapsul tiroid
- Soliter/multipel
- Mengenai kedua lobus tiroid
- Gambaran unik : hiperplasia sel C multisentrikdi sekitar parenkim tiroid
Manifestasi klinis :
- Suara serak (disfagia)
- Diare (akibat sekresi peptida)
- Tidak hipokalsemia walaupun kalsitonin tinggi
d. Karsinoma Anaplastik
- Tumbuh pesat melebihi kapsul tiroid dan masuk ke struktur leher di sekitarnya
15
- Sel sangat anaplastik, terdiri atas 3 pola morfologi, biasanya : sel raksasa
pleomorfik, sel glendong sarkomatosa, atau sel dengan gambaran skuamoid samar
Prognosis :
- Tetap tumbuh pesat walau diterapi
- Metastasis ke tempat jauh
- Umumnya kematian kurang dari setahun karena pertumbuhan yang agresif dan
gangguan struktur vital di leher
- Goiter : kompetensi 3A
- Tiroiditis: kompetensi 2
- Ca tiroid : kompeteni 2
Kompetensi 3A: dokter mampu melakukan diagnose klinik dan terapi awal, setelah itu
rujuk ke dokter spesialis yang relevan
Kompetensi 2: mampu mendiagnosa klinis, lalu rujuk setelah itu mampu melakukan
tindak lanjut sesudahnya.
16