Anda di halaman 1dari 28

Step 6 : Belajar Mandiri

M3 Prinsip Manajemen dan Leadership dalam kesehatan


Manajemen berasal dari bahasa Inggris “management” dengan kata kerja to
manage yang secara umum berarti mengurusi. Dalam arti khusus manajemen dipakai bagi
pimpinan dan kepemimpinan, yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan memimpin,
disebut “manajer” .Selain itu, untuk mengartikan dan mendefisikan manajemen dari
berbagai literartur dapat dilihat dari tiga pengertian, yaitu :
1. Manajemen sebagai suatu proses
2. Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia
3. Manajemen sebagai ilmu dan manajemen sebagai seni.
Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur
para petugas kesehatan dan non petugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan
masyarakat melalui program kesehatan.” Jadi manajemen kesehatan masyarakat adalah
penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang
menjadi objek dan sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat.
Manajemen kesehatan adalah suatu proses untuk menggerakkan sumber daya manusia
dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengawasi semua kegiatan
pelayanan kesehatan dalam organisasi dalam upaya untuk :
1) Mengetahui adanya persoalan pelayanan kesehatan
2) Mendefiniskan persoalan pelayanan kesehatan
3) Mengumpulkan fakta-fakta yang terkait dengan pelayanan kesehatan
4) Data dan informasi yang timbul dalam pelayanan kesehatan
5) Menyusun alternatif penyelesaian persoalan pelayanan kesehatan
6) Mengambil keputusan pelayanan kesehatan dengan memilih salah satu alternatif
penyelesaian dan malaksanankan keputusan serta tidak lanjut untuk mencapai tujuan yang
harus di capai

Dalam mempelajari manajemen kesehatan, terdapat lima pendekatan yang dapat


digunakan dalam mengkaji fungsi dan unsur manajemen, antara lain :
• Manajemen dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi
Management by objective dapat juga disebut sebagai manajemen berdasarkan
sasaran, manajemen berdasarkan hasil (management by result), goals management,
work planning and review dan lain sebagainya yang pada intinya sama. Management by
objective menekankan pada pentingnya peranan tujuan dalam perencanaan yang efektif,
dengan menetapkan prosedur pencapaian baik yang formal maupun informal, pertama
dengan menetapkan tujuan yang akan dicapai dilanjutkan dengan kegiatan yang akan
dilaksanakan sampai selesai baru diadakan peninjauan kembali atas pekerjaan yang
telah dilakukan
Manajemen berdasarkan sasaran adalah aktifitas memadukan sumber-sumber
organisasi menjadi satu kesatuan. Manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta
penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Sasaran harusnya mempunyai
persyaratan dengan menggambarkan 5 karakter yaitu dengan singkatan SMART
a. Spesific, yaitu dimana sasaran harus jelas.
b. Measurable, yaitu sasaran itu harus biasa diukur.
c. Attainable, yaitu sasaran harus realistic dan bisa dijalankan oleh organisasi.
d. Relevant, yaitu sarana harus menyambung dan mendukung visi dan misi besar
organisasi.
e. Time-Bound, yaitu sasaran harus punya batasan waktu.
Salah satu contoh penerapan manajemen by objective terdapat pada organisasi
puskesmas. Salah satu tugas pokok kepala puskesmas adalah mengatur pekerjaan staf
yang diperbantukan kepadanya. Kepala puskesmas harus mengerti visi dan misi
Puskesmas yang dipimpinnya dan mampu mengajak staf Puskesmas menerjemahkan
visi dan misi organisasi dalam rencana strategis puskesmas dan rencana operasional
masing-masing program. Seorang pimpinan puskesmas harus menjabarkan secara
operasional visi dan misi puskesmas ke dalam kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
staf puskesmas untuk mencapai tujuan pelayanan puskesmas.
• Manajemen adalah kerja sama untuk mencapai tujuan bersama
Adanya pendekatan ini, fungsi manajemen akan dapat dipelajari dari proses kerja
sama yang berkembang antara pimpinan dengan stafnya dalam mencapai tujuan
organisasi. Sumber daya lain yang penting adalah dana dan material. Manajemen harus
mampu mengelola sumberdaya tersebut untuk mencapai tujuan organisasi. Aplikasi
pendekatan ini dibidang kesehatan misalnya: Seorang bidan puskesmas akan mampu
memberikan pertolongan persalinan untuk ibu-ibu hamil di wilayah kerjanya jika ibu
hamil memilih fasilitas kesehatannya dan dia memiliki staf pembantu bidan yang akan
menjaga ibu–ibu selama perawatan masa nifas. Bidan dan staf pembantu bidan adalah
SDM penting dalam melaksankan program KIA. Pengembangan tugas Bidan Puskesmas
mempunyai arti penting dalam manajemen puskesmas
• Manajemen ditinjau dari aspek perilaku manusia
Manusia sebagai sumber daya utama manajemen selalu akan responsif pada saat
berinteraksi dengan orang lain. Manajemen dapat dipelajari melalui perilaku organisasi
tersebut. Perilaku organisasi ditentukan oleh upaya kepemimpinan yang mampu
membangkitkan motivasi staf. Perilaku organisasi kesehatan memiliki ciri khas sendiri
yang berbeda dengan organisasi lain. Misalnya didalam puskesmas, seorang SKM yang
menjadi kepala Puskesmas harus mampu memotivasi kinerja dokter, bidan, dan tenaga
kesehatan lain yang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda.
• Manajemen sebagai suatu proses
Manajemen sebagai proses dapat dipelajari melalui fungsifungsi manajemen. Fungsi
manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan
penilaian. Dapat dicontohkan bahwa dalam manajemen kesehatan, seorang kepala
puskesmas harus mampu melaksanakan fungsifungsi manajemen dalam melaksanakan
program-program kesehatan masyarakat di puskesmas.
• Manajemen sebagai ilmu terapan
Manajemen sebagai ilmu terapan, artinya manajemen harus peduli dengan fungsi
sosialnya di masyarakat (mempunyai kegunaan yang dapat dipakai dalam setiap
organisasi untuk mencapai tujuannya). Dapat dicontohkan bahwa dalam sebuah
Puskesmas, Kepala puskesmas harus memiliki wawasan yang cukup luas dan terus
mengembangkan diri dengan mempelajari berbagai ilmu yang terkait dengan tugas-
tugasnya. Seorang SKM yang menjadi pimpinan organisasi kesehatan harus mampu
menghitung persediaan dana, memahami kebijakan anggaran pemerintah dan
menghitung pengeluaran biaya kesehatan untuk memelihara kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya.

Ruang Lingkup Manajemen


Ruang Lingkup Manajemen terdiri dari sebagai berikut :
1. Lingkungan Luar (Eksternal) terdiri dari :
a. Lingkungan Umum, meliputi ekonomi, politik, hukum, sosio kultural (budaya),
teknologi, dimensi internasional (seperti globalisasi dan paham ekonomi), dan kondisi
lingkungan alam.
b. Lingkungan Khusus (Tugas), meliputi pemilik (stockholder), customer, klien, pemasok
(suplier), pesaing, suplai tenaga kerja, badan pemerintah, lembaga keuangan, media, dan
serikat pekerja.
2. Lingkungan Dalam (Internal) terdiri dari:
a. Manusia (specialized dan manajerial personal).
b. Finansial (sumber, alokasi, dan control dana).
c. Fisik (gedung, kantor, dll).
d. Sistem dan Teknologi.
e. Sistem Nilai dan Budaya Organisasi.

Dapat disimpulkan bahwa Ruang Lingkup Manejemen Kesehatan terdiri dari :


• Manajemen personalia (mengurusi SDM)
• Manajemen keuangan
• Manajemen logistik (mengurusi logistik obat dan peralatan)
• manajemen pelayanan kesehatan dan sistem informasi manajemen (mengurusi
pelayanan kesehatan)

Unsur-unsur manajemen
a. Manusia (Man)
Pembangun organisasi kehesehatan seperti rumah sakit, Sumber daya
manusiamerupakan salah satu faktor yang sangat menentukan terlaksanananya
manajemen.
b. Uang (money)
Uang atau anggran sangat diperlukan sebagai biaya yang harus dimiliki
organisasiuntuk melakukan pelayanan kesehatan, mulai dari perizinan, pembangunan
rumahsakit, peralatan, pembayaran tenaga kerja dan lain sebagainya.
c. Bahan baku (material)
Material adalah obat-obatan yang digunakan organisasi kesehatan untuk
melakukankegiatan pelayanan kesehatan secara efisien.
d. Mesin (machine)
Mesin adalah peralatan yang digunakan dalam pelayanan kesehatan sepertiperalatan
untuk perawatan gigi, peralatan untuk persalinan, peralatan radiologi dansebagainya.
e. Metode (Method)
Metode adalah cara yang ditempuh untuk melaksanakan sesuatuyang telahdirancang
dengan baik sehingga tujuan akan dapat dicapai dengan tepat sesuaidengan perencanaan
semula. Metode yang digunakan dalammelaksanakanpelayanan kesehatan dengan
berperdoman pada SOP.(Standar Operational Procedure).
f. Market (Pasar)

Prinsip-prinsip manajemen kesehatan :


Dalam SKN (2004) dikatakan bahwa manajemen kesehatan adalah tatanan yang
menghimpunberbagai upaya administrasi kesehatan yang ditopang oleh pengelolaan data
dan informasi,pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta pengaturan hukumkesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatanyang setinggi-tingginya. Perencanaan diperlukan karena
pembangunan lebih besar dari pada sumberdaya yang tersedia. Melalui perencanaan
ingin dirumuskan kegiantan pembangunan yang secaraefesien dan efektif dapat memberi
hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber daya yangtersedia dan mengembangkan
potensi yang ada. Proyek-proyek pembangunan harus memuat dengan jelas tujuannya
(objective), sasaran yang akan dicapai (target), cara mengukur keberhasilannya
(performance evaluation), jangka waktupelaksanaannya, tempat pelaksanaan, cara
melaksanakan, kebijaksanaan untuk menjamin proyek itu dapat dilaksanakan, biaya serta
tenaga yang diperlukan dan badan yang akan melaksanakan nya.

Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang meliputi berbagai jenis
pekerjaan yang digolongkan dalam satu kelompok sehingga membentuk suatu kesatuan
administratif. Sebagaimana yang dikatakan oleh Louis A. Allen di dalam bukunya “The
Profession of Management” menyatakan bahwa manajemen itu adalah suatu jenis
pekerjaan khusus yang menghendaki usaha mental dan fisik yang diperlukan untuk
memimpin, merencanakan, menyusun, mengawasi, serta meneliti. Menurut Allen pekerjaan
manajer itu mencakup empat fungsi yaitu :
1. Memimpin (Leading)
Memimpin adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer agar orang lain
bertindak.
terdiri dari beberapa kegiatan yaitu sebagai berikut :
a. Mengambil keputusan (decision making).
b. Mengadakan komunikasi (communicating).
c. Memberikan motivasi (motivating).
d. Memilih orang-orang (selecting people).
e. Mengembangkan orang-orang (developing people).
2. Merencanakan (Planning)
Kegiatan merencanakan meliputi beberapa kegiatan yaitu :
o Meramalkan (forecasting) adalah pekerjaan seorang manajer
dalammemperkirakan waktu yang akan datang.
o Menetapkan maksud dan tujuan (establishing objective) yaitu pekerjaan manajer
dalam menentukan tujuan atau sasaran.
o Mengacarakan (programming) menetapkan urutan kegiatan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan.
o Mengatur waktu (scheduling) menetapkan urutan yang tepat, hal ini sangat
penting agar semua tindakan dapat berhasil dengan baik.
o Menyusun anggaran belanja (budgeting) mengalokasikan sumber daya yang ada.
o Mengembangkan prosedur (developing procedures) menormalisasikan cara-cara
pelaksanaan pekerjaan.
o Menetapkan dan menafsirkan kebijaksanaan (establishing and interpreting
policies) menetapkan dasar-dasar pelaksanaan pekerjaan.
3. Menyusun (Organizing)
Fungsi manajemen organizing ini meliputi :
a. Merencanakan struktur organisasi.
b. Mendelegasikan tanggung jawab dan wewenang.
c. Menetapkan hubungan-hubungan
4. Mengawasi dan meneliti (Controlling)
Cara-cara pengawasan dalam manajemen diperoleh melalui :
a. Perkembangan derajat pekarjaan.
b. Pengukuran hasil pekerjaan.
c. Penilaian hasil pekerjaan.
d. Pengambilan tindakan perbaikan.
Fungsi-fungsi pokok manajemen menurut GR. Terry yang membentuk manajemen sebagai
suatu proses adalah sebagai berikut :
1. Planning
Kegiatan menentukan berbagai tujuan dan penyebab tindakan-tindakan selanjutnya
yang kegiatannya meliputi :
a. Menjelaskan, menetapkan, dan memastikan tujuan yang akan dicapai.
b. Meramalkan peristiwa atau keadaan paada waktu yang akan datang.
c. Memperkirakan kondisi-kondisi pekerjaan yang akan dilakukan.
d. Memilih tugas-tugas yang sesuai untuk mencapai tujuan.
e. Membuat rencana secara menyeluruh dengan menekankan kreativitas agar diperoleh
sesuatu yang baru dan lebih baik.
f. Membuat kebijaksanaa, proceduress, standars dan metode-metode untukpelaksanaan
kerja.
g. Memikirkan peristiwa yang kemungkinan akan terjadi.
h. Mengubah rencana sesuai dengan petunjuk hasil pengawasan.
2. Organizing
Kegiatan membagi pekerjaan diantara anggota kelompok serta membuat ketentuan
dalam hubungan-hubungan yang diperlukan. Tugas-tugasnya yaitu :
a. Membagi pekerjaan ke dalam tugas-tugas operasional
b. Mengelompokkan tugas-tugas ke dalam posisi-posisi secara operasional
c. Menggabungkan jabatan-jabatan yang opersional ke dalam unit-unit yang saling
berkaitan
d. Memilih dan menempatkan orang untuk pekerjaan yang sesuai
e. Menjelaskan persyaratan dari setiap jabatan
f. Menyesuaikan wewenang dan tanggung jawab bagi setiap anggota
g. Menyediakan berbagai fasilitas untuk pegawai
h. Menyelaraskan organisasi sesuai dengan petunjuk hasil pengawasan
3. Actuating
Kegiatan menggerakkan anggota anggota kelompok untuk melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan tugasnya masing-masing yang meliputi :
a. Melakukan kegiatan berpartisipasi dengan senang hati terhadap semua keputusan,
tindakan atau perbuatan.
b. Mengarahkan dan menantang orang lain agar bekerja sebaik mungkin.
c. Memotivasi anggota.
d. Berkomunikasi secara efektif.
e. Meningkatkan anggota agar memahami potensinya secara penuh.
f. Memberi imbalan atau penghargaan terhadap pekerjaan yang telah dilakukan dengan
baik.
g. Mencukupi keperluan pegawai sesuai dengan pekerjaanya.
h. Berupaya memperbaiki pengarahan sesuai dengan petunjuk hasil pengawasan.
4. Pengawasan (controlling)
Kegiatan untuk menyesuaikan antara pelaksanaan dengan rencana-rencana yang
telah ditentukan. Kegiatan-kegiatannya yaitu meliputi :
a. Membandingkan hasil-hasil pekerjaan dengan rencana secara keseluruhan.
b. Menilai hasil pekerjaan sesuai dengan standar hasil kerja.
c. Membuat media pelaksanaan secara tepat.
d. Memberitahukan media pengukur pekerjaan.
e. Memindahkan data secara terperinci agar dapat terlihat perbandingan dan
penyimpangan-penyimpangannya.
f. Membuat saran tindakan-tindakan perbaikan jika dirasa perlu oleh anggota.
g. Memberi tahu anggota yang bertanggung jawab terhadap pemberian penjelasan.
h. Menyesuaiakan pengawasan sesuai dengan petunjuk hasil pengawasan.

Jenis-jenis manajemen kesehatan


Manajemen adalah upaya pengelolaan suatu sistem atau entitas dan sumber dayanya
dalam rangkamen capai suatu tujuan tertentu. Inti dari upaya ini adalah pengambilan
keputusan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manajemen pada hakikatnya
adalah rangkaian dari proses pengambilankeputusan-keputusan.Dalam bidang kesehatan
dikenal adanya paling sedikit dua jenis manajemen, yaitu :
1. Manajemen Pasien/Klien
Rangkaian proses pengambilan keputusan-keputusan dalam menghadapi
masalah kesehatan (penyakit dan lain-lain) yang diderita oleh seseorang,sekelompok
orang, atau masyarakat. Tujuannya adalah agar pasien/klien tersebut dapat terhindar
atau terbebas dari masalah kesehatan, dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada.
Dalam hal ini manajer atau pengambil keputusannya adalah setiap petugas kesehatan
yang melayani pasien/klien (disebut petugas fungsional seperti dokter, perawat,
bidan, sanitarian, dan lain-lain), baik yang bertugas di Puskesmas dan jaringannya
maupun yang bertugas di Rumah Sakit dan sarana-sarana kesehatan lain.
2. Manajemen Unit/Organisasi Kesehatan
Rangkaian proses pengambilan keputusan-keputusan dalam menghadapi
masalah yang menghambat atau potensial menghambat kinerja unit/organisasi
kesehatan. Misalnya masalah tingginya absensi karyawan, masalah
kurangnyadana/anggaran, masalah tidak terawatnya peralatan, masalah
tingginya kebocoran pendapatan,dan lain-lain. Tujuannya adalah agar
unit/organisasi terhindar atau terbebas dari masalah,dengan memanfaatkan sumber
daya yang ada. Dalam hal ini manajer atau pengambil keputusannya adalah para
pimpinan unit/organisasi kesehatan – Menteri Kesehatan dan pejabat
terasnya, Kepala Dinas Kesehatan dan staf intinya, Direksi Rumah Sakit, Kepala
Puskesmas, dan lain-lain.

Kepemimpinan (Leadership) dalam Kesehatan


Dari beberapa sumber kepemimpinan didefinisikan berbeda-beda Misalnya Chung dan
Megginson mengatakan bahwa :
1. Kepemimpinan adalah alat manajemen para manajer melakukan kepemimpinan
untuk mempengaruhi para staf guna mencapai tujuan dan tujuan organisasi yang
direncanakan sebelumnya.
2. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang-orang lain dengan maksud
mencapai tujuan-tujuan tertentu.
3. Kepemimpinan adalah suatu fenomena sosial yang komplek yang
dipengaruhioleh sejumlah faktor personal, interpersonal, dan organisasional yangme
liputi sifat-sifat personal pemimpin, perilaku pemimpin, dan faktor-faktor situasional
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi perubahan perilaku
orang lain, baik langsung maupun tidak langsung. Seorang manajer yang ingin
kepemimpinnya baik, maka pemimpin tersebut harus :
1. Memotivitasi dirinya sendiri untuk bekerja dan peka terhadap lingkungan.
2. Memiliki Kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi dan komitmen tinggi
untuk memecahkannya. Pemimpin harus selalu merasa ditantang untuk mengatasi
hambatan yang akan menjadi penghalang tercapainya tujuan organisasi yang ia pimpin.
3. Menggerakan atau memotivasi staf agar mereka mau sadar.
4. Melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi sesuai dengan kewenangan dan tanggung
jawab yang melekat pada setiap tugas tersebut.

Adapun fungsi-fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut :


1. Pengambilan keputusan dan merealisasi keputusan itu.
2. Pendelegasian wewenang dan pembagian kerja kepada para bawahan.
3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna semua unsur manajemen (6M).
4. Memotivasi bawahan, supaya bekerja efektif dan bersemangat.
5. Pemrakarsa, penggiatan, dan pengendalian rencana.
6. Mengkoordinasi dan mengintegrasi kegiatan-kegiatan bawahan.
7. Mengembangkan imajinasi, kreativitas dan loyalitas bawahan.
8. Penilaian prestasi dan pemberian teguran atau penghargaan kepada bawahan.
9. Pengembangan bawahan melaluli pendidikan dan pelatihan.
10. Melaksanakan pengawasan melekat (waskat) dan tindakantindakan perbaikan jika perlu.

Adapun unsur-unsur kepemimpinan adalah sebagai berikut :


1. Pemimpin (leader-head) adalah orang yang memimpin.
2. Bawahan (pengikut) adalah orang-orang yang dipimpin.
3. Organisasi adalah alat dan wadah untuk melakukan kepemimpinan.
4. Tujuan (objective) adalah sasaran yang ingin dicapai.
5. Lingkungan adalah internal dan eksternal perusahaan.

Para ahli teori kepemimpinan telah mengemukakan beberapa teori tentang timbulnya
seorang Pemimpin. Dalam hal ini terdapat 4 teori yang menonjol yaitu :
1. Teori Genetik
Penganut teori ini berpendapat bahwa, “pemimpin itu dilahirkan dan bukan
dibentuk”. Pandangan terori ini bahwa, seseorang akan menjadi pemimpin karena
“keturunan” atau ia telah dilahirkan dengan “membawa bakat” kepemimpinan. Teori
keturunan ini, dapat saja terjadi, karena seseorang dilahirkan telah “memiliki potensi
termasuk “memiliki potensi atau bakat” untuk memimpin dan inilah yang disebut
dengan faktor “dasar”.
Dalam realitas, teori keturunan ini biasanya dapat terjadi di kalangan bangsawan
atau keturunan raja-raja, karena orang tuanya menjadi raja maka seorang anak yang
lahir dalam keturunan tersebut akan diangkan menjadi raja.
2. Teori Sosial
Penganut teori ini berpendapat bahwa, seseorang yang menjadi pemimpin dibentuk
dan bukan dilahirkan. Penganut teori berkeyakinan bahwa semua orang itu sama dan
mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin. Tiap orang mempunyai potensi atau bakat
untuk menjadi pemimpin, hanya saja paktor lingkungan atau faktor pendukung yang
mengakibatkan potensi tersebut teraktualkan atau tersalurkan dengan baik dan inilah
yang disebut dengan faktor “ajar” atau “latihan”.
Pandangan penganut teori ini bahwa, setiap orang dapat dididik, diajar, dan dlatih
untuk menjadi pemimpin. Intinya, bahwa setiap orang memiliki potensi untuk menjadi
pemimpin, meskipun dia bukan merupakan atau berasal dari keturunan dari seorang
pemimpin atau seorang raja, asalkan dapat dididik, diajar dan dilatih untuk menjadi
pemimpin.
3. Teori Ekologik
Penganut teori ini berpendapat bahwa, seseorang akan menjadi pemimpin yang baik
“manakala dilahirkan” telah memiliki bakat kepemimpinan. Kemudian bakat tersebut
dikembangkan melalui pendidikan, latihan, dan pengalaman-pengalaman yang
memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang telah dimiliki.
Jadi, inti dari teori ini yaitu seseorang yang akan menjadi pemimpin merupakan perpaduan
antara faktor keturunan, bakat dan lungkungan yaitu faktor pendidikan, latihan dan
pengalaman-pengalaman yang memungkinkan bakat tersebut dapat teraktualisasikan dengan
baik.
4. Teori Kontigensi atau Teori Tiga Dimensi.
Penganut teori ini berpendapat bahwa, ada tiga faktor yang turut berperan dalam proses
perkembangan seseorang menjadi pemimpin atau tidak, yaitu:
a. Bakat kepemimpinan yang dimilikinya.
b. Pengalaman pendidikan, latihan kepemimpinan yang pernah diperolehnya, dan
c. Kegiatan sendiri untuk mengembangkan bakat kepemimpinan tersebut.
Teori ini disebut dengan teori serba kemungkinan dan bukan sesuatu yang pasti, artinya
seseorang dapat menjadi pemimpin jika memiliki bakat, lingkungan yang membentuknya,
kesempatan dan kepribadian, motivasi dan minat yang memungkinkan untuk menjadi
pemimpin

Dapat dipahami dari batasan di atas bahwa kepemimpinan akan muncul apabila ada seseorang
yang karena sifat-sifat dan perilakunya mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain
untuk berpikir, bersikap, dan ataupun berbuat sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Berikut gaya kepemimpinan sebagai berikut :
1. Gaya Kepemimpinan Diktator
Pada gaya kepemimpinan diktator (dictatorial leadership style) ini upaya mencapai
tujuan dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta ancaman hukuman. Tidak ada
hubungan dengan bawahan, karena mereka dianggap hanya sebagai pelaksana dan pekerja
saja.
2. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada gaya kepemimpinan ini (autocratic leadership style) segala keputusan berada di
tangan pemimpin. Pendapat atau kritik dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Pada dasarnya
sifat yang dimiliki sama dengan gaya kepemimpinan diktator tetapi dalam bobot yang agak
kurang.
3. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Pada gaya kepemimpinan demokratis (democratic leadership style) ditemukan peran serta
bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah. Hubungan
dengan bawahan dibangun dengan baik. Segi positif dari gaya kepemimpinan ini
mendatangkan keuntungan antara lain: keputusan serta tindakan yang lebih obyektif,
tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi. Sedangkan kelemahannya:
keputusan serta tindakan kadang- kadang lamban, rasa tanggung jawab kurang, serta
keputusan yang dibuat terkadang bukan suatu keputusan yang terbaik.
4. Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire
Pada gaya kepemimpinan santai (Laissez-Faire leadership style) ini peranan pimpinan
hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan kepada bawahan, jadi setiap

Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
anggota organisasi dapat melakukan kegiatan masingmasing sesuai dengan kehendak
masing-masing pula.

Macam-macam wewenang pemimpin adalah sebagai berikut :


1. Formal authority (wewenang resmi) adalah wewenang yang sah dan legal yang dimiliki
oleh seorang pemimpin, karena kedudukannya dalam suatu perusahaan. Dalam wewenang resmi
ini kepemimpinan dapat memerintah, memotivasi dan mempengaruhi tingkah laku bawahannya
sesuai dengan keinginannya, jika perlu memberikan hukuman. Wewenang kepemipinan ini
berasal dari :
a. Top down authority, adalah wewenang yang berasal dari kekuasaan pemimpin puncak turun
ke pimpinan yang lebih rendah.
b. Bottom-up authority, adalah wewenang yang berdasarkan diri pada teori penerimaan
(acceptance theory).
2. Personality aouthority (kewibawaan) adalah wewenang karena wibawa yang dimiliki
seseorang pemimpin.

Kepemimpinan yang Efektif


Kepemimpinan yang efektif berarti pemimpin menunjukkan kemampuannya dalam melaksanan
tugas-tugas kepemimpinan sehingga orang-orang mau melaksanakan pekerjaan yang mempunyai
dampak baik pada sasaran dan tujuan organisasi. Setiap pemimpin harus melakukan satu
atau lebih hal, kegiatan untuk menjaga dan mencapai predikat pemimpin dan organisasi yang
efektif dapat dikatakan bahwa pemimpin dan organisasi yang efektif memiliki ciri-ciri :
• Mampu mengeksploitasi dan menggunakan sumber daya lingkungan untuk menjaga
kelangsungan fungsi organisasi
• Mampu mencapai/merealisasikan tujuan organisasi yang mungkin banyak, beragam,
berbeda-beda dan bahkan bertentangan
• Mampu memenuhi kebutuhan individu atau kelompok
• Mampu melakukan penyesuaian tuntutan lingkungan
• Mampu merumuskan tujuan dan memobilisasi sumber daya untuk mencapainya
• Mampu melakukan integrasi mengorganisir, mengkoordinir, menyatukan anggota
anggota yang saling berhubungan
• Mampu memelihara dan menjaga keberlanjutan pola kultural dan motivasi organisasi
• Mampu menghadapi lingkungan, tujuan, anggota, pilihan waktu yang bersifat plural dan
berpotensi konflik

M3 Permasalahan kesehatan dan program pelayanan kesehatan

Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
M3 Standar pelayanan kedokteran dalam manajemen mutu pelayanan kesehatan
Levey dan Loomba (1973), menurutnya pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perseorangan keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat.
Pelayanan kesehatan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009
(Depkes RI) yang tertuang dalam Undang-Undang Kesehatan tentang kesehatan ialah setiap
upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan, perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
Sedangkan menurut Azwar (1996) Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
perseorangan, keluarga kelompok, dan ataupun masyarakat. Dari pengertian tersebut diatas, ada
beberapa poin yang penting yang menjadi ciri dalam sebuah pelayanan kesehatan yaitu:
1. Usaha Sendiri
Setiap usaha pelayanan kesehatan bisa dilakukan sendiri ditempat pelayanan. Misalnya
pelayanan dokter praktek.
2. Usaha Lembaga atau Organisasi
Setiap usaha pelayanan kesehatan dilakukan secara kelembagaan atau organisasi kesehatan
ditempat pelayanan. Misalnya pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas.
3. Memiliki Tujuan yang Dicapai
Tiap pelayanan kesehatan memiliki produk yang beragam sebagai hasil ahir pelayanan yang
pada tujuan pokoknya adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat atau perseorangan.
4. Lingkup Program
Lingkup pelayanan kesehatan meliputi kegiatan pemeliharaan kesehatan, peningkatan
kesehatan, pencegah penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan, atau gabungan
dari keseluruhan dalam kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
5. Sasaran Pelayanan
Tiap pelayanan kesehatan menghasilkan sasaran yang berbeda, tergantung dari program yang
akan dilakukan, bisa untuk perseorangan, keluarga, kelompok ataupun untuk masyarakat
secara umum.
Jenis Pelayanan Kesehatan
secara umum dapat dibedakan atas dua bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yaitu :

Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
1. Pelayanan Kedokteran / Medis (Private Good)
Pelayanan kesehatan yang dimaksud dalam kelompok pelayanan medis / kedokteran
(medical services) ini ditandai dengan cara pengorganisasiannya yang dapat bersifat sendiri
(solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi (institution), adapun tujuan
utamanya adalah untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan serta
sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Public Good)
Pelayanan kesehatan yang dimaksud dalam kelompok pelayanan kesehatan masyarakat
(public health services) ini ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara
bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya terutama untuk kelompok dan
masyarakat.
Berdasarkan Pasal 52 ayat (1) UU Kesehatan, pelayanan kesehatan secara umum terdiri dari dua
bentuk pelayanan kesehatan yaitu :
1. Pelayanan kesehatan perseorangan (medical service)
Pelayanan kesehatan ini banyak diselenggarakan oleh perorangan secara mandiri (self
care), dan keluarga (family care) atau kelompok anggota masyarakat yang bertujuan untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkandilaksanakan pada institusi pelayanan kesehatan
yang disebut rumah sakit, klinik bersalin, praktik mandiri.
2. Pelayanan kesehatan masyarakat (public health service)
Pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh kelompok dan masyarakat yang
bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang mengacu pada tindakan
promotif dan preventif. Upaya pelayanan masyarakat tersebut dilaksanakan pada pusat-pusat
kesehatan masyarakat tertentu seperti puskesmas.

Stratifikasi Pelayanan Kesehatan yang berlaku di indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga
macam yakni sebagai berikut :
1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health services) adalah pelayanan
kesehatan yang bersifat pokok, yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat
serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada
umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan. Seperti
Puskesmas, Klinik Pratama, Dokter Praktek Swasta.
2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua
Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan yang lebih lanjut,
telah bersifat rawat inap dan untuk menyelenggarakannnya telah dibutuhkan tersediannya
tenaga-tenaga spesialis. Fasilitas pelayanan tingkat kedua ini adalah Rumah Sakit-rumah
sakit Type C dan Type B.
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga
Pelayanan kesehatan yang bersifat lebih kompleks dan umumnya diselenggarakan
oleh tenaga-tenaga sub spesialis seperti Rumah Sakit type B dan Type A.

Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan


Untuk mengukur suatu pelayanan kesehatan diperlukan suatu petunjuk atau tolak ukur,
tolak ukur / petunjuk tersebut dinamakan indikator. Indikator adalah petunjuk atau tolak

Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
ukur/Indikator adalah fenomena yang dapat diukur. pelayanan kesehatan dapat mengacu pada
indikator yang relevan berkaitan dengan struktur, proses dan outcome :
1. Indikator Struktur / Input:
• Tenaga kesehatan profesional
Contoh dari Indikator ini adalah : tersedianya jumlah tenaga kesehatan tertentu per
jumlah penduduk, (misal: Jumlah dokter setiap 300.000 penduduk).
• Biaya yang tersedia
Contoh dari Indikator ini adalah : tersedianya sejumlah dana atau anggaran yang tersedia
untuk pemberantasan penyakit tertentu.
• Obat-obatan dan alat kesehatan
Contoh dari Indikator ini adalah : tersedianya sejumlah obat-obatan untuk untuk
pemberantasan penyakit tertentu.
• Metode atau standard operation
Contoh dari Indikator ini adalah : tersedianya Standar Operating Procedur untuk yang
sesuai untuk kegiatan pelayanan di sarana pelayanan kesehatan.
2. Indikator proses
Memberikan petunjuk tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan,
prosedur asuhan yang ditempuh oleh tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya.
Dipandang dari sudut manajemen yang diperlukan adalah pelaksanaan dari fungsi-fungsi
manajemen seperti perencanaan, pengoorganisasian, penggerakan, pemantauan,
pengendalian dan penilaian. Sebagai contoh dari indikator proses ini adalah :
o Terbentuknya satgas / panitia penanggulangan penyakit menular,
o Terselenggaranya gerakan Cuci Tangan pake sabun di setiap sekolah
o Adanya rapat evaluasi untuk menilai keberhasilan
3. Indikator Output
Merupakan ukuran-ukuran khusus (kuantitas) bagi output program seperti sejumlah
puskesmas yang berhasil dibangun, jumlah kader kesehatan yang dilatih, jumlah MCK
yang dibangun, jumlah pasien yang sembuh dsb.
4. Indikator Outcome (Dampak Jangka Pendek)
ukuran-ukuran dari berbagai dampak program seperti meningkatnya derajat kesehatan
anak balita, menurunkan angka kesakitan. Indikator Impact (Dampak jangka panjang).
Seperti meningkatnya umur harapan hidup, meningkatnya status gizi, atau indikator di
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit seperti : BOR, LOS, TOI dan Indikator klinis
lain seperti : angka kesembuhan penyakit, angka kematian 48 jam, angka infeksi
nosokomial, dsb.

Quality Assurance Pelayanan Kesehatan


Menjaga mutu (QA) dalam Pelayanan Kesehatan merupakan suatu rangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan berdasarkan standar dan prosedur medis yang semestinya agar mutu
pelayanan kesehatan tetap terjaga, ditinjau dari pandangan pemberi pelayanan kesehatan maupun
kepuasan pasien
Prinsip Quality Assurance (QA)
• QA berorientasi ke depan untuk mempertemukan kebutuhan dari harapan pasien dan
masyarakat
• QA memfokuskan pada sistem dan proses
• QA menggunakan data untuk menganalisis proses penyampaian pelayanan.

Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
• QA mendorong suatu pendekatan tim dalam pemecahan masalah dan peningkatan mutu
Pendekatan Sistem Dalam Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan

Upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dasar (PKD) atau menyelesaikan


masalah-masalah mutu dengan program QA, dilakukan dengan pendekatan sistem. Artinya,
memperhatikan proses manajemen mutu sejak Input, Proses, Output, Outcome dan Impact

Akreditasi Rumah Sakit


Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi
secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali (UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit)
Akreditasi Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Akreditasi adalah pengakuan terhadap
mutu pelayanan Rumah Sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit telah memenuhi
Standar Akreditasi
Pengaturan Akreditasi bertujuan untuk :
• meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dan melindungi keselamatan pasien Rumah
Sakit;
• meningkatkan perlindungan bagi masyarakat, sumber daya manusia di Rumah Sakit dan
Rumah Sakit sebagai institusi;
• mendukung program Pemerintah di bidang kesehatan; dan
• meningkatkan profesionalisme Rumah Sakit Indonesia di mata Internasional.

M3 Manajemen klinik pratama dan prinsip pelayanan primer


Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan atau spesialistik, diselenggarakan oleh
lebih dari satu jenis tenaga kesehatan (perawat dan atau bidan) dan dipimpin oleh seorang tenaga
medis ( dokter, dokter spesialis, dokter gigi atau dokter gigi spesialis).
Jenis Klinik Berdasarkan jenis pelayanannya, klinik dibagi menjadi dua yaitu;
1. Klinik Pratama adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar.
2. Klinik utama adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medis spesialis.
Kedua macam klinik ini dapat selenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau
masyarakat.

Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
Adapun perbedaan antara klinik pratama dan klinik utama adalah :
• Pelayanan medis pada klinik pratama hanya pelayanan medis dasar, sementara pada klinik
utama mencakup pelayanan medis dasar dan spesialis.
• Pimpinan klinik pratama adalah dokter atau dokter gigi, sementara pada klinik utama
pimpinannya adalah dokter spesialis atau dokter gigi spesialis.
• Layanan di dalam klinik utama mencakup layanan rawat inap, sedangkan pada klinik
pratama layanan rawat inap hanya boleh dalam hal klinik berbentuk badan usaha.
• Tenaga medis dalam klinik pratama adalah minimal dua orang dokter atau dokter gigi,
sementara dalam klinik utama diperlukan satu orang spesialis untuk masing-masing jenis
pelayanan.

Adapun bentuk pelayanan klinik dapat berupa;


• Rawat jalan;
• Rawat inap
• One day care
• Pelayanan 24 jam dalam 7 hari.

Dalam usahanya ini klinik memiliki kewajiban yang meliputi;


• Memberikan pelayanan aman,bermutu,mengutamakan kepentingan pasien,sesuai standart
pelayanan dan standar prosedur operasional
• Memberikanpelayanan gawat darurat pada pasien sesuai kemampuan tanpa uang muka
terlebih dahulu atau mengutamakan kepentingan pasien
• Memperoleh persetujuan tindakan medis
• Menyelenggarakan rekam medis
• Melaksanakan sistem rujukan
• Menolak keinginan pasien yang tidak sesuai standar profesi, etika dan peraturan perundang-
undangan
• Menghormati hak pasien
• Memiliki peraturan internal dan standar prosedur operasional
• Melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya
• Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan.

Prinsip-Prinsip Pelayanan Prima Yang Meliputi : Kesederhanaan, Kejelasan, Kepastian Waktu,


Akurasi, Keamanan, Tanggung Jawab, Kelengkapan Sarana Dan Prasarana, Kemudahan Akses,
Kedisiplinan, Kesopanan Dan Keramahan Serta Kenyamanan.

M3 Sistem pencatatan, pelaporan, monev dan aspek hukum patient safety


Di Indonesia, setelah pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2006 Perhimpunan Rumah
Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS), Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dan Departemen Kesehatan (Depkes), bekerja sama dengan
Becton Dickinson, melakukan "Road Show" sosialisasi program Keselamatan Pasien di 12 kota
dihadapan total 461 rumah sakit, terlihat bahwa Keselamatan Pasien mulai menjadi prioritas di
berbagai rumah sakit.
Keselamatan Pasien Dalam UU. No 44 th 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 43 :
1. RS wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien

Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
2. Standar Keselamatan Pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa dan
menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD)
3. RS melaporkan kegiatan ayat 2 kepada komite yang membidangi keselamatan pasien yang
ditetapkan Menteri
4. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) pada ayat 2 dibuat secara anonim dan ditujukan
untuk mengkoreksi sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai keselamatan pasien ayat 1 dan ayat 2 diatur dengan
Peraturan Menteri
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/ Menkes/Per/VIII/2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pasal 6
1. Setiap rumah sakit wajib membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS)
yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai pelaksana kegiatan keselamatan pasien.
2. TKPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada kepala rumah sakit.
3. Keanggotaan TKPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari manajemen rumah
sakit dan unsur dari profesi kesehatan di rumah sakit
4. TKPRS melaksanakan tugas:
• mengembangkan program keselamatan pasien di rumah sakit sesuai dengan kekhususan
rumah sakit tersebut;
• menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program keselamatan pasien rumah
sakit;
• menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi, konsultasi, pemantauan
(monitoring) dan penilaian (evaluasi) tentang terapan (implementasi) program
keselamatan pasien rumah sakit;
• bekerja sama dengan bagian pendidikan dan pelatihan rumah sakit untuk melakukan
pelatihan internal keselamatan pasien rumah sakit;
• melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden serta mengembangkan solusi
untuk pembelajaran;
• memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala rumah sakit dalam rangka
pengambilan kebijakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit; dan
• membuat laporan kegiatan kepada kepala rumah sakit.

Tujuan Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien


Tujuan Umum :
• Menurunnya Insiden Keselamatan Pasien (KTD, KNC, KTC dan KPC)
• Meningkatnya mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Tujuan Khusus :
1. Rumah Sakit (Internal)
• Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan insiden keselamatan pasien di rumah
sakit.
• Diketahui penyebab insiden keselamatan pasien sampai pada akar masalah
• Didapatkannya pembelajaran untuk perbaikan asuhan kepada pasien agar dapat
mencegah kejadian yang sama dikemudian hari.
2. KKPRS (Eksternal)
• Diperolehnya data / peta nasional angka insiden keselamatan pasien (KTD, KNC, KTC)

Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
• Diperolehnya pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
bagi rumah sakit lain.
• Ditetapkannya langkah-langkah praktis Keselamatan Pasien untuk rumah sakit di
Indonesia.

Istilah yang perlu diperhatikan :


Insiden Keselamatan Pasien (IKP)/Patient Safety Incident
➔ Setiap adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan harm (penyakit, cedera, cacat, kematian dan lainlain) yang tidak
seharusnya terjadi.
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event
➔ Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena
suatu tindakan (“commission”) atau karena tidak bertindak (“omission”), bukan karena
“underlying disease” atau kondisi pasien.
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss
➔ Suatu Insiden yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga tidak menyebabkan cedera
pada pasien.
Kejadian Tidak Cedera (KTC)
➔ Insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak menimbulkan cedera, dapat terjadi
karena "keberuntungan" (misal; pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak
timbul reaksi obat), atau "peringanan" (suatu obat dengan reaksi alergi diberikan,
diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).
Kondisi Potensial Cedera (KPC) / “reportable circumstance”
➔ Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
Kejadian Sentinel (Sentinel Event)
➔ Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai
untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti : operasi
pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera
yang terjadi (misalnya Amputasi pada kaki yang salah, dan sebagainya) sehingga
pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku.
Analisis Akar Masalah/ Root Cause Analysis (RCA)
➔ Suatu proses berulang yang sistematik dimana faktorfaktor yang berkontribusi dalam
suatu insiden diidentifikasi dengan merekonstruksi kronologis kejadian menggunakan
pertanyaan ‘mengapa' yang diulang hingga menemukan akar penyebabnya dan
penjelasannya. Pertanyaan ‘mengapa' harus ditanyakan hingga tim investigator
mendapatkan fakta, bukan hasil spekulasi.

Pelaporan Insiden/Kejadian
Berbagai QnA terkait Pelaporan Patient Safety
Mengapa pelaporan insiden penting ?
➔ Karena pelaporan akan menjadi awal proses pembelajaran untuk mencegah kejadian yang
sama terulang kembali.
Bagaimana memulainya ?

Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
➔ Dibuat suatu sistem pelaporan insiden di rumah sakit meliputi kebijakan, alur pelaporan,
formulir pelaporan dan prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan pada seluruh
karyawan.
Apa yang harus dilaporkan ?
➔ Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi ataupun
yang nyaris terjadi.
Siapa yang membuat Laporan Insiden (Incident Report) ?
➔ Siapa saja atau semua staf RS yang pertama menemukan kejadian/insiden
➔ Siapa saja atau semua staf yang terlibat dalam kejadian/insiden
Bagaimana cara membuat Laporan Insiden?
➔ Karyawan diberikan pelatihan mengenai sistem pelaporan insiden mulai dari maksud,
tujuan dan manfaat laporan, alur pelaporan, bagaimana cara mengisi formulir laporan
insiden, kapan harus melaporkan, pengertian-pengertian yang digunakan dalam sistem
pelaporan dan cara menganalisa laporan.
Masalah yang sering menghambat dalam Laporan Insiden
➔ Laporan dipersepsikan sebagai pekerjaan perawat
➔ Laporan sering disembunyikan / underreport, karena takut disalahkan.
➔ Laporan sering terlambat
➔ Bentuk laporan miskin data karena adanya budaya menyalahkan (blame culture)

Alur Pelaporan
Alur Pelaporan Insiden Kepada Tim Keselamatan Pasien di RS (Internal)
1. Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD/KTC/KPC) di rumah sakit, wajib segera
ditindaklanjuti (dicegah / ditangani) untuk mengurangi dampak / akibat yang tidak
diharapkan.
2. Setelah ditindaklanjuti, segera membuat laporan insidennya dengan mengisi Formulir
Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shiftkepadaAtasanlangsung.(Palinglambat2x24jam);
diharapkan jangan menunda laporan.
3. Setelah selesai mengisi laporan, segera menyerahkan kepada Atasan langsung pelapor.
(Atasan langsung disepakati sesuai keputusan Manajemen : Supervisor/Kepala Bagian/
Instalasi/ Departemen / Unit).
4. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko terhadap insiden
yang dilaporkan.
5. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan dilakukan sebagai
berikut :
• Grade biru : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung, waktu maksimal 1 minggu.
• Grade hijau : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung, waktu maksimal 2 minggu
• Grade kuning : Investigasi komprehensif/Analisis akar masalah/RCA oleh Tim KP di RS,
waktu maksimal 45 hari
• Grade merah : Investigasi komprehensif/Analisis akar masalah / RCA oleh Tim KP di
RS, waktu maksimal 45 hari.
6. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan laporan
insiden dilaporkan ke Tim KP di RS.
7. Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil Investigasi dan Laporan insiden untuk
menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan
Regrading.

Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
8. Untuk grade Kuning / Merah, Tim KP di RS akan melakukan Analisis akar masalah / Root
Cause Analysis (RCA)
9. Setelah melakukan RCA, Tim KP di RS akan membuat laporan dan Rekomendasi untuk
perbaikan serta "Pembelajaran" berupa : Petunjuk / "Safety alert" untuk mencegah kejadian
yang sama terulang kembali.
10. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direksi
11. Rekomendasi untuk "Perbaikan dan Pembelajaran" diberikan umpan balik kepada unit kerja
terkait serta sosialisasi kepada seluruh unit di Rumah Sakit
12. Unit Kerja membuat analisa kejadian di satuan kerjanya masing – masing
13. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim KP di RS.

Alur Pelaporan Insiden Ke KKPRS-Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Eksternal)


Laporan hasil investigasi sederhana / analisis akar masalah / RCA yang terjadi pada
pasien dan telah mendapatkan rekomendasi dan solusi oleh Tim KP di RS (internal) / Pimpinan
RS dikirimkan ke KKPRS dengan melakukan entry data (e-reporting) melalui website resmi
KKPRS : www.buk.depkes.go.id.

Analisis Penilaian Risiko


Penilaian matriks risiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan derajat risiko
suatu insiden berdasarkan Dampak dan Probabilitasnya.
a. Dampak (Consequences)

Penilaian dampak / akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang dialami pasien
mulai dari tidak ada cedera sampai meninggal
b. Probabilitas / Frekuensi / Likelihood

Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
Penilaian tingkat probabilitas / frekuensi risiko adalah seberapa seringnya insiden tersebut
terjadi

Setelah nilai Dampak dan Probabilitas diketahui, dimasukkan dalam Tabel Matriks Grading
Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko.
Cara Menghitung
Skor Risiko : Dampak x Probabilitas

Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu : Biru, Hijau,
Kuning dan Merah. Warna "bands" akan menentukan Investigasi yang akan dilakukan :
Bands BIRU dan HIJAU : Investigasi sederhana
Bands KUNING dan MERAH : Investigasi Komprehensif / RCA

Contoh :
Pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal, kejadian seperti ini di RS X terjadi pada 2 tahun
yang lalu Nilai dampak : 5 (katastropik ) karena pasien meninggal
Nilai probabilitas : 3 (mungkin terjadi) karena pernah terjadi 2 thn lalu
Skoring risiko : 5 x 3 = 15 (Band Merah → Ekstrem)

Tindakan sesuai Tingkat dan Bands Risiko

Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
Formulir Laporan Insiden terdiri dari dua macam :
a. Formulir Laporan Internal Insiden Keselamatan pasien Adalah Formulir Laporan yang
dilaporkan ke Tim KP di RS dalam waktu maksimal 2 x 24 jam / akhir jam kerja / shift. Laporan
berisi : data pasien, rincian kejadian, tindakan yang dilakukan saat terjadi insiden, akibat insiden,
pelapor dan penilaian grading.
b. Formulir Laporan Eksternal insiden Keselamatan Pasien Adalah Formulir Laporan yang
dilaporkan ke KKPRS setelah dilakukan analisis dan investigasi.
Hal yang perlu diperhatikan :
• Laporan ini hanya dibuat jika timbul kejadian yang menyangkut pasien.
• Laporan bersifat anonim, tidak mencantumkan nama, hanya diperlukan rincian kejadian,
analisa penyebab dan rekomendasi.
• mengisi laporan ini sebaiknya dibaca Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien
(IKP) , bila ada kerancuan persepsi, isilah sesuai dengan pemahaman yang ada.
• Isilah semua data pada Laporan Insiden Keselamatan Pasien dengan lengkap. Jangan
dikosongkan agar data dapat dianalisa.
• Segera kirimkan laporan ini langsung ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(KKPRS).

Aspek Hukum Patient Safety → UU tentang Kesehatan dan UU tentang Rumah Sakit
Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum
• Pasal 53 (ayat 3) UU No 36 tahun 2009
Pelaksanaan pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan nyawa pasien
• Pasal 32 UU No 44 tahun 2009
Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
di rumah sakit
• Pasal 58 UU No 36 tahun 2009
a) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan
atau penyelenggara kesehatan
b) Tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa
atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat

Tanggungjawab Hukum Rumah Sakit


• Pasal 29b UU No.44 tahun 2009
Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit.
• Pasal 46 UU No.44 tahun 2009
Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di RS.
Pasal 45 (2) UU No.44 tahun 2009
Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia

Bukan tanggung jawab Rumah Sakit


• Pasal 45 (1) UU No.44 tahun 2009 Tentang Rumah sakit

Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau
keluarganya menolak atau menghentikan pengobatanyang dapat berakibat kematian
pasien setelah adanya penjelasan medis yang komprehensif

Hak Pasien
• Pasal 32d UU No.44 tahun 2009
Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional
• Pasal 32e UU No.44 tahun 2009
Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi
• Pasal 32j UU No.44 tahun 2009
Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan
• Pasal 32q UU No.44 tahun 2009
Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila
Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana

Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien


Pasal 43 UU No 44 tahun 2009
➔ RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien
➔ Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa dan
menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan
➔ RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komitmen yang membidangi
keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri
➔ Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonim dan ditujukkan untuk
mengoreksi sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien

M3 Statistik kesehatan dan indikator mutu pelayanan kesehatan


Kata statistik berasal dari bahasa Latin "Ratio Status" yang dalam bahasa Itali ekivalen
dengan kata "Region di stato". Istilah tersebut muncul pada awal abad pertengahan, biasa
digunakan untuk menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan pelajaran tentang kenegaraan.
Kemudian berkembang istilah "statistia" yang berarti orang yang berkecimpungdalam urusan
keadaan kenegaraan atau ahli negara. Memang pada mula perkembangannya,para ahli negara
inilah yang menerapkan statistik dalam arti mengumpulkan danmenganalisis data dalam bentuk
angka tentang masalah-masalah kenegaraan. Misalnya tentang kependudukan, pertanian, militer
dan tenaga kerja. Selanjutnya statistik terusberkembang tidak hanya masalah kenegaraan saja,
tetapi juga mencakup masalah-masalahlain sejalan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.
Statistik dideteksi orang mulai ada sejak Raja Ramses II sekitar tahun 1250 SM. Raja
Ramses II sudah mulai melakukan pencatatan secara sederhana mengenai kelahiran dan
kematian. Mulai abad pertengahan (XV) statistik mulai berkembang di dataran Eropa.Sekitar
tahun 1538 pada zaman Raja Henry VIII juga telah ada catatan secara teratur tentang peristiwa

Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
kesakitan dan kematian. Sedangkan statistik vital sendiri di Inggris mulai dikembangkan sekitar
tahun 1594.Pada tahun 1603 Graunt dan Petty menerbitkan mingguan berkala mengenai
kehidupan yang ditemukan dalam masyarakat, mereka melakukan analisis mengenai peristiwa
prevalensi, epidemi penyakit kronis. Secara tersendiri John Graunt pada tahun 1662menerbitkan
suatu laporan "Natural and Political Observation Mentioned FollowingIndex and Made Upon
The Bill of Mortality". Sehingga John Graunt mendapat julukan bapak statistik kesehatan.
Beberapa pokok kesimpulan tulisan beliau tentang perikehidupan :
• The regurality of vital phenomena - human being are born, live and die.
• Male births axceed female births.
• The mortality rate in the earliest years of life is relatively high, age influencesmortality.
• Urban death rates are higher than rural death rates.

Statistik adalah ilmu yang mempelajari tentang cara mengumpulkan, mengolah,


menganalisis data dan menyimpulkanya serta melakukan inferensi (ke populasi) bila hanya
sebagian data yang diperoleh (sampel). Biostatistik adalah cabang statistik dalam bidang ilmu
biologi dan medis.
Bahan baku statistik adalah data, sebagian menyederhanakan sebagai angka. Angka adalah hasil
dari pengukuran dan perhitungan. Data terdiri atas kumpulan angka. Setiap angka tersebut
dinamakan datum. Data yang dibutuhkan untuk analisis statistik adalah data yang dapat
digunakan untuk menjawab pertanyaan (penelitian). Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai
sumber seperti :
1. Catatan rutin, seperti catatan follow-up dokter, rekam medis, laporan keuangan, dan
sebagainya
2. Survey, data yang tidak dapat diperoleh dari catatan rutin, harus dicari dengan survey.
Contoh untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan Puskesmas, kita dapat
mengetahuinya dengan cara mengadakan survey terhadap pasien puskesmas.
3. Eksperimen yaitu data yang diperoleh setelah melakukan uji coba.
4. Sumber eksternal, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian orang lain, jurnal yang
dipublikasikan, textbook dan sebagainya.

Ruang Lingkup Statistika.


1. Statistik Deskriptif (Statistik Deduktif)
Statistik deskriptif adalah bidang statistik yang meliputi : pengumpulan data,pengolahan
data, penyajian data dan analisis data secara sederhana. Dengan tujuan untuk
menggambarkan keadaan atau karakteristik populasi yang dikaji. Alat yang digunakan
biasanya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, peta, gambar, dll. Hasil perhitungan analisis
yang dapat dihadirkan, yaitu, proporsi, modus, median, mean,variansi dan standar deviasi.

2. Statistik Analitik / Inferensial (Statistik Induktif)


Statistik analitik adalah bidang statistik yang mencakup semua kegiatan statistik secara
utuh mulai dari kegiatan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data,analisis data
dan penarikan simpulan berdasarkan data yang ada. Statistik analitik memiliki tujuan akhir
untuk membuat inference atau menggeneralisasi hasilpengukuran sampel dari unit populasi.
Alat yang digunakan pada statistik analitikadalah teori estimasi, pengujian hipotesis, dll.

Kegunaan Statistik Dalam Bidang Kesehatan

Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
• Memberi keterangan tentang masalah-masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi serta
hal-hal perlu mendapat prioritas.
• Memberikan keterangan penyebaran penyakit berdasarkan orang yang diserang,waktu
penyerangan, luasnya wilayah serang dan kecenderungannya.
• Memperkirakan perkembangan suatu penyakit dengan berdasarkan periodisasinya /trend.
• Memperkirakan faktor-faktor penyebab masalah, fakta yang akan dan telah terjadi.
• Memperkirakan sumber daya dan potensi pemanfaatan serta pengembangannya
dalamupaya mengantisipasi permasalahan yang terjadi.
• Merencanakan upaya yang efektif, efisien berdasarkan kenyataan, prioritas dan sumber
daya yang tersedia.
• Memahami, menganalisis data dan informasi guna membantu mengambil keputusan.
• Menganalisis hambatan pelaksanaan program kesehatan masyarakat serta alternatif
pemecahannya.
• Menilai hasil-hasil kegiatan yang telah dicapai.
• Mendokumentasikan semua data kesehatan masyarakat, untuk dapat dibandingkan
dengan daerah lain atau keadaan yang akan datang.

Mutu Pelayanan Kesehatan


Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang
tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara
aman dan memuaskan sesuai norma, etika, hukum, dan sosial budaya dengan memperhatikan
keterbatasan dan kemampuan pemerintah, serta masyarakat konsumen.
Menurut Kemenkes RI (2010), mutu pelayanan kesehatan meliputi kinerja yang
menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, tidak saja yang dapat menimbulkan
kepuasan bagi pasien sesuai dengan kepuasan rata-rata penduduk tapi tetapi juga sesuai dengan
standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan. Mutu layanan kesehatan akan selalu
menyangkut dua aspek yaitu pertama aspek teknis dari penyedia layanan kesehatan itu sendiri
dan kedua, aspek kemanusiaan yang timbul sebagai akibat hubungan yang terjadi antara pemberi
layanan kesehatan dan penerima layanan kesehatan.
Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara efektif dan
efisien sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh
sesuai dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam
pengembangan pelayanan kesehatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal.
Beberapa orang mengartikan layanan kesehatan bermutu adalah layanan yang
memuaskan pelanggan. Padahal layanan yang diberikan tidak memenuhi standar pelayanan
medis profesional. Bahkan bisa terjadi di sebuah institusi layanan kesehatan seperti rumah sakit
jika pasien datang di Unit Gawat Darurat langsung ditangani “diinfus”. Pasien puas karena
mereka merasa langsung “ditangani” padahal infus tidak selalu diperlukan. Bahkan jika tidak
terkontrol dapat menimbulkan efek samping seperti edem pulmo.

Persyaratan Pokok Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan yang baik harus memiliki berbagai persyaratan pokok seperti berikut.
1. Tersedia (Available) dan Berkesinambungan (Continuous)
Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan
tersebut harus tersedia (available) di masyarakat serta bersifat berkesinambungan

Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
(continous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat
tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah ada setiap saat yang
dibutuhkan.
2. Dapat Diterima (Acceptable) dan Wajar (Appropriate)
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat diterima
(acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate). Artinya pelayanan kesehatan
tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan
masyarakat, serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.
3. Mudah Dicapai (Accessible)
Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai
(accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksudkan di sini terutama
dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik,
maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan
yang selalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja dan sementara itu tidak ditemukan di
daerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik
4. Mudah Dijangkau (Affordable)
Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dijangkau
(affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksudkan di sini terutama
dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan
biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang mahal hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat
saja, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
5. Bermutu (Quality)
Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang bermutu (quality).
Pengertian mutu yang dimaksudkan di sini adalah yang menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu pihak dapat
memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya
sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan

Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
Dimensi mutu adalah parameter kualitas suatu produk. Dimensi mutu pelayanan
kesehatan akan memiliki makna yang berbeda bila dilihat dari sisi yang berbeda seperti bila
dilihat dari sisi pemakai jasa pelayanan kesehatan, pemberi layanan kesehatan, penyandang dana
pelayanan kesehatan, pemilik sarana layanan kesehatan, dan administrator layanan kesehatan.
Berikut ini adalah dimensi mutu layanan kesehatan dilihat dari berbagai stake holder.
a. Pemakai jasa pelayanan kesehatan.
Pemakai jasa layananan kesehatan khususnya pasien (sebagai konsumen) melihat layanan
kesehatan yang bermutu adalah sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi
kebutuhannya dan diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap
dan mampu menyembuhkan keluhannya serta mencegah berkembangnya penyakit yang
dideritanya.
b. Pemberi layanan kesehatan.
Pemberi layanan kesehatan (provider) mengaitkan layanan kesehatan yang bermutu
dengan ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau protokol, kebebasan profesi dalam
melakukan setiap layanan kesehatan sesuai dengan teknologi kesehatan mutakhir, dan
bagaimana keluaran (outcome) atau hasil layanan kesehatan tersebut.
c. Penyandang dana pelayanan kesehatan.
Penyandang dana atau asuransi kesehatan menganggap bahwa layanan kesehatan yang
bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang efektif dan efisien. Pasien diharapkan dapat
disembuhkan dalam waktu yang sesingkat mungkin sehingga biaya pengobatan dapat
menjadi efisien.
d. Pemilik sarana layanan kesehatan.
Pemilik sarana layanan kesehatan berpandangan bahwa layanan kesehatan yang bermutu
merupakan layanan kesehatan yang menghasilkan pendapatan yang mampu menutupi biaya
operasional dan pemeliharaan tetapi dengan tarif yang masih terjangkau oleh
pasien/masyarakat, yaitu pada tingkat biaya yang tidak mendapat keluhan dari pasien dan
masyarakat.
e. Administrator layanan kesehatan.
Administrator, walaupun tidak memberikan layanan kesehatan pada masyarakat secara
langsung, ikut bertanggung jawab dalam masalah mutu layanan kesehatan. Administrator
berpandanan bahwa layanan kesehatan yang bermutu adalah layanan yang dapat menyusun
prioritas dalam menyediakan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan pasien serta pemberi
layanan kesehatan.

Mutu pelayanan kesehatan memiliki dimensi yang berbeda dengan dimensi produk yang lain di
antaranya adalah sebagai berikut :
a. Dimensi kompetensi teknis.
Dimensi kompetensi teknis menyangkut keterampilan, kemampuan, penampilan, atau
kinerja pemberi layanan kesehatan. Dimensi ini berhubungan dengan bagaimana pemberi

Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
layanan kesehatan mengikuti standar layanan kesehatan yang telah disepakati yang meliputi
ketepatan, kepatuhan, kebenaran, dan konsistensi. Tidak dipenuhinya dimensi kompetensi
teknis dapat mengakibatkan berbagai hal, mulai dari penyimpangan kecil terhadap standar
layanan kesehatan, sampai pada kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu layanan
kesehatan dan membahayakan jiwa pasien.
b. Dimensi keterjangkauan atau akses.
Layanan kesehatan harus dapat dicapai dan dijangkau oleh masyarakat, tidak terhalang
oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, organisasi, dan bahasa. Akses geografis diukur
dengan jarak, lamanya perjalanan, biaya perjalanan, jenis transportasi, dan/atau hambatan
fisik lain yang dapat menghalangi seseorang memperoleh layanan kesehatan.
c. Dimensi efektivitas
Layanan kesehatan harus efektif, artinya harus mampu mengobati atau mengurangi
keluhan yang ada, mencegah terjadinya penyakit dan berkembangluasnya penyakit yang ada.
Efektivitas layanan kesehatan ini bergantung pada bagaimana standar layanan kesehatan itu
digunakan dengan tepat, konsisten, dan sesuai dengan situasi setempat. Dimensi efektivitas
berhubungan erat dengan dimensi kompetensi teknis terutama dalam pemilihan alternatif
dalam menghadapi relative risk dan keterampilan dalam mengikuti prosedur yang terdapat
dalam standar layanan kesehatan.
d. Dimensi Efisiensi
Sumber daya kesehatan sangat terbatas. Oleh karena itu dimensi efisiensi kesehatan
sangat penting dalam layanan kesehatan. Layanan kesehatan yang efisien dapat melayani
lebih banyak pasien dan masyarakat. Layanan kesehatan yang tidak efisien umumnya
berbiaya mahal, kurang nyaman bagi pasien, memerlukan waktu lama, dan menimbulkan
risiko yang lebih besar pada pasien. Dengan melakukan analisis efisiensi dan efektivitas kita
dapat memilih intervensi yang paling efisien.
e. Dimensi kesinambungan
Dimensi kesinambungan layanan kesehatan artinya pasien harus dapat dilayani sesuai
dengan kebutuhannya, termasuk rujukan jika diperlukan tanpa mengulangi prosedur
diagnosis dan terapi yang tidak perlu. Pasien harus selalu mempunyai akses ke layanan
kesehatan yang dibutuhkannya. Apabila riwayat penyakit pasien terdokumentasi dengan
lengkap, akurat, dan terkini maka layanan kesehatan rujukan yang diperlukan pasien dapat
terlaksana dengan tepat, waktu dan tempat.
f. Dimensi keamanan.
Dimensi keamanan maksudnya adalah layanan kesehatan harus aman baik bagi pasien,
pemberi layanan maupun masyarakat sekitarnya. Layanan kesehatan yang bermutu harus
aman dari risiko cidera, infeksi, efek samping, atau bahaya lain. Oleh karena itu, harus
disusun suatu prosedur yang akan menjamin keamanan kedua belah pihak.
g. Dimensi kenyamanan.
Dimensi kenyamanan tidak berpengaruh langsung dengan efektivitas layanan kesehatan
tetapi mempengaruhi kepuasan pasien/konsumen sehingga mendorong pasien untuk datang
berobat kembali ke tempat tersebut. Kenyamanan dan kenikmatan dapat menimbulkan
kepercayaan pasien terhadap organisasi layanan kesehatan.
h. Dimensi informasi.
Layanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi yang jelas tentang
apa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana layanan kesehatan itu akan/atau telah
dilaksanakan. Dimensi informasi ini sangat penting pada tingkat puskesmas dan rumah sakit.

Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
i. Dimensi ketepatan waktu.
Agar berhasil, layanan kesehatan harus dilakukan dalam waktu dan cara yang tepat oleh
pemberi layanan yang tepat, menggunakan peralatan dan obat yang tepat, serta biaya yang
tepat (efisien)
j. Dimensi hubungan antar manusia.
Hubungan antarmanusia adalah hubungan antara pemberi layanan kesehatan (provider)
dengan pasien atau masyarakat (konsumen), pemerintah daerah, lembaga swadaya
masyarakat (LSM), atau antar sesama pemberi layanan kesehatan, (dinas kesehatan, rumah
sakit, puskesmas). Hubungan antarmanusia yang baik akan menimbulkan kepercayaan dan
kredibilitas dengan cara saling menghargai, menjaga rahasia, saling menghormati, responsif,
memberi perhatian, dan lain-lain.

Kepuasan
Penerapan jaminan mutu pelayanan kesehatan, maka kepuasan pasien akan menjadi
bagian yang terintegrasi dan menyeluruh dari kegiatan jaminan mutu layanan kesehatan. Dengan
kata lain bahwa pengukuran tingkat kepuasan pasien harus menjadi kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari pengukuran mutu pelayanan kesehatan. Kepuasan pasien adalah suatu tingkat
perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya
setelah pasien membandingkan dengan apa yang diharapkan. Lebih lanjut Pohan juga
menyatakan bahwa kepuasan pasien dapat diukur dengan indikator sebagai berikut :
1. Kepuasan terhadap akses pelayanan kesehatan, Hal ini terkait dengan sikap dan
pengetahuan tentang sejauh mana layanan kesehatan tersedia pada waktu dan tempat saat
dibutuhkan, kemudahan memperoleh layanan kesehatan, baik dalam keadaan biasa atau
dalam keadaan gawat darurat serta sejauh mana pasien mengerti bagaimana sistem layanan
kesehatan bekerja dan tersedianya layanan kesehatan.
2. Kepuasan terhadap mutu pelayanan kesehatan yang dinyatakan melalui sikap terhadap
kompetensi teknis tenaga kesehatan, serta perubahan kesehatan yang dirasakan pasien dari
hasil pelayanan kesehatan.
3. Kepuasan terhadap proses pelayanan kesehatan, termasuk hubungan antar manusia yang
ditentukan dengan melakukan pengukuran sejauh mana ketersediaan layananan di layanan
kesehatan menurut pasien, perhatian dan kepedulian tenaga kesehatan, tingkat kepercayaan
dan keyakinan kepada tenaga kesehatan, tingkat pengertian tenaga kesehatan tentang
diagnosis pasien.
4. Kepuasan terhadap sistem layanan kesehatan ditentukan dengan fasilitas fisik dan
lingkungan layanan kesehatan, lingkup dan sifat keuntungan dari layanan kesehatan yang
ditawarkan, sistem perjanjian termasuk waktu tunggu, sikap mau menolong, maupun
pemecahan masalah.

Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety

Anda mungkin juga menyukai