Unsur-unsur manajemen
a. Manusia (Man)
Pembangun organisasi kehesehatan seperti rumah sakit, Sumber daya
manusiamerupakan salah satu faktor yang sangat menentukan terlaksanananya
manajemen.
b. Uang (money)
Uang atau anggran sangat diperlukan sebagai biaya yang harus dimiliki
organisasiuntuk melakukan pelayanan kesehatan, mulai dari perizinan, pembangunan
rumahsakit, peralatan, pembayaran tenaga kerja dan lain sebagainya.
c. Bahan baku (material)
Material adalah obat-obatan yang digunakan organisasi kesehatan untuk
melakukankegiatan pelayanan kesehatan secara efisien.
d. Mesin (machine)
Mesin adalah peralatan yang digunakan dalam pelayanan kesehatan sepertiperalatan
untuk perawatan gigi, peralatan untuk persalinan, peralatan radiologi dansebagainya.
e. Metode (Method)
Metode adalah cara yang ditempuh untuk melaksanakan sesuatuyang telahdirancang
dengan baik sehingga tujuan akan dapat dicapai dengan tepat sesuaidengan perencanaan
semula. Metode yang digunakan dalammelaksanakanpelayanan kesehatan dengan
berperdoman pada SOP.(Standar Operational Procedure).
f. Market (Pasar)
Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang meliputi berbagai jenis
pekerjaan yang digolongkan dalam satu kelompok sehingga membentuk suatu kesatuan
administratif. Sebagaimana yang dikatakan oleh Louis A. Allen di dalam bukunya “The
Profession of Management” menyatakan bahwa manajemen itu adalah suatu jenis
pekerjaan khusus yang menghendaki usaha mental dan fisik yang diperlukan untuk
memimpin, merencanakan, menyusun, mengawasi, serta meneliti. Menurut Allen pekerjaan
manajer itu mencakup empat fungsi yaitu :
1. Memimpin (Leading)
Memimpin adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer agar orang lain
bertindak.
terdiri dari beberapa kegiatan yaitu sebagai berikut :
a. Mengambil keputusan (decision making).
b. Mengadakan komunikasi (communicating).
c. Memberikan motivasi (motivating).
d. Memilih orang-orang (selecting people).
e. Mengembangkan orang-orang (developing people).
2. Merencanakan (Planning)
Kegiatan merencanakan meliputi beberapa kegiatan yaitu :
o Meramalkan (forecasting) adalah pekerjaan seorang manajer
dalammemperkirakan waktu yang akan datang.
o Menetapkan maksud dan tujuan (establishing objective) yaitu pekerjaan manajer
dalam menentukan tujuan atau sasaran.
o Mengacarakan (programming) menetapkan urutan kegiatan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan.
o Mengatur waktu (scheduling) menetapkan urutan yang tepat, hal ini sangat
penting agar semua tindakan dapat berhasil dengan baik.
o Menyusun anggaran belanja (budgeting) mengalokasikan sumber daya yang ada.
o Mengembangkan prosedur (developing procedures) menormalisasikan cara-cara
pelaksanaan pekerjaan.
o Menetapkan dan menafsirkan kebijaksanaan (establishing and interpreting
policies) menetapkan dasar-dasar pelaksanaan pekerjaan.
3. Menyusun (Organizing)
Fungsi manajemen organizing ini meliputi :
a. Merencanakan struktur organisasi.
b. Mendelegasikan tanggung jawab dan wewenang.
c. Menetapkan hubungan-hubungan
4. Mengawasi dan meneliti (Controlling)
Cara-cara pengawasan dalam manajemen diperoleh melalui :
a. Perkembangan derajat pekarjaan.
b. Pengukuran hasil pekerjaan.
c. Penilaian hasil pekerjaan.
d. Pengambilan tindakan perbaikan.
Fungsi-fungsi pokok manajemen menurut GR. Terry yang membentuk manajemen sebagai
suatu proses adalah sebagai berikut :
1. Planning
Kegiatan menentukan berbagai tujuan dan penyebab tindakan-tindakan selanjutnya
yang kegiatannya meliputi :
a. Menjelaskan, menetapkan, dan memastikan tujuan yang akan dicapai.
b. Meramalkan peristiwa atau keadaan paada waktu yang akan datang.
c. Memperkirakan kondisi-kondisi pekerjaan yang akan dilakukan.
d. Memilih tugas-tugas yang sesuai untuk mencapai tujuan.
e. Membuat rencana secara menyeluruh dengan menekankan kreativitas agar diperoleh
sesuatu yang baru dan lebih baik.
f. Membuat kebijaksanaa, proceduress, standars dan metode-metode untukpelaksanaan
kerja.
g. Memikirkan peristiwa yang kemungkinan akan terjadi.
h. Mengubah rencana sesuai dengan petunjuk hasil pengawasan.
2. Organizing
Kegiatan membagi pekerjaan diantara anggota kelompok serta membuat ketentuan
dalam hubungan-hubungan yang diperlukan. Tugas-tugasnya yaitu :
a. Membagi pekerjaan ke dalam tugas-tugas operasional
b. Mengelompokkan tugas-tugas ke dalam posisi-posisi secara operasional
c. Menggabungkan jabatan-jabatan yang opersional ke dalam unit-unit yang saling
berkaitan
d. Memilih dan menempatkan orang untuk pekerjaan yang sesuai
e. Menjelaskan persyaratan dari setiap jabatan
f. Menyesuaikan wewenang dan tanggung jawab bagi setiap anggota
g. Menyediakan berbagai fasilitas untuk pegawai
h. Menyelaraskan organisasi sesuai dengan petunjuk hasil pengawasan
3. Actuating
Kegiatan menggerakkan anggota anggota kelompok untuk melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan tugasnya masing-masing yang meliputi :
a. Melakukan kegiatan berpartisipasi dengan senang hati terhadap semua keputusan,
tindakan atau perbuatan.
b. Mengarahkan dan menantang orang lain agar bekerja sebaik mungkin.
c. Memotivasi anggota.
d. Berkomunikasi secara efektif.
e. Meningkatkan anggota agar memahami potensinya secara penuh.
f. Memberi imbalan atau penghargaan terhadap pekerjaan yang telah dilakukan dengan
baik.
g. Mencukupi keperluan pegawai sesuai dengan pekerjaanya.
h. Berupaya memperbaiki pengarahan sesuai dengan petunjuk hasil pengawasan.
4. Pengawasan (controlling)
Kegiatan untuk menyesuaikan antara pelaksanaan dengan rencana-rencana yang
telah ditentukan. Kegiatan-kegiatannya yaitu meliputi :
a. Membandingkan hasil-hasil pekerjaan dengan rencana secara keseluruhan.
b. Menilai hasil pekerjaan sesuai dengan standar hasil kerja.
c. Membuat media pelaksanaan secara tepat.
d. Memberitahukan media pengukur pekerjaan.
e. Memindahkan data secara terperinci agar dapat terlihat perbandingan dan
penyimpangan-penyimpangannya.
f. Membuat saran tindakan-tindakan perbaikan jika dirasa perlu oleh anggota.
g. Memberi tahu anggota yang bertanggung jawab terhadap pemberian penjelasan.
h. Menyesuaiakan pengawasan sesuai dengan petunjuk hasil pengawasan.
Para ahli teori kepemimpinan telah mengemukakan beberapa teori tentang timbulnya
seorang Pemimpin. Dalam hal ini terdapat 4 teori yang menonjol yaitu :
1. Teori Genetik
Penganut teori ini berpendapat bahwa, “pemimpin itu dilahirkan dan bukan
dibentuk”. Pandangan terori ini bahwa, seseorang akan menjadi pemimpin karena
“keturunan” atau ia telah dilahirkan dengan “membawa bakat” kepemimpinan. Teori
keturunan ini, dapat saja terjadi, karena seseorang dilahirkan telah “memiliki potensi
termasuk “memiliki potensi atau bakat” untuk memimpin dan inilah yang disebut
dengan faktor “dasar”.
Dalam realitas, teori keturunan ini biasanya dapat terjadi di kalangan bangsawan
atau keturunan raja-raja, karena orang tuanya menjadi raja maka seorang anak yang
lahir dalam keturunan tersebut akan diangkan menjadi raja.
2. Teori Sosial
Penganut teori ini berpendapat bahwa, seseorang yang menjadi pemimpin dibentuk
dan bukan dilahirkan. Penganut teori berkeyakinan bahwa semua orang itu sama dan
mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin. Tiap orang mempunyai potensi atau bakat
untuk menjadi pemimpin, hanya saja paktor lingkungan atau faktor pendukung yang
mengakibatkan potensi tersebut teraktualkan atau tersalurkan dengan baik dan inilah
yang disebut dengan faktor “ajar” atau “latihan”.
Pandangan penganut teori ini bahwa, setiap orang dapat dididik, diajar, dan dlatih
untuk menjadi pemimpin. Intinya, bahwa setiap orang memiliki potensi untuk menjadi
pemimpin, meskipun dia bukan merupakan atau berasal dari keturunan dari seorang
pemimpin atau seorang raja, asalkan dapat dididik, diajar dan dilatih untuk menjadi
pemimpin.
3. Teori Ekologik
Penganut teori ini berpendapat bahwa, seseorang akan menjadi pemimpin yang baik
“manakala dilahirkan” telah memiliki bakat kepemimpinan. Kemudian bakat tersebut
dikembangkan melalui pendidikan, latihan, dan pengalaman-pengalaman yang
memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang telah dimiliki.
Jadi, inti dari teori ini yaitu seseorang yang akan menjadi pemimpin merupakan perpaduan
antara faktor keturunan, bakat dan lungkungan yaitu faktor pendidikan, latihan dan
pengalaman-pengalaman yang memungkinkan bakat tersebut dapat teraktualisasikan dengan
baik.
4. Teori Kontigensi atau Teori Tiga Dimensi.
Penganut teori ini berpendapat bahwa, ada tiga faktor yang turut berperan dalam proses
perkembangan seseorang menjadi pemimpin atau tidak, yaitu:
a. Bakat kepemimpinan yang dimilikinya.
b. Pengalaman pendidikan, latihan kepemimpinan yang pernah diperolehnya, dan
c. Kegiatan sendiri untuk mengembangkan bakat kepemimpinan tersebut.
Teori ini disebut dengan teori serba kemungkinan dan bukan sesuatu yang pasti, artinya
seseorang dapat menjadi pemimpin jika memiliki bakat, lingkungan yang membentuknya,
kesempatan dan kepribadian, motivasi dan minat yang memungkinkan untuk menjadi
pemimpin
Dapat dipahami dari batasan di atas bahwa kepemimpinan akan muncul apabila ada seseorang
yang karena sifat-sifat dan perilakunya mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain
untuk berpikir, bersikap, dan ataupun berbuat sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Berikut gaya kepemimpinan sebagai berikut :
1. Gaya Kepemimpinan Diktator
Pada gaya kepemimpinan diktator (dictatorial leadership style) ini upaya mencapai
tujuan dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta ancaman hukuman. Tidak ada
hubungan dengan bawahan, karena mereka dianggap hanya sebagai pelaksana dan pekerja
saja.
2. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada gaya kepemimpinan ini (autocratic leadership style) segala keputusan berada di
tangan pemimpin. Pendapat atau kritik dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Pada dasarnya
sifat yang dimiliki sama dengan gaya kepemimpinan diktator tetapi dalam bobot yang agak
kurang.
3. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Pada gaya kepemimpinan demokratis (democratic leadership style) ditemukan peran serta
bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah. Hubungan
dengan bawahan dibangun dengan baik. Segi positif dari gaya kepemimpinan ini
mendatangkan keuntungan antara lain: keputusan serta tindakan yang lebih obyektif,
tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi. Sedangkan kelemahannya:
keputusan serta tindakan kadang- kadang lamban, rasa tanggung jawab kurang, serta
keputusan yang dibuat terkadang bukan suatu keputusan yang terbaik.
4. Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire
Pada gaya kepemimpinan santai (Laissez-Faire leadership style) ini peranan pimpinan
hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan kepada bawahan, jadi setiap
Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
anggota organisasi dapat melakukan kegiatan masingmasing sesuai dengan kehendak
masing-masing pula.
Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
M3 Standar pelayanan kedokteran dalam manajemen mutu pelayanan kesehatan
Levey dan Loomba (1973), menurutnya pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perseorangan keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat.
Pelayanan kesehatan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009
(Depkes RI) yang tertuang dalam Undang-Undang Kesehatan tentang kesehatan ialah setiap
upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan, perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
Sedangkan menurut Azwar (1996) Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
perseorangan, keluarga kelompok, dan ataupun masyarakat. Dari pengertian tersebut diatas, ada
beberapa poin yang penting yang menjadi ciri dalam sebuah pelayanan kesehatan yaitu:
1. Usaha Sendiri
Setiap usaha pelayanan kesehatan bisa dilakukan sendiri ditempat pelayanan. Misalnya
pelayanan dokter praktek.
2. Usaha Lembaga atau Organisasi
Setiap usaha pelayanan kesehatan dilakukan secara kelembagaan atau organisasi kesehatan
ditempat pelayanan. Misalnya pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas.
3. Memiliki Tujuan yang Dicapai
Tiap pelayanan kesehatan memiliki produk yang beragam sebagai hasil ahir pelayanan yang
pada tujuan pokoknya adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat atau perseorangan.
4. Lingkup Program
Lingkup pelayanan kesehatan meliputi kegiatan pemeliharaan kesehatan, peningkatan
kesehatan, pencegah penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan, atau gabungan
dari keseluruhan dalam kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
5. Sasaran Pelayanan
Tiap pelayanan kesehatan menghasilkan sasaran yang berbeda, tergantung dari program yang
akan dilakukan, bisa untuk perseorangan, keluarga, kelompok ataupun untuk masyarakat
secara umum.
Jenis Pelayanan Kesehatan
secara umum dapat dibedakan atas dua bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yaitu :
Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
1. Pelayanan Kedokteran / Medis (Private Good)
Pelayanan kesehatan yang dimaksud dalam kelompok pelayanan medis / kedokteran
(medical services) ini ditandai dengan cara pengorganisasiannya yang dapat bersifat sendiri
(solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi (institution), adapun tujuan
utamanya adalah untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan serta
sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Public Good)
Pelayanan kesehatan yang dimaksud dalam kelompok pelayanan kesehatan masyarakat
(public health services) ini ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara
bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya terutama untuk kelompok dan
masyarakat.
Berdasarkan Pasal 52 ayat (1) UU Kesehatan, pelayanan kesehatan secara umum terdiri dari dua
bentuk pelayanan kesehatan yaitu :
1. Pelayanan kesehatan perseorangan (medical service)
Pelayanan kesehatan ini banyak diselenggarakan oleh perorangan secara mandiri (self
care), dan keluarga (family care) atau kelompok anggota masyarakat yang bertujuan untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkandilaksanakan pada institusi pelayanan kesehatan
yang disebut rumah sakit, klinik bersalin, praktik mandiri.
2. Pelayanan kesehatan masyarakat (public health service)
Pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh kelompok dan masyarakat yang
bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang mengacu pada tindakan
promotif dan preventif. Upaya pelayanan masyarakat tersebut dilaksanakan pada pusat-pusat
kesehatan masyarakat tertentu seperti puskesmas.
Stratifikasi Pelayanan Kesehatan yang berlaku di indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga
macam yakni sebagai berikut :
1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health services) adalah pelayanan
kesehatan yang bersifat pokok, yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat
serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada
umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan. Seperti
Puskesmas, Klinik Pratama, Dokter Praktek Swasta.
2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua
Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan yang lebih lanjut,
telah bersifat rawat inap dan untuk menyelenggarakannnya telah dibutuhkan tersediannya
tenaga-tenaga spesialis. Fasilitas pelayanan tingkat kedua ini adalah Rumah Sakit-rumah
sakit Type C dan Type B.
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga
Pelayanan kesehatan yang bersifat lebih kompleks dan umumnya diselenggarakan
oleh tenaga-tenaga sub spesialis seperti Rumah Sakit type B dan Type A.
Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
ukur/Indikator adalah fenomena yang dapat diukur. pelayanan kesehatan dapat mengacu pada
indikator yang relevan berkaitan dengan struktur, proses dan outcome :
1. Indikator Struktur / Input:
• Tenaga kesehatan profesional
Contoh dari Indikator ini adalah : tersedianya jumlah tenaga kesehatan tertentu per
jumlah penduduk, (misal: Jumlah dokter setiap 300.000 penduduk).
• Biaya yang tersedia
Contoh dari Indikator ini adalah : tersedianya sejumlah dana atau anggaran yang tersedia
untuk pemberantasan penyakit tertentu.
• Obat-obatan dan alat kesehatan
Contoh dari Indikator ini adalah : tersedianya sejumlah obat-obatan untuk untuk
pemberantasan penyakit tertentu.
• Metode atau standard operation
Contoh dari Indikator ini adalah : tersedianya Standar Operating Procedur untuk yang
sesuai untuk kegiatan pelayanan di sarana pelayanan kesehatan.
2. Indikator proses
Memberikan petunjuk tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan,
prosedur asuhan yang ditempuh oleh tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya.
Dipandang dari sudut manajemen yang diperlukan adalah pelaksanaan dari fungsi-fungsi
manajemen seperti perencanaan, pengoorganisasian, penggerakan, pemantauan,
pengendalian dan penilaian. Sebagai contoh dari indikator proses ini adalah :
o Terbentuknya satgas / panitia penanggulangan penyakit menular,
o Terselenggaranya gerakan Cuci Tangan pake sabun di setiap sekolah
o Adanya rapat evaluasi untuk menilai keberhasilan
3. Indikator Output
Merupakan ukuran-ukuran khusus (kuantitas) bagi output program seperti sejumlah
puskesmas yang berhasil dibangun, jumlah kader kesehatan yang dilatih, jumlah MCK
yang dibangun, jumlah pasien yang sembuh dsb.
4. Indikator Outcome (Dampak Jangka Pendek)
ukuran-ukuran dari berbagai dampak program seperti meningkatnya derajat kesehatan
anak balita, menurunkan angka kesakitan. Indikator Impact (Dampak jangka panjang).
Seperti meningkatnya umur harapan hidup, meningkatnya status gizi, atau indikator di
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit seperti : BOR, LOS, TOI dan Indikator klinis
lain seperti : angka kesembuhan penyakit, angka kematian 48 jam, angka infeksi
nosokomial, dsb.
Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
• QA mendorong suatu pendekatan tim dalam pemecahan masalah dan peningkatan mutu
Pendekatan Sistem Dalam Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan
Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
Adapun perbedaan antara klinik pratama dan klinik utama adalah :
• Pelayanan medis pada klinik pratama hanya pelayanan medis dasar, sementara pada klinik
utama mencakup pelayanan medis dasar dan spesialis.
• Pimpinan klinik pratama adalah dokter atau dokter gigi, sementara pada klinik utama
pimpinannya adalah dokter spesialis atau dokter gigi spesialis.
• Layanan di dalam klinik utama mencakup layanan rawat inap, sedangkan pada klinik
pratama layanan rawat inap hanya boleh dalam hal klinik berbentuk badan usaha.
• Tenaga medis dalam klinik pratama adalah minimal dua orang dokter atau dokter gigi,
sementara dalam klinik utama diperlukan satu orang spesialis untuk masing-masing jenis
pelayanan.
Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
2. Standar Keselamatan Pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa dan
menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD)
3. RS melaporkan kegiatan ayat 2 kepada komite yang membidangi keselamatan pasien yang
ditetapkan Menteri
4. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) pada ayat 2 dibuat secara anonim dan ditujukan
untuk mengkoreksi sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai keselamatan pasien ayat 1 dan ayat 2 diatur dengan
Peraturan Menteri
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/ Menkes/Per/VIII/2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pasal 6
1. Setiap rumah sakit wajib membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS)
yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai pelaksana kegiatan keselamatan pasien.
2. TKPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada kepala rumah sakit.
3. Keanggotaan TKPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari manajemen rumah
sakit dan unsur dari profesi kesehatan di rumah sakit
4. TKPRS melaksanakan tugas:
• mengembangkan program keselamatan pasien di rumah sakit sesuai dengan kekhususan
rumah sakit tersebut;
• menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program keselamatan pasien rumah
sakit;
• menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi, konsultasi, pemantauan
(monitoring) dan penilaian (evaluasi) tentang terapan (implementasi) program
keselamatan pasien rumah sakit;
• bekerja sama dengan bagian pendidikan dan pelatihan rumah sakit untuk melakukan
pelatihan internal keselamatan pasien rumah sakit;
• melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden serta mengembangkan solusi
untuk pembelajaran;
• memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala rumah sakit dalam rangka
pengambilan kebijakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit; dan
• membuat laporan kegiatan kepada kepala rumah sakit.
Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
• Diperolehnya pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
bagi rumah sakit lain.
• Ditetapkannya langkah-langkah praktis Keselamatan Pasien untuk rumah sakit di
Indonesia.
Pelaporan Insiden/Kejadian
Berbagai QnA terkait Pelaporan Patient Safety
Mengapa pelaporan insiden penting ?
➔ Karena pelaporan akan menjadi awal proses pembelajaran untuk mencegah kejadian yang
sama terulang kembali.
Bagaimana memulainya ?
Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
➔ Dibuat suatu sistem pelaporan insiden di rumah sakit meliputi kebijakan, alur pelaporan,
formulir pelaporan dan prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan pada seluruh
karyawan.
Apa yang harus dilaporkan ?
➔ Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi ataupun
yang nyaris terjadi.
Siapa yang membuat Laporan Insiden (Incident Report) ?
➔ Siapa saja atau semua staf RS yang pertama menemukan kejadian/insiden
➔ Siapa saja atau semua staf yang terlibat dalam kejadian/insiden
Bagaimana cara membuat Laporan Insiden?
➔ Karyawan diberikan pelatihan mengenai sistem pelaporan insiden mulai dari maksud,
tujuan dan manfaat laporan, alur pelaporan, bagaimana cara mengisi formulir laporan
insiden, kapan harus melaporkan, pengertian-pengertian yang digunakan dalam sistem
pelaporan dan cara menganalisa laporan.
Masalah yang sering menghambat dalam Laporan Insiden
➔ Laporan dipersepsikan sebagai pekerjaan perawat
➔ Laporan sering disembunyikan / underreport, karena takut disalahkan.
➔ Laporan sering terlambat
➔ Bentuk laporan miskin data karena adanya budaya menyalahkan (blame culture)
Alur Pelaporan
Alur Pelaporan Insiden Kepada Tim Keselamatan Pasien di RS (Internal)
1. Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD/KTC/KPC) di rumah sakit, wajib segera
ditindaklanjuti (dicegah / ditangani) untuk mengurangi dampak / akibat yang tidak
diharapkan.
2. Setelah ditindaklanjuti, segera membuat laporan insidennya dengan mengisi Formulir
Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shiftkepadaAtasanlangsung.(Palinglambat2x24jam);
diharapkan jangan menunda laporan.
3. Setelah selesai mengisi laporan, segera menyerahkan kepada Atasan langsung pelapor.
(Atasan langsung disepakati sesuai keputusan Manajemen : Supervisor/Kepala Bagian/
Instalasi/ Departemen / Unit).
4. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko terhadap insiden
yang dilaporkan.
5. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan dilakukan sebagai
berikut :
• Grade biru : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung, waktu maksimal 1 minggu.
• Grade hijau : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung, waktu maksimal 2 minggu
• Grade kuning : Investigasi komprehensif/Analisis akar masalah/RCA oleh Tim KP di RS,
waktu maksimal 45 hari
• Grade merah : Investigasi komprehensif/Analisis akar masalah / RCA oleh Tim KP di
RS, waktu maksimal 45 hari.
6. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan laporan
insiden dilaporkan ke Tim KP di RS.
7. Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil Investigasi dan Laporan insiden untuk
menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan
Regrading.
Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
8. Untuk grade Kuning / Merah, Tim KP di RS akan melakukan Analisis akar masalah / Root
Cause Analysis (RCA)
9. Setelah melakukan RCA, Tim KP di RS akan membuat laporan dan Rekomendasi untuk
perbaikan serta "Pembelajaran" berupa : Petunjuk / "Safety alert" untuk mencegah kejadian
yang sama terulang kembali.
10. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direksi
11. Rekomendasi untuk "Perbaikan dan Pembelajaran" diberikan umpan balik kepada unit kerja
terkait serta sosialisasi kepada seluruh unit di Rumah Sakit
12. Unit Kerja membuat analisa kejadian di satuan kerjanya masing – masing
13. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim KP di RS.
Penilaian dampak / akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang dialami pasien
mulai dari tidak ada cedera sampai meninggal
b. Probabilitas / Frekuensi / Likelihood
Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
Penilaian tingkat probabilitas / frekuensi risiko adalah seberapa seringnya insiden tersebut
terjadi
Setelah nilai Dampak dan Probabilitas diketahui, dimasukkan dalam Tabel Matriks Grading
Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko.
Cara Menghitung
Skor Risiko : Dampak x Probabilitas
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu : Biru, Hijau,
Kuning dan Merah. Warna "bands" akan menentukan Investigasi yang akan dilakukan :
Bands BIRU dan HIJAU : Investigasi sederhana
Bands KUNING dan MERAH : Investigasi Komprehensif / RCA
Contoh :
Pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal, kejadian seperti ini di RS X terjadi pada 2 tahun
yang lalu Nilai dampak : 5 (katastropik ) karena pasien meninggal
Nilai probabilitas : 3 (mungkin terjadi) karena pernah terjadi 2 thn lalu
Skoring risiko : 5 x 3 = 15 (Band Merah → Ekstrem)
Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
Formulir Laporan Insiden terdiri dari dua macam :
a. Formulir Laporan Internal Insiden Keselamatan pasien Adalah Formulir Laporan yang
dilaporkan ke Tim KP di RS dalam waktu maksimal 2 x 24 jam / akhir jam kerja / shift. Laporan
berisi : data pasien, rincian kejadian, tindakan yang dilakukan saat terjadi insiden, akibat insiden,
pelapor dan penilaian grading.
b. Formulir Laporan Eksternal insiden Keselamatan Pasien Adalah Formulir Laporan yang
dilaporkan ke KKPRS setelah dilakukan analisis dan investigasi.
Hal yang perlu diperhatikan :
• Laporan ini hanya dibuat jika timbul kejadian yang menyangkut pasien.
• Laporan bersifat anonim, tidak mencantumkan nama, hanya diperlukan rincian kejadian,
analisa penyebab dan rekomendasi.
• mengisi laporan ini sebaiknya dibaca Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien
(IKP) , bila ada kerancuan persepsi, isilah sesuai dengan pemahaman yang ada.
• Isilah semua data pada Laporan Insiden Keselamatan Pasien dengan lengkap. Jangan
dikosongkan agar data dapat dianalisa.
• Segera kirimkan laporan ini langsung ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(KKPRS).
Aspek Hukum Patient Safety → UU tentang Kesehatan dan UU tentang Rumah Sakit
Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum
• Pasal 53 (ayat 3) UU No 36 tahun 2009
Pelaksanaan pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan nyawa pasien
• Pasal 32 UU No 44 tahun 2009
Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
di rumah sakit
• Pasal 58 UU No 36 tahun 2009
a) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan
atau penyelenggara kesehatan
b) Tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa
atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat
Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau
keluarganya menolak atau menghentikan pengobatanyang dapat berakibat kematian
pasien setelah adanya penjelasan medis yang komprehensif
Hak Pasien
• Pasal 32d UU No.44 tahun 2009
Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional
• Pasal 32e UU No.44 tahun 2009
Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi
• Pasal 32j UU No.44 tahun 2009
Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan
• Pasal 32q UU No.44 tahun 2009
Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila
Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana
Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
kesakitan dan kematian. Sedangkan statistik vital sendiri di Inggris mulai dikembangkan sekitar
tahun 1594.Pada tahun 1603 Graunt dan Petty menerbitkan mingguan berkala mengenai
kehidupan yang ditemukan dalam masyarakat, mereka melakukan analisis mengenai peristiwa
prevalensi, epidemi penyakit kronis. Secara tersendiri John Graunt pada tahun 1662menerbitkan
suatu laporan "Natural and Political Observation Mentioned FollowingIndex and Made Upon
The Bill of Mortality". Sehingga John Graunt mendapat julukan bapak statistik kesehatan.
Beberapa pokok kesimpulan tulisan beliau tentang perikehidupan :
• The regurality of vital phenomena - human being are born, live and die.
• Male births axceed female births.
• The mortality rate in the earliest years of life is relatively high, age influencesmortality.
• Urban death rates are higher than rural death rates.
Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
• Memberi keterangan tentang masalah-masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi serta
hal-hal perlu mendapat prioritas.
• Memberikan keterangan penyebaran penyakit berdasarkan orang yang diserang,waktu
penyerangan, luasnya wilayah serang dan kecenderungannya.
• Memperkirakan perkembangan suatu penyakit dengan berdasarkan periodisasinya /trend.
• Memperkirakan faktor-faktor penyebab masalah, fakta yang akan dan telah terjadi.
• Memperkirakan sumber daya dan potensi pemanfaatan serta pengembangannya
dalamupaya mengantisipasi permasalahan yang terjadi.
• Merencanakan upaya yang efektif, efisien berdasarkan kenyataan, prioritas dan sumber
daya yang tersedia.
• Memahami, menganalisis data dan informasi guna membantu mengambil keputusan.
• Menganalisis hambatan pelaksanaan program kesehatan masyarakat serta alternatif
pemecahannya.
• Menilai hasil-hasil kegiatan yang telah dicapai.
• Mendokumentasikan semua data kesehatan masyarakat, untuk dapat dibandingkan
dengan daerah lain atau keadaan yang akan datang.
Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
(continous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat
tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah ada setiap saat yang
dibutuhkan.
2. Dapat Diterima (Acceptable) dan Wajar (Appropriate)
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat diterima
(acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate). Artinya pelayanan kesehatan
tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan
masyarakat, serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.
3. Mudah Dicapai (Accessible)
Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai
(accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksudkan di sini terutama
dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik,
maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan
yang selalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja dan sementara itu tidak ditemukan di
daerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik
4. Mudah Dijangkau (Affordable)
Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dijangkau
(affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksudkan di sini terutama
dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan
biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang mahal hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat
saja, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
5. Bermutu (Quality)
Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang bermutu (quality).
Pengertian mutu yang dimaksudkan di sini adalah yang menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu pihak dapat
memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya
sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.
Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
Dimensi mutu adalah parameter kualitas suatu produk. Dimensi mutu pelayanan
kesehatan akan memiliki makna yang berbeda bila dilihat dari sisi yang berbeda seperti bila
dilihat dari sisi pemakai jasa pelayanan kesehatan, pemberi layanan kesehatan, penyandang dana
pelayanan kesehatan, pemilik sarana layanan kesehatan, dan administrator layanan kesehatan.
Berikut ini adalah dimensi mutu layanan kesehatan dilihat dari berbagai stake holder.
a. Pemakai jasa pelayanan kesehatan.
Pemakai jasa layananan kesehatan khususnya pasien (sebagai konsumen) melihat layanan
kesehatan yang bermutu adalah sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi
kebutuhannya dan diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap
dan mampu menyembuhkan keluhannya serta mencegah berkembangnya penyakit yang
dideritanya.
b. Pemberi layanan kesehatan.
Pemberi layanan kesehatan (provider) mengaitkan layanan kesehatan yang bermutu
dengan ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau protokol, kebebasan profesi dalam
melakukan setiap layanan kesehatan sesuai dengan teknologi kesehatan mutakhir, dan
bagaimana keluaran (outcome) atau hasil layanan kesehatan tersebut.
c. Penyandang dana pelayanan kesehatan.
Penyandang dana atau asuransi kesehatan menganggap bahwa layanan kesehatan yang
bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang efektif dan efisien. Pasien diharapkan dapat
disembuhkan dalam waktu yang sesingkat mungkin sehingga biaya pengobatan dapat
menjadi efisien.
d. Pemilik sarana layanan kesehatan.
Pemilik sarana layanan kesehatan berpandangan bahwa layanan kesehatan yang bermutu
merupakan layanan kesehatan yang menghasilkan pendapatan yang mampu menutupi biaya
operasional dan pemeliharaan tetapi dengan tarif yang masih terjangkau oleh
pasien/masyarakat, yaitu pada tingkat biaya yang tidak mendapat keluhan dari pasien dan
masyarakat.
e. Administrator layanan kesehatan.
Administrator, walaupun tidak memberikan layanan kesehatan pada masyarakat secara
langsung, ikut bertanggung jawab dalam masalah mutu layanan kesehatan. Administrator
berpandanan bahwa layanan kesehatan yang bermutu adalah layanan yang dapat menyusun
prioritas dalam menyediakan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan pasien serta pemberi
layanan kesehatan.
Mutu pelayanan kesehatan memiliki dimensi yang berbeda dengan dimensi produk yang lain di
antaranya adalah sebagai berikut :
a. Dimensi kompetensi teknis.
Dimensi kompetensi teknis menyangkut keterampilan, kemampuan, penampilan, atau
kinerja pemberi layanan kesehatan. Dimensi ini berhubungan dengan bagaimana pemberi
Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
layanan kesehatan mengikuti standar layanan kesehatan yang telah disepakati yang meliputi
ketepatan, kepatuhan, kebenaran, dan konsistensi. Tidak dipenuhinya dimensi kompetensi
teknis dapat mengakibatkan berbagai hal, mulai dari penyimpangan kecil terhadap standar
layanan kesehatan, sampai pada kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu layanan
kesehatan dan membahayakan jiwa pasien.
b. Dimensi keterjangkauan atau akses.
Layanan kesehatan harus dapat dicapai dan dijangkau oleh masyarakat, tidak terhalang
oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, organisasi, dan bahasa. Akses geografis diukur
dengan jarak, lamanya perjalanan, biaya perjalanan, jenis transportasi, dan/atau hambatan
fisik lain yang dapat menghalangi seseorang memperoleh layanan kesehatan.
c. Dimensi efektivitas
Layanan kesehatan harus efektif, artinya harus mampu mengobati atau mengurangi
keluhan yang ada, mencegah terjadinya penyakit dan berkembangluasnya penyakit yang ada.
Efektivitas layanan kesehatan ini bergantung pada bagaimana standar layanan kesehatan itu
digunakan dengan tepat, konsisten, dan sesuai dengan situasi setempat. Dimensi efektivitas
berhubungan erat dengan dimensi kompetensi teknis terutama dalam pemilihan alternatif
dalam menghadapi relative risk dan keterampilan dalam mengikuti prosedur yang terdapat
dalam standar layanan kesehatan.
d. Dimensi Efisiensi
Sumber daya kesehatan sangat terbatas. Oleh karena itu dimensi efisiensi kesehatan
sangat penting dalam layanan kesehatan. Layanan kesehatan yang efisien dapat melayani
lebih banyak pasien dan masyarakat. Layanan kesehatan yang tidak efisien umumnya
berbiaya mahal, kurang nyaman bagi pasien, memerlukan waktu lama, dan menimbulkan
risiko yang lebih besar pada pasien. Dengan melakukan analisis efisiensi dan efektivitas kita
dapat memilih intervensi yang paling efisien.
e. Dimensi kesinambungan
Dimensi kesinambungan layanan kesehatan artinya pasien harus dapat dilayani sesuai
dengan kebutuhannya, termasuk rujukan jika diperlukan tanpa mengulangi prosedur
diagnosis dan terapi yang tidak perlu. Pasien harus selalu mempunyai akses ke layanan
kesehatan yang dibutuhkannya. Apabila riwayat penyakit pasien terdokumentasi dengan
lengkap, akurat, dan terkini maka layanan kesehatan rujukan yang diperlukan pasien dapat
terlaksana dengan tepat, waktu dan tempat.
f. Dimensi keamanan.
Dimensi keamanan maksudnya adalah layanan kesehatan harus aman baik bagi pasien,
pemberi layanan maupun masyarakat sekitarnya. Layanan kesehatan yang bermutu harus
aman dari risiko cidera, infeksi, efek samping, atau bahaya lain. Oleh karena itu, harus
disusun suatu prosedur yang akan menjamin keamanan kedua belah pihak.
g. Dimensi kenyamanan.
Dimensi kenyamanan tidak berpengaruh langsung dengan efektivitas layanan kesehatan
tetapi mempengaruhi kepuasan pasien/konsumen sehingga mendorong pasien untuk datang
berobat kembali ke tempat tersebut. Kenyamanan dan kenikmatan dapat menimbulkan
kepercayaan pasien terhadap organisasi layanan kesehatan.
h. Dimensi informasi.
Layanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi yang jelas tentang
apa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana layanan kesehatan itu akan/atau telah
dilaksanakan. Dimensi informasi ini sangat penting pada tingkat puskesmas dan rumah sakit.
Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
i. Dimensi ketepatan waktu.
Agar berhasil, layanan kesehatan harus dilakukan dalam waktu dan cara yang tepat oleh
pemberi layanan yang tepat, menggunakan peralatan dan obat yang tepat, serta biaya yang
tepat (efisien)
j. Dimensi hubungan antar manusia.
Hubungan antarmanusia adalah hubungan antara pemberi layanan kesehatan (provider)
dengan pasien atau masyarakat (konsumen), pemerintah daerah, lembaga swadaya
masyarakat (LSM), atau antar sesama pemberi layanan kesehatan, (dinas kesehatan, rumah
sakit, puskesmas). Hubungan antarmanusia yang baik akan menimbulkan kepercayaan dan
kredibilitas dengan cara saling menghargai, menjaga rahasia, saling menghormati, responsif,
memberi perhatian, dan lain-lain.
Kepuasan
Penerapan jaminan mutu pelayanan kesehatan, maka kepuasan pasien akan menjadi
bagian yang terintegrasi dan menyeluruh dari kegiatan jaminan mutu layanan kesehatan. Dengan
kata lain bahwa pengukuran tingkat kepuasan pasien harus menjadi kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari pengukuran mutu pelayanan kesehatan. Kepuasan pasien adalah suatu tingkat
perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya
setelah pasien membandingkan dengan apa yang diharapkan. Lebih lanjut Pohan juga
menyatakan bahwa kepuasan pasien dapat diukur dengan indikator sebagai berikut :
1. Kepuasan terhadap akses pelayanan kesehatan, Hal ini terkait dengan sikap dan
pengetahuan tentang sejauh mana layanan kesehatan tersedia pada waktu dan tempat saat
dibutuhkan, kemudahan memperoleh layanan kesehatan, baik dalam keadaan biasa atau
dalam keadaan gawat darurat serta sejauh mana pasien mengerti bagaimana sistem layanan
kesehatan bekerja dan tersedianya layanan kesehatan.
2. Kepuasan terhadap mutu pelayanan kesehatan yang dinyatakan melalui sikap terhadap
kompetensi teknis tenaga kesehatan, serta perubahan kesehatan yang dirasakan pasien dari
hasil pelayanan kesehatan.
3. Kepuasan terhadap proses pelayanan kesehatan, termasuk hubungan antar manusia yang
ditentukan dengan melakukan pengukuran sejauh mana ketersediaan layananan di layanan
kesehatan menurut pasien, perhatian dan kepedulian tenaga kesehatan, tingkat kepercayaan
dan keyakinan kepada tenaga kesehatan, tingkat pengertian tenaga kesehatan tentang
diagnosis pasien.
4. Kepuasan terhadap sistem layanan kesehatan ditentukan dengan fasilitas fisik dan
lingkungan layanan kesehatan, lingkup dan sifat keuntungan dari layanan kesehatan yang
ditawarkan, sistem perjanjian termasuk waktu tunggu, sikap mau menolong, maupun
pemecahan masalah.
Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety
Teguh Bedi Putra (1710311051) Manajemen Pelayanan Primer dan Patient Safety