Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Manajemen Bimbingan dan Konseling


(Evaluasi dan Supervisi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
serta Peran Guru dalam Bimbingan dan Konseling)

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Mata Kuliah Bimbingan Konseling


Dosen Pengampu : Dra. Sri Sami Asih, M.Kes

Anggota Kelompok 11:


1. Enie Vita Sari (1401416018)
2. Ita Wulandari (1401416056)

Rombongan Belajar 43

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam lembaga pendidikan bimbingan dan konseling merupakan suatu
komponen yang sangat penting untuk menentukan mutu sekolah. Karena dalam
masyarakat lembaga pendidikan secara umum dikatakan berkualitas apabila output
yang dihasilkan oleh sekolah memiliki kualitas dan harapan sesuai dengan yang
diinginkan.
Ukuran kualitas lulusan tidak hanya diukur dari kematangan kognitif saja,
akan tetapi ukuran seorang peserta didik bisa dikatakan berkualitas apabila dia
sudah matang secara emosional, sosial, dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan, dapat mengembangkan bakat yang ada dalam dirinya, dapat memenuhi
kebutuhannya secara mandiri dan juga yang paling penting yaitu kematangan
moral, siswa bisa dikatakan berkualitas jika dia memiliki moral yang baik dan
berlandasan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat maupun moral
yang ada dalam agama.
Pada perkembangannya, manajemen digunakan secara luas termasuk dalam
bidang pendidikan. Driyarkara (dalam Nanang Fattah, 2011) mengatakan bahwa
pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pendidikan merupakan kegiatan
yang kompleks, meliputi berbagai komponen yang berkaitan satu sama lain. Untuk
itu diperlukan pengelolaan usaha pendidikan sebagai suatu sistem yang terstruktur
melalui manajemen.
Optimalisasi pelayanan bimbingan dan konseling perlu dilakukan sehingga
pelayanan Bimbingan dan Konseling benar-benar memberikan kontribusi pada
pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah yang bersangkutan. Suatu program
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak mungkin akan tersusun,
terselenggara dan tercapai apabila tidak dikelolah dalam suatu sistem manajemen
yang bermutu. Manajemen yang bermutu sendiri akan banyak ditentukan oleh
kemampuan manajer pendidikan di sekolah dalam merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan sumber daya yang ada.

2
Karena manajemen bimbingan dan konseling sangat dapat membantu
sekolah dalam meningkatkan mutu dari sekolah khususnya dalam pengembangan
sumber daya manusia yang ada dilingkungan sekolah. Untuk itu manajemen
bimbingan konseling di jadikan sebagai suatu komponen yang sangat dibutuhkan
dalam sebuah lembaga pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dari segi
kematangan sumber daya manusia.
Dalam pelaksanakan manajemen bimbingan dan konseling harus
dirumuskan secara matang baik dari segi program pelayanan bimbingan dan
konseling, meneliti hal-hal apa sajakah yang dibutuhkan oleh para siswa, materi-
materi yang harus diajarkan untuk membentuk kematangan siswa, satuan layanan
dan kegiatan dalam bimbingan dan konseling, dapat merumuskan dengan baik
tatalaksana bimbingan dan konseling, dan mengevaluasi program yang telah
dilaksanakan.
Manajemen bimbingan dan konseling harus dilaksanakan secara matang
agar tujuan dari sebuah lembaga pendidikan yaitu menghasilkan lulusan yang
berkualitas dapat tercapai dengan efektif dan efisien

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah?


2. Bagaimana evaluasi dan supervisi pelaksanaan program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah?
3. Bagaimana peran guru dalam Bimbingan dan Konseling di sekolah?
C. Tujuan

1. Mampu mendeskripsikan pengertian manajemen Bimbingan Konseling.

2. Mampu menjelaskan tahapan evaluasi dan supervisi pelaksanaan program


Bimbingan dan Konseling.
3. Mampu menjelaskan peran guru dalam bimbingan dan Konseling di
sekolah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Bimbingan dan Konseling


1. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa Inggris, management dengan kata kerja to
manage yang berarti mengelola. Kata mengelola mempunyai makna yang luas
seperti mengatur, mengarahkan, mengendalikan, menangani, dan melaksanakan
serta memimpin.(Sugiyo, 2011).
Manajemen berhubungan dengan pencapaian tujuan yang dilakukan melalui
orang lain H. Koontz & O’ Donnel (dalam purwoko budi, 2008). Sedangkan
menurut siagian manajemen dinyatakan sebagai kemampuan atau ketrampilan
untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan –
kegiatan orang lain. Berdasarkan definisi tersebut maka manajemen diartikan
sebagai alat pelaksana utama administrasi, yaitu alat untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan dalam administrasi.
Pendapat dari berbagai ahli diatas yang beragam dapat ditarik kesimpulan
bahwa manajemen mempunyai beberapa esensi yaitu (1) manajemen sebagai suatu
proses kegiatan, (2) manajemen untuk mencapai tujuan, dan (3) manajemen
memanfaatkan sumber daya (manusia, lingkungan, fasilitas, sarana, prasarana, dan
lain-lain).
Dalam proses manajemen terlibat fungsi – fungsi pokok yang ditampilkan
oleh seorang manajer / pimpinan , yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), Pemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling), jadi
manajemen merupakan suatu proses melaksanakan fungsi – fungsi yang telah
disebutkan diatas.
2. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang
yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak – anak, remaja,
maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan
dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana
yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma – norma yang berlaku

4
(Prayitno, 2008). Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang
sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah
yang dihadapi klien.
Bimbingan dan konseling merupakan seperangkat program pelayanan
bantuan yang dilakukan melalui kegiatan perorangan dan kelompok untuk
membantu peserta didik melaksanakan kehidupan sehari – hari secara mandiri dan
berkembang secara optimal, serta membantu peserta didik mengatasi masaah yang
dihadapinya.(Badrujaman, 2010)
3. Manajemen Bimbingan dan Konseling
Pada prinsipnya manajemen memuat makna segala upaya menggerakkan
individu atau kelompok untuk bekerja sama dalam mendayagunakan sumber daya
dalam suatu sistem untuk mencapai tujuan. Apabila diterapkan dalam pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah, maka manajemen bimbingan dan konseling
adalah segala upaya atau cara yang digunakan untuk mendayagunakan secara
optimal semua komponen atau sumber daya (tenaga, dana, sarana/prasarana) dan
sistem informasi berupa himpunan data bimbingan untuk menyelenggarakan
pelayanan bimbingan dan konseling dalam rangka mencapai tujuan. Prinsip-
prinsip dalam Manajemen Pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi :
planning, organizing, staffing, leading & controlling.
Sugiyo (2011) menjelaskan bahwa manajemen bimbingan dan konseling
merupakam salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh konselor. Hal
tersebut dikarenakan dalam kegiatannya seorang konselor harus merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan bimbingan dan
konseling. Melalui perencanaan yang baik akan memperoleh kejelasan arah
pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling serta memudahkan untuk
mengontrol kegiatan yang dilaksankan.
Adapun Tujuan dari dilaksanakannya manajemen bimbingan dan konseling
ada lima yang dikutip dari Syahril & Riska Ahmad, Pengantar Bimbingan dan
Konseling , (Padang: Angkasa Raya, 1986), antara lain:

5
a. Untuk Mengenal diri sendiri dan lingkungan peserta didik dapat mengenali
kekuatan dan kelemahan yang ada dalam dirinya sehingga dia dapat
meyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
b. Untuk menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
Diharapkan peserta didik dapat menerima keadaan yang ada pada dirinya.
c. Untuk dapat mengambil keputusan sendiri.
Diharapkan seseorang dapat mandiri dalam mengambil keputusan sendiri
untuk memenuhi kebutuhan dalam kebutuhannya dangan konsekuensi yang
dapat dipertanggung jawabkan.
d. Untuk dapat mengarahkan diri sendiri.
Diharapkan peserta didik dapat mangarahkan dirinya menurut bakat dan juga
minat yang ada dalam dirinya.
e. Untuk dapat mewujudkan diri sendiri.
Diharapkan peserta didik dapat merealisasikan dirinya dalam bentuk nyata
sebagai sebuah wujud rasa percaya diri yang ada pada individu tersebut.
B. Evaluasi dan Supervisi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
Evaluasi merupakan komponen penting dari program bimbingan konseling
guna memastikan pencapaian yang telah dicapai. Tujuan evaluasi adalah untuk
menentukan nilai, program, kegiatan, dan staf dalam rangka untuk membuat
keputusan atau mengambil tindakan tentang masa depan. Evaluasi akan mengukur
pelayanan (evaluasi proses) dan hasil (evaluasi produk). Proses yang berkelanjutan
ini memberikan informasi untuk memastikan perbaikan terus menerus pada
program bimbingan dan memberikan arahan kepada perubahan yang diperlukan.
Evaluasi adalah suatu proses yang memiliki delapan langkah:
a. Menyatakan pertanyaan evaluasi,
b. Menentukan penonton / menggunakan untuk evaluasi,
c. Pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan,
d. Menerapkan standar yang telah ditentukan,
e. Penarikan kesimpulan,
f. Mempertimbangkan konteks,
g. Membuat rekomendasi, dan

6
h. Bertindak berdasarkan rekomendasi
Konselor dan program konseling memainkan peran penting dalam
membantu guru dan staf lain di sekolah dengan tujuan instruksional dan tujuan
lainnya. Oleh karena itu, evaluasi harus mengupayakan kolaborasi antara semua
pihak yang terlibat dalam program.
Kegiatan evaluasi memungkinkan konselor dan orang lain untuk:
a. Menentukan dampak dari program bimbingan pada mahasiswa, dosen,
orang tua, dan kondisi sekolah
b. Mengidentifikasi tujuan yang dicapai.
c. Mengidentifikasi komponen efektif dari program
d. Menghilangkan atau memperbaiki komponen kurang efektif dari program
e. Beradaptasi dan memperbaiki program bimbingan dan proses pelaksanaan
f. Mengidentifikasi dampak dari program (baik positif maupun negatif)
g. Mengidentifikasi daerah-daerah lain yang perlu ditangani
h. Menetapkan tujuan untuk pengembangan profesional konselor
i. Menentukan kebutuhan staf dan penyesuaian beban kerja
j. Menentukan sumber daya tambahan yang diperlukan yang memadai
meneruskan program
k. Memberikan informasi akuntabilitas kepada pendidik dan masyarakat
1. Prinsip-prinsip Evaluasi Pelaksanaan Prgram Bimbingan dan Konseling
Agar diperoleh hasil evaluasi pelaksanaan program yang diharapkan,
disamping menuntut pengelolaan yang baik, juga harus mengacu kepada
prinsip-prinsip evaluasi program. Prinsip-prinsip tersebut antara lain :
a. Evaluasi program yang efektif menuntut pengenalan yang cermat dan rini
terhadap tujuan yang akan dicapai
b. Evaluai program yang efektif membutuhkan kriteria pengukuran yang jelas
c. Evaluasi program membutuhkan keterlibatan dari berbagai pihak yang
mmiliki kompetensi profesional
d. Evaluasi program menuntut umpan balik dan tindak lanjut sehingga
hasilnya dapat dicapai untuk dasar pengambilan keputusan dan pembuatan
kebijakan

7
e. Evaluasi program hendaknya terencana dan berkesinambuangan
2. Penilaian
Penilaian merupakan kegiatan menentukan atau mempertimbangkan nilai
“sesuatu” berdasar kriteria atau tujuan sehingga diperoleh informasi guna
pengambilan keputusan. (Purwoko, 2008). Menurut Flurentin (dalam Purwoko,
2008) Tujuan diadakannya penilaian program bimbingan dan konseling adalah :
a. Untuk meneliti secara periodik hasil pelaksanaan program bimbingan
konseling agar dapat diketahui bagian program mana yang perlu di perbaiki.
b. Untuk memperkuat perkiraan-perkiraan yang mendasari pelaksanaan
program bimbingan konseling. Salah satu perkiraan itu adalah nyata
tidaknya bimbingan tersebut dalam membantu siswa.
c. Untuk melengkapi bahan-bahan informasi dan data yang diperlukan guna
memberi bantuan pada siswa
d. Untuk mendapatkan dasar yang sehat bagi kelancaran pelaksanaan
hubungan masyarakat.
Aspek yang dinilai dari evaluasi proses dan hasil yaitu kesesuaian antara
program dan pelaksanaan, keselarasan program, hambatan-hambatan yang
dijumpai, dampak kegiatan bimbingan terhadap kegaiatan belajar mengajar, respon
siswa, personel sekolah orang tua dan masyarakat terhadap layanan bimbingan, dan
perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan bimbingan.
Penilaian proses yaitu mengatasi partisipasi dan aktifitas dalam kegiatan
layanan bimbingan, mengungkapkan pemahaman siswa atas bahan-bahan yang
disajikan, mengungkapkan kegunaan layanan bagi siswa dan perolehan siswa
sebagai kasih dari partisipasi atau aktifitasnya dalam kegiatan layanan bimbingan,
mengungkapkan minat siswa tentang perlunya layanan bimbinga lebih lanjut,
mengamati perkembangan siswa sari waktu ke waktu, mengungkapkan kelancaran
proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan layanan.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan berbagai cara dan alat seperti
wawancara, observasi, studi dokumentasi, angket, tes, analisa hasil kerja siswa.
Penilaian perlu diprogramkan secara sistematis dan terpadu, kegiatan penilaian baik
mengenai proses maupun hasil perlu dianalisis untuk kemudian dijadikan dasar dan

8
tindak lanjut untuk perbaikan dan pengembangan program layanan bimbingan.
Dengan dilakukan penilaian secara komprehensip, jelas dan cermat maka diperoleh
data atau informasi ini dapat dijadikan bahan untuk pertanggungjawaban,
akuntabilitas, pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah.
3. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling yang Dievaluasi
Ada beberapa kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang dievaluasi
diantaranya:
a. Konseling individual dan kelompok
b. Konsultasi dengan siswa, orang tua, dan guru baik individual maupun
kelompok
c. Pengukuran minat
d. Kemampuan
e. Perilaku, dan
f. Kemajuan belajar siswa,
Koordinasi layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa di sekolah.
Dengan demikian evaluasi bimbingan dan konseling merupakan salah satu
komponen sistem bimbingan dan konseling yang sangat penting karena mengacu
pada hasil evaluasi itulah dapat diambil simpulan apakah kegiatan yang telah
direncanakan telah dapat mencapai sasaran yang diharapkan secara efektif dan
efisien atau tidak, kegiatan itu dilanjutkan atau sebaliknya direvisi dan sebagainya.
Pendekatan dan Metode Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling. Shetzer dab Stone (1983) membagi pendekatan evaluasi pelaksanaan
program bimbingan dan konseling ke dalam tiga pendekatan pokok, yaitu :
1) Pendekatan dan Metode Survei Prosedur yag dipakai dalam pendekatan dan
metode survei biasanya dengan mengumpulkan sebanyak mungkin data
tentang masukan (siswa), proses, dan hasil yang merupakan keluaran program.
Temuan yang diperoleh dirumuskan dalam profil yang bersifat deskriptif
kuantitatif maupun kualitatif.
2) Pendekatan dan Metode Eksperimen Pendekatan ini merupakan perpaduan
antara riset dan evaluasi. Artinya kegiatannya melakukan evaluasi tetapi
prosedurnya memakai model riset eksperimental. Lazimya dipakai untuk

9
mengetahui pengaruh layanan bimbingan dan konseling terhadap perilaku
siswa. Kebutuhan pendekatan dan metode ini muncul ketika layanan
bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan untuk terjadinya perubahan
perilaku.
3) Studi Kasus Studi kasus digunakan untuk mengumpulkan data mengenai
keadaan seorang siswa yang dijadikan sebagai onyek telaah kasus. Salah satu
alasan pemakaian pendekatan ini adalah dalam layanan konseling diperlukan
telaah cermat atas proses dan hasil perubahan akibat perlakuan (treatment)
terhadap diri siswa yang bermasalah (klien). Metode ini membutuhkan waktu
dan tenaga yang banyak karena bersifat longitudinal. Metode ini bermanfaat
untuk mengetahui perkembangan kepribadian klien sejak dari awal ketika ia
bermasalah, selama dibantu sampai akhirnya setelah dibantu dengan layanan
konseling.
4. Supervisi Kegiatan Bimbingan dan Konseling
Manfaat pokok dari supervisi ini adalah untuk mengendalikan personil
pelaksana bimbingan dan konseling, memantaukemungkinan-kemungkinan
kendala yang muncul dan dihadapi personil dalam pelaksanaan tugasnya, mencari
jalan keluar terhadap hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan program agar
tercapainya pelaksanaan yang lancar kearah pencapaian tujuan bimbingan dan
konseling di sekolah.
5. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling
a. Tujuan bimbingan dan konseling secara umum adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subyek
yang telah memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.
2) Mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas strategi pelaksanaan program
dalam kurun waktu tertentu.
b. Tujuan bimbingan dan konseling secara khusus, antara lain :
1) Meneliti secara berkala hasil pelaksanaan program yang telah dicapai.
2) Memperoleh informasi tentang tingkat efektivitas dan efisiensi layanan
bimbingan dan konseling yang ada.

10
3) Mengetahui jenis layanan yang sudah ataupun belum dilaksanakaan dan
jenis layanan yang memerlukan perbaikan atau pengembangan.
4) Mengetahui tingkat partisipasi staf atau personil sekolah dalam menunjang
keberhasilan pelakanaan program.
5) Mengetahui seberapa besar kontribusi program bimbingan dan konseling
terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran di sekolah.
6) Memperoleh informasi yang cermat dan memadai untuk kepentingan
perencanaan langkah-langkah pengembangan program.
7) Membantu mengembangkan kurikulum sekolah yang disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik.
C. Peranan guru dalam program Bimbingan dan Konseling di sekolah
Guru mempunyai peranan dan kedudukan kunci di dalam keseluruhan
proses pendidikan, terutama dalam pendidikan formal bahkan dalam keseluruhan
pembangunan masyarakat pda umumnya. Winarno Surakhmad (1969 : 1)
menyatakan bahwa semakin sungguh-sungguh suatu pemerintahan dalam
membangun negaranya, makin menjadi pentingnya kedudukan guru.
Peranan yang sedemikian itu akan semakin tampak jika dikaitkan dengan
kebijaksanaan dan program pembangunan dalam pendidikan dewasa ini, yaitu
yang berkenaan dengan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, yang
diarahkan kepada peningkatan mutu lulusan atau hasil pendidikan itu sendiri.
Dalam keadaan semacam itu, guru sudah seharusnya memiliki kualifikasi sesuai
dengan bidang tugasnya.
Guru bukan hanya sekedar penyampai pelajaran, bukan pula sebagai
penerap metode mengajar, melainkan guru adalah pribadinya, yaitu keseluruhan
penampilan serta perwujudan dirinya dalam berinteraksi dengan siswa. H. W.
Bernard (1961:127-128) menyatakan bahwa pribadi guru lebih dari apa yang
diucapkan dan metode yang digunakannya yang menetukan kadar dan arah
pertumbuhan siswa. Beliau juga mengemukakan bahwa banyak penelitian yang
menyatakan adanya akibat langsung pribadi guru terhadap tingkah laku siswa.
Dalam keseluruhan pendidikan, guru merupakan faktor utama. Dalam
tugasnya sebagai pendidik,guru abnyak sekali memegang berbagi jenis peranan

11
yang harus dilaksanakan. Peranan adalah suatu pola tingkah laku tertentu yang
merupakan ciri-ciri khas semua petugas dari suatu pekerjaan atau jabatan tertentu.
Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula
dan tingkah laku mana akan merupakan ciri khas dari tugas atau jabtan tadi.
Peranan guru adalah setiap pola tingkah laku yang merupakan ciri-ciri jabatan
guru yang harus dilakukan guu dalam tugasnya. Peranan ini meliputi berbagai
jenis pola tingkah laku, baik dalam kegiatannya di dalam sekolah maupun di luar
sekolah. Guru yang dianggap baik ialah mereka yang berhasil dalam memerankan
peranan-peranan itu dengan sebaik-baiknya, artinya dapat menunjukkan suatu
pola tingkah laku yang sesuai dengan jabatannya dan dapat diterima oleh
lingkungan dan masyarakat.
1. Guru sebagai mediator kebudayaan
Guru merupakan seorang perantara di dalam suatu proses pewarisan
kebudayaan. Beberapa keterampilan dan kecakapan yang merupakan aspek
kebudayaan seperti: bahasa, ilmu pengetahuan, keterampilan sosial, sikap dan
sebagainya diterima oleh anak dengan perantaraan guru. Dalam peranannya
sebagai seorang mediator kebudayaan maka seorang guru harus sanggup
memberikan, mengajarkan dan membimbing berbagai ilmu
pengetahuan,keterampilan dan sikap kepada peserta didiknya. Seorang guru harus
mampu membimbing peserta didiknya dalam penyesuaian diri terhadap
lingkungan kebudayaannya. Perkembangan kebudayaan itu sendiri sering kali
menimbulkan masalah-msalah bagi murid-murid, terutama masalah penyesuaian
diri dan masalah pemilihan. Untuk itu hendaknya guru mampu memberikn
bantuan kepada peserta didiknya dalam melakukan penyesuaian diri kepada
unsure-unsur kebudayaan.
2. Guru sebagai mediator dalam belajar
Guru bertindak sebagai perantara dalam proses pembelajaran secara
keseluruhan. Guru lah yang menyelenggarakan pembelajaran peserta didik dan
guru harus bertanggung jawab akan hasil pembelajran itu, melaluia proses interaksi
belajar-mengajar. Guru merupakan faktor penting yang mempengaruhi berhasil
tidaknya proses pembelajaran. Oleh karena itu guru harus menguasai prinsip-

12
prinsip belajar, di samping menguasai materi yang akan di ajarkan dan guru juga
harus mampu menciptakan suasana belajar yang sebaik-baiknya.
3. Guru sebagai pembimbing
Dalam ugasnya yang pokok yaitu mendidik, guru harus membantu agar anak
mencapai kedewasaan secara optimal,artinya kedewasaan yang sempurna sesuai
dengan norma dan sesuai pula dengan kodrat yang dimiliknya. Dalam peranan ini
guru harus memperhatikan aspek-aspek pribadi peserta didik, antara lain aspek
kematangan, bakat, kebutuhan, kemampuan,sikap dan sebagainya, supaya kepada
mereka ini dapat diberikan bantuan dalam mencapai tngkat kedewasaan optimal.
Hal ini mengandung arti bahwa guru pun turut bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
Sebagai seorang petugas bmbingan, guru merupakan tangan pertama dalam
usaha membantu memecahkan kesulitan murid-murid yang menjadi peserta
didikya. Guru harus paling banyak dan sering berhubungan dengan murid-
muridnya,terutama dalam kegiatan-kegiatan kurikuler. Jadi, tugas guru tidak hanya
terbatas dalam memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada
murid-muridnya, tetapi guru juga bertanggung jawab untuk membantu dan
mengawasi peserta didiknya. Sehubungan dengan peranannya sebagai
pembimbing, maka seorang guru harus :
a. Mengumpulkan data tentang murid
b. Mengamati tingkah laku murid dalam situasi sehari-hari
c. Mengenal murid-murid yang memerlukan bantuan khusus
d. Mengadakan interaksi dengan orang tua murid, baik secara individual
maupun secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian dalam
pandidikan anak
e. Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya untuk
membantu memecahkan masalah murid.
f. Membuat cacatan pribadi murid serta menyiapkannya dengan baik
g. Menyelenggarakan bimbingan kelompok maupun individual
h. Bekerja sama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk membantu
memecahkan masalah murid

13
i. Bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya menyusun program
bimbingan sekolah
j. Meneliti kemajuan murid baik di sekolah maupun di luar sekolah.
4. Guru sebagai mediator antara sekolah dan masyarakat
Ini berarti bahwa kelancaran hubungan antara sekolah dan masyarakat
merupakan tugas dan tanggung jawab guru. Lancar tidaknya hubungan tersebut
tergantung pada tingkat kemampuan guru dalam memainkan peranan ini. Dalam
peranan itu, guru seharusnya mampu :
a. Memberikan penjelasan-penjelasan kepada masyarakat tentang
kebijaksanaan pendidikan yang sedang berlangsung atau yang akan
ditempuh
b. Menerima usul-usl atau pertanyaan dari pihak masyarakat tentang
pendidikan
c. Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan antara sekolah dan masyarakat
khususnya dengan orang tua murid
d. Bekerja sama dengan berbagai pihak di masyarakat dalam memecahkan
masalah-masalah pendidikan
e. Meyelenggarakan hubungan yang sebaik-baiknya antara sekolah dengan
lembaga-lembaga yang berhubungan dengan pendidikan.
f. Guru merupakan suara sekolah di masyarakat dan suara masyarakat di
sekolah
5. Guru sebagai penegak disiplin
Dalam peranan ini guru harus menegakkan disiplin baik di dalam maupun
di luar kelas. Guru harus menjadi teladan bagi terlaksananya suatu disiplin. Guru
harus membimbing murid agar menjadi warga sekolah dan masyarakat yang
berdisiplin. Guru harus menyiapkan murid-muridnya sebagai calon anggota
masyarakat yang sadar akan hak dan kewajibannya sebagai masyarakat. Dalam
peranan inilah seorang guru harus mencerminkan suatu tingkah laku sebagai
anggota masyarakat yang dapat “digugu dand itiru” oleh segenp pesertadidik
dengan penuh kesadaran.

14
6. Guru sebagai administrator dan manager kelas
Sebagai administrator, tugas seorang guru harus dapat menyelenggarakan
program pendidikan dengan sebaik-baiknya. Berbagai aspek yang menyangkut
kelacaran jalannya pendidikan merupakan tanggung jawab guru. Guru harus
mengambil bagian dalam hal perencanaan kegiatan pendidikan (planning),
mengatur dan menyusun berbagai aspek dalam pendidikan (organizing),
mengarahkan kegiatan-kegiatan dalam pendidikan (directing), melaksanakan
segala rencana dan kebijakan pendidikana (actuating), merencanakan dan
menyusun biaya (budgeting), dan mengawasi serta menilai kegiatan-kegiatan
pendidikan (controlling dan evaluating).
Sebagai manager, khususnya sebagai manager kelas, guru merupakan
penguasa utama dan bertanggung jawab terhadap kelancaran program pendidikan
dan pengajaran. Dalam management kelas, guru berfungsi sebagai pemimpin yang
harus memimpin murid-muridnya dalam kegiatan pembelajaran. Kepemimpinan
guru di sekolah menentukan keberhasilan sekolah itu secara keseluruhan. Guru
harus mengatur dan mengkoordinir jalannya program pendidikan agar
memperoleh hasil yang sebaik-baiknya.
7. Guru sebagai anggota suatu profesi
Suatu profesi adalah jabatan yang mempunyai kualifikasi tertentu.
Pekerjaan guru sebagai suatu profesi berarti bahwa guru merupakan seorang yang
ahli. Keahlian tersebut tidak dapat dilakukan oleh ahli-ahli atau pejabat-pejabat
lain yang tidak memperoleh dasar pendidikan keahlian tersebut. Sebagai anggota
suatu profesi, maka guru harus memiliki pengetahuan, kecakapan dan
keterampilan tertentu yaitu keterampilan keguruan. Kemampuan untuk
membimbing murid, merupakan salah satu aspek keterampilan profesi keguruan.
Di samping itu, seorang guru harus menunjukkan, mempertahankan serta
mengembangkan keahlian itu.
Peranan guru tidak hanya terbatas dalam kegiatan dalam kelas atau
pengajaran saja, akan tetapi lebih luas dari itu. Guru memiliki peranan yang besar
dalam mendewasakan murid-muridnya dengan berbagai cara. Salah satu

15
diantaranya melalui partisipasi dalam program bimbingan dan konseling di
sekolah.
8. Kerja sama Guru Mata Pelajaran, Wali Kelas dan Guru Pembimbing
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan adanya kerja sama
antara guru dan guru pembimbing demi tercapainya tujuan yang diharapkan.
Pelaksanaan tugas pokok guru dalam proses pembelajaran tuidak dapat dipisahkan
dari kegiatan bimbingan,sebaliknya, layanan bimbingan di sekolah memerlukan
dukungan atau bantuan guru. Dukungan atau bantuan tersebut trutama dari guru
mata pelajaran dan wali kelas. Ada beberapa pertimbangan mengapa guru juga
harus melaksanakan kegiatan bimbingan dalam proses pembelajaran. Dalam hal
ini, Rahman Natawidjaya dan Moh. Surya (1985) mengutip pendapat Millen yang
mengatakan :
a. Proses belajar menjadi sangat efektif, jika bahan yang dipelajari dikaitkan
langsung dengan tujuan pribadi siswa. Guru dituntut memahami harapan-
harapan dan kesulitan-kesulitan siswa, selanjutnya siswa dapat belajar
dengan baik
b. Guru yang memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya,
lebih peka terhadap hal-hal yang dapat memperlancar dan menggangu
kelancaran kegiatan kelas. Guru berkesempatan luas untuk mengadakan
pengamatan terhadap siswa yang diperkirakan memiliki masalah. Dengan
demikian, masalah itu dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga siswa
dapat belajar dengan baik tanpa dibebani suatu masalah
c. Guru dapat memperhatikan perkembangan masalah atau kesulitan secara
lebih nyata. Guru memiliki kesempatan terjadwal untuk bertatap muka
dengan para siswa, maka ia akan memperoleh informasi yang lebih banyak
tentang keadaan siswa maupun kelebihan dan kekurangannya.
Layanan bimbingan di sekolah akan lebih efektif jika guru dapat bekerja
sama dengan pembimbing sekolah dalam proses pembelajaran. Adanya
keterbatasan-keterbatsan dari kedua pihak (guru pembimbing) menuntut adanya
kerja sama itu.

16
Di dalam menangani kasus-kasus tertentu, guru pembimbing perlu
menghadirkan guru atau pihak-pihak terkait guna membicarakan pemecahan
masalah yang dihadapi siswa. Kegiatan semacam ini disebut konferensi kasus (case
conference). Kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di
sekolah, dikoordinasikan oleh guru pembimbing. Pelaksanaan kegiatan bimbingan
oleh para guru tidak lepas begitu saja,tetapi dipantau oleh guru pembimbing.
Kerja sama guru pembimbing dengan wali kelas sebagai pengelola kelas
tentu angat erat dan besar sekali. Terutama membantu memberikan kesempatan dan
kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk
mengikuti/menjalani layanan dan atau kegiatan bimbingan dan konseling. Dengan
kata lain, wali kelas membantu guru pembimbing melaksanakan tugas-tugasnya
dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
9. Kerja sama antara pihak sekolah dan orang tua siswa
Dalam upaya meningkatkan mutu program layanan bimbingan dan
konseling, pihak sekolah perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua siswa.
Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap siswa tidak hanya
berlangsung di sekolah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini
memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar
pikiran antar pihak sekolah dan orang tua siswa dalam upaya mengembangkan
potensi siswa atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi siswa.
Untuk melakukan kerjasama dengan orang tua ini, dapat dilakukan beberapa
upaya, seperti :
a. Kepala sekolah atau komite sekolah mengundang para orang tua untuk datang
ke sekolah (minimal sekali dalam satu semester), yang pelaksanaannnya
dapat bersamaan dengan pembagian rapor.
b. Sekolah memberikan informasi kepada orang tua (boleh melalui surat)
tentang kemajuan belajar dan atau masalah siswa.
c. Orang tua diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah kepada pihak
sekolah,

17
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Manajemen bimbingan dan konseling adalah segala upaya atau cara yang
digunakan kepala sekolah untuk mendayagunakan secara optimal semua
komponen atau sumber daya (tenaga, dana, sarana atau prasarana) dan sistem
informasi berupa himpunan data bimbingan untuk menyelenggarakan
pelayanan bimbingan dan konseling dalam rangka mencapai tujuan. Dalam
manajemen bimbingan dan konseling ada yang namanya evaluasi dan supervisi
pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Kegiatan layanan bimbingan
dan konseling yang dievaluasi diantaranya: konseling individual dan
kelompok, konsultasi dengan siswa, orang tua, dan guru baik individual
maupun kelompok, pengukuran minat, kemampuan, perilaku, dan kemajuan
belajar siswa.

B. Saran
Dengan adanya Manajemen Bimbingan dan Konseling diharapkan dapat
menuntun terselenggaranya pelayanan bimbingan konseling dalam mencapai
tujuan yang akan dicapai sesuai tujuan umum dan khusus. Agar proses
pelayanan dapat berjalan dengan baik, maka semua pihak yang terkait dalam
bimbingan dan konseling di sekolah harus menjalankan tugasnya masing.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sigalingging, David. 2013. Peranan Guru Dalam Pelaksanaaan Program


Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Bandung. _

Awalya, Mugiarsi Heru, dkk. 2016. Bimbingan dan Konseling. Semarang. Pusat
Pengembangan Kurikulum MKU UNNES.

Tim Dosen. 2016. Bahan Ajar Bimbingan dan Konseling. Semarang. Unniversitas
Negeri Semarang.

Raharjo Susilo, Zamroni Edris. 2014. Jurnal Manajemen Bimbingan Dan


Konseling Berbasis Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014. Kudus.
FKIP Universitas Muria Kudus.

Purwoko, Budi. (2008). Organisasi dan Manajemen Bimbingan Konseling.


Surabaya. Unesa University Press

Prayitno & Erman Amti. 2004. Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta.
PT Rineka Cipta.

Badrujaman, aip. (2009). Diktat teori dan praktek evaluasi program bimbingan
dan konseling. Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai