Kehamilan dengan seropositif ditemukan adanya antibodi IgG anti toksoplasma dengan titer
1/20-1/1000.
Kehamilan dengan antibodi IgG atau IgM spesifik titer tinggi ibu hamil seropositif
memperoleh ulangan infeksi (reinfeksi).
Kehamilan dengan seronegatif darah ibu tidak mengandung antibodi spesifik mengulangi
uji serologik tiap trimester (3 bulan) sekali.
Penderita memiliki resiko tinggi untuk terjadinya transmisi vertikal dari maternal ke janin serta
mengakibatkan infeksi janin (toksoplasmosis kongenital).
DIAGNOSTIK PRENATAL
Konsep lama hanya bersifat empiris dan berpedoman pada hasil uji serologis ibu hamil.
Saat ini pemanfaatan tindakan kordosentesis dan amniosentesis dengan panduan ultrasonografi
guna memperoleh darah janin ataupun cairan ketuban sebagai pendekatan diagnostik
Diagnosis prenatal umumnya dilakukan pada usia kehamilan 14-27 minggu (trimester II).
Kordosentesis (pengambilan sampel darah janin melalui tali pusat) ataupun amniosentesis
(aspirasi cairan ketuban) dengan tuntunan ultrasonografi.
Gambaran klinisnya mirip dengan penyakit lain, dan sekitar seperempat dari infeksi rubela
bersifat subklinis walaupun terjadi viremia yang telah menginfeksi mudigah atau janin.
Orang nonimun yang mengalami viremia rubela akan memperlihatkan titer puncak antibodi 1
sampai 2 minggu setelah awitan ruam.
Seiring dengan meningkatnya usia kehamilan, infeksi pada janin semakin kecil menyebabkan
malformasi kongenital.
Cacat rubela dijumpai pada semua bayi yang memperlihatkan tanda infeksi intrauterus sebelum
minggu ke-11, tetapi hanya 35% dari mereka yang terinfeksi pada usia 13 sampai 16 minggu
Metode serologis diagnosa infeksi maternal primer dapat ditunjukkan dengan adanya
perubahan dari seronegatif menjadi seropositif (tampak adanya IgM dan IgG anti CMV)
Metode virologis, viremia maternal dapat ditegakkan dengan menggunakan uji immuno
fluoresen.
DIAGNOSIS PRENATAL
Diagnosis prenatal harus dikerjakan terhadap ibu dengan kehamilan yang menunjukkan
infeksi primer pada umur kehamilan sampai 20 minggu.
Diagnosis prenatal metode PCR dan isolasi virus pada cairan ketuban yang diperoleh setelah
amniosentesis.
Penemuan virus dengan biakan jaringan merupakan konfirmasi paling optimal untuk
membuktikan infeksi klinis.