Anda di halaman 1dari 6

OMELAN PARA TUGAS

Delvira Andriani
Rembulan tampaknya sudah semakin larut dalam keheningan malam, tetapi
tetap saja tangan mungil ini masih belum ada hentinya untuk tetap menari kesana sini
walau kelihatanya sudah sangat lelah, ya inilah jadinya jika aku tak mendengarkan para
kertas bawel yang semakin hari semakin membentuk gunung ini atau yang biasanya di
sebut dengan PR.
“Huuaaa...... lelah sekali rasanya, aku sudah tak sanggup lagiii....!”
ucapku seraya membenamkan tubuh kedalam kasur dan selimut ku yang terasa
sangat nyaman. Dalam beberapa saat mereka langsung menjelma menjadi surga dunia
bagiku, mereka adalah tempat yang paling tepat untukku menumpakan segala rasa penat
yang menyelubungi tubuhku ini sedari tadi.
“Tik tik tik tik” detik jam kecil di sampingku berdetik perlahan, menandakan
kalau dia masih sedang menuntun para keluarga jarum jam untuk selalu berputar dan
menunjukan ukuran waktu yang tepat bagi kita para manusia. Tak terasa sudah 3 jam
aku dari tadi berkutak katik di depan soal-soal fisika. Jam sudah menujukan pukul 01.00
tengah malam, wajar saja jika rasa kantuk ini mendatangiku dan mengajakku untuk
segera tidur. Tetapi dalam perjalananku untuk tidur aku mendengar sesuatu omelan
yang akhirnya mengagetkanku.
“ Hai, kamu jangan tidur dulu kamu masih belum mengerjakanku. Ingat, aku
harus sudah selesai menjelang pagi ini, setidak selesaikan dulu aku, setelah itu baru
kamu boleh tidur!” ujar tugas cerpen ku.
Ternyata yang bicara itu adalah tugas pelajaran lain yang belum ku selesaikan.
Sedari tadi aku sangat sibuk mengerjakan soal-soal fisika dan ku lalaikan tugas yang
lain. Aku sangat menyukai pelajaran fisika sejak SMP. Tugas apa pun yang ada, aku
akan mengerjakan fisika pertama kali. Aku bernapas dan hidup dengan fisika.
“Hhmmmnn, tapi aku tak mau mengerjakan mu, kamu sangat membosankan.
Sungguh...!” Jawabku dengan mata hampir tertutup.
“Apa kamu bilang, kamu sangat ngantuk dan aku membosankan? Kamu pikir
gurumu akan menerima alasan itu, jangan bercanda kamu. Lagi pula siapa yang
menyuruhmu untuk selalu menunda untuk menyelesaikan ku? Kamu selalu lebih
menyukai fisika daripada aku. Apa salah aku kepadamu? Cintai lah aku seperti kamu
mencintai fisika. Aku juga ingin lemari kaca megah berisi piala dan jejeran medali itu
diisi, karena kamu memenangkan aku. Sudah cukup medali dan piala fisika itu
menghiasi lemari megah itu. Berpaling lah kamu dari fisika itu, pelajaran yang
membosankan dan membuat gila itu. Ayo kerjakan aku lagi.”
Katanya, sambil mengomel dan merajuk dengan nada hiba karena aku tak mau
mengerjakan tugas itu. Oleh karena itu aku menjadi semakin bingung apakah aku akan
melanjutkan nya atau tidak. Tetapi disaat yang bersamaan aku semakin ini menyelam
dengan rumus dan angka fisika ini, ngantuk yang sedari terus menyerang ku semakin
dalam dan semakin dalam tak akan bisa mengalahkan ku.
“Hai, sudah cukup kamu mengerjakan fisika itu, ayo ambil aku dan baca buku
aku, besok kamu ada ulangan geografi juga loh. Ingat kamu masih belum menghafal
sama sekali loh. Jadi sudah cukup dulu kamu bermain dan bercanda ria dengan fisika
itu, setidaknya pelajari dulu aku sebelum kamu akan bermain lagi dengannya, dan lagi
kamu juga belum melengkapi catatan mu tentang jenis – jenis awan, ayo segera bangun
kerjakan aku dan selesaikan semua tugasmu, sudah cukup bermain dan bercanda dengan
fisika itu?”
Kata tugas lain yang masih belum kusentuh sedari tadi, aku menjadi sangat
bingung apa yang harus aku lakukan. Apakah aku harus kembali melanjutkan
menyelesaikan soal-soal fisika yang sangat ku cintai? atau menyelesaikan semua tugas
yang sedari kemarin selalu aku abaikan?. Berbagai pertanyaan mulai timbul di benakku.
Di suatu sisi berbagai godaan membujukku untuk segera tidur saja, akan tetapi di sisi
lain mengatakan aku harus menyelesaikan tugasku dulu baru kembali tidur, dan disatu
sisi aku sangat ini bermain-main dengan fisika ini.
“Hei apa lagi yang kamu tunggu, cepat tinggalkan fisika itu dan lanjutkan
mengerjakan tugas aku, ayoo buruan!” Perintah tugas bawel itu lagi.
“ya, ya aku akan segera melanjutkanmu. Setelah aku selesai bermain dengan
soal fisika ini.”
Jawabku sambil berusaha untuk mengerjakan tugas bawel itu dengan dipenuhi
dengan seribu rasa malas yang datang menghampiriku, dan sedari tadi mendukungku
untuk kembali tidur dan mengabaikan semua tugas itu.
“Tik tuk tik tik tuk” jemariku kembali menari – nari diatas kertas menulis
mengerjakan soal fisika ini. Malam ini begitu sunyi hanya keheningan malam yang setia
menemaniku sedari tadi. Ya, sendiri bergelut dan bermain dengan soal-soal fisika dan
ocehan-ocehan manja tugas-tugas yang meronta untuk segera ku selesaikan. Sepertinya
malam pun juga semakin larut dan membuat ku juga semakin lelah dan terkantuk –
kantuk.
Seperempat jam berlalu, akhirnya setengah jam pun juga telah berlalu rasa
kantukku semakin menjadi-jadi dan membuat mataku tertutup dan terbuka tanpa sengaja
karena menahan rasa kantuk yang menerjang ku.
“Hei hei bangun, bangun jangan tidur lagi selesaikan dulu aku baru lanjutkan
kembali tidur mu, ayo jangan ikuti rasa malasmu itu, berpaling lah dari fisika itu, cepat
bangun!” kata tugasku yang masih meronta membangunkanku.
“Haaaa, tetapi aku sudah sangat lelah, beri aku lima belas menit lagi, lima belas
menit saja, sehabis itu aku akan mengerjakanmu, oke!” bujukku padanya.
“Lima belas menit lagi kau yakin? Bisa terbangun sehabis itu, aku tidak yakin
kamu sering dulu berpikir begitu tapi nyatanya, setelah lima belas menit berlalu kamu
masih tetap saja melanjutkan tidur mu tanpa mempedulikan kami para tugas mu yang
selalu saja menuggu untuk kamu selesaikan. Tetapi tak pernah untuk kau selesaikan,
kau selalu saja memilih dia fisika itu daripada aku. Tidak pokok nya tidak selesaikan
dulu aku baru kamu boleh tidur!” Jawab nya menolak bujukan ku.
“Itu kan karena aku sedang sangat kelelahan dan sedang dalam keadaan yang
sangat mengantuk.” Jawabku lagi memberi kan sebuah alasan, agar dia membiarkanku
untuk tidur.
“Ha ha ha alasanmu memang sangat lucu, memangnya kamu pikir sejarang
kamu sedang tidak dalam keadaan yang sama, Hah?” Jawab nya lagi.
“Ayolah, aku berjanji akan menyelasaikan mu malam ini juga, dan tak akan
berpaling dari mu, tetapi beri aku waktu lima belas menit saja untuk tidur, sebelum aku
melanjutkan mu lagi, OK?” Ucapku untuk meyakinkanya, memberiku kesempatan
untuk tidur selama lima belas menit.
“Haaaah, terserah padamu saja, aku lelah dari tadi memaksamu. Dasar anak
yang pilih kasih, sekarang kamu rasakan bukan akibatnya jika kamu selalu saja
memperlakukan aku tidak adil, coba saja dari kemaren kamu mengerjakan semua
tugasmu dengan baik, tidak memprioritaskan fisika mu itu pasti kamu tidak perlu
mendengar ocehan aku yang cemburu akan kasih sayang mu ini?” jawabnya sambil
mengomel lagi padaku.
Dan akhirnya aku pun menutup telinga ku dengan bantal sangat nyenyak ini,
kembali tidur, tetapi aku tidak menyadari bahwa ternyata lima belas menit yang ku
rencanakan tadi berubah menjadi dua jam, dan sekarang jam meunjukkan pukul
setengah empat dini hari.
“Hayo, mana yang katanya lima belas menit tadi? kamu ini! Lihat sudah pukul
berapa ini, dan kamu masih belum menyelasaikan diriku, ayo cepat selesaikan jangan
malas-malasan lagi, jika kamu sudah selesai, kamu bisa tidur. Sebenarnya apa yang
membuat mu mengabaikan aku, dan lebih mencintai dan menyayagi fisika itu” Ucap
tugas cerpenku.
“Eitt tunggu dulu, boleh tidur maksudmu? dia masih belum memulai untuk
mengerjakan aku sama sekali, dari tadi aku membiarkannya mengerjakanmu terlebih
dahulu karena kamu yang membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada aku, tapi
bukan berarti kamu bisa langsung menyuruhnya tidur, walau bagaimanapun aku juga
tak kalah penting dari mu. Hai, kamu harus menyelesaikan juga aku terlebih dahulu
baru kamu boleh tidur. Dan jangan lupa besok adalah Ulangan harian geografi, jika
kamu tidak belajar dulu maka nilaimu akan semakin anjlok mengerti?” tiba-tiba tugas
geografi angkat bicara dan ikut menuntut pula.
“Oh ternyata masih ada kamu toh, maaf tadi aku lupa kalau dia juga masih
belum mengerjakanmu, hehhh kamu ini benar-benar, lihat sudah pukul berapa ini dan
kamu masih belum menyelesaikan salah satu pun dari kami, dasar kamu ini. Semua ini
gara-gara fisika itu. Berpaling lah kepada kami, apa yang harus aku lakukan agar kamu
berpaling kepadaku. Apa yang membuat mu begitu mencintai dia (fisika) itu
dibandingkan kami ini!” kata tugas cerpen sambil menertawai dan memelas.
“kalian bertanya apa yang membuatku sangat mencintai fisika ini, sehingga ku
mengabaikan kalian dan tak memperdulikan kalian. Fisika sudah menjadi bagian dalam
setiap napas di hidupku, dari fisika aku mengenal namanya cinta pada pandang pertama,
fisika mengajarkan bahwa hidup itu tidak lah sesulit yang dibicarakan orang. Fisika
mengajarkan untuk terus berjuang menggapai cita-cita mu. Aku mempunyai impian
setinggi bintang dilangit, STEI ITB aku harus berjuang untuk menjadi bagian dari
kampus ganesha ini, dan itu kenapa aku sangat mencintai fisika. Cinta pada pandang
pertama, laki-laki idola disekolah mengirimkan aku sebuah surat yang aku sama sekali
tidak tahu apa maknanya. Aku buta, tak bisa membaca itu apa, kertas itu seperti kosong
bersih tanpa noda, karena kebodohanku yang tak tau itu apa. aku berusaha memecahkan
teka-teki itu, dan ya ternyata tulisan yang dikirimnya adalah bahasa huruf fisika yang
ditulis dengan lambang-lambang fisika. Hatiku berdegup kencang segenap atom-atom
yang ada dalam tubuh ku berputar mengelilingi lintasan atom. Planet-planet yang ada
saling bertabrakan. Ku senang setengah mati. Fisika mengajarkan logika-logika yang
bermanfaat untuk hidup ini. Dan aku sangat menyukai ini. Apa kah kau sudah puas
mendengarkan jawaban ku.” Ujarku setengah kesal
Selang beberapa menit akhirnya tugas-tugas cerewet itu diam, dan aku pun
melanjutkan untuk menyelesaikan soal fisika yang tertunda tadi. Butuh waktu 10 menit
untukku mengerjakannya..
Selesai....
“Eh eh eh eh selesai maksudnya apaan? hei kamu lupa ya kalau hari ini kamu
belum mengerjakanku, aku tugas bahasa ingris bukankah kamu kemaren siang di
berikan tugas oleh ibu mencari cerita tentang Fabel, Hhhmm kamu lupa ya? Ini harus di
pindahkan ke catatan mu loh, dan kamu belajar bahasa inggris pada jam pertama . Ayo
kerjakan sekarang juga!!” tuga bahasa inggris tiba-tiba datang ntah dari arah mana.
“Ahhhhhh aku capekkkkk dan aku tak akan mengerjakan mu, karena cinta dan
hati ku sudah selesaiku kerjakan”. Teriakku memecah keheningan malam.
*****
“Hah....hah....hah...” Nafasku tersengal – sengal saat aku terbangun dari tidurku.
“ternyata cuma mimpi, untung saja”.

Aku sungguh tak menduga, kalau tugasku yang menumpuk karena memang ku
abaikan bisa mendatangi ku dalam mimpi mengamuk dan mengoceh panjang lebar. Aku
memang tak mempunyai niat sama sekali untuk mengerjakan tugas-tugas itu, dan aku
lebih memilih untuk menyelesaikan teka-teki fisika ini yang bukan sebuah tugas. karena
tugas yang itu tak akan ditanyakan saat aku memasuki STEI ITB nanti nya. Aku juga
tak mau berjuang di SNMPTN, aku lebih tertantang hatiku mengebu-gebu ini
memenangkan SBMPTN dan fisika adalah senjata yang sangat ku andalkan dalam
memenangkan pertempuran ini nantinya. Itu lah alasan ku sangat mencintai fisika
seperti ku mencintai diriku dan Tuhan yang Maha Esa. Langsung saja ku lihat jam
ternyata hari sudah menunjukan pukul 01.00 tepat, aku lihat di sekililingku tak ada
kertas tugas ataupun deringan laptop yang mengomeliku, yang ada hanyalah alunan
musik klasik yang sedari tadi menemani tidurku. Perasaan ku sungguh lega.
“Huh.. ini sungguh hari yang melelahkan.” Desahku.

Anda mungkin juga menyukai