Anda di halaman 1dari 6

HADIAH TERAKHIR

Muhammad Ibnul Sabil

Pagi ini di jalani seperti hari – hari biasanya sebagai seorang siswa sekolah dasar.
Sholat, mandi, memakai seragam, sarapan pagi dan di antarkan oleh malaikat tulang rusuk
ayah belahan jiwa hati ini yang memberikan kasih sayang selembut kapas dialah Ibu. Saat
ini Fatih Wahid Yunus begitulah nama indah yang diberikan kedua orang tua Fatih duduk
di bangku kelas 4 sekolah dasar yang terletak di tengah – tengah sebuah komplek di
Padang.

Seperti biasa Fatih di antarkan oleh ummi ke sekolahnya dengan penuh cinta dan
kasih. Ummi selalu mencium kening Fatih dan meninggalkan nasehat yang sangat hafal
dalam ingatan Fatih. Ummi Fatih bekerja mengurusi boutique nya sedangkan Abi Fatih
adalah seorang dokter bedah.

“Rajin belajar ya Nak, jangan nakal – nakal. Pulang sekolah langsung pulang
kerumah ya Nak.” Ujar ummy

“Ya Mi.” Jawab Fatih dengan senyumannya yang khas

Fatih berjalan menuju kelas dan meninggalkan ummi sendirian di gerbang yang
akan membawa ummi kembali kerumah. Di perjalanan menuju kelas Fatih memikirkan
kata – kata ummy tadi. Pikiran Fatih campur aduk antara harus pulang ke rumah setelah
pulang sekolah atau menjalankan misinya.

Hari ini tanggal 30 September 2009 ummy berulang tahun ke 35. Fatih berniat akan
membelikan sebuah kado untuk ummy di hari ulang tahun beliau. Namun ummy
meninggalkan pesan setelah pulang sekolah langsung pulang menuju rumah.

Kegalau an Fatih hancur oleh nyaringnya bel yang berbunyi menandakan sekolah
sudah masuk dan jam pelajaran pertama akan di mulai. Dengan mantap Fatih menaiki satu
per satu anak tangga yang tersusun dengan rapi. Anak tangga yang mengantarkan Fatih
pada puncak kesuksesannya nanti. Anak tangga yang berjumlah 16 buah berhasil di lalui
Fatih dan bergegas Fatih menuju keruang kelasnya yang berada di ujung ruangan. Fatih
menuju bangkunya yang berada di depan meja guru.
Jam pelejaran pertama di mulai dengan masuknya Buk Rahmi yang mana juga wali
kelas Fatih di kelas 4B. Pelajaran kali ini di mulai dengan pelajaran Matematika. Seperti
biasanya Buk Rahmi selalu menyapa murid sebelum memulai pembelajaran.

“Pagi anak – anak.” Ujar buk Rahmi

“Pagi juga Buk.” Jawab murid yang ada dalam kelas

“Fatih siapa yang ngak hadir.” Tanya buk Rahmi kepada Fatih yang mana adalah
ketua kelas 4B

“Nihil Buk.” Jawab Fatih dengan lantang

“Bagus, terima kasih Fatih.” Balas buk Rahmi

“Ya Buk.” Sambung Fatih dengan senyumannya.

Pelajaran pun di mulai buk Rahmi dengan perkalian dan pembagian. Fatih yang
tetap saja bertahan dengan kegalauannya membuat semangat belajar Fatih hilang. Buk
Rahmi memperhatikan perubahan yang terjadi pada Fatih hari ini, Fatih tidak aktif di kelas
dan hanya terdiam di depan meja guru. Buk Rahmi berniat akan memanggil Fatih waktu
jam istirahat nanti.

Tak terasa 2 jam telah berlalu, ditandai dengan nyaringnya suara bel yang keluar
dari speaker yang terdapat di setiap kelas. Fatih mengemasi barang – barangnya dan akan
menuju ke kantin. Tiba – tiba Fatih di kejutkan oleh suara lembut buk Rahmi yang tiba –
tiba memanggilnya.

“Fatih.” Ucap buk Rahmi

“Iya buk.” Jawab Fatih

“Bisa ikut dengan ibuk ke kantor sekarang juga Fatih.” Tanya buk Rahmi

“Iya buk.” Jawab Fatih dengan kecemasan yang mengejolak di dalam dirinya

Fatih mengikuti jejak – jejak langkah buk Rahmi yang menuju ke kantor. Pintu
kantor yang semakin dekat semakin membuat kecemasan yang ada di dalam diri Fatih
mengejolak. Dengan perasaan yang cemas dan kaki yang berat berhasil membawa Fatih ke
ruangan buk Rahmi.
“Silakan duduk, Fatih.” Ucap buk Rahmi

“Iya buk.” Jawab Fatih

“Fatih lagi banyak masalah? Ibuk perhatikan Fatih hari ini tidak konsentrasi
mengikuti pelajaran ibuk. Coba Fatih jelaskan pada ibuk.” tanya buk Rahmi

“Iya buk, maafin Fatih buk. Fatih bingung harus membeli hadiah buat ummy
sepulang sekolah sedangkan ummy menitip pesan agar pulang sekolah ya pulang
sekolah buk.” Jelas Fatih

“Begitu ceritanya, bagaimana jika Fatih menitipkan kado yang akan Fatih kasihkan
kepada Ibuk untuk diberikan pada ummy Fatih. Kebetulan ibuk sebentar lagi juga
akan pergi membeli keperluan sekolah.” Saran buk Rahmi

“iya buk, ngak apa – apa.” Jawab Fatih dengan gembira

“Iya Fatih, Fatih mau membelikan apa?” tanya buk Rahmi

“Kalung aja buk. Ini uang yang Fatih kumpulin buat beli kado ulang tahun pada
ummy buk.” Jelas Fatih sambil menyerahkan uangnya

“Iya Fatih.” Ucap buk Rahmi

“Terima kasih Buk.” Balas Fatih

Fatih keluar dari ruangan buk Rahmi dengan perasaan lebih senang dari yang di
rasakan tadi pagi. Bel kembali berbunyi pelajaran selanjutnya kembali berbunyi,
pertempuran Fatih selanjutnya adalah dengan Ustad Razaq dalam pelajaran agama.

“Siang anak – anak.” Sapa Ustad Razaq

“Siang juga pak.” Jawab anak – anak

“Sudah siap belajar anak – anak.” Tanya ustad Razaq

“Sudah pak.” Jawab murid kemudian

Pelajaran agama kali ini terasa sangat berat, karena ketidak sabaran yang di rasakan
Fatih semakin menjadi – jadi menanti kedatangan buk Rahmi yang akan membawa kado
ulang tahun untuk ummy tercintanya.
Setelah sekian lama menunggu akhirnya pelajaran bersama Ustad Razaq berakhir
dengan bunyi bel yang sangat panjang dan nyaring. Fatih dengan gembira keluar dari kelas
dan mencari sosok penyelemat hidupnya, membantu di saat susah buk Rahmi. Buk Rahmi
telah di anggap seperti orang tua sendiri oleh Fatih. Dengan kencang Fatih berlari dari
kelas menuruni satu – persatu anak tangga dengan speed di atas rata – rata. Menyusuri
koridor demi koridor. Di koridor terakhir larian Fatih terhenti dan pandangannya membulat
melihat sosok yang duduk dalam ruangan di ujung koridor itu.

Fatih berlari kedalam ruangan itu dan menyampiri sosok yang duduk dengan
tenang di meja berukuran cukup besar dengan kursi boss yang bisa berputar ke sana dan ke
sini.

“Ibuk.” Ucap Fatih dengan gembira

“Iya Fatih tak usah berlari – lari nanti jatuh.” Ujar buk Rahmi

“Eeehh, maaf buk. Habisnya Fatih sudah tidak sabar dengan kedatangan ibuk.”
Jawab Fatih

“Iya Fatih, ibuk tau.” Sambung buk Rahmi

“Ibuk mana bu, mana buk.” Rontak Fatih kepada buk Rahmi

“Iya sabar Fatih.” Jawab buk Rahmi dan menyodorkan kalung kepada Fatih

“Cantik buk, makasih buk.” Balas Fatih

“Sama – sama Fatih.” Jawab buk Rahmi

Fatih keluar dari ruangan buk Rahmi dan melangkahkan kaki dengan gembira ke
kelasnya dalam suasana hati sangat bahagia. Sesampainya di kelas Fatih duduk di
bangkunya dan melihat kalung yang dibelikan buk Rahmi tadi.

Tak beberapa menit setelah itu, bel pelajaran terakhir berbunyi dan pelajaran di
sekolah hari ini akan di tutup dengan pelajaran Pak Miko seorang guru olahraga yang
sangat humoris. Kali ini pak Miko tidak melakukan praktek hanya memberikan teori saja.
Itu membuat perasaan Fatih sangat gembira.
Pelajaran bersama Pak Miko berlangsung sangat cepat den bel berisik itu kembali
berbunyi dengan suara yang super nyaring dari sebelumnya dan juga sangat panjang. Bel
terakhir ini menandakan pelajaran untuk hari ini telah selesai.

Fatih langsung menuju ke gerbang, seperti biasanya ummy Fatih telah menunggu
Fatih di gerbang sekolah. Namun, tiba – tiba suara dari speaker sekolah berbunyi
memberikan intruksi kepada anggota pramuka untuk mengikuti latihan pramuka mingguan
hari ini.

“Ummy, Fatih harus latihan Pramuka sekarang My.” Ujar Fatih

“Ikuti lah Nak. Ummy kan bisa pulang dulu nanti ummy akan jemput Fatih lagi
sore.” Jelas ummy

“Tapi ummy. Ummy janji ya jemput Fatih lagi.” Ucap Fatih dengan keraguan

“Iya Nak, nanti ummy jemput lagi. Latihan sana lagi Tih.” Balas ummy dan
memeluk Fatih

Fatih meninggalkan ummy nya dengan perasaan yang ragu, karena tidak biasanya
ummy memanggil Fatih dengan sebutan Tih, dan pelukan ummy yang sangat erat. Namun,
Fatih tidak mengambil pusing masalah itu. Fatih langsung mengikuti latihan pramuka
dengan semangat agar bisa cepat kembali ke rumah dan memberikan hadiah kepada ummy.

3 jam berlalu, mentari sudah mulai lelah dan menampakkan cahaya emas nya
kearah barat. Jarum jam tangan Fatih menunjukkan pukul 16.50 Wib. Fatih akan menuju
ke rumah dengan memegang kalung yang di belikan oleh ibuk Rahmi tadi siang. Berharap
sewaktu Fatih bertemu dengan ummy bisa langsung diberikan hadiah tersebut.

Di gerbang nan megah Fatih berdiri mencari sosok ummy yang ditunggunya.
Namun sosok itu tak ia dapati. Tiba – tiba dunia bergoyang sangat kencang membuat
semua bangunan yang kokoh berdiri runtuh seketika. Fatih berusaha menyelamatkan diri.
Namun, kakinya tertimpa runtuhan gerbang sekolahnya ketika hendak melarikan diri.

Gempa yang sangat kuat berhenti dan berhasil meluluh lantahkan bangunan yang
berada di sekitarnya. Fatih masih dalam keadaan separuh sadar menahan luka yang teramat
perih dengan mata yang berkunang – kunang. Fatih melihat se sosok wanita berlari dengan
terenta – renta ke arahnya. Wanita itu adalah ummy. Tangis ummy langsung pecah melihat
keadaan Fatih yang terhimpit oleh runtuhan gerbang sekolah.

“Ummy,.. selamat ulang tahun... Ini hadiah untuk… ummy, kalung ini Fatih beli
dari… hasil tabungan Fatih My. Di pakai ya… My. Oh ya.. Fatih sayang… Ummy.”
Ucap Fatih dengan nafas yang satu – satu dan menyodorkan kalung ke ummy.

“Iya Nak, ummy sayang sama Fatih. Fatih jangan tinggalin ummy Nak.” Jawab
ummy dengan tangisan yang menjadi – jadi.

Fatih tidak menjawab, Fatih telah di sisi yang Maha Kuasa. Pertemuan sebelum
pramuka tadi merupakan pertemuan terakhir Fatih dengan ummy sebelum Fatih pergi
untuk selama – lamanya.

Anda mungkin juga menyukai