PENDAHULUAN
1
Kualitas pelayanan kepada masyarakat sangat tergantung pada individual
aktor dan sistem yang dipakai. Dokter, perawat dan tenaga penunjang medis serta
non medis yang bertugas di rumah sakit harus memahami cara melayani
konsumennya dengan baik terutama kepada pasien dan keluarga pasien, karena
pasien dan keluarga pasien adalah konsumen utama di rumah sakit.
2
kemudian dilakukan proses administrasi untuk mendapatkan ruangan rawat inap,
jika memang pasien memerlukan perawatan intensif di IGD maka pasien akan
diberikan ruangan di IGD untuk mendapatkan pengobatan.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan penulis, peserta rawat inap BPJS
mengeluhkan dari aspek daya tanggap petugas medis di rumah sakit ini masih
banyak dikeluhkan oleh pasien yang ada di rumah sakit seperti pelayanan medis
sehingga pasien menunggu agak lama saat ditangani, dari aspek jaminan pasien
rawat inap mengatakan bahwa petugas medis kurang memberikan perhatian
kepada setiap pasien, dari aspek empati pasien rawat inap mengatakan bahwa
kurangnya rasa empati terhadap pasien, sehingga membuat pasien merasa kurang
bersemangat, Akan tetapi dari aspek sarana dan prasarana jumlah ruangan sudah
memadai serta letak ruangan cukup baik
3
terhadap loyalitas pasien rawat inap bpjs di RSU Bandung pada
tahun 2018.
1.4.2 Pendidikan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga seusai kebutuhan
medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
6
Visite dokter spesialis adalah kunjungan dokter spesialis setiaphari kerja
sesuai dengan ketentuan waktu kepada setiap pasien yang menjadi
tanggungjawabnya, yang dilakukan antara jam 08.00 sampai dengan 14.00
dengan standar 100%.
5) Kejadian infeksi pasca operasi.
Infeksi pasca operasi adalah adanya infeksi nosokomial pada semua
kategori luka sayatan operasi bersih yang dilaksanakan di rumah sakit
yang ditandai oleh rasa panas (kalor), kemerahan (color), pengerasan
(tumor) dan keluarnya nanah (pus) dalam waktu lebih dari 3 x 24 jam
dengan standar 1,5%.
6) Angka kejadian infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang dialamioleh pasien yang diperoleh
selama dirawat di rumah sakit yang meliputi dekubitus, phlebitis, sepsis,
dan infeksi luka operasi dengan standar 1,5%.
7) Tidak adanya kejadian pasien jatuh yang berakibat kecacatan/kematian.
Kejadian pasien jatuh adalah kejadian pasien jatuh selama dirawat baik
akibat jatuh dari tempat tidur, di kamar mandi, dsb, yang berakibat
kecacatan atau kematian dengan standar 100%.
8) Kematian Pasien > 48 Jam.
Kematian pasien > 48 jam adalah kematian yang terjadi sesudah periode
48 jam setelah pasien rawat inap masuk rumah sakit dengan standar
≤0,24%.
9) Kejadian pulang paksa.
Pulang paksa adalah pulang atas permintaan pasien atau keluarga pasien
sebelum diputuskan boleh pulang oleh dokter dengan standar ≤5%.
10) Kepuasan Pelanggan Rawat Inap.
Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap
pelayanan rawat inap dengan standar ≥ 90 %.
11) Pasien rawat inap tuberkulosis yang ditangani dengan strategi DOTS.
Pelayanan rawat inap tuberkulosis dengan strategi DOTS adalah pelayanan
tuberculosis dengan 5 strategi penanggulangan tuberculosis nasional.
7
Penegakan diagnosis dan follow up pengobatan pasien tuberculosis harus
melalui pemeriksaan mikroskopis tuberculosis, pengobatan harus
menggunakan paduan obat anti tuberculosis yang sesuai dengan standar
penanggulangan tuberculosis nasional, dan semua pasien yang tuberculosis
yang diobati dievaluasi secara kohort sesuai dengan penanggulangan
nasional dengan standar 100%.
12) Ketersediaan pelayanan rawat di rumah sakit yang memberikan pelayanan
jiwa.
Pelayanan rawat inap adalah pelayanan rumah sakit jiwa yang diberikan
kepada pasien tidak gaduh gelisah tetapi memerlukan penyembuhan aspek
psiko patologis dengan standar minimal NAPZA, gangguan pisikotik,
gangguan neurotik, gangguan organik.
13) Tidak adanya kematian pasien gangguan jiwa karena bunuh diri.
Kematian pasien jiwa karena bunuh diri adalah kematian yang terjadi pada
pasien gangguan jiwa karena perawatan rawat inap yang tidak baik dengan
standar 100%.
14) Kejadian (re-admision) pasien gangguan jiwa tidak kembali dalam
perawatan dalam waktu ≤ 1 bulan.
Lamanya waktu pasien gangguan jiwa yang sudah dipulangkan tidak
kembali keperawatan di rumah sakit jiwa dengan standar 100%.
15) Lama hari perawatan pasien gangguan jiwa.
Lamanya waktu perawatan pasien gangguan jiwa di rumah sakit jiwa
dengan standar ≤6 minggu.
8
b. Rumah Sakit Umum Kelas B;
c. Rumah Sakit Umum Kelas C; dan
d. Rumah Sakit Umum Kelas D.
2) Rumah Sakit Umum Kelas D sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
diklasifikasikan menjadi:
a. Rumah Sakit Umum Kelas D; dan
b. Rumah Sakit Umum Kelas D pratama.
3) Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
diklasifikasikan menjadi:
a. Rumah Sakit Khusus Kelas A;
b. Rumah Sakit Khusus Kelas B; dan
c. Rumah Sakit Khusus Kelas C.
9
atau buruk. Oleh sebab itu, baik tidaknya kualitas layanan tergantung pada
kemampuan perusahaan dan stafnya memenuhi harapan pelanggan secara
konsisten (Tjiptono, 2012).
10
kongkrit. Wujudnya berupa segala fasilitas yang secara nyata dapat
terlihat.
11
2) Tanggap, kualitas pelayanan diukur dari ketanggapan, kemauan,
kesigapan, dan kecepatan petugas dalam memberikan pelayanan. Hal ini
juga menyangkut ketepatan dari pelayanan. Ketanggapan petugas atau
karyawan dibuktikan dengan waktu pelayanan efektif dan kepuasan pasien
dalam pemenuhan kebutuhannya.
3) Kompetensi, kualitas pelayanan diukur dari kompetensi tenaga kesehatan
yang bermakna memiliki keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan
untuk memberikan pelayanan, pelatihan yang pernah diikuti, pengakuan
dari suatu profesi, asosiasi, atau institusi yang berwenang dan memiliki
kredibilitas.
4) Accessibility, kualitas pelayanan diukur dari kemudahan pasien untuk
mendapatkan pelayanan dan dapat menghubungi petugas dengan mudah,
accessibility dapat diukur dengan menghitung waktu dalam mendapatkan
pelayanan dan kemudahan dalam mendapatkannya.
5) Etika petugas seperti kesopanan, rasa homat, kesungguhan,
keramahtamahan dari penyedia jasa.
6) Komunikasi berarti menjaga agar tiap pelanggan mendapatkan informasi
sesuai dengan bahasa yang mereka pahami dan mendengarkan keinginan
mereka. Hal ini berarti organisasi pelayanan kesehatan harus
menyesuaikan dengan bahasa konsumen yang berbeda-beda.
7) Kredibilitas menyangkut hal yang dapat dipercaya, kejujuran penyedia
pelayanan kesehatan.
8) Keamanan adalah bebas dari bahaya, risiko, ataupun keraguan.
9) Kelengkapan fasilitas pelayanan dan penampilan lingkungan fisik dari
suatu jasa.
12
persepsikan dibandingkan dengan harapannya, yang pada dasarnya tidak
berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu.
Lupiyoadi (2013) menyebutkan lima faktor utama yang perlu diperhatikan
dalam kaitannya dengan kepuasan konsumen, antara lain:
1) Kualitas Produk Konsumen akan puas bila hasil evaluasi mereka
menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.
2) Kualitas Pelayanan Konsumen akan merasa puas bila mendapatkan
pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan harapan.
3) Emosional Konsumen merasa puas ketika orang memuji dia karena
menggunakan merek yang mahal.
4) Harga Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan
harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi.
13
perkotaan atau yang mudah dijangkau, mudahnya transportasi
danlingkungan yang baik akan semakin menjadi pilihan bagi pasien yang
membutuhkan rumah sakit tersebut.
5) Fasilitas. Kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan penilaian
kepuasan pasien.
6) Image. Citra, reputasi dan kepedulian rumah sakit terhadap lingkungan.
Image juga memegang peranan penting terhadap kepuasan pasien dimana
pasien memandang rumah sakit mana yang akan dibutuhkan untuk proses
penyembuhan.
7) Desain visual. Meliputi dekorasi ruangan, bangunan dan desain jalan yang
tidak rumit.
8) Suasana. Meliputi keamanan, keakraban dan tata lampu.
9) Komunikasi. Tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan
keluhan-keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien
dengan cepat diterima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam
memberikan bantuan terhadap keluhan pasien.
14
sengaja digiring untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan tertentu,
apalagi memberikan imbalan uang (sejenis komisi) kepada mereka yang
mengantarkan pasien. Sikap kurang peduli (ignorance) pasien dan
keluarganya juga merugikan institusi pelayanan kesehatan. Sikap keluarga
pasien seperti: “yang penting keluarga saya sembuh”, mendorong mereka
menerima begitu saja jenis perawatan dan teknologi kedokteran yang
ditawarkan kepadanya oleh petugas kesehatan. Akibatnya, biaya
perawatan tidak bisa ditafsir jumlahnya oleh para penggunanya. Informasi
yang terbatas yang dimiliki oleh pihak pasien dan keluarganya tentang
jenis perawatan atau pengobatan yang diterima (disbalance information)
bisa berkembang menjadi sumber keluhan pasien kalau tidak dikelola
secara transparan dan objektif. Sistem asuransi kesehatan akan menjadi
salah satu alternatif solusi untuk mengatasi mahalnya biaya pelayanan
kesehatan.
4. Penampilan fisik (kerapian) petugas kesehatan, kondisi kebersihan dan
kenyamanan ruangan (tangibility).
5. Jaminan keamanan yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan (assurance).
Misalnya, ketepatan jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter.
6. Keandalan dan keterampilan (reliability) petugas kesehatan merawat
pasien. Faktor ini sangat tergantung dari pengalaman dan kompetensinya.
Faktor ini bisa dirasakan oleh pengguna pelayanan kesehatan, terutama
yang sedang dirawat di RS.
7. Kecepatan petugas menanggapi keluhan pasien (responsiveness).
Kecepatan memenuhi panggilan pasien pada saat dibutuhkan sangat
ditentukan oleh kesigapan petugas jaga (dokter dan paramedis) yang
tertuang dalam sistem kontrak antara dokter/paramedis dengan pihak RS.
15
2.3.3 Pengukuran Kepuasan Pasien
Menurut Suryawati, dkk (2006) terdapat beberapa indikator kepuasan
pasien rawat inap, yaitu :
1. Pelayanan masuk rumah sakit
2. Pelayanan dokter
3. Pelayanan Perawat
4. Pelayanan makanan pasien
5. Sarana medis dan obat-obatan
6. Kondisi fasilitas rumah sakit (fisik rumah sakit)
7. Kondisi fasilitas ruang perawatan
8. Pelayanan administrasi keluar rumah sakit
16
UUBPJS menyatakan bahwa BPJS Kesehatan mulai beroperasi tanggal 7 Januari
2014. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 membentuk dua BPJS, yaitu:
1) BPJS Kesehatan, berfungsi menyelenggarakan program jaminan
kesehatan.
2) BPJS Ketenagakerjaan, berfungsi menyelenggarakan program jaminan
kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, dan jaminan
pensiun.
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan merupakan transformasi dari
4 (empat) BUMN penyelenggaraan jaminan sosial yang selama ini ada yaitu PT
ASKES, PT JAMSOSTEK, PT TASPEN dan PT ASABRI (Tunggal, 2015).
Dalam melaksanakan fungsi sebagai penyelenggara program jaminan
kesehatan sosial bagi seluruh penduduk Indonesia, BPJS Kesehatan mempunyai
tujuan tugas utama, yaitu:
a) Menerima pendaftaran Peserta JKN.
b) Memungut dan mengumpulkan iuran JKN dari peserta, pemberian kerja,
dan Pemerintah.
c) Menerima bantuan iuran dari Pemerintah.
d) Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan Peserta.
e) Mengumpulkan dan mengelola data Peserta JKN.
f) Membayarkan manfaat, dan atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program jaminan sosial.
g) Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial
kepada peserta dan masyarakat.
17
2) Bukan Peneima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI), terdiri dari:
a. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya.
1. Pegawai Negeri Sipil;
2. Anggota TNI;
3. Anggota Polri;
4. Pejabat Negara;
5. Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri;
6. Pegawai Swasta; dan
7. Pekerja yang tidak termasuk dari 1 sampai 6 yang menerima
Upah.
b. Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam)
bulan.
1. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya
a. Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri; dan
b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.
2. Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6
(enam) Bulan
3. Bukan pekerja dan anggota keluarganya, terdiri dari:
a. Investor;
b. Pemberi Kerja
c. Penerima Pensiun, terdiri dari;
1. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
2. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak
pensiun;
3. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
4. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang
mendapat hak pensiun.
5. Penerima pensiun lain; dan
6. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun lain
yang mendapat hak pensiun.
d. Veteran;
18
e. Perintis Kemerdekaan;
f. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
Kemerdekaan; dan
g. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan e
yang mampu membayar iuran.
19
6) Iuran Jaminan Kesehatan bagi veteran, perintis kemerdekaan, dan janda,
duda, atau anak yatim piatu dari veteran atau perintis kemerdekaan,
iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari 45% (empat puluh lima
persen) gaji pokok pegawai negeri sipil golongan ruang III/a dengan masa
kerja 14 (empat belas) tahun per bulan dibayar oleh Pemerintah.
7) Pembayaran iuran paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.
Kualitas Pelayanan
1. Reliability
2. Responsiveness Kepuasan Pasien
3. Assurance BPJS
4. Empathy
5. Tangibles
2.6 Hipotesis
Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 1. Tidak ada hubungan pengaruh antara sarana dan prasarana terhadap
kepuasan peserta BPJS di Rumah Sakit Umum Bandung.
2. Tidak ada hubungan pengaruh antara kehandalan terhadap kepuasan
peserta BPJS di Rumah Sakit Umum Bandung.
3. Tidak ada hubungan pengaruh antara daya tanggap terhadap
kepuasan peserta BPJS di Rumah Sakit Umum Bandung.
4. Tidak ada hubungan pengaruh antara jaminan terhadap kepuasan
peserta BPJS di Rumah Sakit Umum Bandung.
5. Tidak ada hubungan pengaruh antara empati terhadap kepuasan
20
peserta BPJS di Rumah Sakit Umum Bandung.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional karena pengumpulan
data variabel bebas dan variabel terikat dilakukan dalam waktu bersamaan pada
waktu yang sama yaitu pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien di
RSU Bandung.
22
jumlah sampel minimum untuk SEM menurut Hair (dalam Ferdinand, 2006)
adalah tergantung pada jumlah indikator yang akan dikalikan lima sampai
sepuluh. Jumlah sampel minimum untuk penelitian ini adalah:
Sampel minimum= 22 x 5 = 110 responden
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nonprobability sampling yaitu memberikan kebebasan pada peneliti untuk
menentukan anggota yang masuk ke dalam sampel. Maka dipilih metode
purposive sampling karena metode ini merupakan metode pemilihan sampel yang
berdasarkan pada responden yang telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan
peneliti.
a. Pasien yang berada di Bangsal di RSU Bandung sudah menjalani
perawatan > 2 hari.
b. Pasien yang berusia 20 tahun ke atas.
c. Pasien memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik.
d. Pasien yang bersedia menjadi responden penelitian.
Agar penelitian ini lebih fit, maka diambil sebanyak 100 responden pasien
rawat inap RSU Bandung. Dengan adanya jumlah populasi yang banyak dan
tersebar tidak mungkin diteliti semua. Mengingat keterbatasan waktu, tenaga, dan
biaya maka penelitian yang dilakukan hanya meneliti sebagian dari jumlah
populasi atau disebut sampel. Sampel dengan jumlah 100 pasien rawat inap RSU
Bandung. Penelitian ini dengan menggunakan teknik Accidental sampling,
metode ini merupakan prosedur sampling yang memilih sampel dari orang yang
paling mudah dijumpai atau diakses (Santoso dan Tjiptono 2001).
23
dalam penelitian (Notoatmodjo, 2010) Observasi dalam penelitian ini
dilakukan dengan melihat aktivitas pelayanan RSU Bandung.
2. Metode Angket atau Kuesioner
Kuesioner yang di gunakan untuk mengetahui kualitas pelayanan
merupakan adaptasi dari Zeithaml Parasuraman-Berry yang terdiri dari 5
dimensi yaitu ; Reliability, Responsivness, Assurannce, Empaty and
Tangibles.
3.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak sahnya suatu
kuesioner. Kuesioner ini dikatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner
mampu mengungkap sesuatu yang akan di ukur oleh kuesioner itu.
Uji validitas kuesioner untuk melihat ketepatan alat ukur mengukur
variabel yang diukur akan dilakukan dengan menggunkan uji Pearson Product
Moment. Sebelum melakukan uji validitas terlebih dahulu akan dilakukan
pencarian nilai korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur dengan cara
mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan jumlah skor total yang merupakan
jumlah total skor butir, sedangkan uji reliabilitas untuk melihat tingkat keajegan
instrumen yang dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha.
24
3.5.3 Definisi Operasional
25
kepada pasien empaty
1. Memberikan waktu
cukup
2. Memahami
kebutuhan pasien
3. Memperhatikan
sungguh-sungguh
4. Memberikan
pelayanan sopan
5. Mendengarkan
Tangibles dengan baik
Kualitas pelayanan Kualitas pelayanan
yang dapat terlihat tangibles
dalam bentuk sarana 1. Kebersihan sarana
fisik 2. Kenyamanan
3. Kelengkapan alat
4. Petunjuk arah yang
jelas
Kepuasan Kepuasan adalah tingkat Kepuasan Pelayanan Ordinal
pasien perasaan pasien setelah Dokter: Buruk:
membandingkan hasil 1. Reaksi 0-55%
yang dia rasakan dengan 2. Informasi Sedang:
harapannya 3. Visit tepat waktu 56% - 75%
4. Penampilan Rapi Baik:
Kepuasan Pelayanan 76% - 100%
Perawat
1. Reaksi cepat
2. Informasi yang jelas
3. Kesopanan
4. Penampilan rapi
Kepuasan Pelayanan
26
Farmasi:
1. Resep cepat
2. Penjelasan apoteker
3. Kondisi obat
4. Tuang tunggu
nyaman
Kepuasan Pelayanan Gizi
1. Gizi sesuai
2. Konseling dengan
baik
3. Penampilan rapi
4. Kesopanan
Kepuasan Pelayanan
Laboratorium:
1. Pengambilan sampel
darah baik
2. Alat lengkap
3. Cepat menyerahkan
hasil
4. Penampilan rapi
Kepuasan Pelayanan
Administrasi:
1. Keramahan
2. Antrian cepat
3. Penampilan rapi
4. Menjelaskan rincian
Kepuasan Pelayanan
Fasilitas Umum:
1. Kantin memadai
2. Fasilitas pendukung
3. Alat lengkap
27
4. Jumlah toilet
Kepuasan Pelayanan
Keadaan Fasilitas:
1. Bersih
2. Siap guna
3. Nyaman
4. Tidak ada kursi
rusak
28
d. Sangat Tidak Setuju :1
29
DAFTAR PUSTAKA
30
Keempat, Yogyakarta : C.V Andi Offset.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
31