DI SUSUN OLEH :
TITIN HIDAYATIN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat
bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat menjadi malas bekerja dan
bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa
permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak (noname, 2006).
Ketika masa anak sudah memasuki masa todler anak selalu membutuhkan
kesenangan pada dirinya dan anak membutuhkan suatu permainan. Aktivitas bermain
merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak. Sekarang banyak dijual macam-
macam alat permainan, jika orang tua tidak selektif dan kurang memahami fungsinya
maka alat permainan yang dibelinya tidak akan berfungsi efektif. Alat permainan
hendaknya disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia anak, sehingga dapat merangsang
perkembangan anak dengan optimal. Dalam kondisi sakitpun aktivitas bermaian tetap
perlu dilaksanakan namun harus disesuaikan dengan kondisi anak.
Ruangan yang digunakan adalah di ruangan terapi bermaian Rumah Sakit Umum
Daerah Ungaran. Dimana di ruang tersebut terdapat alat-alat bermain yang disesuaikan
dengan usia anak. Terapi bermaian ini bertujun untuk mempraktekkan keterampilan,
memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan merupakan suatu aktifitas
yang memberikan stimulasi dalam kemampuan keterampilan kognitif dan afektif.
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Untuk melanjutkan tumbuh kembang anak dan meminimalkan hospitalisasi pada anak.
Tujuan Khusus
Untuk melatih keterampilan kognitif dan afektif, anak bebas mengekpresikan
perasaannya, orang tua dapat mengetahui stuasi hati anak, memahami kemampuan diri,
kelemahan dan tingkah laku terhadap orang lain, merupakan alat komunikasi terutama
bagi anak yang belum dapat mengatakan secara verbal.
BAB II
DESKRIPSI KASUS
A. KARAKTERISTIK SASARAN
Anak usia todler yang sedang menjalani terapi rawat inap di RSUD Indramayu dengan
jumlah anak 1 anak.
Kategori Bermain
1 Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri, contohnya : bermain
sepak bola.
2 Bermain Pasif
Yaitu energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya
melihat) contoh : memberi support.
Ciri-ciri Bermain
Prinsip kegiatan
A. JUDUL PERMAINAN
Mewarnai gambar dengan pensil warna/spidol/pastel pada kertas gambar yang telah
tersedia.
C. WAKTU PELAKSANAAN
Hari/tanggal : Rabu, 14 Juni 2017
Waktu : Pukul 10.00 wib
Tempat : Ruang Golek RSUD Indramayu
D. PROSES BERMAIN
a. Persiapan : 5 Menit
a. Menyiapkan ruangan
b. Menyiapkan alat
c. Menyiapkan peserta
b. Pembukaan : 5 Menit
a. Perkenalan dengan anak dan keluarga
b. Anak yang akan bermain saling berkenalan
c. Menjelaskan maksud dan tujuan
d. Menjelaskan kontrak waktu
c. Kegiatan : 20 Menit
a. Anak diminta untuk memilih gambar yang ingin diwarnai yang sudah tersedia
b. Kemudian anak dianjurkan untuk mewarnai gambar dengan warna yang disukai
c. Setelah selesai mewarnai gambar, anak dibantu untuk melubangi bagian atas kertas
gambar.
d. Dipasang benang sepanjang +/- 10 cm pada bagian atas yang dilubangi
e. Gantungkan hasil mewarnai gambar di dekat tempat tidur anak
f. Penutup : 5 Menit
Memberikan reward pada anak atas hasil karyanya.
G. ANTISIPASI HAMBATAN
1) Pendekatan kepada anak lebih ditingkatkan
2) Memberikan penjelasan yang mudah dimengerti orang tua, sehingga timbul rasa
percaya
3) Membatasi waktu bermain
4) Bermain dilakukan dirawat inap tanpa menggangu proses terapi pengobatan
H. PENGORGANISASIAN
1) Leader : 1 Orang
2) Fasilitator : 1 orang
3) Observer : 1 orang
4) Anak : 1 orang
4 = Anak/Klien
I. KRITERIA EVALUASI
Setelah dilakukan terapi bermain dapat disimpulkan bahwa : keseluruhan anak menikmati
dan mau melakukan kegiatan menggambar . anak – anak cukup kooperatif dengan
fasilitator .
Hambatan yang terjadi dalam proses terapi bermain yaitu : komunikasi antara yang satu
dengan yang lainnya kurang . Anak – anak asik dengan kegiatannya sendiri atau
aktivitasnya sendiri . Kurang memahami terapi bermain atau kegiatan menggambarkan ,
mayoritas dari mereka hanya mencoret – coret kertas tanpa mengerti apa maksudnya .
EVALUASI
Struktur
1. Satuan Acara Pembelajaran(SAP) dibuat 3 minggu sebelum Terapi bermain
2. Media telah disediakan 1 minggu sebelumnya
3. Telah dibuat suatu kontrak perjanjian
4. Pembimbing telah dihubungi
Proses
1. Penyaji menyampaikan materi dengan baik
2. Petugas menjalankan tugasnya dengan baik
3. Audien tidak meninggalkan terapi bermain sampai acara selesai
4. Audien menghadiri acara tepat pada waktunya
Hasil
1. 80% peserta mampu mewarnai dengan baik.
BAB IV
PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN
Dalam terapi bermain ini klien yang diajak bermain adalah An. A usia 3 tahun
dengan diagnosa Observasi Febris dan Vomitus, kondisi klien masih tampak lemah.
Pada saat diajak melakukan terapi bermain dengan mewarnai gambar klien tampak
kurang kooperatif. Akan tetapi orang tua klien sangat mendukung klien untuk ikut
serta dalam terapi bermain. Selain itu salah satu tangannya terpasang infus jadi
merupakan penghambat dalam proses terapi bermain ini.
Secara keseluruhan terapi bermain berjalan dengan lancar meski terdapat
beberapa hambatan yaitu klien kurang begitu kooperatif.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Tujuan bermain untuk melatih keterampilan kognitif dan afektif, anak bebas
mengekpresikan perasaannya, orang tua dapat mengetahui stuasi hati anak, memahami
kemampuan diri, kelemahan dan tingkah laku terhadap orang lain, merupakan alat
komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan secara verbal.
SARAN
Saran kepada orang tua dan pelayanan kesehatan diharapkan orang tua lebih selektif dan
memahami fungsi dari alat permainan yang akan diberikan kepada anak . dapat
menyesuaikan kepada umur anak sehingga dapat merangsang tumbuh kembang secara
optimal .
DAFTAR PUSTAKA
Foster and humsberger . 2003 . Family Centered Nursing Care of Children . WB sauders
Company . Philadelpia USA
Whaley and Wong . 2001 . Nursing Care Infants and Children . Fourth Edition . Mosby
Year Book . Toronto . Canada