Secara umum pembangunan adalah mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, sejahtera,
dan berkeadilan. Bangsa yang maju terutama ditandai oleh tingkat pertumbuhan
ekonomi yang relatif tinggi, sehingga berdampak terhadap kemajuan di bidang-bidang
yang lain. Ekonomi yang maju akan mempercepat kemajuan di bidang iptek,
pendidikan, kesehatan, sosial budaya, dan lain-lain. Bangsa yang mandiri ditandai oleh
kemampuan bangsa dalam membangun dan memelihara kelangsungan hidupnya
berlandaskan kekuatan sendiri.
Adapun kesejahteraan, pada taraf paling awal ditandai oleh terpenuhinya kebutuhan
dasar yang paling pokok yakni sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan.
Sedangkan keadilan, yang menjadi tema abadi dalam pembangunan, ditandai oleh
kemampuan bangsa dalam mendistribusikan hasil-hasil pembangunan secara merata,
sehingga bisa menjangkau masyarakat secara luas. Tidak hanya itu, juga dalam
kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan itu sendiri. Keadilan
juga harus tercermin pada kian menyempitnya kesenjangan sosial ekonomi.
Kesejahteraan dan keadilan sangat erat kaitannya dan sering dibahas secara satu
kesatuan pengertian.
Pada awal perkembangan dunia banyak orang mengungkapkan bahwa negara yang
maju adalah negara yang memiliki sumber daya yang melimpah, hanya saja setelah
perkembangan terjadi anggapan tersebut sedikit keliru dengan anggapan bahwa jika
sumberdaya tersebut tidak dikelola maka tidak akan berguna, dengan adanya anggapan
baru tersebut membuktikan bahwa sumber daya manusialah yang menjadi faktor
penentu kemajuan sebuah negara. Maka dari itu pembangunan diawali dari
peningkatan kualitas SDM. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut
tidak akan terlepas dari factor kesehatan individu yang bersangkutan, karena kesehatan
merupakan modal dasar bagi seseorang untuk mengkontribusikan segala daya dan
upayanya dalam mewujudkan kesejahtera. Pembanguan kesehatan dan kesejahteraan
tidak akan terlepas dari peran strategis pendidikan sebagai investasi dalam membantu
menghadapi problematika kondisi kesehatan dan kesejahteraan Indonesia yang
semakin kompleks. Untuk itu, pendidikan akan sangat berperan dalam mewujudkan
manusia Indonesia yang sehat dan kompetitif dalam membangun kesejahteraan rakyat.
1.2 Tujuan
Terdapat beberapa tujuan yang diharapkan dalam penulisan makalah ini yang
membahas mengenai Kesehatan dan Kesejahteraan. Adapun tujuan secara umum
adalah untuk menganalisis peran strategis pendidikan dalam pembangunan kesehatan
dan kesejahteraan dengan berbagai problematika dan fakta yang terjadi di Indonesia.
Sedangkan tujuan secara khusus mengarah pada perluasan wawasan bagi penulis dan
pembaca dalam memahami danmengetahui peran strategis pendidikan dalam
pembanguan kesehatan dan pembanguanan kesejahteraan, dimana ketiga factor
tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain dalam meningkatkan pembanguanan
bangsa.
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
Bab I Pendahuluan
Lampiran
Daftar Pustaka
BAB II
LANDASAN TEORI
(KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN)
2.1 KESEHATAN
2.1.1 Pengertian Kesehatan
Kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.
Secara generalisasi, kesehatan terdiri dari kesehatan masyarakat yang terbentuk dari
individu-individu dan kesehatan lingkungan sebagai upaya dari individu-individu
dalam masyarakat. Kesehatan adalah keadaan dimana setiap manusia dapat menikmati
standar kehidupan yang cukup baik untuk dapat menjalankan kehidupannya. Dengan
demikian, setiap warga negara dapat menyadari haknya atas kehidupan yang sehat dan
panjang. Kesehatan merupakan masalah sosial, ekonomi dan politik dan merupakan
hak asazi manusia yang paling penting.
1. Kesehatan keluarga
2. Perbaikan gizi
3. Pengamanan makanan dan minuman
4. Kesehatan lingkungan
5. Kesehatan kerja
6. Kesehatan jiwa
7. Pemberantasan penyakit
8. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
9. Penyuluhan kesehatan masyarakat
10. Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
11. Pengamanan zat adiktif (bahan yang mengakibatkan penggunanya dapat
ketergantungan psikis)
12. Kesehatan sekolah
13. Kesehatan olah raga
14. Pengobatan tradisional
15. Kesehatan matra (untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental terhadap
perubahan lingkungan)
2.1.3 Bentuk-Bentuk Kesehatan
v Bidang Kesehatan Keluarga
Kesehatan Keluarga mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan
koordinasi serta pengawasan dan pengendalian program kesehatan ibu dan anak,
pelayanan medis keluarga berencana, kesehatan remaja dan usia lanjut serta
peningkatan gizi masyarakat. Bidang kesehatan keluarga terdiri dari :
A. Seksi Gizi
Mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta
pengawasan dan pengendalian kegiatan peningkatan gizi masyarakat. Adapun fungsi
dari seksi gizi diantaranya :
v Kesehatan Lingkungan
Pola hidup sehat dan bersih dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan yang memiliki
standar kebersihan dan kesehatan serta menjalankan pola/perilaku hidup bersih dan
sehat. Lingkungan yang sehat dapat memberikan efek terhadap kualitas kesehatan.
Kesehatan seseorang akan menjadi baik jika lingkungan yang ada di sekitarnya juga
baik. Begitu juga sebaliknya, kesehatan seseorang akan menjadi buruk jika lingkungan
yang ada di sekitarnya kurang baik. Dalam penerapan hidup bersih dan sehat dapat
dimulai dengan mewujudkan lingkungan yang sehat.
Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan
lingkungan sehat telah dipilih empat indikator, yaitu persentase keluarga yang memiliki
akses air bersih, presentase rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi
dasar, Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TUPM). Beberapa upaya untuk
memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah dilaksanakan oleh berbagai
instansi terkait seperti pembangunan sarana sanitasi dasar, pemantauan dan penataan
lingkungan, pengukuran dan pengendalian kualitas lingkungan. Pembangunan sarana
sanitasi dasar bagi masyarakat yang berkaitan langsung dengan masalah kesehatan
meliputi penyediaan air bersih, jamban sehat, pengelolaan sampah yang diproduksi
oleh setiap keluarga, perumahan sehat yang biasanya ditangani secara lintas sektor.
Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh sanitasi yang kurang baik serta pembuangan
sampah dan air limbah yang kurang baik diantaranya :
1. Diare
2. Demam berdarah
3. Disentri
4. Hepatitis A
5. Kolera
6. Tiphus
7. Cacingan
8. Malaria
Sumber : http://www.scribd.com/doc/19374542/Definisi-Kesehatan-
Lingkungan
2.1.4 Fungsi Pelayanan Kesehatan
1. Fungsi sosial (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat
pengguna pelayanan kesehatan )
2. Fungsi teknis kesehatan (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan
masyarakat pemberi pelayanan kesehatan) dan
3. Fungsi ekonomi (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan institusi
pelayanan kesehatan).
Ketiga fungsi tersebut ditanggung jawab oleh tiga pilar utama pelayanan kesehatan
yaitu, masyarakat (yang dalam prakteknya dilaksanakan bersama antara pemerintah
dan masyarakat), tenaga teknis kesehatan (yang dilaksanakan oleh tenaga profesional
kesehatan) dan tenaga adminstrasi/manajemen kesehatan (manajemen/ adminstrator
kesehatan).
ü Indikator derajat kesehatan yang merupakan hasil akhir, yang terdiri atas indikator-
indikator mortalitas, indikator-indikator morbiditas, dan indikator-indikator status gizi.
4. Keadaan lingkungan
1. Pelayanan kesehatan
Persentase persalinan olah tenaga kesehatan : 90
Persentase desa yang mencapai UCI : 100
Persentase desa terkena KLB yang ditangani <24 jam : 100
Persentase ibu hamil yang mendapat obat fe : 80
Persentase bayi yang mendapat ASI ekslusif : 80
Persentase murid SD atau madrasah ibtidaiyah yang mendapat pemeriksaan gigi dan
mulut : 100
Persentase pekerja yang mendapat pelayanan kesehatan kerja : 80
Persentase keluarga miskin yang mendapat layanan kesehatan : 100
2. Sumber daya kesehatan
Rasio dokter per-100.000 penduduk : 40
Rasio dokter spesialis per-100.000 penduduk : 6
Rasio dokter keluarga per-1000 keluarga : 2
Rasio dokter gigi per-100.000 penduduk : 11
Rasio apoteker per-100.000 penduduk : 10
Rasio bidan per-100.000 penduduk : 100
Rasio perawat per-100.000 penduduk : 117,5
Rasio ahli gizi per-100.000 penduduk : 22
Rasio ahli sanitasi er-100.000 penduduk : 40
Rasio ahli kesehatan masyarakat per-100.000 penduduk : 40
Persentase penduduk yang menjadi peserta jaminan pemeliharaan kesehatan : 80
Rata-rata persentase anggaran kesehatan dalam APBD kabupaten / kota : 15
Alokasi anggaran kesehatan pemerintah per-kapita per-tahun (ribuan rupiah) : 100
3. Manajemen kesehatan
Salah satu indikator keberhasilannya adalah perilaku hidup sehat yang didefinisikan
sebagai perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan masyarakat.
2.1.7 Kesehatan Menurut Pandangan Islam
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari tuhanmu dan
penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman”. (QS. Yunus : 57)
Nabi Muhammad saw bersabda : “kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh
manusia”.
Dalil naqli dan dalil aqli tersebut merupakan sebagian kecil pedoman hidup sehat bagi
kehidupan umat manusia. Tujuan islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat
adalah menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rohani, dan sosial
sehingga umat manusia mampu menjadi umat pilihan. Dalam Islam, Al-Quran menjadi
pedoman dalam mengarungi kehidupan di dunia guna mencapai hidup kekal di akhirat
nanti. Dalam Islam kesehatan jasmani, rohani, dan sosial serta berbagai perihal
kesehatan lainnya dibahas dengan lengkap dalam Al-Quran. Misalnya untuk kesehatan
jasmani, Islam mengajarkan mulai dari hal terkecil seperti mencuci tangan, mandi,
menggosok gigi, membersihkan lingkungan dan sebagainya.
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa
dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak
(pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. 2. Al Baqarah, 2:173 )
Setiap makanan yang dilarang di dalam Al Quran ternyata saat ini memiliki
argumentasi ilmiah yang dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan. Makanan yang
diharamkan dapat mengganggu kesehatan manusia, baik pengaruh buruk bagi
kesehatan (kolesterol, racun) maupun mengandung berbagai penyakit yang
membahayakan tubuh (Trichina, Salmonella, cacing pita, dll.).
1. Makanan sehat dan halal, Islam memerintahkan umatnya untuk makan makanan
yang baik dan halal, misalnya daging, ikan, madu dan susu. Makanan-makanan yang
baik dan halal bermanfaat bagi tubuh. Islam menolak paham vegetarian. Pola
konsumsi yang hanya tergantung pada jenis sayuran belaka tidak sehat bagi tubuh
karena kebutuhan protein tidak dapat tercukupi hanya dari konsumsi sayuran saja.
2. Menjaga perilaku muslim ketika makan, Islam menegaskan kepada orang muslim
untuk menjaga etika ketika makan. Allah memerintahkan kita untuk makan tidak
berlebih-lebihan sedangkan Rasulullah SAW mengatakan bahwa “perut adalah
seburuk-buruk tempat untuk diisi”. Sebagian besar penyakit bersumber dari perut.
Oleh karenanya Maha Benar Allah SWT dalam Firman-Nya :
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul
kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi”. (QS 4. An Nisaa’ : 79)
4. Olahraga
Islam menegaskan pentingnya olahraga untuk menciptakan generasi Rabbani yang kuat
dan sehat. Oleh karenanya, Islam mengajarkan setiap muslim untuk mengajarkan anak-
anaknya bagaimana cara memanah, berenang, dan berkuda.
1. Kesehatan seksual
Kehidupan seksual merupakan pokok bahasan yang sangat penting bagi orang muslim,
karena sangat berpengaruh bagi kesehatan dan perilaku manusia, namun Islam
menolak pendapat ilmuwan yang menekankan perilaku seksual sebagai motif utama
seseorang untuk bertindak.
1. Pendidikan seksual.
2. Islam mengajarkan kepada umat Islam, untuk memilih calon pasangan hidup yang
baik dan berakhlaq mulia.
3. Islam mengajarkan tata krama (adab) menggauli pasangannya agar mencapai
kebahagiaan dalam membina keluarga yang sakinah dan rahmah.
4. Islam sangat melarang perilaku berhubungan seks dengan sesama jenis dan
binatang.
5. Disunahkan untuk sirkumsisi (sunat) bagi laki-laki
6. Islam membolehkan kaum pria untuk berpoligami untuk menghindari perzinahan,
namun dengan syarat-syarat tertentu .
7. Menjaga kebersihan dan kesucian organ-organ seksualitas, misalnya bersuci setelah
buang air besar dan buang air kecil, larangan berhubungan seksual ketika istri
sedang haid, berhubungan badan melalui dubur dan membersihkan alat kelamin
setelah berhubungan badan dan setelah selesai datang bulan.
8. Kesehatan jiwa
Islam memberikan jawaban bagi kehausan jiwa manusia terhadap ketenangan batin.
Kesehatan jiwa mempengaruhi kesehatan badan.
2. Puasa
Puasa, bagian dari ibadah yang harus dilaksanakan oleh umat Islam dalam menegakkan
agama, sesudah pernyataan imannya. Konsekuensi beriman antara lain melaksanakan
perintah puasa. Betapa pentingnya berpuasa sehingga Allah menempatkan posisi
hamba-Nya yang berpuasa dengan posisi yang istimewa.
”Puasa itu untuk-Ku. Tidak ada yang tahu. Dan Aku akan memberi pahala semau-Ku.”
Keistimewaan itu sudah barang tentu ada tujuan Allah agar mendapatkan hikmah pada
dirinya, yaitu kesehatan dan sekaligus kebahagiaan. Janji Allah diberikan kepada orang
yang berpuasa ditegaskan dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh
Ibnu Suny dan Abu Nu’aim: ”Berpuasalah maka anda akan sehat.” Dengan berpuasa
akan sehat jasmani, rohani dan hubungan sosial.
Di dalam bulan puasa disunahkan untuk makin berdekat diri dengan Allah SWT baik
lewat shalat, membaca Alquran, zikir, berdoa, istighfar, dan qiyamul lail. Selama
sebulan secara terus-menerus akan membuat rohani makin sehat, jiwa makin tenang.
Dengan memperbanyak ingat kepada Allah, makin yakin bahwa semua yang ada datang
dari Allah dan akan kembali kepada-Nya jua. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah
antara lain:
”Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian
itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS:Al Baqarah 45).
”Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zalim kecuali merugi.” (QS:Al-Isra’ 82)
”Orang-orang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS:Ar-Ra’d 28).
”Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke
dalam surga-Ku.”(QS:Al Fajr 27-30).
”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang
luasnya langit dan bumi dan disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang bebuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila
melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni
dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu,
sedang mereka mengetahui.”(QS Al Imran 133-135).
Sumber : (http://rotigedang.wordpress.com/2008/08/06/kesehatan-
menurut-pandangan-islam/)
2.2 KESEJAHTERAAN
2.2.1 Definisi Kesejahteraan
Kesejahteraan (welfare) Ialah kata benda yang dapat diartikan nasib yang baik,
kesehatan, kebahagiaan, dan kemakmuran. Definisi Kesejahteraan dalam konsep dunia
modern adalah sebuah kondisi dimana seorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik
itu kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, air minum yang bersih serta
kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki pekerjaan yang
memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya sehingga memiliki status sosial yang
mengantarkan pada status sosial yang sama terhadap sesama warga lainnya. Menurut
HAM, definisi kesejahteraan kurang lebih berbunyi bahwa setiap laki laki ataupun
perempuan, pemuda dan anak kecil memiliki hak untuk hidup layak baik dari segi
kesehatan, makanan, minuman, perumahan, dan jasa sosial, jika tidak maka hal
tersebut telah melanggar HAM. Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk pada keadaan
yang baik, kondisi masyarakat di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, sehat,
dan damai.
2.2.2 Perkembangan Pengukuran Tingkat Kesejahteraan
Selama beberapa tahun setelah Perang Dunia II, pengukuran tingkat kesejahteraan
manusia mengalami perubahan. Pada 1950-an, sejahtera diukur dari aspek fisik, seperti
gizi, tinggi dan berat badan, harapan hidup, serta income. Pada 1980-an, ada perubahan
di mana sejahtera diukur dari income, tenaga kerja, dan hak-hak sipil. Pada 1990-an,
Mahbub Ul-Haq, sarjana keturunan Pakistan, merumuskan ukuran kesejahteraan
dengan yang disebut Human Development Index (HDI). Dengan HDI, kesejahteraan
tidak lagi ditekankan pada aspek kualitas ekonomi-material saja, tetapi juga pada aspek
kualitas sosial suatu masyarakat. Dalam HDI, indicator kesejahteraan suatu bangasa
dapat dilihat dari tiga aspek yaitu kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.
Dalam masyarakat yang beradab, negara tidak boleh membiarkan satu orang pun
berada dalam posisi tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Pengelola negara
harus berupaya secara terencana untuk melaksanakan perubahan-perubahan yang
mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan
seluruh warga masyarakat. Dengan demikian kesejahteraan masyarakat adalah dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri, tidak dalam keadaan miskin.
2. Kesejahteraan individu
Setiap individu dapat memandang suatu kesejahteraan itu sendiri dengan berbeda, bisa
dengan terpenuhi semua kebutuhan secara materi, dan bisa saja sejahtera dengan
kebutuhan rohaninya terpenuhi. Kesejahteraan tergantung pada pandangan orang itu
sendiri, hanya saja secara nasional indikatornya dapat ditentukan dalam indicator
kemiskinan karena pada dasarnya permasalahan kesejahteraan ini adalah kemiskinan.
3. Kesejahteraan Sosial
Definisi Kesejahteraan Sosial
Perserikatan bangsa-bangsa telah lama mengatur masalah kesejahteraan social. PBB
memberi batasan kesejahteraan social sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi
yang bertujuan untuk membantu individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan
keluarga dan masyarakat. Di indonesia, konsep kesejahteraan social termaktub
dalamUndang-undang RI Nomor 6 Tahun 1974 yang memberi defenisi “kesejahteraan
siosial sebagai suatu tata kehidupan dan penghidupan social, material maupun spritual
yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin , yang
memungkinkan bagi setiap warga untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan
jasmaniah, rohaniah, dan social yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia sesuai dengan
pancasila”.
Adapun beberapa pengertian dari para ahli mengenai kesejahteraan social adalah
sebagai berikut:
Konservatifisme
Mazhab konservatisme adalah penentang welfare state. Sistem politik pada hakekatnya
bersifat fungsional dan karenanya akan lebih baik jika dibiarkan berjalan sendiri.
Masalah sosial terjadi bukan karena kesalahan sistem, melainkan kesalahan individu
yang bersangkutan. Misalnya, karena malas, tidak memiliki jiwa wirausaha, dan
karakteristik budaya kemiskinan lainnya. Pelayanan sosial hanya perlu diberikan
kepada kelompok lemah secara temporer manakala lembaga pasar dan keluarga tidak
berfungsi. Pendekatan pekerjaan sosial lebih menitikberatkan pada pelayanan langsung
dan rehabilitasi sosial-klinis untuk membantu orang agar dapat beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya.
Strukturalisme
Kaum struktural memandang masalah sosial sebagai akibat adanya ketimpangan pada
sistem atau struktur sosial masyarakat. Masalah sosial adalah situasi tidak terhindarkan
dan akan selalu ada dalam sistem yang classist, sexist dan racist, karena sistem seperti
itu menciptakan ketidakadilan melalui perbedaan-perbedaan status sosial. Keadaan ini
akan semakin membesar dan memburuk dalam sebuah sistem ekonomi kapitalis.
Rakyat adalah korban dan objek eksploitasi orang-orang yang memiliki kekuasaan dan
privilege. Solusinya: rakyat harus berjuang memperoleh kekuasaan dan
menjangkausumber-sumber. Sistem ekonomi, sosial dan politik harus diubah dan
direstrukturisasi secara menyeluruh.
1. kependudukan,
2. kesehatan dan gizi,
3. pendidikan,
4. ketenagakerjaan,
5. taraf dan pola konsumsi,
6. perumahan, serta sosial lainnya.
Keenam aspek tersebut dapat diketahui dengan berbagai indicator-indikator
kesejahteraan yang diantarannya :
1. IPM (Indeks Pembangunan Manusia)/HDI
Merupakan tolak ukur keberhasilan pembangunan manusia yang meliputi 3 komponen
pembangunan yang mendasar diantarannya
Usia hidup
Pengetahuan, dan
Standar hidup layak.
Ketiganya merupakan kegiatan dari bidang kesehatan,pendidikan, dan ekonomi rumah
tangga terutama dari daya beli.
2. Indikator Kemiskinan
Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk
memenuhi standar dari kebutuhan dasar, baik makanan maupun bukan makanan.
Standar ini disebut sebagai garis kemiskinan, yakni kebutuhan dasar makanan setara
2100 kalori energi per kapita per hari, ditambah nilai pengeluaran untuk kebutuhan
dasar bukan makanan yang paling pokok (BPS, 1996). Berikut adalah variable yang
digunakan sebagai indicator kemiskinan :
a) Pemberdayaan social
b) Rehabilitasi sosial
Bantuan Sosial
Jaminan Sosial
1. Kesehatan keluarga
2. Kesehatan lingkungan
Gizi Masyarakat
1. Konsumsi makanan
2. Gizi
Penanggulangan Narkoba dan HIV/AIDS
1. Penanggulangan narkoba
2. Penanggulangan HIV/AIDS
Lingkungan Hidup
1. Keterampilan pemuda
2. Organisasi kepemudaan
Aparatur Negara
1. Perencanaan pendanaan
2. Advokasi pendanaan dan evaluasi
Pengembangan Kesempatan Kerja dan Kemitraan
“Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah) (106:3).
Yang telah memberikan makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari rasa takut (106:4)”
Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa indikator kesejahteraan dalam Al qur’an ada tiga,
yaitu :
1. Menyembah Tuhan (Pemilik) Ka’bah
Indikator sejahtera yang pertama dan paling utama di dalam Al-Qur’an adalah
“menyembah Tuhan (pemilik) rumah (Ka’bah)”, mengandung makna bahwa proses
mensejahterakan masyarakat didahului dengan pembangunan tauhid, sehingga
sebelum masyarakat sejahtera secara fisik, maka yang paling utama adalah masyarakat
yang benar-benar menjadikan Allah sebagai pelindung, pengayom, dan menyerahkan
diri sepenuhnya kepada Sang Khalik. Semua aktivitas kehidupan masyarakat terbingkai
dalam aktivitas ibadah.
2. Menghilangkan lapar
Mengandung makna bahwa , QS Al-Quraisy (106):4, diawali dengan penegasan kembali
tentang tauhid bahwa yang memberi makan kepada orang yang lapar tersebut adalah
Allah, jadi ditegaskan bahwa rizki berasal dari Allah bekerja merupakan sarana untuk
mendapatkan rizki dari Allah. Kemudian diayat ini juga disebutkan bahwa rizki yang
bersumber dari Allah tersebut untuk menghilangkan lapar, yang mempunyai makna
bahwa rizki yang diberikan Allah kepada setiap ummatnya bukan untuk ditumpuk-
tumpuk, ditimbun, apalagi dikuasai oleh individu, kelompok atau orang-orang tertentu
saja. Ini juga bermakna secukupnya saja sesuai dengan kebutuhan menghilangkan lapar
bukan kekenyangan, apalagi berlebihan.
3. Menghilangkan rasa takut
Membuat suasana menjadi aman, nyaman dan tentram bagian dariindikator sejahtera
atau tidaknya suatu masyarakat. Jika perampokan, perkosaan, bunuh diri, dan kasus
kriminalitas tinggi, maka mengindikasikan bahwa masyarakat tersebut belum sejahtera.
Dengan demikian pembentukan pribadi-pribadi yang sholeh dan membuat sistim yang
menjaga kesholehan setiap orang bisa terjaga merupakan bagian integral dari proses
mensejahterakan masyarakat.
BAB III
(PERAN STRATEGIS PENDIDIKAN
DALAM PEMBANGUANAN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT)
1.1 Kesehatan
Kesejahteraan suatu bangsa diawali dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia
seperti sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Hanya saja dari 5 faktor
tersebut kesehatan merupakan kebutuhan yang paling penting untuk memajukan
kesejahteraan bangsa. Dalam kajian bab sebelumnya telah dibahas mengenai definisi
dari kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 yang berbunyi, keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
ekonomis. Dalam pengertian tersebut terkandung kunci pokok seorang individu
dikatakan sehat atau kesehatan secara nasional serta faktor penyebab mengapa
kesehatan diperlukan.
Angka kematian ibu : Tahun 2008, hasil survei Demografi Kesehatan Indonesia
menunjukkan angka kematian ibu mencapai 390 per 100.000 kelahiran. (KOMPAS,
Selasa, 22 Desember 2009 | 17:38 WIB). Angka tersebut tidaklah sesuai dengan
target Indonesia sehat yakni mencapai 150 kematian pada 100.000 penduduk, angka
kematian ibu yang semakin meningkat tersebut didasari oleh budaya patriaki yang
masih melekat, selain itu masih mahalnya fasilitas kesehatan dan kecenderungan
kebijakan yang tidak memihak pada kaum wanita. Dalam Koran Pikiran rakyat (Senin,
11 Januari), Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota
Cimahi, drg. Pratiwi mengemukakan bahwa meningkatnya kematian ibu sebagian besar
diakibatkan pendaharan dan penyakit penyerta yang diderita ibu. Selain itu factor
keterlambatan pengambilan keputusan menjadi penyebab utama pula.
Selain data-data tersebut salah satu indicator dalam kesehatan adalah mengenai gizi
masyarakat, hal inilah yang akan menentukan tingkat kesehatan masyarakat Indonesia,
berikut adalah data mengenai cakupan gizi, masyarakat yang terdiri dari :
Tabel 3 : Rata-rata Konsumsi Kalori per Kapita Sehari Menurut Kelompok Makanan
1999, 2002-2009
Tabel 4 : Rata-rata Konsumsi Protein per Kapita Menurut Kelompok Makanan
“Dalam empat tahun terakhir, derajat kesehatan dan status gizi masyarakat Indonesia
telah semakin membaik. Hal ini ditandai dengan berhasil diturunkannya Angka
Kematian Ibu dari 307 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2004 menjadi 228 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, Angka Kematian Bayi dari 35 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 26,9 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
2007, dan prevalensi gizi kurang 23,2% pada tahun 2003 menjadi 18,4% tahun 2007.
Keberhasilan ini merupakan hasil kerja keras semua masyarakat termasuk jerih payah
kader Posyandu di seluruh Indonesia yang tidak pernah mengenal lelah dan dengan
sukarela menyumbangkan tenaga, pikiran, dan waktunya untuk upaya perbaikan gizi
keluarga, imunisasi, kesehatan ibu anak dan keluarga berencana, penanggulangan
diare, dan promosi perilaku hidup bersih dan sehat.” Hal itu disampaikan Ibu Negara
Hj. Ani Bambang Yudhoyono ketika membuka Temu Kader Menuju Pemantapan
Posyandu Tahun 2009 di Hotel Mercure Ancol, Jakarta (29/5). Temu Kader Posyandu
dihadiri 1.200 kader dari Sabang sampai Merauke ditandai penyematan pin secara
simbolis kepada 7 kader sebagai penghagaan pemerintah atas upaya-upaya yang
dilakukan para kader Posyandu. Tujuh kader tersebut merupakan perwakilan dari
peserta yakni Lindawati (NAD), Atikah Bachtiar (Maluku Utara), Oni Mulyadi (Sulawesi
Tengah), Weni Sumara Asih (DIY), Maria Slamet (NTB), Naomi (Papua Barat), dan
Made Saidana (Bali).
Banyak penyebab terjadinya masalah gizi buruk, hanya saja factor utamananya adalah
tingkat ekonomi masyarakat sehingga masyarakat miskin tidak mampu menyediakan
makanan dengan cakupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan khususnya bagi balita
dan anak-anak.
Terkait dengan hal ini, berikut dipaparkan data mengenai konsumsi rumh tangga di
Indonesia sebagai gambaran dari pemenuhn kebutuhan dasar rakyat Indonesia.
Tabel 5 : Distribusi Rumah Tangga Menurut Pola Konsumsi Rumah Tangga, 2000 &
2004 Sumber: Susenas 2000 & 2004
B. KEBIJAKAN
Untuk tercapainya tujuan dan sasaran menuju terwujudnya Visi Departemen
Kesehatan, maka peran Departemen Kesehatan dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan sebagai berikut.
1. Penggalangan Kemitraan Lintas Sektor
Untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan, diperlukan kerja
sama lintas sektor yang mantap. Demikian pula optimalisasi pembangunan berwawasan
kesehatan yang mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan, menuntut
adanya penggalangan kemitraan lintas sektor dan segenap potensi bangsa. Kebijakan
dan pelaksanaan pembangunan sector lain perlu memperhatikan dampak dan
mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan. Untuk itu upaya sosialisasi
masalah-masalah dan upaya pembangunan kesehatan kepada sektor lain perlu
dilakukan secara intensif dan berkesinambungan. Kerja sama lintas sektor harus
dilakukan sejak perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian,
sampai pada pengawasan dan penilaiannya.
2. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas
Pelaksanaan program dan kegiatan Departemen Kesehatan akan efektif dan efisien bila
upaya pengawasan terus ditingkatkan intensitas dan kualitasnya melalui pemantapan
sistem dan prosedur pengawasan. Pelaksanaan pengawasan tersebut dilaksanakan
secara komprehensif dan berbasis kinerja.
3. Peningkatan Kemampuan Daerah
Di era desentralisasi dan pelaksanaan kebijakan otonomi daerah, peran Pemerintah
Daerah sangat penting dan menentukan dalam pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan. Oleh karenanya kemampuan daerah dalam manajemen kesehatan yang
mencakup administrasi kesehatan, pengembangan sistem informasi kesehatan, hukum
atau peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan, serta penelitian dan
pengembangan kesehatan perlu ditingkatkan. Pemerintah Daerah harus mampu
mengemban tugas-tugas pembangunan kesehatan yang merupakan urusan rumah
tangganya melalui desentralisasi pembangunan kesehatan dengan sumberdaya sendiri
dan dana dekonsentrasi serta pembantuan. Departemen Kesehatan harus mampu
memfasilitasi Pemerintah Daerah dalam penyusunan sistem kesehatan daerah, rencana
pembangunan kesehatan, serta penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah.
4. Pemberdayaan Masyarakat dan Swasta
Dalam era reformasi, masyarakat termasuk swasta harus berperan aktif dalam
pembangunan kesehatan yang dimulai sejak penyusunan berbagai kebijakan
pembangunan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan mendorong
masyarakat agar mampu secara mandiri menjamin terpenuhinya kebutuhan kesehatan
dan kesinambungan pelayanan kesehatan. Kemitraan dengan swasta diarahkan pada
pengembangan upaya kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan peran swasta dalam
upaya kesehatan masyarakat.
5. Pengembangan Sumberdaya Kesehatan
Agar pembangunan kesehatan dapat terselenggara secara berhasil-guna dan berdaya-
guna, diperlukan sumberdaya manusia kesehatan yang bermutu serta berahlak baik.
Dalam pengembangan sumber daya manusia kesehatan, Departemen Kesehatan
melaksanakan perencanaan kebutuhan sumberdaya manusia kesehatan dalam lingkup
nasional, yang dilakukan secara terintegrasi, dan terpadu dengan rencana
pengadaannya, serta pendayagunaannya yang adil dan merata. Pengembangan
sumberdaya manusia kesehatan dilakukan melalui pemantapan kerja sama lintas sektor
dan peran aktif masyarakat dan swasta. Pengembangan sumberdaya manusia kesehatan
juga diarahkan agar mempunyai daya saing yang kuat dalam menghadapi globalisasi
yang merupakan tantangan sekaligus peluang pembangunan kesehatan. Guna
menjamin ketersediaan sumberdaya pembiayaan kesehatan, Departemen Kesehatan
melakukan advokasi dan sosialisasi kepada semua penyandang dana, baik pemerintah
maupun masyarakat termasuk swasta. Dengan demikian pembiayaan kesehatan akan
tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan teralokasikan secara adil serta dapat
dimanfaatkan secara efektif, efisien, dan akuntabel.
Departemen Kesehatan menjamin tersedianya buffer stock obat sangat essensial, dan
kebutuhan obat untuk penanggulangan bencana, serta obat program pemberantasan
penyakit menular dan perbaikan gizi.
6. Pelaksanaan Upaya Kesehatan.
Sesuai dengan paradigma sehat, Departemen Kesehatan harus memberikan
pengutamaan pada upaya kesehatan masyarakat yang dipadukan secara serasi dan
seimbang dengan upaya kesehatan perorangan. Di samping itu upaya kesehatan bagi
penduduk miskin, penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana, penanggulangan
masalah gizi pada balita dan ibu, serta pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular yang mempunyai komitmen regional dan global, promosi kesehatan dan
pendayagunaan tenaga kesehatan perlu mendapat pengutamaan, dan penanganan
secara nasional, tanpa mengabaikan kerjasama yang sinergis dengan pemerintah
daerah, dan masyarakat termasuk swasta. Unit Pelaksana Teknis Pusat dan Institusi-
institusi Kesehatan Nasional harus mampu memberikan pelayanan rujukan yang
diperlukan oleh provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat termasuk swasta.
v Program Menko Kesra Untuk Kesehatan
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, kesehatan merupakan salah satu indicator
kesejahteraan rakyat, untuk itu beberapa program kesehatan disusun dan diupayakan
oleh Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat yang bekerja sama Koordinator Bidang
Kesehatan dan Lingkungan Hidup serta berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan,
dengan program sebagai berikut :
Konsumsi makanan
Gizi
3. Penanggulangan Narkoba dan HIV/AIDS
Penanggulangan narkoba
Penanggulangan HIV/AIDS
4. Lingkungan hidup
§ Strength (Kekuatan)
a) Adanya undang-undang kesehatan yang jelas dalam mengupayakan
penyelengaraan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia
d) Di Indonesia masih banyak tempat-tempat yang masih asri yang dapat dijadikan
tempat refleksi dan relaksasi
e) Mata pencaharian yang beraneka ragam sesuai dengan potensi atau letak
geografis daerah
§ Weakness (kelemahan)
1. Masih rendahnya kepedulian pemerintah terhadap pelayanan dan manajemen
kesehatan masyarakat, seperti terbukti dengan lemahnya implementasi pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin dan kurang memadainya fasilitas kesehatan
2. Sulitnya pengadministrasian dalam memperoleh jaminan kesehatan khusus bagi
masyarakat miskin
3. Tingginya harga kebutuhan pokok sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat miskin
yang mengakibatkan kurang terpenuhinya kebutuhan dasar
4. Biaya pengobatan yang cenderung kurang dijangkau oleh masyarakat miskin
5. Kualitas pelayanan yang kurang memadai sehingga mendorong paradigm
masyarakat bahwa berobat ke luar negeri lebih baik
6. Belum meratanya pembangunan di seluruh pelosok Indonesia sehingga masih
terdapat banyak rakyat yang tinggal di daerah kumuh yang tidak sehat
§ Opportunity (Peluang)
1. 1. Masuknya Indonesia dalam organisasi kesehatan dunia yaitu WHO (World
Health Organization)
2. 2. Kerjasama dengan perguruan tinggi di luar negeri dalam hal pertukaran
pelajar, pengajar terkait dengan bidang pendidikan kesehatan
3. 3. Adanya IDI (Ikatan Dokter Indonesia) sebagai wadah perkumpulan dokter
Indonesia yang merupakan pedoman atau acuan
4. 4. Adanya IKDGI (Ikatan Dokter Gigi Indonesia) dalam pengadaan kerjasama
untuk peningkatan kesehatan gigi
§ Threats (Tantangan)
1. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan. Pada saat ini sedang
berlangsung revolusi ilmiah dalam bidang kesehatan terutama ilmu kedokteran, yaitu
revolusi dibidang bioteknologi yang dipacu oleh ilmu dasar, biologi sel, dan molekuler.
Revolusi ilmiah ini disamping memberikan kemajuan teknologi rekayasa biomolekul
dan melahirkan bioindustri baru,juga telah memacu revolusi dalam ilmu biomolekul itu
sendiri. Kemajuan ini makin membuka jalan bagi para ahli ilmu kedokteran dan
kesehatan dalam mengungkapkan tabir rahasia kehidupan pada tingkat molekul yang
tidak terbayangkan sebelumnya. Hal ini akan terus membuka kemungkinan baru dalam
pengobatan dan arena baru dalam penanggulangan penyakit.
Kecenderungan Respon
Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2006 mengamanatkan perlunya peningkatan upaya
penanggulangan HIV dan AIDS di seluruh Indonesia. Respons harus ditujukan untuk
mengurangi semaksimal mungkin peningkatan kasus baru dan kematian. Komisi
Penanggulangan AIDS di semua tingkat akan semakin kuat. Anggaran dari sektor
pemerintah diharapkan juga akan meningkat sejalan dengan masalah yan dihadapi.
Sektor-sektor akan meningkatkan cakupan program masing-masing. Masyarakat sipil
termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) akan meningkatkan perannya sebagai
mitra pemerintah sampai ke tingkat desa. Sementara itu mitra internasional
diperkirakan akan terus membantu pemerintah setidaknya sampai tahun 2010.
Akan tetapi disamping sikap optimis, pelaksanaan respons nasional akan menghadapi
tantangan yang tidak kecil yang harus dicermati.
Selain itu, terdapat UKS (Unit Kesehatan Sekolah) yang memiliki sasaran utama untuk
meningkatkan atau membina kesehatan peserta didik dan lingkungannya. Secara
general, program UKS di setiap sekolah terdiri dari :
Sekolah harus memenuhi “school plant”, misalnya gedung sekolah harus ditanami
rumput, air yang bersih, WC tersedia dan memenuhi persyaratan serta dibersihkan setip
hari, ruang kelas yang bersih dan nyaman, dan sebagainya.
b) Pendidikan kesehatan
Dimulai dengan cara memberikan informasi bahwa kebiasaan hidup sehat merupakan
modal utama dalam kehidupan, misalnya dengan memberikan informasi mengenai
tempat tinggal yang sehat, mandi dua kali sehari, makanan bergii, dan sebagainya.
Berkaitan dengan peran guru dalam memberikan perhatian kepada peserta didik,
seperti menegur saat pakaian kotor dan sebagainya.
1.2 Kesejahteraan
Indonesia merupakan salah satu Negara yang sebagian besar rakyatnya memiliki
tingkat kesejahteraan yang rendah, hal ini dapat dilihat dari beberapa indicator yang
akan dibahas dengan menggunakan sumber data yang tersedia seperti di bawah ini.
Tabel 7 : Data peringkat dan besaran IPM berdasarkan provinsi di Indonesia sejak
tahun 1996-2005 (Sumber : BPS )
Intrepretasi dari data tersebut adalah terjadi peningkatan dalam nilai IPM per-tahunya,
IPM tertinggi adalah DKI Jakarta, hal tersebut menunjukan masih diperlukannya
pemerataan, agar tingkat kesejahteraan masyarakat dapat meningkat secara nasional.
Data IPM Indonesia skala internasional, Tahun 2009 Indonesia ada diperingkat 111,
jauh lebih buruk dari 2 negara yang dirundung perang, Palestina (110) dan Srilangka
(102).
1. Usia harapan hidup : hasil pengukurannya adalah berdasarkan angka harapan hidup
masyarakat. Rata-rata Angka Harapan Hidup pada saat lahir (eo) adalah hasil
perhitungan proyeksi yang sering dipakai sebagai salah satu indikator kesejahteraan
rakyat. Berikut adalah data mengenai Angka Harapan Hidup Negara Indonesia.
Tabel 8 : Estimasi Angka Harapan Hidup (eo) menurut Provinsi, 2000-2025
Data tersebut adalah proyeksi BPS dalam melihat angka harapan hidup Negara
Indonesia. Dari data tersebut dapat dilihat bahwasannya harapan hidup masyarakat
Indonesia hanya mencapai angka 75 tahun, berarti rata-rata penduduk akan berumur
hingga 75 tahun.
1. Pengetahuan atau pendidikan diukur melalui indikator-indikator seperti pada tabel
berikut.
Table 9 : indicator pendidikan tahun 2004-2009 (BPS)
1. Standar hidup layak : di ukur dengan rata-rata pendapatan per kapita riil yang
disesuaikan” (adjusted real percapita expenditure). Adapun data mengenai standar
hidup layak tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 10 : Produk domestik bruto perkapita, produk nasional bruto perkapita dan
pendapatan nasional perkapita
1.1.1 Kondisi Kesejahteraan Indonesia Dilihat Dari Indikator Kemiskinan
Indikator utama masih rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat dapat dilihat dari masih
tingginya angka kemiskinan dan pengangguran. Menurut BPS kemiskinan adalah
ketidakmampuan untuk memenuhi standar dari kebutuhan dasar, baik makanan
maupun bukan makanan. Standar ini disebut sebagai garis kemiskinan, yakni
kebutuhan dasar makanan setara 2100 kalori energi per kapita per hari, ditambah nilai
pengeluaran untuk kebutuhan dasar bukan makanan yang paling pokok (BPS, 1996).
Pada tahun 2004, angka kemiskinan masih sebesar 36,2 juta (16,6%). Angka ini sempat
turun pada tahun 2005 menjadi 35,1 juta (16%). Namun naik lagi pada tahun 2006
menjadi 39,3 juta (17,8%) karena dipicu kenaikan harga BBM pada tahun 2005. Sejak
tahun 2007 hingga 2009 trend angka kemiskinan terus menurun dan telah menyentuh
angka 32,5 juta (14,2%) pada tahun 2009 ini.
Selain kemiskinan, angka pengangguran juga masih cukup besar. Pada tahun 2004,
angka pengangguran sebesar 10,2 juta (9,8%), kemudian terus meningkat menjadi 10,8
juta (10,3%) pada tahun 2005 dan 11,1 juta (10,4%) pada tahun 2006. Serupa dengan
fenomena kemiskinan, angka pengangguran mengalami penurunan pada tahun 2007
hingga 2009. Pada tahun 2009 ini, angka pengangguran masih sebesar 9,2 juta (8,1%).
Hal tersebut merupakan contoh bahwasannya kesejahteraan Indonesia masih relative
rendah dilihat dari indictor kemiskinan dan pengangguran.
Di bawah ini terdapat beberapa data yang menjadi indicator kesejahteraan dilihat dari
aspek kemiskinan.
Dari data-data tersebut, maka dapat diketahui kondisi kesejahteraan Indonesia melalui
suatu analisis sebagai suatu pengembangan dari berbagai problematika yang ada di
Indonesia. Analisis yang digunakan adalah analisis SWOt sebagai berikut :
Weakness (kelemahan)
1. Rendahnya kualitas penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS).
Penyandang cacat masih menghadapi kendala untuk kemandirian, produktivitas dan
hak untuk hidup normal yang meliputi antara lain akses ke pelayanan sosial dasar,
terbatasnya jumlah dan kualitas tenaga pelayanan sosial untuk berbagai jenis kecacatan,
dan aksesibilitas terhadap pelayanan umum untuk mempermudah kehidupan mereka.
Sedangkan masalah ketunasosialan yang terdiri dari gelandangan dan pengemis serta
tuna susila, selain disebabkan oleh kemiskinan juga diakibatkan oleh ketidakmampuan
individu untuk hidup dan bekerja sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Masalah
lainnya adalah rendahnya kualitas manajemen dan profesionalisme pelayanan
kesejahteraan sosial dan belum serasinya kebijakan kesejahteraan sosial di tingkat
nasional dan daerah.
Opportunities (Peluang)
1. Indonesia masuk ke dalam organisasi dunia seperti PBB, WHO, UNESCO, dan
sebagainya
2. Beranekaragamnya kebudayaan di Indonesia yang dapat dijadikan warisan budaya
dan pelestarian budaya untuk meningkatkan devisa negara
3. Sector pariwisata yang beragam dan menarik merupakan salah satu peluang devisa
terbesar Indonesia
4. Tingginya minat rakyat Indonesia untuk bekerja di luar negeri, dalam hal ini
merupakan peluang bagi pemerintah untuk melatihmereka sehingga mampu
bersaing dengan pekerja di negar tersebut, tidak hanya sekedar menjadi pegawai
rendahan.
Threats (Tantangan)
1. Era globalisasi dan modernisasi yang mengharuskan sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan dan daya saing yang kuat
2. Ketidakpercayaan diri rakyat Indonesia untuk menciptakan hal-hal yang baru atau
inovasi
3. Kestabilan ekonomi yang belum memadai menjadi tantangan bagi negara Indonesia
dalam meningkatkan pendapatan atau penghasilan rakyat Indonesia
4. Paradigma rakyat Inndonesia yang menganggap bahwa produk luar kualitasnya
lebih baik, sehingga produk-produk tersebut masih beredar di pasaran secara
meluas.
5. Budaya konsumtif rakyat Indonesa yang cukup sulit untuk dirubah
1.1.1 Masalah Kesejahteraan di Indonesia
Dari analisis yang dilakukan terhadap kondisi real negara Indonesia maka dapat
disimpulkan masalah utama yang menjadi masalah dasar dari lemahnya kesejahteraan
di Indonesia adalah kemiskinan dan penganguran yang berdampak terhadap kehidupan
social masyarakat. Masalah kemiskinan dan pengangguran di Indonesia telah menjadi
permasalahan struktural, bukan permasalahan atau fenomena sesaat. Permasalahan
yang tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat dan mudah. Dalam IPM dengan
ketiga indikatornya, masalah kemiskinan dan pengangguran dapat dikatakan masalah
ekonomi, namun ke tiga indicator HDI merupakan suatu kesatuan dimana setiap
indikatornya saling keterkaitan. Untuk itu dalam meminimalisasi masalah kemiskinan
dan pengangguran sebagai masalah dasar kesejahteraan di Indonesia harus mengau
pada aspek lainnya, seperti aspek pendidikan dan kesehatan. Rumusan masalah yang
penulis utarakan terkait dengan aspek kesejahteraan social, yaitu :
Dalam hal ini, pendidikan sebagai sarana mencerdaskan kehidupan bangsa harus
mampu mendewasakan dan membentuk pribadi-pribadi Indonesia yang jujur, amanah
dan bertanggung jawab dalam menjalankan amnah yang diembankan kepada setiap diri
pribadi.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.
Bentuk-Bentuk Kesehatan:
Bidang Kesehatan Keluarga
Kesehatan Lingkungan
Fungsi pelayanan kesehatan:
1. Fungsi sosial (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat
pengguna pelayanan kesehatan )
A. Fungsi teknis kesehatan (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan
masyarakat pemberi pelayanan kesehatan) dan
B. Fungsi ekonomi (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan institusi
pelayanan kesehatan).
Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang
memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat (consumer satisfaction),
Indikator derajat kesehatan yang merupakan hasil akhir, yang terdiri atas indikator-
indikator mortalitas, indikator-indikator morbiditas, dan indikator-indikator status
gizi.
Indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator- indikator keadaan lingkungan,
indikator-indikator perilaku hidup masyarakat, serta indikator- indikator akses dan
mutu pelayanan kesehatan
Indikator proses dan masukan, yang terdiri atas indikator- indikator pelayanan
kesehatan, indikator- indikator sumber daya kesehatan, indikator- indikator
menejemen kesehatan, dan indikator- indikator kontribusi sektor- sektor terkait.
Menimbang dan mengingat hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kesehatan
merupakan hal yang penting bagi manusia. Dalam hal ini yang terutama adalah
kesehatan ibu dan ank. Namun sayangnya di negara Indonesia ini masih ada begitu
banyak orang yang tidak menyadari akan pentingnya kesehatan. Hal ini terbuktinya
dari tingginya tingkat kematian ibu dan anak di Indonesia. Selama ini pemerintah
Indonesia masih terus berupaya untuk menekan angka kematian ibu dan ank. Salah
satu contohnya adalah kejasama yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan
pemerintah Jepang sejak tahun 2005.
Kesejahteraan
Kesejahteraan (welfare) Ialah kata benda yang dapat diartikan nasib yang baik,
kesehatan, kebahagiaan, dan kemakmuran
Kriteria kesejahteraan:
1. Kesejahtraaan masyarakat
2. Kesejahteraan individu
3. Kesejahteraan Sosial
Pendekatan kesejahteraan:
1. Liberalisme
2. Konservatifisme
3. Strukturalisme
Indikator kesejahteraan:
1. kependudukan,
A. kesehatan dan gizi,
B. pendidikan,
C. ketenagakerjaan,
D. taraf dan pola konsumsi,
E. perumahan, serta sosial lainnya.
Menimbang dan mengingat hal tersebut maka kesejahteraan merupakan hal yang
penting bagi proses pembangunan di negara Indonesia ini. Namun semua itu belum
bisa dirasakan optimal karena dilapangan terdapat beberapa fakta yang bisa dikatakan
kesejahteraan di negara Indonesia ini masih kurang baik, yaitu: