Anda di halaman 1dari 61

PERAN STRATEGIS PENDIDIKAN DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN

DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman sekarang, berbagai negara disibukan untuk pembenahan diri dalam
menghadapi era persaingan dengan negara lain, Indonesia merupakan salah satu
negara berkembang yang secara langsung ikut dalam ajang persaingan tersebut.
Persaingan yang terjadi itu tidak lepas dari adannya globalisasi dan modernisasi,
perkembangan yang begitu cepat serta askes yang tidak terbatas membuat semua hal
yang sebelumnya tidak disadari ternyata menjadi cambuk yang harus dialami, maka
dari itu perlu diadakannya pembangunan dalam semua aspek yang tentunya
berkualitas agar mampu untuk terus mengikuti perkembangan yang terjadi atau
bahkan mampu untuk bersaing dan mengungguli bangsa lainya.

Secara umum pembangunan adalah mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, sejahtera,
dan berkeadilan. Bangsa yang maju terutama ditandai oleh tingkat pertumbuhan
ekonomi yang relatif tinggi, sehingga berdampak terhadap kemajuan di bidang-bidang
yang lain. Ekonomi yang maju akan mempercepat kemajuan di bidang iptek,
pendidikan, kesehatan, sosial budaya, dan lain-lain. Bangsa yang mandiri ditandai oleh
kemampuan bangsa dalam membangun dan memelihara kelangsungan hidupnya
berlandaskan kekuatan sendiri.

Adapun kesejahteraan, pada taraf paling awal ditandai oleh terpenuhinya kebutuhan
dasar yang paling pokok yakni sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan.
Sedangkan keadilan, yang menjadi tema abadi dalam pembangunan, ditandai oleh
kemampuan bangsa dalam mendistribusikan hasil-hasil pembangunan secara merata,
sehingga bisa menjangkau masyarakat secara luas. Tidak hanya itu, juga dalam
kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan itu sendiri. Keadilan
juga harus tercermin pada kian menyempitnya kesenjangan sosial ekonomi.
Kesejahteraan dan keadilan sangat erat kaitannya dan sering dibahas secara satu
kesatuan pengertian.

Pada awal perkembangan dunia banyak orang mengungkapkan bahwa negara yang
maju adalah negara yang memiliki sumber daya yang melimpah, hanya saja setelah
perkembangan terjadi anggapan tersebut sedikit keliru dengan anggapan bahwa jika
sumberdaya tersebut tidak dikelola maka tidak akan berguna, dengan adanya anggapan
baru tersebut membuktikan bahwa sumber daya manusialah yang menjadi faktor
penentu kemajuan sebuah negara. Maka dari itu pembangunan diawali dari
peningkatan kualitas SDM. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut
tidak akan terlepas dari factor kesehatan individu yang bersangkutan, karena kesehatan
merupakan modal dasar bagi seseorang untuk mengkontribusikan segala daya dan
upayanya dalam mewujudkan kesejahtera. Pembanguan kesehatan dan kesejahteraan
tidak akan terlepas dari peran strategis pendidikan sebagai investasi dalam membantu
menghadapi problematika kondisi kesehatan dan kesejahteraan Indonesia yang
semakin kompleks. Untuk itu, pendidikan akan sangat berperan dalam mewujudkan
manusia Indonesia yang sehat dan kompetitif dalam membangun kesejahteraan rakyat.

1.2 Tujuan
Terdapat beberapa tujuan yang diharapkan dalam penulisan makalah ini yang
membahas mengenai Kesehatan dan Kesejahteraan. Adapun tujuan secara umum
adalah untuk menganalisis peran strategis pendidikan dalam pembangunan kesehatan
dan kesejahteraan dengan berbagai problematika dan fakta yang terjadi di Indonesia.

Sedangkan tujuan secara khusus mengarah pada perluasan wawasan bagi penulis dan
pembaca dalam memahami danmengetahui peran strategis pendidikan dalam
pembanguan kesehatan dan pembanguanan kesejahteraan, dimana ketiga factor
tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain dalam meningkatkan pembanguanan
bangsa.

1.3 Rumusan Masalah


Pada makalah ini, penulis merumuskan masalah mengenai topic Kesehatan dan
Kesejahteraan di Indonesia yang tersusun dalam pertanyaan sebagai berikut:

a) Bagaimana kondisi kesehatan dan kesejahteraan di Indonesia dilihat dari


beberapa indikator ?

b) Bagaimana peran strategis pendidikan dalam menumbuhkan pemahaman dini


akan pentingnya kesehatan atau hidup sehat dalam lingkungan pendidikan informal
dan formal?
c) Bagaimana peran strategis pendidikan pada lembaga pendidikan tinggi dalam
mentransformasikan dan merealisasikan pembangunan kesehatan ?

d) Bagaimana strategi pendidikan dalam mereflesikan dan mengimplementasikan


kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap tantangan kondisi kesehatan di Indonesia ?

e) Bagaimana strategi pendidikan dalam menumbuhkan mentalitas kemandirian


generasi penerus bangsa di lembaga formal, informal, dan nonformal ?

f) Bagaimana pendidikan berkontribusi terhadap peningkatkan taraf hidup


masyarakat dalam mewujudkan program pemerintah guna menciptakan kesejahteraan
terkait dengan permasalahan yang ada ?

1.4 Batasan Masalah


Makalah mengenai topic Kesehatan dan Kesejahteraan ini memiliki batasan masalah
yang hanya membahas bagaimana peran strategis pendidikan dalam pembanguanan
kesehatan dan kesejahteraan atau bagaiaman pendidikan menjadi alternative bagi
pembanguanan kesehatan dan kesejahteraan Indonesia.

1.4 Metode Penulisan


Penyususunan makalah ini dilakukan melalui study kepustakaan, yaitu berbagai sumber
yang menjadi rujukan seperti artike dan jurnal-jurnal pada beberapa situs internet,
serta situs-situs terkait yang membahas mengenai rumusan makalah yang telah
dikemukakan.

1.5 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan makalah ini secara umum dapat terdeskripsikan sebagai
berikut :

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Lampiran
Bab I Pendahuluan

Bab II Pembahasan : Peran Strategis Pendidikan Dalam Pembangunan Kesehatan dan


Kesejahteraan)

Bab III Penutup

Lampiran

Daftar Pustaka

BAB II
LANDASAN TEORI
(KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN)
2.1 KESEHATAN
2.1.1 Pengertian Kesehatan
Kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.
Secara generalisasi, kesehatan terdiri dari kesehatan masyarakat yang terbentuk dari
individu-individu dan kesehatan lingkungan sebagai upaya dari individu-individu
dalam masyarakat. Kesehatan adalah keadaan dimana setiap manusia dapat menikmati
standar kehidupan yang cukup baik untuk dapat menjalankan kehidupannya. Dengan
demikian, setiap warga negara dapat menyadari haknya atas kehidupan yang sehat dan
panjang. Kesehatan merupakan masalah sosial, ekonomi dan politik dan merupakan
hak asazi manusia yang paling penting.

Kesenjangan, kemiskinan, eksploitasi, kekerasan dan ketidakadilan merupakan sumber


penyakit dan kematian diantara orang-orang yang miskin dan termarginalisasi. Bila kita
ingin mengusahakan kesehatan bagi semua orang (health for all), kesehatan dipandang
sebagai sumber daya yang memberikan kemampuan pada individu, kelompok, dan
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mengelola bahkan merubah pola hidup,
kebiasaan dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan arah pembangunan kesehatan kita
yang meninggalkan paradigma lama menuju paradigma sehat, dalam rangka menuju
Indonesia Sehat 2010.
2.1.2 Upaya-Upaya Penyelenggaraan Kesehatan Menurut Undang-Undang
Kesehatan
Upaya kesehatan merupakan setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan masyarakat yang dilakukan pemerintah dan atau masyarakat. (UU No. 23
tahun 1992). Dalam hal upya penyelenggaraan kesehatan, pemerintah memiliki andil
besar, sebagaimana tercantum dalam UU No 23 tahun 1992 sebagai undang-undang
kesehatan, yaitu :
 Pemerintah bertugas mengatur, membina, mengawassi penyelenggaraan upaya
kesehatan (Bab IV pasal 6)
 Pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat(Bab IV pasal 7)
 Pemerintah bertugas menggerakana peran serta masyarakat dalam
menyelenggarakan dan pembiayaan kesehatan dengan memperhatikan fungsi social
sehingga pelayanan kesehatan bagi msyrakat yang kurang mampu terjamin tetap
terjamin (Bab IV pasal 8)
 Pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
(Bab IV pasal 9)
Dalam undang-undang ini, pendekatan yang dilakukan dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan masyarakat adalah dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemeliaharaan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakansecara menyeluruh, terpadu,
dan berkesinambungan. (Bab 5 Pasal 10). Adapun kegiatan kegiatan yang dilakukakan
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat menurut undang-undang ini (bab
5 pasal 11), sebagai berikut :

1. Kesehatan keluarga
2. Perbaikan gizi
3. Pengamanan makanan dan minuman
4. Kesehatan lingkungan
5. Kesehatan kerja
6. Kesehatan jiwa
7. Pemberantasan penyakit
8. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
9. Penyuluhan kesehatan masyarakat
10. Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
11. Pengamanan zat adiktif (bahan yang mengakibatkan penggunanya dapat
ketergantungan psikis)
12. Kesehatan sekolah
13. Kesehatan olah raga
14. Pengobatan tradisional
15. Kesehatan matra (untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental terhadap
perubahan lingkungan)
2.1.3 Bentuk-Bentuk Kesehatan
v Bidang Kesehatan Keluarga
Kesehatan Keluarga mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan
koordinasi serta pengawasan dan pengendalian program kesehatan ibu dan anak,
pelayanan medis keluarga berencana, kesehatan remaja dan usia lanjut serta
peningkatan gizi masyarakat. Bidang kesehatan keluarga terdiri dari :
A. Seksi Gizi
Mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta
pengawasan dan pengendalian kegiatan peningkatan gizi masyarakat. Adapun fungsi
dari seksi gizi diantaranya :

 Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan


kebutuhan dan penyiapan bahan untuk peningkatan status gizi masyarakat,
peningkatan gizi masyarakat;
 Pelaksanaan kegiatan kebutuhan dan penyiapan bahan untuk peningkatan status
gizi masyarakat, peningkatan gizi masyarakat;
 Pelaksanaan koordinasi dengan instansi /lembaga terkait
 Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan ;
 Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan usaha Kesehatan ibu,
bayi baru lahir dan anak, wanita usia subur dan pelayanan medis keluarga
berencana;
 Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data usaha Kesehatan ibu,
bayi baru lahir dan anak, wanita usia subur dan pelayanan medis keluarga
berencana;
 Pelaksanaan kegiatan usaha Kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak, wanita usia
subur dan pelayanan medis keluarga berencana
 Pelaksanaan koordinasi dengan instansi /lembaga terkait Pelaksanaan monitoring
dan evaluasi serta pelaporan kegiatan
 Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan Usaha Kesehatan
remaja termasuk di institusi pendidikan setingkat SD sampai dengan SLTA dan
lansia;
 Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data Usaha Kesehatan
remaja termasuk di institusi pendidikan setingkat SD sampai dengan SLTA dan
lansia;
 Pelaksanaan kegiatan Usaha Kesehatan remaja termasuk di institusi pendidikan
setingkat SD sampai dengan SLTA dan lansia;
 Pelaksanaan koordinasi dengan instansi /lembaga lainnya terkait Usaha Kesehatan
remaja termasuk di institusi pendidikan setingkat SD sampai dengan SLTA dan
lansia;
 Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan;
 Seksi Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana
Mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta
pengawasan dan pengendalian kegiatan Kesehatan ibu, anak dan pelayanan medis
keluarga berencana. Seksi Kesehatan Ibu, Anak Dan Keluarga Berencana
mempunyai fungsi :
 Seksi Kesehatan Remaja dan Lansia
Mempunyai mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan
koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan Kesehatan remaja dan
lansia. Seksi Kesehatan Remaja dan Lansia mempunyai fungsi sebagai berikut :
Sumber : http://map-bms.wikipedia.org/wiki/Keluarga_&_Kesehatan
Kesehatan keluarga merupakan cerminan dari kesehatan individu dalam keluarga
tersebut, keluarga yang sehat akan menciptakan individu-individu yang sehat, baik
sehat secara fisik maupun rohaniahnya. Kesehatan keluarga ini lebih menfokuskan pada
perwujudan keluarga sehat, kecil, bahagia, dan sejahtera.

v Kesehatan Lingkungan
Pola hidup sehat dan bersih dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan yang memiliki
standar kebersihan dan kesehatan serta menjalankan pola/perilaku hidup bersih dan
sehat. Lingkungan yang sehat dapat memberikan efek terhadap kualitas kesehatan.
Kesehatan seseorang akan menjadi baik jika lingkungan yang ada di sekitarnya juga
baik. Begitu juga sebaliknya, kesehatan seseorang akan menjadi buruk jika lingkungan
yang ada di sekitarnya kurang baik. Dalam penerapan hidup bersih dan sehat dapat
dimulai dengan mewujudkan lingkungan yang sehat.

Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan
lingkungan sehat telah dipilih empat indikator, yaitu persentase keluarga yang memiliki
akses air bersih, presentase rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi
dasar, Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TUPM). Beberapa upaya untuk
memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah dilaksanakan oleh berbagai
instansi terkait seperti pembangunan sarana sanitasi dasar, pemantauan dan penataan
lingkungan, pengukuran dan pengendalian kualitas lingkungan. Pembangunan sarana
sanitasi dasar bagi masyarakat yang berkaitan langsung dengan masalah kesehatan
meliputi penyediaan air bersih, jamban sehat, pengelolaan sampah yang diproduksi
oleh setiap keluarga, perumahan sehat yang biasanya ditangani secara lintas sektor.

Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh sanitasi yang kurang baik serta pembuangan
sampah dan air limbah yang kurang baik diantaranya :

1. Diare
2. Demam berdarah
3. Disentri
4. Hepatitis A
5. Kolera
6. Tiphus
7. Cacingan
8. Malaria
Sumber : http://www.scribd.com/doc/19374542/Definisi-Kesehatan-
Lingkungan
2.1.4 Fungsi Pelayanan Kesehatan
1. Fungsi sosial (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat
pengguna pelayanan kesehatan )
2. Fungsi teknis kesehatan (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan
masyarakat pemberi pelayanan kesehatan) dan
3. Fungsi ekonomi (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan institusi
pelayanan kesehatan).
Ketiga fungsi tersebut ditanggung jawab oleh tiga pilar utama pelayanan kesehatan
yaitu, masyarakat (yang dalam prakteknya dilaksanakan bersama antara pemerintah
dan masyarakat), tenaga teknis kesehatan (yang dilaksanakan oleh tenaga profesional
kesehatan) dan tenaga adminstrasi/manajemen kesehatan (manajemen/ adminstrator
kesehatan).

2.1.5 Tujuan Pelayanan Kesehatan


Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang
memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat (consumer satisfaction),
melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi pelayanan yang memuaskan harapan dan
kebutuhan pemberi pelayanan (provider satisfaction), pada institusi pelayanan yang
diselenggarakan secara efisien (institutional satisfaction). Interaksi ketiga pilar utama
pelayanan kesehatan yang serasi, selaras dan seimbang, merupakan paduan dari
kepuasan tiga pihak, dan ini merupakan pelayanan kesehatan yang memuaskan
(satisfactory healty care).
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, sehingga sikap dan
perilaku masyarakat harus bersifat proaktif dalam memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan, mencegah terjadinya resiko penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan peningkatan kesehatan masyarakat.

2.1.6 Indikator Kesehatan


Negara Indonesia memiliki indicator-indikator khusus mengenai kesehatan masyarakat
yang tercantum dalam “Indonesia Sehat 2010”, sebagai berikut :

ü Indikator derajat kesehatan yang merupakan hasil akhir, yang terdiri atas indikator-
indikator mortalitas, indikator-indikator morbiditas, dan indikator-indikator status gizi.

1. Indicator motalitas diantarannya,


 angka kematian bayi per-1000 kelahiran hidup : 40
 angka kelahiran balita per-1000 kelahiran hidup : 58.
 Angka kematian ibu per-100.000 kelahiran hidup : 150
 Angka harapan hidup waktu lahir : 67,9
2. Indikator Morbiditas diantarannya :

 Angka kesakitan malaria per-1000 penduduk : 5


 Angka kesembuhan penderita TB paru BTA+ : 85
 Prevalansi HIV (persentase kasus terhadap penduduk berisiko) : 0.9
 Angka “acute fraccid pralisys” pada anak usia <15 tahun per-100.000 : 0.9
 Angka kesakitan demam berdarah dangue per-100.000 penduduk : 2
3. Indikator status gizi diantaranya :

 Persentase balita dengan gizi buruk : 15


 Persentase kecamatan bebas rawan gizi : 80
ü Indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator-indikator keadaan lingkungan,
indicator-indikator perilaku hidup masyarakat, serta indikator-indikator akses dan
mutu pelayanan kesehatan.

4. Keadaan lingkungan

 Persentase rumah sehat : 80


 Persentase tempat-tempat umum sehat : 80
5. Perilaku hidup masyarakat

 Persentase masyarakat berprilaku hidup bersih dan sehat : 65


 Persentase posyandu purnama dan mandiri : 40
6. Akses dan mutu pelayanan kesehatan

 Persentase penduduk yang memanfaatkan puskesmas : 1,5


 Persentase penduduk yang memanfaatkan rumah sakit : 1,5
 Persentase sarana kesehatan dengan kemampuan labkes : 100
 Persentase rumah sakit yang menyelenggarakan 4 pelayanan kesehatan spesialis
dasar : 100
 Persentase obat generic berlogo dalam persediaan obat : 100
ü Indikator proses dan masukan, yang terdiri atas indikator-indikator pelayanan
kesehatan, indikator-indikator sumber daya kesehatan, indikator-indikator menejemen
kesehatan, dan indikator- indikator kontribusi sektor-sektor terkait.

1. Pelayanan kesehatan
 Persentase persalinan olah tenaga kesehatan : 90
 Persentase desa yang mencapai UCI : 100
 Persentase desa terkena KLB yang ditangani <24 jam : 100
 Persentase ibu hamil yang mendapat obat fe : 80
 Persentase bayi yang mendapat ASI ekslusif : 80
 Persentase murid SD atau madrasah ibtidaiyah yang mendapat pemeriksaan gigi dan
mulut : 100
 Persentase pekerja yang mendapat pelayanan kesehatan kerja : 80
 Persentase keluarga miskin yang mendapat layanan kesehatan : 100
2. Sumber daya kesehatan
 Rasio dokter per-100.000 penduduk : 40
 Rasio dokter spesialis per-100.000 penduduk : 6
 Rasio dokter keluarga per-1000 keluarga : 2
 Rasio dokter gigi per-100.000 penduduk : 11
 Rasio apoteker per-100.000 penduduk : 10
 Rasio bidan per-100.000 penduduk : 100
 Rasio perawat per-100.000 penduduk : 117,5
 Rasio ahli gizi per-100.000 penduduk : 22
 Rasio ahli sanitasi er-100.000 penduduk : 40
 Rasio ahli kesehatan masyarakat per-100.000 penduduk : 40
 Persentase penduduk yang menjadi peserta jaminan pemeliharaan kesehatan : 80
 Rata-rata persentase anggaran kesehatan dalam APBD kabupaten / kota : 15
 Alokasi anggaran kesehatan pemerintah per-kapita per-tahun (ribuan rupiah) : 100
3. Manajemen kesehatan

 Persentase kabupaten/kota yang mempunyai dokumen system kesehatan : 100


 Persentase kabupaten/kota yang mempunyai “kontingensi plan” untuk masalah
kesehatan akibat bencana : 100
 Persentase kabupaten/kota yang membuat profil kesehatan : 100
 Ersentase provinsi yang melaksanakan sukersda : 100
 Persentase provinsi yang mempunyai “provincial health account” : 100
4. Kontribusi sector terkait

 Persentase keluarga yang mempunyai akses terhadap air bersih : 85


 Persentase pasangan usia subur yang menjadi akseptor keluarga berencana : 70
 Anggka kecelakaan lalu-lintas per-100.000 penduduk : 10
 Persentase penduduk yang melek huruf : 95
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu cita-cita bangsa Indonesia yang harus
direalisasikan oleh seluruh warga negara Indonesia. Cita-cita tersebut menggambarkan
keadaan bangsa kita dengan masyarakat yang berperilaku sehat, hidup dalam
lingkungan sehat, dan dapat menikmati layanan kesehatan yang merata dan bermutu.

Salah satu indikator keberhasilannya adalah perilaku hidup sehat yang didefinisikan
sebagai perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan masyarakat.
2.1.7 Kesehatan Menurut Pandangan Islam
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari tuhanmu dan
penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman”. (QS. Yunus : 57)

Nabi Muhammad saw bersabda : “kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh
manusia”.

Dalil naqli dan dalil aqli tersebut merupakan sebagian kecil pedoman hidup sehat bagi
kehidupan umat manusia. Tujuan islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat
adalah menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rohani, dan sosial
sehingga umat manusia mampu menjadi umat pilihan. Dalam Islam, Al-Quran menjadi
pedoman dalam mengarungi kehidupan di dunia guna mencapai hidup kekal di akhirat
nanti. Dalam Islam kesehatan jasmani, rohani, dan sosial serta berbagai perihal
kesehatan lainnya dibahas dengan lengkap dalam Al-Quran. Misalnya untuk kesehatan
jasmani, Islam mengajarkan mulai dari hal terkecil seperti mencuci tangan, mandi,
menggosok gigi, membersihkan lingkungan dan sebagainya.

1. Kebersihan, membersihkan dan menyucikan diri.


 Tubuh: Islam memerintahkan mandi bagi umatnya karena 23 alasan dimana 7
alasan merupakan mandi wajib dan 16 alasan lainnya bersifat sunah.
 Tangan: Nabi Muhammad SAW bersabda: “Cucilah kedua tanganmu sebelum dan
sesudah makan “, dan ” Cucilah kedua tanganmu setelah bangun tidur. Tidak
seorang pun tahu dimana tangannya berada di saat tidur.”
 Islam memerintahkan kita untuk mengenakan pakaian yang bersih dan rapi.
 Makanan dan minuman: Lindungilah makanan dari debu dan serangga, Rasulullah
SAW sersabda: “Tutuplah bejana air dan tempat minummu ”
 Rumah: “Bersihkanlah rumah dan halaman rumahmu” sebagaimana dianjurkan
untuk menjaga kebersihan dan keamanan jalan: “Menyingkirkan duri dari jalan
adalah ibadah.”
 Perlindungan sumber air, misalnya sumur, sungai dan pantai. Rasulullah melarang
umatnya buang kotoran di tempat-tempat sembarangan.
2. Penanggulangan dan penangann epidemic penyakit.

 Karantina penyakit: Nabi Muhammad SAW bersabda: “Jauhkanlah dirimu sejauh


satu atau dua tombak dari orang yang berpenyakit lepra ”
 Islam juga mengajarkan prinsip-prinsip dasar penanganan dan penanggulangan
berbagai penyakit infeksi yang membahayakan masyarakat (misalnya wabah kolera
dan cacar), “Janganlah engkau masuk ke dalam suatu daerah yang sedang terjangkit
wabah, dan bila dirimu berada di dalamnya janganlah pergi meninggalkannya.”
 Islam menganjurkan umatnya melakukan upaya proteksi diri (ikhtiar) dari berbagai
penyakit infeksi, misalnya dengan imunisasi.
3. Makanan

Makanan yang diharamkan.

Firman Allah SWT :

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa
dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak
(pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. 2. Al Baqarah, 2:173 )

Setiap makanan yang dilarang di dalam Al Quran ternyata saat ini memiliki
argumentasi ilmiah yang dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan. Makanan yang
diharamkan dapat mengganggu kesehatan manusia, baik pengaruh buruk bagi
kesehatan (kolesterol, racun) maupun mengandung berbagai penyakit yang
membahayakan tubuh (Trichina, Salmonella, cacing pita, dll.).

1. Makanan sehat dan halal, Islam memerintahkan umatnya untuk makan makanan
yang baik dan halal, misalnya daging, ikan, madu dan susu. Makanan-makanan yang
baik dan halal bermanfaat bagi tubuh. Islam menolak paham vegetarian. Pola
konsumsi yang hanya tergantung pada jenis sayuran belaka tidak sehat bagi tubuh
karena kebutuhan protein tidak dapat tercukupi hanya dari konsumsi sayuran saja.
2. Menjaga perilaku muslim ketika makan, Islam menegaskan kepada orang muslim
untuk menjaga etika ketika makan. Allah memerintahkan kita untuk makan tidak
berlebih-lebihan sedangkan Rasulullah SAW mengatakan bahwa “perut adalah
seburuk-buruk tempat untuk diisi”. Sebagian besar penyakit bersumber dari perut.
Oleh karenanya Maha Benar Allah SWT dalam Firman-Nya :
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul
kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi”. (QS 4. An Nisaa’ : 79)

4. Olahraga

Islam menegaskan pentingnya olahraga untuk menciptakan generasi Rabbani yang kuat
dan sehat. Oleh karenanya, Islam mengajarkan setiap muslim untuk mengajarkan anak-
anaknya bagaimana cara memanah, berenang, dan berkuda.

1. Kesehatan seksual
Kehidupan seksual merupakan pokok bahasan yang sangat penting bagi orang muslim,
karena sangat berpengaruh bagi kesehatan dan perilaku manusia, namun Islam
menolak pendapat ilmuwan yang menekankan perilaku seksual sebagai motif utama
seseorang untuk bertindak.

1. Pendidikan seksual.
2. Islam mengajarkan kepada umat Islam, untuk memilih calon pasangan hidup yang
baik dan berakhlaq mulia.
3. Islam mengajarkan tata krama (adab) menggauli pasangannya agar mencapai
kebahagiaan dalam membina keluarga yang sakinah dan rahmah.
4. Islam sangat melarang perilaku berhubungan seks dengan sesama jenis dan
binatang.
5. Disunahkan untuk sirkumsisi (sunat) bagi laki-laki
6. Islam membolehkan kaum pria untuk berpoligami untuk menghindari perzinahan,
namun dengan syarat-syarat tertentu .
7. Menjaga kebersihan dan kesucian organ-organ seksualitas, misalnya bersuci setelah
buang air besar dan buang air kecil, larangan berhubungan seksual ketika istri
sedang haid, berhubungan badan melalui dubur dan membersihkan alat kelamin
setelah berhubungan badan dan setelah selesai datang bulan.
8. Kesehatan jiwa
Islam memberikan jawaban bagi kehausan jiwa manusia terhadap ketenangan batin.
Kesehatan jiwa mempengaruhi kesehatan badan.

2. Puasa
Puasa, bagian dari ibadah yang harus dilaksanakan oleh umat Islam dalam menegakkan
agama, sesudah pernyataan imannya. Konsekuensi beriman antara lain melaksanakan
perintah puasa. Betapa pentingnya berpuasa sehingga Allah menempatkan posisi
hamba-Nya yang berpuasa dengan posisi yang istimewa.

”Puasa itu untuk-Ku. Tidak ada yang tahu. Dan Aku akan memberi pahala semau-Ku.”

Keistimewaan itu sudah barang tentu ada tujuan Allah agar mendapatkan hikmah pada
dirinya, yaitu kesehatan dan sekaligus kebahagiaan. Janji Allah diberikan kepada orang
yang berpuasa ditegaskan dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh
Ibnu Suny dan Abu Nu’aim: ”Berpuasalah maka anda akan sehat.” Dengan berpuasa
akan sehat jasmani, rohani dan hubungan sosial.

Manfaat bagi Kesehatan Badan (jasmani).


Tidak seorang pun ahli medis baik muslim maupun non muslim yang meragukan
manfaat puasa bagi kesehatan manusia. Dalam buku yang berjudul ”Pemeliharaan
Kesehatan dalam Islam” oleh Dr Mahmud Ahmad Najib (Guru Besar Fakultas
Kedokteran Universitas Ain-Syams Mesir), ditegaskan puasa sangat berguna bagi
kesehatan. Antara lain:

 Puasa memperkecil sirkulasi darah sebagai perimbangan untuk mencegah keluarnya


keringat dan uap melalui pori-pori kulit serta saluran kencing tanpa perlu
menggantinya. Menurutnya curah jantung dalam mendistribusikan darah keseluruh
pembuluh darah akan membuat sirkulasi darah menurun. Dan ini memberi
kesempatan otot jantung untuk beristirahat, setelah bekerja keras satu tahun
lamanya. Puasa akan memberi kesempatan pada jantung untuk memperbaiki
vitalitas dan kekuatan sel-selnya.
 Puasa memberi kesempatan kepada alat-alat pencernaan untuk beristirahat setelah
bekerja keras sepanjang tahun. Lambung dan usus beristirahat selama beberapa jam
dari kegiatannya, sekaligus memberi kesempatan untuk menyembuhkan infeksi dan
luka yang ada sehingga dapat menutup rapat. Proses penyerapan makanan juga
berhenti sehingga asam amoniak, glukosa dan garam tidak masuk ke usus. Dengan
demikian sel-sel usus tidak mampu lagi membuat komposisi glikogen, protein dan
kolesterol. Disamping dari segi makanan, dari segi gerak (olah raga), dalam bulan
puasa banyak sekali gerakan yang dilakukan terutama lewat pergi ibadah.
Manfaat bagi Kesehatan Rohani (Mental).
Perasaan (mental) memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Mendapat
rasa senang, gembira, rasa puas serta bahagia, merupakan tujuan bermacam-macam
ikhtiar manusia sehari-hari. Bila seseorang menangani gangguan kesehatan, tidak boleh
hanya memperhatikan gangguan badaniah saja, tetapi sekaligus segi kejiwaan dan sosial
budayanya. Rohani datang dari Allah, maka kebahagiaan hanya akan didapat apabila
makin dekat kepada pencipta-Nya.

Di dalam bulan puasa disunahkan untuk makin berdekat diri dengan Allah SWT baik
lewat shalat, membaca Alquran, zikir, berdoa, istighfar, dan qiyamul lail. Selama
sebulan secara terus-menerus akan membuat rohani makin sehat, jiwa makin tenang.
Dengan memperbanyak ingat kepada Allah, makin yakin bahwa semua yang ada datang
dari Allah dan akan kembali kepada-Nya jua. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah
antara lain:

”Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian
itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS:Al Baqarah 45).

”Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zalim kecuali merugi.” (QS:Al-Isra’ 82)

”Orang-orang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS:Ar-Ra’d 28).

”Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke
dalam surga-Ku.”(QS:Al Fajr 27-30).

Manfaat Puasa bagi hubungan sosial.


Dalam mengajarkan nilai ibadah itu adalah terwujudnya keseimbangan antara cinta
kepada Allah dan cinta kepada manusia. Demikian juga nilai ibadah puasa, tidak hanya
terjalinnya hubungan yang semakin dekat kepada Allah, tetapi juga semakin dekat
dengansesamanya.Makin seringnya beribadah bersama, bersama keluarga, tetangga,
dan masyarakat sekeliling, maka makin kenal akan sesamanya, makin menyadari
kebutuhan hidup bermasyarakat. Makin timbul keinginan berbagi rahmat bersama-
sama di dunia dan makin ingin bersama-sama masuk surga. Pahala nilai shodaqoh
berlipat ganda termasuk memberi buka puasa kepada orang yang berpuasa. Menyakiti
hati orang lain dan aneka gangguan terhadap sesamanya sangat dianjurkan untuk
ditinggalkan. Kalau tidak maka nilai puasa seseorang sangatlah rendah. Hal ini
dijelaskan di dalam firman Allah SWT:
”Hai orang-orang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rizki yang telah
Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli
dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab, dan tidak ada lagi syafa’at. Dan oang-orang
kafir itulah orang-orang yang zalim.”(QS:Al Baqarah 254)

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah


antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
rahmat.”(QS:Al Hujurat 10)

”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang
luasnya langit dan bumi dan disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang bebuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila
melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni
dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu,
sedang mereka mengetahui.”(QS Al Imran 133-135).

Sumber : (http://rotigedang.wordpress.com/2008/08/06/kesehatan-
menurut-pandangan-islam/)
2.2 KESEJAHTERAAN
2.2.1 Definisi Kesejahteraan
Kesejahteraan (welfare) Ialah kata benda yang dapat diartikan nasib yang baik,
kesehatan, kebahagiaan, dan kemakmuran. Definisi Kesejahteraan dalam konsep dunia
modern adalah sebuah kondisi dimana seorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik
itu kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, air minum yang bersih serta
kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki pekerjaan yang
memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya sehingga memiliki status sosial yang
mengantarkan pada status sosial yang sama terhadap sesama warga lainnya. Menurut
HAM, definisi kesejahteraan kurang lebih berbunyi bahwa setiap laki laki ataupun
perempuan, pemuda dan anak kecil memiliki hak untuk hidup layak baik dari segi
kesehatan, makanan, minuman, perumahan, dan jasa sosial, jika tidak maka hal
tersebut telah melanggar HAM. Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk pada keadaan
yang baik, kondisi masyarakat di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, sehat,
dan damai.
2.2.2 Perkembangan Pengukuran Tingkat Kesejahteraan
Selama beberapa tahun setelah Perang Dunia II, pengukuran tingkat kesejahteraan
manusia mengalami perubahan. Pada 1950-an, sejahtera diukur dari aspek fisik, seperti
gizi, tinggi dan berat badan, harapan hidup, serta income. Pada 1980-an, ada perubahan
di mana sejahtera diukur dari income, tenaga kerja, dan hak-hak sipil. Pada 1990-an,
Mahbub Ul-Haq, sarjana keturunan Pakistan, merumuskan ukuran kesejahteraan
dengan yang disebut Human Development Index (HDI). Dengan HDI, kesejahteraan
tidak lagi ditekankan pada aspek kualitas ekonomi-material saja, tetapi juga pada aspek
kualitas sosial suatu masyarakat. Dalam HDI, indicator kesejahteraan suatu bangasa
dapat dilihat dari tiga aspek yaitu kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.

2.2.3 Kriteria Kesejahteraan


Kriteria kesejahteraan sangat beragam, karena kesejahteraan dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang sebagai berikut :
1. Kesejahteraan masyarakat
Kesejahteraan Masyarakat ialah kesejahteraan dalam konteks bermasyarakat,
kesejahteraan diartikan sebagai bantuan keuangan atau lainnya kepada individu atau
keluarga dari organisasi swasta dan negara atau pemerintah dikarenakan kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dalam masyarakat yang beradab, negara tidak boleh membiarkan satu orang pun
berada dalam posisi tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Pengelola negara
harus berupaya secara terencana untuk melaksanakan perubahan-perubahan yang
mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan
seluruh warga masyarakat. Dengan demikian kesejahteraan masyarakat adalah dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri, tidak dalam keadaan miskin.
2. Kesejahteraan individu
Setiap individu dapat memandang suatu kesejahteraan itu sendiri dengan berbeda, bisa
dengan terpenuhi semua kebutuhan secara materi, dan bisa saja sejahtera dengan
kebutuhan rohaninya terpenuhi. Kesejahteraan tergantung pada pandangan orang itu
sendiri, hanya saja secara nasional indikatornya dapat ditentukan dalam indicator
kemiskinan karena pada dasarnya permasalahan kesejahteraan ini adalah kemiskinan.
3. Kesejahteraan Sosial
 Definisi Kesejahteraan Sosial
Perserikatan bangsa-bangsa telah lama mengatur masalah kesejahteraan social. PBB
memberi batasan kesejahteraan social sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi
yang bertujuan untuk membantu individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan
keluarga dan masyarakat. Di indonesia, konsep kesejahteraan social termaktub
dalamUndang-undang RI Nomor 6 Tahun 1974 yang memberi defenisi “kesejahteraan
siosial sebagai suatu tata kehidupan dan penghidupan social, material maupun spritual
yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin , yang
memungkinkan bagi setiap warga untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan
jasmaniah, rohaniah, dan social yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia sesuai dengan
pancasila”.
Adapun beberapa pengertian dari para ahli mengenai kesejahteraan social adalah
sebagai berikut:

 Gertrude Wilson: “Kesejahteraan sosial merupakan perhatian yang terorganisir dari


semua orang untuk semua orang”.
 Walter Friedlander : “Kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisir dari
institusi dan pelayanan sosial yang dirancang untuk membantu individu atau
kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang lebih baik”.
 Elizabeth Wickenden : “kesejahteraan sosial termasuk di dalamnya peraturan
perundangan, program, tunjangan dan pelayanan yang menjamin atau memperkuat
pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta
menjaga ketentraman dalam masyarakat”.
 Pre-conference working committee for the XVth International Conference of Social
Welfare : “Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir
dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup mayarakat
berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup kebijakan dan pelayanan yang
terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat seperti pendapatan, jaminan
sosial, kesehatan, perumahan pendidikan, rekreasi, tradisi budaya, dan lain
sebagainya”.
Definisi-definisi di atas mengandung pengertian bahwa kesejahteraan sosial mencakup
berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu
di bidang fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi, dan spiritual. Selain itu kesejahteran
sosial dianalogikan sebagai kesehatan jiwa yang dapat dilihat dari empat sudut pandang
yaitu sebagai keadaan, ilmu , kegiatan, dan gerakan. Dalam kaitannya kesejahteraan
sosial sebagai suatu ilmu, ilmu kesejahteraan sosial diartikan sebagai suatu ilmu yang
berusaha mengembangkan metodologi (termasuk aspek strategi dan teknik) untuk
menangani berbagai macam masalah sosial, baik di tingkat individu, kelompok,
keluarga, maupun masyarakat (baik lokal, regional maupun internasional).

 Tujuan Kesejahteraan Sosial


Tujuan dari kesejahteraan sosial adalah untuk meningkatkan kondisi kehidupan dan
keseimbangan sosial baik secara rohaniah maupun jasmaniah. Peningkatan kondisi
kehidupan tersebut ditempuh dengan jalan menumbuhkan, membina, dan
mengembangkan keselarasan hidup pribadi-pribadi manusia serta menciptakan
lingkungan yang lebih baik meliputi segi fisik, mental, dan sosial budaya.

Dalam konteks pembangunan nasional, pembangunan kesejahteraan sosial merupakan


bagian integral dalam kesatuan sistem pembangunan nasional yang
dilaksanakan searah, saling menunjang, saling melengkapi, dan saling menopang
dengan pembangunan bidang-bidang lainnya dalam upaya yang mengarah kepada
semakin meningkatnya taraf kesejahteraan sosial masyarakat secara lebih adil, merata,
dan berkualitas.
2.2.4 Pendekatan Kesejahteraan
Liberalisme
Tiga intervensi negara yang diperlukan dalam pembangunan mencakup:

1. penciptaan distribusi pendapatan


2. stabilisasi mekanisme pasar swasta
3. penyediaan barang-barang publik (public goods) yang tidak mampu.
Kesejahteraan sosial berporos pada paradigma institusional universal yang meyakini
bahwa masalah sosial hanya bisa dipecahkan dengan program pelayanan sosial yang
melembaga, berkelanjutan, dan mencakup semua warga. Pendekatan pekerjaan social
menekankan pentingnya aspek pencegahan dan pengembangan kesempatan yang dapat
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

Konservatifisme
Mazhab konservatisme adalah penentang welfare state. Sistem politik pada hakekatnya
bersifat fungsional dan karenanya akan lebih baik jika dibiarkan berjalan sendiri.
Masalah sosial terjadi bukan karena kesalahan sistem, melainkan kesalahan individu
yang bersangkutan. Misalnya, karena malas, tidak memiliki jiwa wirausaha, dan
karakteristik budaya kemiskinan lainnya. Pelayanan sosial hanya perlu diberikan
kepada kelompok lemah secara temporer manakala lembaga pasar dan keluarga tidak
berfungsi. Pendekatan pekerjaan sosial lebih menitikberatkan pada pelayanan langsung
dan rehabilitasi sosial-klinis untuk membantu orang agar dapat beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya.
Strukturalisme
Kaum struktural memandang masalah sosial sebagai akibat adanya ketimpangan pada
sistem atau struktur sosial masyarakat. Masalah sosial adalah situasi tidak terhindarkan
dan akan selalu ada dalam sistem yang classist, sexist dan racist, karena sistem seperti
itu menciptakan ketidakadilan melalui perbedaan-perbedaan status sosial. Keadaan ini
akan semakin membesar dan memburuk dalam sebuah sistem ekonomi kapitalis.
Rakyat adalah korban dan objek eksploitasi orang-orang yang memiliki kekuasaan dan
privilege. Solusinya: rakyat harus berjuang memperoleh kekuasaan dan
menjangkausumber-sumber. Sistem ekonomi, sosial dan politik harus diubah dan
direstrukturisasi secara menyeluruh.

2.2.5 Indikator Kesejahteraan


Untuk memudahkan interpretasi, perubahan taraf kesejahteraan dikaji menurut
berbagai bidang yang menjadi acuan dalam upaya peningkatan kualitas hidup,
diantaranya:

1. kependudukan,
2. kesehatan dan gizi,
3. pendidikan,
4. ketenagakerjaan,
5. taraf dan pola konsumsi,
6. perumahan, serta sosial lainnya.
Keenam aspek tersebut dapat diketahui dengan berbagai indicator-indikator
kesejahteraan yang diantarannya :
1. IPM (Indeks Pembangunan Manusia)/HDI
Merupakan tolak ukur keberhasilan pembangunan manusia yang meliputi 3 komponen
pembangunan yang mendasar diantarannya

 Usia hidup
 Pengetahuan, dan
 Standar hidup layak.
Ketiganya merupakan kegiatan dari bidang kesehatan,pendidikan, dan ekonomi rumah
tangga terutama dari daya beli.
2. Indikator Kemiskinan
Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk
memenuhi standar dari kebutuhan dasar, baik makanan maupun bukan makanan.
Standar ini disebut sebagai garis kemiskinan, yakni kebutuhan dasar makanan setara
2100 kalori energi per kapita per hari, ditambah nilai pengeluaran untuk kebutuhan
dasar bukan makanan yang paling pokok (BPS, 1996). Berikut adalah variable yang
digunakan sebagai indicator kemiskinan :

 Luas tanah bangunan tempat tinggal


 Jenis lantai bangunan tempat tinggal
 Jenis dinding tempat tinggal
 Fasilitas tempat buang air besar
 Sumber penerangan
 Sumber air minum
 Bahan bakar untuk memasak
 Konsumsi susu, daging ayam / minggu
 Pembelian pakaian baru untuk setiap anggota rumah tangga dalam setahun.
 Makan dalam sehari untuk setiap pembantu rumah tangga
 Kemampuan membayar untuk berobat ke puskesmas atau poliklinik
 Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga
 Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga
 Pemilikan asset dan tabungan
3. Tingkat kemiskinan
Untuk mengukur tingkat kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini,
kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari
dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-
Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk
daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki
rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.
4. Index Gini
Yaitu suatu koefisien yang menunjukkan tingkat ketimpangan atau kemerataan
distribusi pendapatan. Nilai koefisien gini (G) antara 0 dan 1 (0<1). Semakin kecil
koefisinnya, pertanda semakin baik distribusi pendapatan nasionalnya. Rumus yang
digunakan yaitu :

Gp = indeks Gini pendapatan dan pengeluaran rumah tangga

n = jumlah rumah tangga contoh

Yip = pendapatan per kapita dan pengeluaran rumah tangga ke i

Yrp = rata-rata pendapatan atau pengeluaran per rumah tangga.


1. Pendidikan
Indikatornya adalah persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut Propinsi
dan status pendidikan, Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut
Propinsi dan ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki, Persentase penduduk berumur 10
tahun ke atas menurut Propinsi, jenis kelamin, dan kepandaian membaca dan menulis.
2. Indeks Mutu Hidup (IMH) merupakan salah satu indikator komposit yang
digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Indikator ini sangat
bermanfaat dalam mengukur hasil kebijakan umum yang bersifat lintas sektoral. Indeks
mutu hidup ini merupakan gabungan dari tiga indikator tunggal yaitu Angka
Kematian Bayi (Infant Mortality Rate/IMR), Angka Harapan Hidup satu
tahun (Life Expectancy/LE)dan Angka Melek Huruf (Literacy Rate/Lit). IMH
secara keseluruhan menurut Moris dan MC Alpin (1982) dapat mencakup keseluruhan
hasil pembangunan sosial ekonomi.
“(Sumber BPS”Badan Pusat Statistik” 2001)”
1.2.1 Program Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat
 Bidang Koordinasi dan Kesejahteraan rakyat
Urusan Kerawanan Sosial

a) Kerawanan social factor manusia


b) Kerawanan social factor alam

Pemberdayaan Rehabilitasi Sosial

a) Pemberdayaan social

b) Rehabilitasi sosial

Bantuan Sosial

a) Bantuan social korban tindak kekersan

b) Bantuan social PMKS

Jaminan Sosial

a) Pengembangan system jaminan social

b) Kerjasama jaminan sosial

 Bidang Koordinasi Kesehatan dan Lingkungan Hidup


Peningkatan Kesehatan Masyarakat

1. Kesehatan keluarga
2. Kesehatan lingkungan
Gizi Masyarakat

1. Konsumsi makanan
2. Gizi
Penanggulangan Narkoba dan HIV/AIDS

1. Penanggulangan narkoba
2. Penanggulangan HIV/AIDS
Lingkungan Hidup

1. Pengelolaan lingkungan hidup


2. Social eonomi dan hukum lingkungan
 Bidang Koordinasi Pemberdayaan Perempuan
Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan

1. Peningkatan kualitas fisik


2. Peningkatan kualitas nonfisik
Keluarga Sejahtera dan Kesejahteraan Anak

1. Peningkatan kualitas keuarga


2. Peningkatan kualitas dan kesejahteraan anak
Peningkatan Sosial dan Ekonomi Keluarga

1. Peningkatan kehidupan social keluarga


2. Peningkatan kehidupan ekonomi keluarga
Kesempatan Kerja Perempuan

1. Peningkatan kesempatan kerja sekotor formal


2. Peningkatan sector kerja informal
 Bidang Koordinasi Pendidikan dan Aparatur Negara
Peningkatan Pengetahuan dan Pendidikan

1. Pendidikan dasar dan menengah


2. Pendidikan luar sekolah dan pendidikan tinggi
Olahraga

1. Pemberdayaan masyarakat dibidang olahraga


2. Fasilitas masyarakat yang berprestasi
3. Pemberdayaan masyarakat dibidang pendidikan dan olahraga
4. Pemberdayaan IPTEK olahraga
Generasi Muda

1. Keterampilan pemuda
2. Organisasi kepemudaan
Aparatur Negara

1. Peningkatan kualitas pelayanan


2. Kelembagaan dan kesejahteraan aparatur
 Bidang Koordinasi Agama, Budaya, dan Pariwisata
Pembinaan dan Pengembangan Lembaga Keagamaan

1. Bimbingan, penghayatan, dan pelaksanaan ajaran agama


2. Lembaga keagamaan
Peningkatan Kerukunan Kehidupan Beragama

1. Bimbingan kerukunan umat beragama


2. Sarana peribadatan umat beragama
Kebudayaan

1. Sejarah dan purbakala


2. Pengembangan nilai budaya, seni, dan film
Pariwisata

1. Pemasaran dan kerjasama wisata


2. Pelayanan dan pengembangan obyek dan tujuan wisata
 Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
Pendanaan Penanggulangan Kemiskinan

1. Perencanaan pendanaan
2. Advokasi pendanaan dan evaluasi
Pengembangan Kesempatan Kerja dan Kemitraan

1. Pengembangan kesempatan kerja keluarga miskin


2. Kemitraan dan sarana usaha
Pemberdayaan Penduduk Miskin dan Lingkungan

1. Pemberdayaan penduduk miskin


2. Pemberdayaan lingkungan
Pemberdayaan Daerah

1. Pendapatan dan pengkajian


2. Advokasi penyususnan kebijakan daerah
 Kesekretariatan
Pengembangan system informasi

Pelayanan penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi

1.2.2 Sejahtera Dalam Pandangan Islam


Indikator sejahtera menurut Islam merujuk kepada Al Qur’an surat Al Quraisy (106): 3-
4, yaitu:

“Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah) (106:3).
Yang telah memberikan makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari rasa takut (106:4)”
Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa indikator kesejahteraan dalam Al qur’an ada tiga,
yaitu :
1. Menyembah Tuhan (Pemilik) Ka’bah
Indikator sejahtera yang pertama dan paling utama di dalam Al-Qur’an adalah
“menyembah Tuhan (pemilik) rumah (Ka’bah)”, mengandung makna bahwa proses
mensejahterakan masyarakat didahului dengan pembangunan tauhid, sehingga
sebelum masyarakat sejahtera secara fisik, maka yang paling utama adalah masyarakat
yang benar-benar menjadikan Allah sebagai pelindung, pengayom, dan menyerahkan
diri sepenuhnya kepada Sang Khalik. Semua aktivitas kehidupan masyarakat terbingkai
dalam aktivitas ibadah.
2. Menghilangkan lapar
Mengandung makna bahwa , QS Al-Quraisy (106):4, diawali dengan penegasan kembali
tentang tauhid bahwa yang memberi makan kepada orang yang lapar tersebut adalah
Allah, jadi ditegaskan bahwa rizki berasal dari Allah bekerja merupakan sarana untuk
mendapatkan rizki dari Allah. Kemudian diayat ini juga disebutkan bahwa rizki yang
bersumber dari Allah tersebut untuk menghilangkan lapar, yang mempunyai makna
bahwa rizki yang diberikan Allah kepada setiap ummatnya bukan untuk ditumpuk-
tumpuk, ditimbun, apalagi dikuasai oleh individu, kelompok atau orang-orang tertentu
saja. Ini juga bermakna secukupnya saja sesuai dengan kebutuhan menghilangkan lapar
bukan kekenyangan, apalagi berlebihan.
3. Menghilangkan rasa takut
Membuat suasana menjadi aman, nyaman dan tentram bagian dariindikator sejahtera
atau tidaknya suatu masyarakat. Jika perampokan, perkosaan, bunuh diri, dan kasus
kriminalitas tinggi, maka mengindikasikan bahwa masyarakat tersebut belum sejahtera.
Dengan demikian pembentukan pribadi-pribadi yang sholeh dan membuat sistim yang
menjaga kesholehan setiap orang bisa terjaga merupakan bagian integral dari proses
mensejahterakan masyarakat.

BAB III
(PERAN STRATEGIS PENDIDIKAN
DALAM PEMBANGUANAN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT)
1.1 Kesehatan
Kesejahteraan suatu bangsa diawali dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia
seperti sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Hanya saja dari 5 faktor
tersebut kesehatan merupakan kebutuhan yang paling penting untuk memajukan
kesejahteraan bangsa. Dalam kajian bab sebelumnya telah dibahas mengenai definisi
dari kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 yang berbunyi, keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
ekonomis. Dalam pengertian tersebut terkandung kunci pokok seorang individu
dikatakan sehat atau kesehatan secara nasional serta faktor penyebab mengapa
kesehatan diperlukan.

1.1.1 Kondisi dan Perkembangan Kesehatan di Indonesia


v Kondisi Kesehatan Dilihat Dari Indikator Derajat Kesehatan
Untuk melihat tingkat kesehatan suatu masyarakat dalam indicator Indonesia sehat
adalah pada indicator derajat kesehatan, yang merupakan hasil akhir yang menjadi
rujukan dalam proses Indonesia sehat. Indikator derajat kesehatan mencakup
indikator-indikator mortalitas, indikator-indikator morbiditas, dan indikator-indikator
status gizi. Berikut adalah data mengenai indicator derajat kesehatan masyarakat,
diantaranya :

 Angka Kematian Bayi


Tahun 2008 angka kematian bayi di Indonesia mencapai angka 31,04 per-1000
penduduk, (helth.detik.com) artinya ada 31,04 bayi yang meninggal saat lahir per-1000
penduduk. Hal tersebut disebabkan oleh masih rendahnya kompetensi dokter anak,
kurangnya peralatan dan perlengkapan medis yang bersangkutan serta berbelitnya alur
rujukan oleh pemerintah pusat atau daerah.
Tabel 1 : Data mengenai AKB (Angka Kematian Bayi ), AKN, ( Angka Kematian
Neonatal), dan AKBALITA ( Angka Kematian Balita), SDKI 2007
Tabel 2 : Data mengenai Angka kematian ibu tahun 2008 ( riskedas 2008 )

Angka kematian ibu : Tahun 2008, hasil survei Demografi Kesehatan Indonesia
menunjukkan angka kematian ibu mencapai 390 per 100.000 kelahiran. (KOMPAS,
Selasa, 22 Desember 2009 | 17:38 WIB). Angka tersebut tidaklah sesuai dengan
target Indonesia sehat yakni mencapai 150 kematian pada 100.000 penduduk, angka
kematian ibu yang semakin meningkat tersebut didasari oleh budaya patriaki yang
masih melekat, selain itu masih mahalnya fasilitas kesehatan dan kecenderungan
kebijakan yang tidak memihak pada kaum wanita. Dalam Koran Pikiran rakyat (Senin,
11 Januari), Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota
Cimahi, drg. Pratiwi mengemukakan bahwa meningkatnya kematian ibu sebagian besar
diakibatkan pendaharan dan penyakit penyerta yang diderita ibu. Selain itu factor
keterlambatan pengambilan keputusan menjadi penyebab utama pula.
Selain data-data tersebut salah satu indicator dalam kesehatan adalah mengenai gizi
masyarakat, hal inilah yang akan menentukan tingkat kesehatan masyarakat Indonesia,
berikut adalah data mengenai cakupan gizi, masyarakat yang terdiri dari :

Tabel 3 : Rata-rata Konsumsi Kalori per Kapita Sehari Menurut Kelompok Makanan

1999, 2002-2009
Tabel 4 : Rata-rata Konsumsi Protein per Kapita Menurut Kelompok Makanan

1999, 2002 – 2009

“Dalam empat tahun terakhir, derajat kesehatan dan status gizi masyarakat Indonesia
telah semakin membaik. Hal ini ditandai dengan berhasil diturunkannya Angka
Kematian Ibu dari 307 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2004 menjadi 228 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, Angka Kematian Bayi dari 35 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 26,9 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
2007, dan prevalensi gizi kurang 23,2% pada tahun 2003 menjadi 18,4% tahun 2007.
Keberhasilan ini merupakan hasil kerja keras semua masyarakat termasuk jerih payah
kader Posyandu di seluruh Indonesia yang tidak pernah mengenal lelah dan dengan
sukarela menyumbangkan tenaga, pikiran, dan waktunya untuk upaya perbaikan gizi
keluarga, imunisasi, kesehatan ibu anak dan keluarga berencana, penanggulangan
diare, dan promosi perilaku hidup bersih dan sehat.” Hal itu disampaikan Ibu Negara
Hj. Ani Bambang Yudhoyono ketika membuka Temu Kader Menuju Pemantapan
Posyandu Tahun 2009 di Hotel Mercure Ancol, Jakarta (29/5). Temu Kader Posyandu
dihadiri 1.200 kader dari Sabang sampai Merauke ditandai penyematan pin secara
simbolis kepada 7 kader sebagai penghagaan pemerintah atas upaya-upaya yang
dilakukan para kader Posyandu. Tujuh kader tersebut merupakan perwakilan dari
peserta yakni Lindawati (NAD), Atikah Bachtiar (Maluku Utara), Oni Mulyadi (Sulawesi
Tengah), Weni Sumara Asih (DIY), Maria Slamet (NTB), Naomi (Papua Barat), dan
Made Saidana (Bali).
Banyak penyebab terjadinya masalah gizi buruk, hanya saja factor utamananya adalah
tingkat ekonomi masyarakat sehingga masyarakat miskin tidak mampu menyediakan
makanan dengan cakupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan khususnya bagi balita
dan anak-anak.

Terkait dengan hal ini, berikut dipaparkan data mengenai konsumsi rumh tangga di
Indonesia sebagai gambaran dari pemenuhn kebutuhan dasar rakyat Indonesia.

Tabel 5 : Distribusi Rumah Tangga Menurut Pola Konsumsi Rumah Tangga, 2000 &
2004 Sumber: Susenas 2000 & 2004

Indicator kesehatan Indonesia tersebut merupakan salah satu refleksi yang


menggambarkan kesehatan warga Indonesia secara keseluruhan, dari data tersebut
diperoleh hasil peningkatan kesadaran akan kesehatan setiap tahunya hanya saja ada
beberapa indicator yang mengalami penurunan seperti rata-rata anak menerima
imunisasi yang turun pada tahun 2003.

v Program Kesehatan Dalam Kebijakan Menteri Kesehatan


Untuk mewujudkan kesehatan bagi masyarakat, Departemen Kesehatan merumuskan
rencana strategis Departemen Kesehatan 2005-2009, maka ditempuh strategi sebagai
berikut :
A. STRATEGI
1. Mewujudkan Komitmen Pembangunan Kesehatan
Agar masyarakat dan swasta dapat berperan aktif dalam pembangunan kesehatan,
maka perlu dilakukan upaya sosialisasi mengenai berbagai permasalahan dan
pembangunan kesehatan. Di samping itu, juga perlu dilaksanakan upaya advokasi
kepada para pengambil keputusan di kalangan penyelenggara negara dan
pembangunan, guna terwujudnya komitmen, dukungan, dan sinergisme pembangunan
nasional yang berwawasan kesehatan. Departemen Kesehatan juga melakukan fasilitasi
kepada daerah, dalam melaksanakan sosialisasi dan advokasi pembangunan kesehatan
di daerah.
2. Meningkatkan Pertanggungjawaban dan Pertanggunggugatan
Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional, maka pembangunan kesehatan oleh
Departemen Kesehatan diselenggarakan secara demokratis, berkepastian hukum,
terbuka (transparan), rasional/profesional, dan dapat dipertanggungjawabkan serta
dipertanggunggugatkan kepada masyarakat, dan bebas dari KKN. Pengawasan
pembangunan kesehatan, baik pengawasan melekat maupun pengawasan fungsional
dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Membina Sistem Kesehatan dan Sistem Hukum di Bidang Kesehatan
Untuk kesinambungan dan percepatan pembangunan kesehatan, hasil-hasil
pengembangan pembangunan kesehatan dilembagakan dengan memberikan dukungan
dan fasilitasi dalam bentuk berbagai pedoman, standarstandar, dan peraturan
perundang-undangan, serta pelembagaan norma dan tata nilai masyarakat di bidang
kesehatan.

Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Departemen Kesehatan memberikan


perhatian khusus pada pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin, penaggulangan
penyakit menular dan gizi buruk, promosi kesehatan, pembangunan kesehatan di
daerah tertinggal, daerah terpencil, daerah perbatasan, dan penanggulangan masalah
kesehatan akibat bencana, pendayagunaan tenaga kesehatan, serta mempertimbangkan
kesetaraan gender.
4. Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan
Dalam merespon dan menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan yang ada baik
nasional, regional maupun global, maka pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan
terus mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kesehatan, secara berkesinambungan.
5. Melaksanakan Jejaring Pembangunan Kesehatan
Permasalahan kesehatan merupakan upaya yang kontinum dan harus dikelola secara
holistik serta tidak bisa dipisahpisahkan menurut jenjang administrasi kepemerintahan,
sehingga perlu dikembangkan jejaring pembangunan dan upaya kesehatan secara
nasional.

B. KEBIJAKAN
Untuk tercapainya tujuan dan sasaran menuju terwujudnya Visi Departemen
Kesehatan, maka peran Departemen Kesehatan dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan sebagai berikut.
1. Penggalangan Kemitraan Lintas Sektor
Untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan, diperlukan kerja
sama lintas sektor yang mantap. Demikian pula optimalisasi pembangunan berwawasan
kesehatan yang mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan, menuntut
adanya penggalangan kemitraan lintas sektor dan segenap potensi bangsa. Kebijakan
dan pelaksanaan pembangunan sector lain perlu memperhatikan dampak dan
mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan. Untuk itu upaya sosialisasi
masalah-masalah dan upaya pembangunan kesehatan kepada sektor lain perlu
dilakukan secara intensif dan berkesinambungan. Kerja sama lintas sektor harus
dilakukan sejak perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian,
sampai pada pengawasan dan penilaiannya.
2. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas
Pelaksanaan program dan kegiatan Departemen Kesehatan akan efektif dan efisien bila
upaya pengawasan terus ditingkatkan intensitas dan kualitasnya melalui pemantapan
sistem dan prosedur pengawasan. Pelaksanaan pengawasan tersebut dilaksanakan
secara komprehensif dan berbasis kinerja.
3. Peningkatan Kemampuan Daerah
Di era desentralisasi dan pelaksanaan kebijakan otonomi daerah, peran Pemerintah
Daerah sangat penting dan menentukan dalam pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan. Oleh karenanya kemampuan daerah dalam manajemen kesehatan yang
mencakup administrasi kesehatan, pengembangan sistem informasi kesehatan, hukum
atau peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan, serta penelitian dan
pengembangan kesehatan perlu ditingkatkan. Pemerintah Daerah harus mampu
mengemban tugas-tugas pembangunan kesehatan yang merupakan urusan rumah
tangganya melalui desentralisasi pembangunan kesehatan dengan sumberdaya sendiri
dan dana dekonsentrasi serta pembantuan. Departemen Kesehatan harus mampu
memfasilitasi Pemerintah Daerah dalam penyusunan sistem kesehatan daerah, rencana
pembangunan kesehatan, serta penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah.
4. Pemberdayaan Masyarakat dan Swasta
Dalam era reformasi, masyarakat termasuk swasta harus berperan aktif dalam
pembangunan kesehatan yang dimulai sejak penyusunan berbagai kebijakan
pembangunan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan mendorong
masyarakat agar mampu secara mandiri menjamin terpenuhinya kebutuhan kesehatan
dan kesinambungan pelayanan kesehatan. Kemitraan dengan swasta diarahkan pada
pengembangan upaya kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan peran swasta dalam
upaya kesehatan masyarakat.
5. Pengembangan Sumberdaya Kesehatan
Agar pembangunan kesehatan dapat terselenggara secara berhasil-guna dan berdaya-
guna, diperlukan sumberdaya manusia kesehatan yang bermutu serta berahlak baik.
Dalam pengembangan sumber daya manusia kesehatan, Departemen Kesehatan
melaksanakan perencanaan kebutuhan sumberdaya manusia kesehatan dalam lingkup
nasional, yang dilakukan secara terintegrasi, dan terpadu dengan rencana
pengadaannya, serta pendayagunaannya yang adil dan merata. Pengembangan
sumberdaya manusia kesehatan dilakukan melalui pemantapan kerja sama lintas sektor
dan peran aktif masyarakat dan swasta. Pengembangan sumberdaya manusia kesehatan
juga diarahkan agar mempunyai daya saing yang kuat dalam menghadapi globalisasi
yang merupakan tantangan sekaligus peluang pembangunan kesehatan. Guna
menjamin ketersediaan sumberdaya pembiayaan kesehatan, Departemen Kesehatan
melakukan advokasi dan sosialisasi kepada semua penyandang dana, baik pemerintah
maupun masyarakat termasuk swasta. Dengan demikian pembiayaan kesehatan akan
tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan teralokasikan secara adil serta dapat
dimanfaatkan secara efektif, efisien, dan akuntabel.

Anggaran Departemen Kesehatan bersumber APBN, di samping dipergunakan untuk


pembinaan dan pengembangan pembangunan kesehatan, juga diarahkan untuk
pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin, membantu daerah dalam penanggulangan
masalah kesehatan akibat bencana, pembangunan kesehatan di daerah terpencil,
perbatasan, peningkatan surveilans dan penanggulangan penyakit menular dan
gangguan gizi, promosi kesehatan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan. Untuk
menjamin sumberdaya obat dan perbekalan kesehatan, dilaksanakan penyediaan dan
distribusi obatserta perbekalan kesehatan, sehingga akan tersedia obat dan perbekalan
kesehatan yang aman, bermutu dan bermanfaat, serta terjangkau oleh segenap lapisan
masyarakat.

Departemen Kesehatan menjamin tersedianya buffer stock obat sangat essensial, dan
kebutuhan obat untuk penanggulangan bencana, serta obat program pemberantasan
penyakit menular dan perbaikan gizi.
6. Pelaksanaan Upaya Kesehatan.
Sesuai dengan paradigma sehat, Departemen Kesehatan harus memberikan
pengutamaan pada upaya kesehatan masyarakat yang dipadukan secara serasi dan
seimbang dengan upaya kesehatan perorangan. Di samping itu upaya kesehatan bagi
penduduk miskin, penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana, penanggulangan
masalah gizi pada balita dan ibu, serta pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular yang mempunyai komitmen regional dan global, promosi kesehatan dan
pendayagunaan tenaga kesehatan perlu mendapat pengutamaan, dan penanganan
secara nasional, tanpa mengabaikan kerjasama yang sinergis dengan pemerintah
daerah, dan masyarakat termasuk swasta. Unit Pelaksana Teknis Pusat dan Institusi-
institusi Kesehatan Nasional harus mampu memberikan pelayanan rujukan yang
diperlukan oleh provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat termasuk swasta.
v Program Menko Kesra Untuk Kesehatan
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, kesehatan merupakan salah satu indicator
kesejahteraan rakyat, untuk itu beberapa program kesehatan disusun dan diupayakan
oleh Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat yang bekerja sama Koordinator Bidang
Kesehatan dan Lingkungan Hidup serta berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan,
dengan program sebagai berikut :

1. Peningkatan kesehatan masyarakat


 Kesehatan keluarga
 Kesehatan lingkungan
2. Gizi Masyarakat

 Konsumsi makanan
 Gizi
3. Penanggulangan Narkoba dan HIV/AIDS

 Penanggulangan narkoba
 Penanggulangan HIV/AIDS
4. Lingkungan hidup

 Pengelolaan lingkungan hidup


 Sosial ekonomi dan hukum lingkungan
(Sumber : Situs Resmi Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat
: http://www.menkokesra.go.id)
Dalam mengupayakan Indonesia sehat, pemerintah juga telah membuat kebijakan-
kebijakan untuk menjamin pemeliharaan kesehatan masyarakat. Program Jaminan
Kesehatan yang dilaksanakan selama ini diselenggarakan menurut segmentasi
penduduk. Untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang dibina oleh Menpan dan pensiunan
TNI/Polri telah diselenggarakan Jaminan Kesehatan oleh PT. Askes, untuk TNI/Polri
yang masih aktif diselenggarakan oleh Departemen Pertahanan, untuk pekerja sektor
formal dan informal yang dibina oleh Depnakertrans telah diselenggarakan Jaminan
Kesehatan oleh PT Jamsostek.

Sedangkan untuk masyarakat miskin telah diselenggarakan Jamkesmas dengan


pembinaan dari Departemen Kesehatan. Penyelenggaraan program jaminan kesehatan
yang ter segmentasi ini belum memperlihatkan adanya “sharing” atau berbagi resiko di
antara kelompok-kelompok masyarakat. Program jaminan kesehatan harus
diselenggarakan secara nasional, peserta program Jaminan Kesehatan wajib membayar
iuran namun bagi masyarakat miskin dan tidak mampu iurannya akan dibayarkan oleh
Pemerintah. (Sumber : Menko Kesra; Senin, 7/12/2010 di Jakarta. Tersedia
:http://www.menkokesra.go.id)
v Kondisi Kesehatan Indonesia Dengan Analisis SWOT
Dengan melihat pemaparan data di atas, penulis mencoba merumuskan kondisi
kesehatan di Indonesia yang dilakukan melalui analisis SWOT, sebagai berikut :

 § Strength (Kekuatan)
a) Adanya undang-undang kesehatan yang jelas dalam mengupayakan
penyelengaraan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia

b) Adanya kebijakan pemerintah dalam memberikan jaminan kesehatan kepada


masyarakat Indonesia.

c) Masyarakat Indonesia memiliki potensi untuk mengolah bahan-bahan alami


menjadi obat-obatan tradisional

d) Di Indonesia masih banyak tempat-tempat yang masih asri yang dapat dijadikan
tempat refleksi dan relaksasi

e) Mata pencaharian yang beraneka ragam sesuai dengan potensi atau letak
geografis daerah
 § Weakness (kelemahan)
1. Masih rendahnya kepedulian pemerintah terhadap pelayanan dan manajemen
kesehatan masyarakat, seperti terbukti dengan lemahnya implementasi pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin dan kurang memadainya fasilitas kesehatan
2. Sulitnya pengadministrasian dalam memperoleh jaminan kesehatan khusus bagi
masyarakat miskin
3. Tingginya harga kebutuhan pokok sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat miskin
yang mengakibatkan kurang terpenuhinya kebutuhan dasar
4. Biaya pengobatan yang cenderung kurang dijangkau oleh masyarakat miskin
5. Kualitas pelayanan yang kurang memadai sehingga mendorong paradigm
masyarakat bahwa berobat ke luar negeri lebih baik
6. Belum meratanya pembangunan di seluruh pelosok Indonesia sehingga masih
terdapat banyak rakyat yang tinggal di daerah kumuh yang tidak sehat
 § Opportunity (Peluang)
1. 1. Masuknya Indonesia dalam organisasi kesehatan dunia yaitu WHO (World
Health Organization)
2. 2. Kerjasama dengan perguruan tinggi di luar negeri dalam hal pertukaran
pelajar, pengajar terkait dengan bidang pendidikan kesehatan
3. 3. Adanya IDI (Ikatan Dokter Indonesia) sebagai wadah perkumpulan dokter
Indonesia yang merupakan pedoman atau acuan
4. 4. Adanya IKDGI (Ikatan Dokter Gigi Indonesia) dalam pengadaan kerjasama
untuk peningkatan kesehatan gigi
 § Threats (Tantangan)
1. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan. Pada saat ini sedang
berlangsung revolusi ilmiah dalam bidang kesehatan terutama ilmu kedokteran, yaitu
revolusi dibidang bioteknologi yang dipacu oleh ilmu dasar, biologi sel, dan molekuler.
Revolusi ilmiah ini disamping memberikan kemajuan teknologi rekayasa biomolekul
dan melahirkan bioindustri baru,juga telah memacu revolusi dalam ilmu biomolekul itu
sendiri. Kemajuan ini makin membuka jalan bagi para ahli ilmu kedokteran dan
kesehatan dalam mengungkapkan tabir rahasia kehidupan pada tingkat molekul yang
tidak terbayangkan sebelumnya. Hal ini akan terus membuka kemungkinan baru dalam
pengobatan dan arena baru dalam penanggulangan penyakit.

1. Pola penyakit yang semakin kompleks/transisi epidemiologi penyakit. Transisi


demografi, perbaikan tingkat kesejahteraan,dan perubahan gaya hidup akan
mengakibatkan terjadinya transisi epidemiologi penyakit yaitu meningkatnya
penyakit menular yang belum sepenuhnya teratasi, sementara penyakit menular
masih menjadi penyebab penyakit yang utama.
2. Penyediaan jasa pelayanan yang makin bervariasi dan bermutu. Perubahan pola
penyakit di masa depan, peningkatan jumlah penduduk, dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat memungkinkan makin meningkatnya kebutuhan akan
pelayanan kuratif, karena pelayanan preventif sudah menyatu dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Percepatan penanggulangan penyakit -penyakit infeksi dan akibat kekurangan gizi
serta penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang kurang sehat. Lingkungan
yang sehat merupakan factor penting dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara umum. Namun, industrialisasi dan urbanisasi yang terus
meningkat berpotensi meningkatkan pencemaran lingkungan dan kelangkaan
sumber air di masa datang sehingga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan.
Selain itu, gizi buruk di Indonesia semakin meningkat, hal ini dikarenakan
rendahnya daya beli masyarakat karena harga kebutuhan pokok melambung tinggi.
4. Dibutuhkannya ketersediaan tenaga kesehatan yang memadai dan profesional.
Dalam hal ini Indonesia belum sepenuhnya memiliki, yang ada pun tidak merata
penyebarannya dan masih terkonsentrasi di kota-kota besar.
5. Tingginya ketimpangan regional dan social ekonomi dalam system kesehatan.
Kelompok miskin seringkali mendapat akses kesehatan yang buruk dan umumnya
mereka mendapatkan sdikit imunisasi atau pun mendapat bantuan medis dari para
tenaga medis yang terlatih dalam proses melhirkan. Tingginya tingkat terkena
penyakit, baik penyakit menular maupun tidak menular, telah mengurangi
kemampuan orang miskin untuk memperoleh pendapatan sehingga mereka berada
dalam lingkaran kemiskinan.
6. Angka penularan HIV/AIDS semakin meningkat namun wabah tersebut sebagian
besar masih terlokalisir. Penularan virus ini meningkat pada kelompok yang
beresiko tinggi seperti menggunakan kondom pada aktivitas seks komersial atau
menggunakan jarum suntik yang bersih dalam kasus pecandu obat-obatan
(narkoba).
(Sumber:http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/
Publication)
Pada koran Pikiran Rakyat, diperkirakan pada tahun 2020 akan ada 11.328 anak di
Jawa Barat yang terinveksi HIV. Perkiraan tersebut berdasarkan peningkatan kasus
yang terus terjadi. Hingga kini HIV/AIDS yang terjadi di Jabar mencapai 2.888 kasus
terutama pada mereka yang berusia 15-24 tahun. Hal ini dikemukakan pada rapat
Koordinasi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Tingkat Kota Cimahi. Sekretaris KPA
yang sekaligus Kepala Dinas Kesehatan Kota Cimahi Endang Kususma Wardani,
mengemukakan bahwa factor resiko yang mempercepat peningkatan prevalansi
HIV/AIDS adalah tingginya penggunaan nafza suntik, industry seks yang menjamur,
migrasi penduduk, kurangnya pengetahuan tentang infeksi menular seksual (IMS),
serta rendahnya pemakain kondom bagi merekla yang memiliki aktivitas seksual tinggi.
Selain itu factor lainnya adalah masih tingginya aktivitas penjaja seks (WPS) dan
masyarakat yang melakukan bebas seks. (Kamis, 18 Februari 2010).

Selain itu, dalam Strategi Penanggulangan HIV/AIDS Nasional dikemukakan beberapa


fase terkait kondisi HIV/AIDS di Indonesia sebagai berikut :

 Situasi tahun 1987 – 2002


Pada 10 tahun pertama periode ini peningkatan jumlah kasus HIV dan AIDS masih
rendah. Pada akhir 1997 jumlah kasus AIDS kumulatif 153 kasus dan HIV positif baru
486 orang yang diperoleh dari serosurvei di daerah sentinel. Penularan 70 % melalui
hubungan seksual berisiko.Pada akhir abad ke 20 terlihat kenaikan yang sangat berarti
dari jumlah kasus AIDS dan dibeberapa daerah pada sub-populasi tertentu, angka
prevalensi sudah mencapai 5%, sehingga sejak itu Indonesia dimasukkan kedalam
kelompok negara dengan epidemi terkonsentrasi. Jumlah kasus AIDS pada tahun 2002
menjadi 1016 kaus dan HIV positiv 2552 kasus. Jumlah ini jauh masih sangat rendah
bila dibandingkan dengan estimasi Departemen Kesehatan bahwa pada tahun 2002
terdapat 90.000 – 120.000 kasus. Peningkatan yang cukup tajam disebabkan penularan
melalui penggunaan jarum suntik tidak steril di sub-populasi pengguna napza suntik
(penasun) meningkat pesat sementara penularan melalui hubungan seksual berisiko
tetap berlansung.
 Situasi tahun 2003 – 2006
Sejak awal abad ke 21 peningkatan jumlah kasus semakin mencemaskan. Pada akhir
tahun 2003 jumlah kasus AIDS yang dilaporkan bertambah 355 kasus sehingga
berjumlah 1371 kasus, semantara jumlah kasus HIV positif menjadi
2720 kasus.Pada akhir tahun 2003 25 provinsi telah melaporkan adanya kasus AIDS.
Penularan di sub-populasi penasun meningkat menjadi 26,26% . Peningkatan jumlah
kasus AIDS terus terjadi, pada akhir Desember 2004 berjumlah 2682 kasus, pada akhir
Desember 2005 naik hampir dua kali lipat menjadi 5321 kasus dan pada akhir
September 2006 sudah menjadi 6871 kasus dan dilaporkan oleh 32 dari 33 provinsi.
Sementara estimasi tahun 2006, jumlah orang yang terinfeksi diperkirakan 169.000 –
216.000 orang. Data hasil surveilans sentinel Departemen Kesehatan menunjukkan
terjadinya peningkatan prevalensi HIV positif pada sub-populasi berperilaku berisiko,
dikalangan penjaja seks (PS) tertinggi 22,8% dan di kalangan penasun 48% dan pada
penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebesar 68%. Peningkatan prevalensi HIV
positif terjadi di kota-kota besar, sementara peningkatan prevalensi di kalangan PS
terjadi baik di kota maupun di kota kecil bahkan di pedesaan terutama di provinsi
Papua dan Irian Jaya Barat. Di kedua provinsi terakhir ini epidemic sudah cenderung
memasuki populasi umum (generalized epidemic). Distibusi umur penderita AIDS pada
tahun 2006 memperlihatkan tingginya persentase jumlah usia muda dan jumlah usia
anak. Penderita dari golongan umur 20-29 tahun mencapai 54,77%, dan bila digabung
dengan golongan sampai 49 tahun, maka angka menjadi 89,37%. Sementara persentase
anak 5 tahun kebawah mencapai 1,22%. Diperkirakan pada tahun 2006 sebanyak 4360
anak tertular HIV dan separuhnya telah meninggal.
 Kecenderungan dimasa depan
Kecenderungan Epidemi
Para ahli epidemiologi Indonesia dalam kajiannya tentang kecenderungan epidemi HIV
dan AIDS memproyeksikan bila tidak ada peningkatan upaya penanggulangan yang
bermakna, maka pada tahun 2010 jumlah kasus AIDS menjadi 400.000 orang dengan
kematian 100.000 orang dan pada tahun 2015 menjadi 1.000.000 orang dengan
kematian 350.000 orang. Penularan dari sub-populasi berperilaku berisiko kepada
isteri atau pasangannya akan terus berlanjut. Diperkirakan pada akhir tahun 2015 akan
terjadi penularan HIV secara kumulatif pada lebih dari 38,500 anak yang dilahirkan
dari ibu yang sudah terinfeksi HIV. Kecenderungan ini disebabkan meningkatnya
jumlah sub-populasi berperilaku berisiko terutama penasun dan karena masih adanya
stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Resistensi terhadap obat anti retroviral (ARV)
lini pertama mungkin akan berperan, bilamana surveilans ARV belum berjalan baik dan
penyediaan ARV lini kedua belum mencukupi.

Kecenderungan Respon
Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2006 mengamanatkan perlunya peningkatan upaya
penanggulangan HIV dan AIDS di seluruh Indonesia. Respons harus ditujukan untuk
mengurangi semaksimal mungkin peningkatan kasus baru dan kematian. Komisi
Penanggulangan AIDS di semua tingkat akan semakin kuat. Anggaran dari sektor
pemerintah diharapkan juga akan meningkat sejalan dengan masalah yan dihadapi.
Sektor-sektor akan meningkatkan cakupan program masing-masing. Masyarakat sipil
termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) akan meningkatkan perannya sebagai
mitra pemerintah sampai ke tingkat desa. Sementara itu mitra internasional
diperkirakan akan terus membantu pemerintah setidaknya sampai tahun 2010.

Akan tetapi disamping sikap optimis, pelaksanaan respons nasional akan menghadapi
tantangan yang tidak kecil yang harus dicermati.

v Masalah Kesehatan Di Indonesia


Data-data diatas adalah hal yang perlu untuk dicermati perihal permasalahan
kesehatan. Walaupun terjadi peningkatan yang baik dari berbagai sector kesehatan
hanya saja masih ada sector yang menunjukan masih kurangnya tingkat kesehatan
masyarakat, factor penyebabnya dapat berasal dari pemerintah yang kurang
berkontribusi dalam memberikan kebijakan, seperti contoh masih mahalnya biaya
kesehatan, ataupun masyarakatnya yang cenderung tidak melakukan hidup sehat,
seperti penciptaan lingkungan bersih dan pola konsumsi yang sehat. Masalah kesehatan
di Indonesia masih bertumpu pada factor kemiskinan rakyat sehingga masih banyak
tempat-tempt kumuh yang lingkungannya bertolak belakang dengan kesehatan.
Rumusan masalah yang peulis utarakan mengenai aspek kesehatan, yaitu :

1. Bagaimana peran strategis pendidikan dalam menumbuhkan pemahaman dini akan


pentingnya kesehatan atau hidup sehat dalam lingkungan pendidikan informal dan
formal ?
2. Bagaimana peran strategis pendidikan pada lembaga pendidikan tinggi dalam
mentransformasikan dan merealisasikan pembangunan kesehatan ?
3. Bagaimana strategi pendidikan dalam mereflesikan dan mengimplementasikan
kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap tantangan kondisi kesehatan di Indonesia
?
1.1.1 Peran Strategis Pendidikan Dalam Aspek Kesehatan
Melihat kondisi nyata kesehatan di Indonesia, dalam hal ini pendidikan memiliki posisi
penting dalam negupayakan dan menyelenggarakan Indonesia sehat. berikut ini
dipaparkan peran strategis pendidikan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang
difokuskan pada rumusan masalah sebagai berikut :

Bagaimana peran strategis pendidikan dalam menumbuhkan


pemahaman dini akan pentingnya kesehatan atau hidup sehat dalam
lingkungan pendidikan informal dan formal ?
Untuk menanamkan pemahaman sejak dini akan pentingnya hidup yang sehat, dimulai
dari pendidikan pada keluarga yang dimotivatori oleh orang tua. Penanaman hidup
sehat dalam keluarga dapat dilakukan dengan memberikan contoh langsung kepada
anak seperti kebiasaan hidup sehat (menggosok gigi, cuci tangan sebelum makan,
mandi 2 kali sehari, membersihkan kebun, saluran air, kebiasaan membuang sampah
pada tempatnya, makan 3 kali sehari, dan bisa memilih makanan dan minuman yang
sehat dan bebas dari bahan kimia berbahaya dan sebagainya. Hal-hal kecil inilah yang
pada akhirnya menumbuhkan kebiasaan hidup sehat pada diri sang anak, sehingga
anak akan berperilaku sama ketika ia berada di tengah-tengah masyarakat.

Selanjutnya peran pendidikan formal dalam meningkatkan kesehatan dapat diterapkan


pada program atau kurikulum diberbagai jenjang pendidikan. Pada jenjang pendidikan
dini, dasar, dan menengah, sekolah dapat menerapkan program-program atau
kurikulum baik yang bersifat intrakurikuler seperti adanya pelajaran PLH (Pendidikan
Lingkungan Hidup) yang secara tidak langsung dapat mendidik siswa untuk mengenal
dan memahami lingkungannya sehingga peserta didik terbiasa untuk hidup bersih dan
sehat. Selain itu, ada juga kegiatan sekolah yang bersifat ektrakurikuler, diantaranya
PMR (Palang Merah Remaja). Kegiatan ini merupakan lahan bagi siswa untuk
mengimplementasikan atau menerapkan hidup sehat dalam kehidupannya sehari-hari.
Selain itu, pada tingkat sekolah dasar, seringkali diadakan program “DOKCIL” (Dokter
Cilik), hal ini dapat menjadi motivasi bagi peserta didik untuk melestarikan hidup sehat
dan bersih.

Selain itu, terdapat UKS (Unit Kesehatan Sekolah) yang memiliki sasaran utama untuk
meningkatkan atau membina kesehatan peserta didik dan lingkungannya. Secara
general, program UKS di setiap sekolah terdiri dari :

a) Mencapai lingkungan hidup yang sehat

Sekolah harus memenuhi “school plant”, misalnya gedung sekolah harus ditanami
rumput, air yang bersih, WC tersedia dan memenuhi persyaratan serta dibersihkan setip
hari, ruang kelas yang bersih dan nyaman, dan sebagainya.

b) Pendidikan kesehatan
Dimulai dengan cara memberikan informasi bahwa kebiasaan hidup sehat merupakan
modal utama dalam kehidupan, misalnya dengan memberikan informasi mengenai
tempat tinggal yang sehat, mandi dua kali sehari, makanan bergii, dan sebagainya.

c) Pemeliharaan kesehatan di sekolah

Berkaitan dengan peran guru dalam memberikan perhatian kepada peserta didik,
seperti menegur saat pakaian kotor dan sebagainya.

Untuk mengembangkan program sekolah tersebut, sekolah dapat mengadakan


kerjasama dengan lembaga kesehatan terkait dalam memberikan penyuluhan atau
pelayanan kesehatan seperti pemeriksaan umum dan khusus yang dilakukan secara
berkala (pemeriksaan gigi, dll) bagi seluruh warga sekolah. Sejak masuk kelas satu,
peserta didik sudah mulai diajarkan hidup sehat, lingkungan sehat, pemberantasan
penyakit, sehingga peserta didik terpelihara kesehatan jasmani dan rohaninya.

Bagaimana peran strategis pendidikan pada lembaga pendidikan tinggi


dalam mentransformasikan dan merealisasikan pembangunan kesehatan
?
Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin sadar akan pentingnya kesehatan.
Pada jenjang pendidikan tinggi, peran pendidikan sangat sentral dalam menghasilkan
output-output yang akan berkontribusi untuk mentransformasikan pengetahuan
kepada masyarakat dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan bagi
kesejahteraan bangsa Indonesia. Untuk mereflesikan dan mengimplementasikan
manajeman kesehatan yang berkualitas, saat ini telah banyak pendidikan-pendidikan
tinggi baik universitas maupun institusi yang telah membuka program kesehatan
seperti jurusan kedokteran, manajemen kesehatan, keperawatan, dan sebagainya.
Dengan adanya program seperti ini diharapkan terlahir generasi-generasi baru yang
paham dan memiliki kemampuan serta kredibiolitas dalam menguapayakan
penyelenggaraan kesehatan bagi masyarakat Indonesia.

Selain itu, pendidikan tinggi diantaranya universitas merupakan pendidikan tertinggi


yang bertugas memberikan pengabdian kepada masyarakat dalam berbagai bentuk yang
bermanfaat. Dalam hal ini, jurusan dari berbagai pendidikan kesehatan dalam
melakukan program pengabdian masyarakat seperti pengobatan gratis dan sebagainya
yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam membantu masyarakat
yang membutuhkan mendapatkan pemeriksaan kesehatan.

Bagaimana strategi pendidikan dalam mereflesikan dan


mengimplementasikan kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap
tantangan kondisi kesehatan di Indonesia ?
Seperti yang kita ketahui bahwa telah banyak program-program atau kebijakan-
kebijakan dari pemerintah dalam mengupayakan penyelenggaraan kesehatan guna
menjadikan rakyat Indonesia menjadi manusia yang sehat baik jasmani maupun rohani.
Kebijakan yang dibuat atau dirumuskan ditujukan untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang menyeluruh. Adapun program yang telah dicanangkan pemerintah
dalam menghadapi tantangan saat inisebagai berikut :

 Tantangan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan


Dalam menjawab tantangan ini, pemerintah dapat memperioritaskannya pada
program-program kesehatan di pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi harus mampu
menyediakan berbagai teknologi pengembangan kesehatan yang akan disalurkan pada
mahasiswa-mahasiswa sehingga mereka memiliki pengetahuan yang komprehensif
dalam masalah kesehatan. Selain itu, pendidikan tinggi kesehatan dapat membangun
kerjasama dengan pendidikan tinggi kesehatan lainnya baik secara local, nasional
maupun global dalam pengembangan pengetahuan dan teknologi kesehatan di
Indonesia.

 Tantangan pola penyakit yang semakin kompleks di Indonesia akan semakin


menghambat keberlangsungan hidup masyarakat Indonesia, karena secra tidak
langsung penyakit kompleks tersebut mengakibatkan berkurangnya pendapatan
masyarakat Indonesia khususnya masyarakat miskin sehingga kemiskinan akan
semakin meningkat. Dalam membantu masyarakat terkait pelayanan kesehatan,
pemerintah telah mengupayakan program-program seperti Askeskin atau Jamkeskin
untuk masyarakat miskin, Jamkesmas, serta Jamsostek yang diperuntukkan bagi
tenaga kerja. Dengan adanya bantuan seperti itu diharapkan masyarakat dapat
terbantu dalam kemudahan pembiayaan kesehatan. Selain itu, pemerintah telah
mengupayakan anggaran dana bagi posyandu-podyandu atau puskesmas dalam
membantu masyarakat khususnya pelayanan bagi ballita dan anak-anak.
 Tuntutan jasa pelayanan yang makin bermutu serta dibutuhkannya tenaga
kesehatan yang memadai dan professional. Untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, sumber daya manusia merupakan unsur penting. Untuk itu, perlu
dibangun tenaga kesehatan yang professional. Dalam merealisasikan semua ini,
penidikan tinggi tetap memiliki peran yang strategis dalam mencetak tenag-tenaga
kesehatan yang professional yang dibutuhkan bagi peningkatan kesehatan
Indonesia. Selain itu, pendidikan dan pelatihan bagi para calon tenaga kesehatan
sangat dibutuhkan, seperti ada seminar tentang kesehatan yang mengupas tentang
kondisi kesehatan Indonesia, dan sebagainya.
 Tantangan peningkatan kurangnya gizi pada masyarakat miskin, khususnya pada
balita dan anak-anak. Dalam hal ini, pemerintah mengupayakan posyandu-
posyandu dalam melayani dan memberikan vitamin atau asupan gizi bagi penduduk
daerah tersebut. Pelayan posyandu atau puskesmas (kader puskesmas), sebaiknhya
mengadakan berbagai kegiatan yang membantu dalam pelayanan dan pemahaman
kesehatan bagi warga di sekitarnya, sehingga semua warga dapat memahami dan
menjalani hidup sehat.
 Tingginya ketimpangan regional dan status ekonomi dalam system kesehatan.
Seperti yang diketahui pemerintah telah mengupayakan program kesehatan bagi
masyarakat miskin yaitu askeskin. Namun pada kenyataannya program tersebut
masih mempersulit warga miskin. Untuk itu, kebijakan yang pemerintah buat
jangan sampai mempersulit orang miskin. Sebaiknya program atau kebijakan
tersebut harus terus dilakukan pengawasan, baik oleh pemerintah daerah maupun
pemerintah pusat, sehingga tidak akan terjadi ketimpangan yang mengakibatkan
masyarakat miskin semakin sulit mendapatkan pelayanan kesehatan.
 Tantangan peningkatan kasus HIV-AIDS. Terkait hal ini, pemerintah telah membuat
kebijakan dalam pembentukan Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Nasional. Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional sebagai penanggung jawab upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia mempunyai tugas yang sangat berat
sehingga memerlukan kawenangan yang jelas untuk dapat melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya dengan efektif. Tugas pokok dan fungsi KPA Nasional
sebagaimana tercantum dalam Perpres No. 75 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan kebijakan dan rencana strategis nasional serta pedoman umum
pencegahan, pengendalian dan penaggulangan AIDS;
2. Menetapkan langkah-langkah strategis yang diperlukan dalam pelaksanaan
kegiatan; Pelayanan, pemantauan, pengendalian dan penaggulangan AIDS;
3. Melakukan penyebarluasan informasi mengenai AIDS kepada berbagai media
massa, dalam kaitan dengan pemberitaan yang tepat dan tidak menimbulkan
keresahan masyarakat;
4. Melakukan kerjasama regional dan internasional dalam rangka pencegahan dan
penanggulangan AIDS;
5. Mengkoordinasikan pengelolaan dan dan informasi yang terkait dengan masalah
AIDS;
6. Mengendalikan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pencegahan,
pengendalian dan penanggulangan AIDS;
7. Memberikan arahan kepada Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi dan
Kabupaten/Kota dalam rangka pencegahan, pengendalian dan penanggulangan
AIDS.
Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi dan Komisi Penanggulangan AIDS
Kabupaten/Kota dibentuk dan dipimpin masing-masing oleh Gubernur dan Bupati/
Walikota. KPA di daerah membantu kelancaran pelaksanaan tugas KPA Nasional.

Dalam Strategi Penanggulangan HIV-AIDS 2010, dikemukakan Upaya pencegahan dan


penanggulangan HIV dan AIDS yang diselenggarakan oleh masyarakat dan pemerintah
bersama-sama dibantu oleh mitra internasional. Pemerintah meliputi departemen,
kementerian, lembaga non-departemen dan dinasdinas daerah serta TNI dan POLRI.
Masyarakat meliputi LSM, swasta dan dunia usaha, civil soceity lainnya dan masyarakat
umum. KPA di semua tingkat berfungsi sebagai koordinator.

1.2 Kesejahteraan
Indonesia merupakan salah satu Negara yang sebagian besar rakyatnya memiliki
tingkat kesejahteraan yang rendah, hal ini dapat dilihat dari beberapa indicator yang
akan dibahas dengan menggunakan sumber data yang tersedia seperti di bawah ini.

1.2.1 Kondisi Kesejahteraan Indonesia Berdasarkan IPM


Pandangan lama menyatakan indikator masyarakat sejahtera adalah PDB (Pendapatan
Domestik Bruto), namun saat ini sejak tahun 1990 HDR (Human Development Report)
telah menerbitkan Human Deveopment Index (Index Pembangunan Manusia) yang
mengartikan tingkat kesejahteraan secara lebih luas. Berikut adalah data mengenai
angka IPM perprovinsi dan posisi IPM Indonesia secara internasional :

Tabel 7 : Data peringkat dan besaran IPM berdasarkan provinsi di Indonesia sejak
tahun 1996-2005 (Sumber : BPS )
Intrepretasi dari data tersebut adalah terjadi peningkatan dalam nilai IPM per-tahunya,
IPM tertinggi adalah DKI Jakarta, hal tersebut menunjukan masih diperlukannya
pemerataan, agar tingkat kesejahteraan masyarakat dapat meningkat secara nasional.

Data IPM Indonesia skala internasional, Tahun 2009 Indonesia ada diperingkat 111,
jauh lebih buruk dari 2 negara yang dirundung perang, Palestina (110) dan Srilangka
(102).

Dalam IPM, tingkat kesejahteraan diukur dengan menggabungan 3 dimensi


pembangunan manusia diantaranya kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Ketiga
indicator tersebut memiliki tiga kegiatan pokok diantaranya :

1. Usia harapan hidup : hasil pengukurannya adalah berdasarkan angka harapan hidup
masyarakat. Rata-rata Angka Harapan Hidup pada saat lahir (eo) adalah hasil
perhitungan proyeksi yang sering dipakai sebagai salah satu indikator kesejahteraan
rakyat. Berikut adalah data mengenai Angka Harapan Hidup Negara Indonesia.
Tabel 8 : Estimasi Angka Harapan Hidup (eo) menurut Provinsi, 2000-2025
Data tersebut adalah proyeksi BPS dalam melihat angka harapan hidup Negara
Indonesia. Dari data tersebut dapat dilihat bahwasannya harapan hidup masyarakat
Indonesia hanya mencapai angka 75 tahun, berarti rata-rata penduduk akan berumur
hingga 75 tahun.
1. Pengetahuan atau pendidikan diukur melalui indikator-indikator seperti pada tabel
berikut.
Table 9 : indicator pendidikan tahun 2004-2009 (BPS)

1. Standar hidup layak : di ukur dengan rata-rata pendapatan per kapita riil yang
disesuaikan” (adjusted real percapita expenditure). Adapun data mengenai standar
hidup layak tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 10 : Produk domestik bruto perkapita, produk nasional bruto perkapita dan
pendapatan nasional perkapita
1.1.1 Kondisi Kesejahteraan Indonesia Dilihat Dari Indikator Kemiskinan
Indikator utama masih rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat dapat dilihat dari masih
tingginya angka kemiskinan dan pengangguran. Menurut BPS kemiskinan adalah
ketidakmampuan untuk memenuhi standar dari kebutuhan dasar, baik makanan
maupun bukan makanan. Standar ini disebut sebagai garis kemiskinan, yakni
kebutuhan dasar makanan setara 2100 kalori energi per kapita per hari, ditambah nilai
pengeluaran untuk kebutuhan dasar bukan makanan yang paling pokok (BPS, 1996).

Pada tahun 2004, angka kemiskinan masih sebesar 36,2 juta (16,6%). Angka ini sempat
turun pada tahun 2005 menjadi 35,1 juta (16%). Namun naik lagi pada tahun 2006
menjadi 39,3 juta (17,8%) karena dipicu kenaikan harga BBM pada tahun 2005. Sejak
tahun 2007 hingga 2009 trend angka kemiskinan terus menurun dan telah menyentuh
angka 32,5 juta (14,2%) pada tahun 2009 ini.
Selain kemiskinan, angka pengangguran juga masih cukup besar. Pada tahun 2004,
angka pengangguran sebesar 10,2 juta (9,8%), kemudian terus meningkat menjadi 10,8
juta (10,3%) pada tahun 2005 dan 11,1 juta (10,4%) pada tahun 2006. Serupa dengan
fenomena kemiskinan, angka pengangguran mengalami penurunan pada tahun 2007
hingga 2009. Pada tahun 2009 ini, angka pengangguran masih sebesar 9,2 juta (8,1%).
Hal tersebut merupakan contoh bahwasannya kesejahteraan Indonesia masih relative
rendah dilihat dari indictor kemiskinan dan pengangguran.

Di bawah ini terdapat beberapa data yang menjadi indicator kesejahteraan dilihat dari
aspek kemiskinan.

 Data kondisi keluarga Indonesia


Tabel 11 : Indikator perumahan 1995-2008
Interpretasi
Data di atas menunjukkan kondisi rumah tangga atau keluarga dilihat dari beberapa
aspek infrastruktur fisik, dimana masih banyak terdapat warga Indonesia yang belum
mendapatkan penghidupan yang layak sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang
dasar 1945, seperti masih banyaknya penduduk yang tinggal dirumah dengan atap dan
dinding yang tidak permanen (tempat kumuh), sanitasi atau sumber air yang terbatas
dan belum memadai, penerangan yang terbatas, dan lainnya. Hal ini menunjukkan
masih tingginya tingkat kemiskinan di negara Indonesia.

Undang-Undang No. 10 tahun 1992 menyebutkan bahwa Keluarga Sejahtera adalah


keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota, serta antara
keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya.

Dari data-data tersebut, maka dapat diketahui kondisi kesejahteraan Indonesia melalui
suatu analisis sebagai suatu pengembangan dari berbagai problematika yang ada di
Indonesia. Analisis yang digunakan adalah analisis SWOt sebagai berikut :

Kesejahteraan Dengan Analisis SWOT


 Strength (Kekuatan)
Pembangunan di bidang kesejahteraan sosial dalam rangka pembangunan nasional,
terutama ditujukan kepada pembinaan dan pemupukan kemampuan serta
kesanggupan anggota masyarakat yang terhalang karena keadaan sosial ekonomi, sosial
budaya, fisik, dan mental untuk lebih dapat melakukan peranan mereka secara positif
dalam proses pembangunan. Sumber daya alam Indonesia yang melimpah ruah
menjadi salah satu indicator perlunya pembangunan manusia Indonesia yang
berkualitas dalam menghadapi persaingan global saat ini. Dengan demikian kelompok-
kelompok masyarakat tersebut memperoleh kemungkinan untuk mendapatkan
kehidupan layak sesuai dengan azas keadilan sosial yang merata. Kebijaksanaan itu juga
ditujukan untuk mengurangi ketidakserasian sosial di antara kelompok-kelompok
masyarakat. Perhatian juga diberikan kepada masalah-masalah yang timbul sebagai
akibat pengaruh sampingan dalam proses perkembangan yang menyebabkan
kemerosotan nilai-nilai, misalnya pelacuran, perjudian yang tidak terawasi,
penyalahgunaan narkotika, dan sebagainya.

 Weakness (kelemahan)
1. Rendahnya kualitas penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS).
Penyandang cacat masih menghadapi kendala untuk kemandirian, produktivitas dan
hak untuk hidup normal yang meliputi antara lain akses ke pelayanan sosial dasar,
terbatasnya jumlah dan kualitas tenaga pelayanan sosial untuk berbagai jenis kecacatan,
dan aksesibilitas terhadap pelayanan umum untuk mempermudah kehidupan mereka.
Sedangkan masalah ketunasosialan yang terdiri dari gelandangan dan pengemis serta
tuna susila, selain disebabkan oleh kemiskinan juga diakibatkan oleh ketidakmampuan
individu untuk hidup dan bekerja sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Masalah
lainnya adalah rendahnya kualitas manajemen dan profesionalisme pelayanan
kesejahteraan sosial dan belum serasinya kebijakan kesejahteraan sosial di tingkat
nasional dan daerah.

2. Masih lemahnya penanganan korban bencana alam dan sosial.


Peristiwa bencana alam merupakan kejadian yang sulit diperkirakan secara tepat.
Permasalahan pokok yang dihadapi adalah masih terbatasnya kemampuan sumber daya
manusia dan teknologi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya bencana alam.
Selain itu, masih adanya sikap mental sebagian warga masyarakat yang bermukim di
sekitar wilayah rawan bencana alam yang menghambat kelancaran penanganan
bencana. Penanganan eks-korban kerusuhan sosial (termasuk pengungsi) yang terjadi
di berbagai daerah sebagai akibat dari kerusuhan dan gejolak sosial berjumlah sangat
banyak dan tersebar di berbagai lokasi, perlu terus diupayakan agar terjaga
kelangsungan hidupnya. Hal ini dapat menimbulkan masalah lain, seperti penempatan
kembali eks-korban kerusuhan sosial di lokasi asal maupun baru, masalah sosial
psikologis dan kecemburuan sosial antara pendatang dengan penduduk setempat, dan
keterlantaran anak di lokasi pengungsian. Pada tahun 2003 jumlah korban bencana
alam yang harus ditangani sekitar 1,13 juta jiwa, sedangkan eks-korban kerusuhan sosial
sekitar 654,9 ribu jiwa (Data Departemen Sosial).
3. Lemahnya SDM Indonesia dalam mengelola sumber daya yang melimpah
Hal ini sudah menajdi kelemahan bangsa Indonesia yang walaupun disadari oleh
bangsa Indonesia sendiri namun masih banyak yang belum berusaha memperbaikinya.
Kemiskinan terjadi diakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar rakyat Indonesia
yaitu makan. Ironis memang, pada sisi lain Indonesia merupakan negara agraris dengan
sumber daya alam yang melimpah untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya.
4. Inkonsistennya kebijakan atau program pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan rakyat
Banyak program yang pemerintah canangkan untuk penanggulangan kemiskinan,
namun pada kenyataan program itu hanya sebatas wacana yang belum sepenuhnya
terealisasi. Inkonsistennya implementasi kebijakan pemerintah semakin memberatkan
penderitaan rakyat. Korupsi yang merajalela menjadi masalah yang sudah sangat biasa
di Indonesia. Banyak pejabat pemerintah yang seringkali memanfaatkan dana untuk
rakyat miskin demi kehidupan pribadinya.

 Opportunities (Peluang)
1. Indonesia masuk ke dalam organisasi dunia seperti PBB, WHO, UNESCO, dan
sebagainya
2. Beranekaragamnya kebudayaan di Indonesia yang dapat dijadikan warisan budaya
dan pelestarian budaya untuk meningkatkan devisa negara
3. Sector pariwisata yang beragam dan menarik merupakan salah satu peluang devisa
terbesar Indonesia
4. Tingginya minat rakyat Indonesia untuk bekerja di luar negeri, dalam hal ini
merupakan peluang bagi pemerintah untuk melatihmereka sehingga mampu
bersaing dengan pekerja di negar tersebut, tidak hanya sekedar menjadi pegawai
rendahan.
 Threats (Tantangan)
1. Era globalisasi dan modernisasi yang mengharuskan sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan dan daya saing yang kuat
2. Ketidakpercayaan diri rakyat Indonesia untuk menciptakan hal-hal yang baru atau
inovasi
3. Kestabilan ekonomi yang belum memadai menjadi tantangan bagi negara Indonesia
dalam meningkatkan pendapatan atau penghasilan rakyat Indonesia
4. Paradigma rakyat Inndonesia yang menganggap bahwa produk luar kualitasnya
lebih baik, sehingga produk-produk tersebut masih beredar di pasaran secara
meluas.
5. Budaya konsumtif rakyat Indonesa yang cukup sulit untuk dirubah
1.1.1 Masalah Kesejahteraan di Indonesia
Dari analisis yang dilakukan terhadap kondisi real negara Indonesia maka dapat
disimpulkan masalah utama yang menjadi masalah dasar dari lemahnya kesejahteraan
di Indonesia adalah kemiskinan dan penganguran yang berdampak terhadap kehidupan
social masyarakat. Masalah kemiskinan dan pengangguran di Indonesia telah menjadi
permasalahan struktural, bukan permasalahan atau fenomena sesaat. Permasalahan
yang tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat dan mudah. Dalam IPM dengan
ketiga indikatornya, masalah kemiskinan dan pengangguran dapat dikatakan masalah
ekonomi, namun ke tiga indicator HDI merupakan suatu kesatuan dimana setiap
indikatornya saling keterkaitan. Untuk itu dalam meminimalisasi masalah kemiskinan
dan pengangguran sebagai masalah dasar kesejahteraan di Indonesia harus mengau
pada aspek lainnya, seperti aspek pendidikan dan kesehatan. Rumusan masalah yang
penulis utarakan terkait dengan aspek kesejahteraan social, yaitu :

1. Bagaimana strategi pendidikan dalam menumbuhkan mentalitas kemandirian


generasi penerus bangsa di lembaga formal, informal, dan nonformal ?
2. Bagaimana pendidikan berkontribusi terhadap peningkatkan taraf hidup masyarakat
dalam mewujudkan program pemerintah guna menciptakan kesejahteraan terkait
dengan permasalahan yang ada ?
1.1.2 Peran Strategis Pendidikan Dalam Pembangunan Kesejahteraan
Dalam meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa, pendidikan peranan penting dalam
memecahkan berbagai persoalan yang ada guna membantu pemerintah meminimalisis
tingkat kemiskinan dan pengangguran sebagai masalah mendasar dari lemahnya
kesejahteraan di Indonesia. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis
merumuskan permasalahan yang tertuang pada rumusan masalah sebagai alur dalam
menjawab peran strategis pendidikan. Adapun pembahasan dari rumusan masalah
tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut

Bagaimana strategi pendidikan dalam menumbuhkan mentalitas


kemandirian generasi penerus bangsa di lembaga formal, informal, dan
nonformal ?
a) Peran Strategis Pendidikan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Di Lembaga
Formal
Pada dasarnya peranan pendidikan dalam peningkatan kesejahteraan di lembaga formal
adalah dengan menyediakan program-program sekolah yang dapat membantu
meningkatkan kemandirian bagi peserta didik. Program yang dapat diterapkan sekolah,
diantaranya adalah pendidikan kewirausahaan dan koperasi sekolah. Pendidikan
kewirausahaan merupakan salah satu alternative dalam menumbuhkan dan melatih
mentalitas peserta didik untuk hidup mandiri, karena bangsa Indonesia memiliki
kelemahan dalam hal kemandirian local dan daya saing. Dalam prosesnya, pendidikan
kewirausahaan dapat dilakukan dengan mengadakan kelompok-kelompok pengusaha,
khususnya di tingkat SMA. Untuk menambah pengetahuan para peserta didik terkait
dengan pendidikan kewirausahaan, sekolah dapat menjalin kerjasama dengan DU/DI
atau instansi terkait, seperti kunjungan ke perusahaan-perusahaan, pelatihan-pelatihan
yang sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja, dan sebagainya. Selain itu, pendidikan
kewirausahaan dapat pula menjadi program tambahan di sekolah yang termasuk ke
dalam kurikulum baku sekolah.

Program lainnya dalam meningkatkan kemandirian untuk kesejahteraan, sekolah dapat


mengupayakan program koperasi sekolah, baik untuk siswa maupun guru. Tujuan dari
koperasi sekolah secara umum adalah membentuk sifat kegotongroyongan dan saling
membantu diantara sesame peserta didik khususnya yang berada di sekolah. Sedangkat
tujuan khusus dari koperasi sekolah ini yaitu :

 Menanamkan rasa solidaritas social diantara peserta didik


 Melatih hidup gotong royong
 Melatih peserta didik menyimpan dan mengembangkan modal melalui koperasi
 Melatih peserta didik berorganisasi
 Menanamkan pengertian kepada peserta didik akan arti penting dalam akumulasi
dan penyaluran modal sehingga tidak berceceran. Dengan adanya koperasi sekolah,
uang saku peserta didik tidak akan digunakan secara boros, akan tetapi
diinvestasikan kepada koperasi sehingga apabila diperlukan dapat meminjam atau
mengambil di koperasi.
 Memberikan bantuan kepada peserta didik yang membutuhkan melalui kredit
Kedua program ini sangat baik ditanamkan di sekolah, karena akan melatih kebiasaan
hidup mandiri dan teratur, sehingga tidak akan terlalu berfokus pada pemberian orang
tua.

b) Peran Strategis Pendidikan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Di Lembaga


Informal dan Nonformal
Peran strategis dalam pendidikan informal bisa dilakukan oleh orang tua dengan
membimbing anaknya untuk pintar memilih program-program yang telah disediakan
oleh lembaga formal. Orang tua sebaiknya memfasilitasi anaknya untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya agar anak tersebut mampu dan siap untuk
menghadapi tantangan global di masa yang akan datang. Diperlukan perhatian lebih
dari keluarga khususnya orang tua, dalam menggali dan mengembangkan potensi yang
ada padi diri anak, sehingga anak akan mengetahui potensi apa yang memang harus
terus dikembangkan. Untuk memfasilitasi anak tersebut, selain bertumpu pada
pendidikan formal, orang tua juga dapat memberikan kesempatan kepada anak melalui
pelatihan-pelatihan atau kursus di lembaga-lembaga nonformal dalam
mengembangakan potensi tersebut. Pelatihan-pelatihan yang diikuti di lembaga
nonformal tersebut dapat disesuaikan dengan minat, bakat, jurusan di sekolah
(SMA/SMK) maupun kebutuhan pasar saat ini. Dengan demikian akan ada relevansi
antara pendidikan formal dengan pendidikan nonformal yang dibarengi dengan
bantuan dari figure orang tua sebagai pendidikan informal.

Bagaimana pendidikan berkontribusi terhadap peningkatkan taraf hidup


masyarakat dalam mewujudkan program pemerintah guna menciptakan
kesejahteraan terkait dengan permasalahan yang ada ?
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa masalah mendasar yang
menghambat kesejahteraan rakyat adalah masalah kemiskinan dan pengangguran.
Kedua masalah ini merupakan masalah structural yang sulit untuk dipecahkan namun
dapat diminimalisir. Dalam upaya mengatasi masalah tersebut, pemerintah telah
melakukan berbagai upaya yang dibentuk dan disusun dalam program-program atau
kebijakan guna mencapai kesejahteraan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Adapun
beberapa program yang telah pemerintah upayakan diantaranya :

 PNPM Mandiri (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat)


Mandiri
Sesuai janji Pemerintah di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin (3/8) lalu,
program kesejahteraan rakyat menjadi bagian dari prioritas Rencana Kerja Pemerintah
tahun 2010. Salah satunya adalah menggulirkan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). Menurut Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional, Paskah Suzetta di Jakarta, Rabu (5/8). “Pemerintah akan
mengalokasikan Rp 16 triliun untuk membiayai PNPM Mandiri tahun 2010 nanti. Nilai
alokasi itu bertambah sekitar Rp 2,3 triliun dari alokasi PNPM Mandiri tahun 2009
sebesar Rp 13,7 triliun. Ini merupakan kelanjutan langkah mengatasi kemiskinan di
tingkat masyarakat lewat wadah PNPM
Mandiri,”(http://www.kontan.co.id/index.php/nasional/news/19174/Guliran-Dana-
PNPM-Mandiri-2010-Rp-16-Triliun) [Rabu, 05 Agustus 2009 | 15:28).
PNPM Mandiri ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam mengembangkan
usaha yang dapat membantu mereka mendapatkan penghasilan atau pendapatan untuk
meneruskan kelangsungan hidupnya. Dalam hal ini, pendidikan dapat berkontribusi
dalam memberikan pemahaman dan pelatihan bagi masyarakat untuk mengembangkan
usaha terkait dengan program PNPM Mandiri ini. Dengan demikian, potensi
masyarakat akan tergali dan mampu hidup mandiri dengan menghsilkan sesuatu yang
inovatif.

 SJSN (Sistem Jaminan Sosial)


Program atau kebijakan yang telah ditentukan oleh pemerintahkhususnya Menko Kesra
diharapkan dapat membawa Indonesia menjadi negara yang memiliki tingkat
kemandirian dan daya saing yang kuat. SJSN sebagai salah satu upaya pemerintah
bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak
bagi setiap peserta dan anggota keluarganya, merupakan upaya memberikan
perlindungan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam rangka implementasi UU No. 40
Tahun 2004 tentang SJSN, telah dibentuk kelembagaan SJSN, yaitu Dewan Jaminan
Sosial Nasional melalui Peraturan Presiden No. 44 Tahun 2008, dan penunjukan
keanggotaan Dewan Jaminan Sosial Nasional melalui Keputusan Presiden No 110
Tahun 2008. Menurut Menko Kesra (Agung Laksono) 7 Desember 2009, SJSN
mengamanatkan perlunya penyelenggaraan lima program, yaitu Jaminan Kesehatan,
Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun dan Jaminan
Kematian.Beliau juga mengemukakan dari kelima program tersebut, aminan kesehatan
merupakan program yang sangat diperlukan oleh masyarakat. Hal ini juga tersirat
dalam Pasal 17 ayat (5) UU No. 40 Tahun 2004, dimana program Jaminan Kesehatan
merupakan prioritas pertama implementasi SJSN.

Dengan adanya kebijakan tersebut diharapkan rakyat Indonesia memiliki perlindungan


yang kuat sehingga kehidupannya dapat menjadi lebih baik.

 Komite Nasional Penanggulangan Kemiskinan (KNPK)


Komite ini dibentuk untuk mempercepat dan mempermudah koordinasi,
penanggulangan kemiskinan yang sebelumnya ditangani oleh Kantor Menteri
Koordinator Kesejahteraan Rakyat yang sekarang mejadi semacam badanatau lembaga
yang langsung ditangani oleh Wakil Presiden Budiyono.
Dalam catatan Kompas, saat memberikan keterangan pers beberapa waktu lalu,
Boediono menyatakan untuk penanggulangan kemiskinan akan ada beberapa
perubahan yang dilakukan pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan.
Wapres mencontohkan subsidi langsung akan dilakukan perbaikan dengan berfokus
pada sasaran keluarga miskin. Sistem bantuan sosial bukan tunai lagi, akan tetapi
bersifat bersyarat. (Sumber : www.menkokesra.go.id/content/view/14132/39
[24Februari 2010]
 Program Porsi SMK 70% dan SMA 30%
Pemerintah menetapkan bahwa porsi untuk Sekolah Menengah Kejuruan diperbesar
dibandingkan SMA. Hal ini dilakukan sehubungan dengan semakin kompetitifnya
kebutuhan di dunia kerja. Dengan proporsi seperti ini, diharapkan lulusan SMK mampu
memiliki kemampuan yang kompatibel dalam memenuhi posisi di berbagai sector
pembangunan dan terlebih lagi mampu membuka usaha sendiri yang nantyinya
diharapkan menjadi lapangan kerja baru untuk orang lain. Program ini bukan berarti
menyampingkan SMA, akan tetapi semua ini bertujuan untuk menciptakan investasi
yang siap menduduki dunia kerja dengan kemampuan yang memadai.

Kurikulum yang diterapkan di SMK diharapkan memiliki relevansi dengan kebutuhan


pasar yang terus berkembang dan dinamis. Dengan demikian peserta didik dibekali
kemndirian dengan keahlian sesuai dengan jurusan atau rumpun SMK baik itu Program
Manajemen Bisnis, Pariwisata, Tekhnologi, Otomotif, Tat Boga, dan sebagainya.

Program-program pemerintah tersebut sudah sepantasnya mendapat dukungn penuh


dari seluruh rakyat Indonesia, karena hal itu menjadi salah satu bukti bahwa
pemerintah mempunyai usaha untuk bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat
Indonesia dalam menciptakan keadilan social yangmenyeluruh.

Dalam hal ini, pendidikan sebagai sarana mencerdaskan kehidupan bangsa harus
mampu mendewasakan dan membentuk pribadi-pribadi Indonesia yang jujur, amanah
dan bertanggung jawab dalam menjalankan amnah yang diembankan kepada setiap diri
pribadi.

BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

Bentuk-Bentuk Kesehatan:
 Bidang Kesehatan Keluarga
 Kesehatan Lingkungan
Fungsi pelayanan kesehatan:
1. Fungsi sosial (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat
pengguna pelayanan kesehatan )
A. Fungsi teknis kesehatan (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan
masyarakat pemberi pelayanan kesehatan) dan
B. Fungsi ekonomi (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan institusi
pelayanan kesehatan).
Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang
memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat (consumer satisfaction),

Indikator Indonesia sehat 2010:

 Indikator derajat kesehatan yang merupakan hasil akhir, yang terdiri atas indikator-
indikator mortalitas, indikator-indikator morbiditas, dan indikator-indikator status
gizi.
 Indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator- indikator keadaan lingkungan,
indikator-indikator perilaku hidup masyarakat, serta indikator- indikator akses dan
mutu pelayanan kesehatan
 Indikator proses dan masukan, yang terdiri atas indikator- indikator pelayanan
kesehatan, indikator- indikator sumber daya kesehatan, indikator- indikator
menejemen kesehatan, dan indikator- indikator kontribusi sektor- sektor terkait.
Menimbang dan mengingat hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kesehatan
merupakan hal yang penting bagi manusia. Dalam hal ini yang terutama adalah
kesehatan ibu dan ank. Namun sayangnya di negara Indonesia ini masih ada begitu
banyak orang yang tidak menyadari akan pentingnya kesehatan. Hal ini terbuktinya
dari tingginya tingkat kematian ibu dan anak di Indonesia. Selama ini pemerintah
Indonesia masih terus berupaya untuk menekan angka kematian ibu dan ank. Salah
satu contohnya adalah kejasama yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan
pemerintah Jepang sejak tahun 2005.
Kesejahteraan
Kesejahteraan (welfare) Ialah kata benda yang dapat diartikan nasib yang baik,
kesehatan, kebahagiaan, dan kemakmuran
Kriteria kesejahteraan:

1. Kesejahtraaan masyarakat
2. Kesejahteraan individu
3. Kesejahteraan Sosial
Pendekatan kesejahteraan:

1. Liberalisme
2. Konservatifisme
3. Strukturalisme
Indikator kesejahteraan:

1. kependudukan,
A. kesehatan dan gizi,
B. pendidikan,
C. ketenagakerjaan,
D. taraf dan pola konsumsi,
E. perumahan, serta sosial lainnya.
Menimbang dan mengingat hal tersebut maka kesejahteraan merupakan hal yang
penting bagi proses pembangunan di negara Indonesia ini. Namun semua itu belum
bisa dirasakan optimal karena dilapangan terdapat beberapa fakta yang bisa dikatakan
kesejahteraan di negara Indonesia ini masih kurang baik, yaitu:

1. Bahwa pembangunan yang sudah dilaksanakan belum mampu mensejahterakan


seluruh rakyat Indonesia. Bahwa kesejahteraan rakyat masih menunjukkan
kesenjangan yang lebar, pemusatan kekayaan pada individu atau sekelompok orang,
sehingga keadilan dan kemakmuran yang dicita-citakan dalam UUD 45 pasal 33
belum tercapai.
2. Untuk kesejahteraan rakyat diperlukan kecerdasan rakyat. Pendidikan harus merata
dan berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila.
3. Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya alam, sumber daya manusia yang luar
biasa, yang seharusnya mampu mensejahterakan rakyat Indonesia dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungannya.
4. Sistem ekonomi Pancasila diyakini dapat mensejahterakan rakyat Indonesia setara
dengan negara-negara di dunia.
5. Kesejahteraan sosial menciptakan prinsip tidak ada kemiskinan dalam Indonesia
Merdeka. Kesejahteraan sosial meliputi demokrasi politik dan ekonomi
6. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
3.2 Saran
Kesehatan
Berdasarkan kesimpulan yang didapat, penulis membuat rekomendasi berikut:

 Tingkat pendidikan dan melek huruf yang tinggi


 Komitmen pemerintah untuk reformasi kesehatan
 Perlindungan finansial dan kepuasan pelanggan
 Berpengalaman dengan program asuransi kesehatan
 Sistem penyampaian perawatan kesehatan primer yang ekstensif
 Ketersediaan obat yang secara umum baik
 Daerah pedesaan harus mendapatkan prioritas dari pelayanan persalinan yang
dibanti oleh staf kesehatan, dengan perhatian khusus pada bagian timur di
Indonesia (Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara).
 Bantuan harus diprioritaskan bagi kelompok ekonomi rendah, yang kurang
pendidikan, masyarakat di pedesaan, dan petani, supaya dapat mengupayakan akses
mereka ke pertolongan persalinan yang sepadan.
 Mengevaluasi kebiijakan dan pelaksanaan dari “program bidan desa” di daerah
pedesaan untuk meningkatkan pemanfaatannya.
Kesejahteraan
1. Harus ada kebijakan politik pemerintah berdasar pada amanat konstitusi yang
berpihak pada kesejahteraan rakyat dengan mengembangkan kebijakan ke arah
negara kesejahteraan (welfare state).
2. Pemerintah menyediakan dan menjamin pendidikan bagi seluruh rakyat melalui
perencanaan, implemntasi, dan evaluasi. Pendidikan harus dapat diakses merata
secara nasional dan menghasilkan manusia cerdas dengan sikap terbuka terhadap
perubahan, dengan kemampuan belajar yang adaptif, serta memiliki wawasan lokal,
nasional dan global.
3. Nasionalisasi sektor2 yg memegang hajat hidup orang banyak
4. Meninjau ulang perjanjian2 ekonomi yg merugikan perekonomian nasional
5. Perundang-undangan, peraturan pemerintah, keputusan Presiden, dan peraturan
daerah yang berkaitan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya air dan mineral
hendaknya direvisi.
6. Mendorong dialog kritis untuk mengurangi ketergantungan termasuk pada hutang.
7. Pemerintah perlu kembali memperhatikan pengendalian jumlah penduduk.
8. Pemerintah perlu lebih fokus dalam menciptakan kebijakan yang dapat mendorong
pertumbuhan untuk daerah-daerah atau wilayah yang terpinggirkan.

Anda mungkin juga menyukai