PUSAT (CSSD)
Kebijakan, PPI
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
NOMOR : 898/PER/RS/I/2014
TENTANG
PANDUAN INSTALASI STERILISASI PUSAT (CSSD)
RUMAH SAKIT
2
MEMUTUSKAN:
MENETAPKAN :
KESATU : Panduan Sterilisasi Pusat (CSSD) Rumah Sakit
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
KEDUA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal diterbitkan dan akan
dilakukan evaluasi setiap tahunnya.
Ditetapkan di : Semarang
Tanggal : 13 Rabiul Awal 1435H
15 Januari 2014M
RUMAH SAKIT
Direktur Utama
3
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
NOMOR : 898/PER/RS/I/2014
TANGGAL : 15 JANUARI 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk menghancurkan semua
bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan yang mengutamakan keselamatan pasien
dan petugas selalu berupaya untuk mencegah terjadinya resiko infeksi rumah sakit. Untuk mencapai
keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di Rumah Sakit dengan cara
melakukan sterilisasi pada alat atau bahan tertentu yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk
kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi
nosokomial di rumah sakit. Untuk mencapai hal tersebut maka perlu dilakukan pengendalian infeksi
di rumah sakit.
Pusat sterilisasi merupakan salah satu pemutus mata rantai kehidupan mikroba termasuk endospora.
Pusat sterilisasi adalah tempat yang penting di dalam rumah sakit untuk mengendalikan infeksi dan
mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya menekan kejadian infeksi di rumah sakit. Dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya, pusat sterilisasi sangat tergantung dengan berbagai unit lain yang
terkait antara lain, unsur pelayanan medik, penunjang medik, bagian lain seperti perlengkapan, logistik,
perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana, sanitasi dan lain-lain. Apabila terjadi hambatan
pada salah satu unit maka pada akhirnya akan mengganggu proses dan hasil sterilisasi.
Alat dan bahan yang digunakan di rumah sakit sangat bervariasi dan dalam jumlah yang banyak.
Penggunaan alat dan bahan yang disterilkan juga demikian besar. Hal ini merupakan dasar pemikiran
Rumah Sakit untuk memiliki pusat sterilisasi tersendiri dan mandiri dengan pengelolaan yang baik. Pusat
sterilisasi/ Central Sterile Supply Department (CSSD) merupakan salah satu instansi yang berada dibawah
Kepala Instalasi Kamar Bedah dan bertanggung jawab langsung kepada
4
Direktur Pelayanan Rumah Sakit. Pusat sterilisasi ini bertugas memberikan pelayanan terhadap semua
kebutuhan kondisi steril atau bebas dari mikroba (termasuk endospora) secara cepat dan tepat. Untuk
melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan secara professional, diperlukan pengetahuan dan
ketrampilan tertentu yang baik oleh perawat, apoteker, ataupun tenaga non medik yang berpengalaman
dibidang sterilisasi.
Angka infeksi nosokomial sangat tinggi, dibuktikan dari hasil survey prevalensi di 11 rumah sakit di
Jakarta dan RS. Prof. Dr. Sulianti Saroso pada tahun 2003, didapatkan angka ILO (infeksi Luka
Operasi) 18,9 %, ISK (infeksi Saluran Kemih) 15,1 %, Pneumonia 24,5 % dan Infeksi saluran nafas
lain 15,1 % serta infeksi lain sebesar 32,1 %. Maka peran pusat sterilisasi (CSSD) untuk meminimalkan
resiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah sangat perlu
diterapkan. Hal ini juga terkait dengan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pendidikan, pembinaan dan pelatihan serta monitoring dan
evaluasi terkait infeksi.
B. Falsafah
Pusat sterilisasi/ CSSD Rumah Sakit memberikan pelayanan sterilisasi alat dan bahan dengan sebaik-
baiknya untuk melayani dan membantu kebutuhan alat dan bahan steril seluruh unit di rumah sakit.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman dalam pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna menekan kejadian infeksi di
Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman dalam pelayanan pusat sterilisasi Rumah Sakit (CSSD).
b. Sebagai kontrol mutu dan pengawasan terhadap hasil sterilisasi.
c. Dapat membantu menurunkan angka kejadian infeksi atau infeksi nosokomial di Rumah Sakit.
d. Sebagai panduan kerja bagi tenaga pemberi pelayanan pusat sterilisasi dalam memberikan
pelayanan.
e. Mewujudkan patient safety sebagai wujud pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit.
D. Istilah
1. Aerasi adalah pemaparan kemasan yang baru disterilkan gas etilen oksida pada sirkulasi udara untuk
menghilangkan sisa gas etilen oksida.
5
2. AAMI singkatan dari Associaton for the Advancement of Medical Instrumentation
3. AHA ingkatan dari American Hospital Association
4. Antiseptik adalah disinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan membran mukosa untuk
menurunkan jumlah mikroorganisme
5. Autoclaf adalah suatu alat/mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan uap
bertekanan
6. Bacillus stearothermophylus adalah mikroorganisme yang dapat membentuk spora serta resisten
terhadap panas dan digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi
7. Bacillus subtilis adalah mikroorgisme yang dapat membentuk spora dan digunakan untuk uji
efektifitas sterilisasi etilen oksida
8. Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi
9. Bowie-Dick Test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin sterilisasi uap berpompa vakum,
penemu metodenya adalah j.h Bowie dan J. Dick
10. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemar mikroorganisme atau substansi
lain yang berbahaya sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut
11. Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal (panas) atau kimia
12. Goggle adalah alat proteksi mata
13. Inkubator adalah alat yang digunakan untuk dapat menghasilkan suhu tertentu secara kontinyu
untuk menumbuhkan kultur bakteri
14. Inkubator biologi adalah sedian berisi sejumlah tertentu mikroorganisme spesifik dalam bentuk
spesifik dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap suatu proses sterilisasi tertentu dan
digunakan untuk menunjukkan bahwa sterilisasi telah tercapai.
15. Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai terjadinya pemaparan
sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai dengan adanya perubahan warna
16. Indikator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dll pada mesin sterilisasi yang
menunjukkan mesin berjalan normal
17. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh di Rumah Sakit dimana pada saat masuk rumah
sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa inkubasi.
18. Lumen adalah lubang kecil dan panjang seperti pada kateter, jarum suntik maupun pembuluh darah
19. Point of use : menunjukkan tempat pemakaian alat
20. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora
21. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora melalui cara fisika
atau kimia
22. Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.
23. Termokopel adalah sepasang kabel termo-elektrik untuk mengukur perbedaan suhu dan digunakan
untuk mengkalibrasi suhu pada mesin sterilisasi.
6
E. Manfaat
Sebagai pedoman penatalaksanaan pusat sterilisasi (CSSD) dalam meningkatkan mutu pelayanan yang
bertujuan untuk mencegah resiko terjadinya infeksi di Rumah Sakit.
F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kesehatan
6. Permenkes Nomor 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
7. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lainnya tahun 2008
8. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan tahun 2010
7
BAB II
PERAN PUSAT STERILISASI (CSSD)
DI RUMAH SAKIT
Peralatan medis dan bahan penunjang yang digunakan dalam pelayanan kepada pasien yang
membutuhkan kondisi steril, biasanya dilakukan disetiap unit/ ruang yang membutuhkan. Rumah sakit
harus menyediakan alat sterilisasi di masing-masing unit/ ruang dan dengan menggunakan prosedur
yang belum dapat di standarkan. Sistem ini juga menyebabkan sulitnya melakukan kontrol terhadap
hasil/ mempertahankan kualitas hasil sterilitasi. Di masing-masing unit/ ruang juga masih sulit dalam
pengawasan proses dekontaminasi maupun proses sterilisasi.
Seiring dengan semakin berkembangnya ilmu, teknologi dan kebutuhan akan pelayanan medis serta
pelayanan yang mengutamakan safety patient, maka rumah sakit perlu mengembangkan proses
sterilisasi yang tersentral dan terkoordinir sehingga seluruh rangkaian perlakuan terhadap alat dan
bahan yang dibutuhkan dalam kondisi steril menjadi lebih efisien, ekonomis, dan terkontrol dengan
harapan safety patient semakin terjamin.
Pusat sterilisasi di rumah sakit mempunyai tugas dan fungsi utama yaitu menyiapkan alat bersih dan
steril untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit. Untuk lebih jelas dari fungsi dan tugas CSSD
adalah dimulai dari menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan, menyimpan dan
mendistribusikan peralatan dan bahan medis steril ke seluruh unit/ ruang di rumah sakit untuk
kepentingan perawatan pasien.
A. Tujuan
1. Membantu unit/ ruang lain di rumah sakit yang membutuhkan alat dan bahan kondisi steril untuk
mencegah terjadinya infeksi.
2. Menurunkan angka kejadian infeksi yang timbul akibat perawatan di rumah sakit.
3. Membantu mencegah serta menanggulangi infeksi nosokomial.
4. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilitas terhadap produk yang dihasilkan.
5. Membantu effisiensi tenaga medis dan perawat dalam kegiatan pengelolaan alat.
8
3. Mendistribusikan alat steril siap pakai yang dibutuhkan oleh unit/ ruang perawatan.
4. Mendistribusikan alat steril siap pakai yang dibutuhkan oleh ruang/ unit khusus.
5. Mendistribusikan bahan steril siap pakai untuk semua unit/ ruang sesuai kebutuhan.
6. Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan, bahan yang aman digunakan untuk pelayanan pasien dengan
tetap memperhatikan mutu, keamanan dan efisiensi.
7. Mempertahankan hasil sterilitas yang memadai sesuai standar untuk keperluan perawatan pasien.
8. Mempertahankan standar yang telah ditetapkan dan melakukan evaluasi hasil sterilisasi.
9. Melakukan dokumentasi setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi, sterilisasi dan distribusi sebagai
bagian dari program upaya pengendalian mutu dan pencegahan pengendalian infeksi.
10. Melakukan pengawasan terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan pengendalian infeksi
bersama dengan komite Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi (PPI).
11. Memberikan penjelasan dan edukasi terkait masalah sterilisasi.
12. Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf CSSD.
13. Meningkatkan kemampuan staf CSSD.
Tanggung jawab pusat sterilisasi di rumah sakit tergantung dari besar kecilnya rumah sakit. Hal ini
juga terkait dengan struktur organisasi dan proses sterilisasi yang dilakukan.
9
pencucian loundry, diperiksa, dan dilakukan setting sesuai kebutuhan dan jenis linen.
8. Pengemasan; alat dikemas dengan bungkus plastik tahan panas (pouces).
9. Labelling; setiap kemasan diberi label yang menjelaskan isi set alat, tanggal sterilisasi, tanggal
kadaluarsa, kode petugas dan indikator sterilisasi.
10. Produksi; membuat dan mempersiapkan bahan habis pakai untuk pelayanan steril (kassa balut,
depper, hand scoon, lidi kapas, dll).
11. Proses sterilisasi; dikerjakan oleh staf terlatih.
12. Penyimpanan; penyimpanan alat dan bahan steril pada rak bersih, dengan memperhatikan kondisi
penyimpanan.
13. Distribusi; dilakukan sesuai kebutuhan ruang perawatan/ unit khusus dengan memperhatikan stok/
kebutuhan.
14. Pembersihan dan kontrol alat sterilisasi; dilakukan pemeliharaan alat sterilisasi rutin setiap bulan
sekali.
Akltivitas sterilisasi dilakukan setiap hari dengan frekuensi yang cukup sering. Dan supaya aktivitas
tersebut berjalan lancer, baik dan tidak terkendala, diperlukan pemeliharaan, pengaturan jadwal dan
maintenance yang teratur terhadap mesin/ alat sterilisasi.
10
BAB III
KETENAGAAN
A. Status Kesehatan
Seluruh tenaga yang bekerja di pusat sterilisasi Rumah Sakit (CSSD) diharapkan:
1. Sehat jasmani, rohani
2. Tidak pernah menderita/ sedang menjalani proses pengobatan TBC pada setahun terakhir.
3. Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik dan X-ray untuk penyakit paru.
4. Cek up kesehatan dan mempunyai laporan mengenai sakit yang pernah dialami selama bekerja di
CSSD seperti infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi gastrointestinal, infeksi pada mata dan tertusuk
jarum minimal setahun satu kali.
b. Kualifikasi Tenaga:
1) Pada RS kelas A dan B, minimal pendidikan S1 dibidang kesehatan atau S1 umum dengan masa kerja
minimal 5 tahun dibidang sterilisasi.
2) Pada RS kelas C, minimal pendidikan D3 kesehatan atau D3 umum dengan masa kerja 5 tahun
dibidang sterilisasi.
11
3) Mendapat kursus/ pelatihan tambahan tentang prosedur dan teknis sterilisasi.
4) Mendapat kursus/ pelatihan tentang manajemen dan kepemimpinan.
5) Mengetahui tentang psikologi personel.
6) Berpengalaman kerja dikamar operasi/ unit sterilisasi.
7) Mempunyai kemampuan mengajar dan menulis terkait sterilisasi.
8) Mempunyai keinginan mengembangkan sterilisasi.
2. Penanggungjawab CSSD
a. Uraian tugas:
1) Mengarahkan semua aktivitas staf yang berkaitan dengan proses sterilisasi di rumah sakit.
2) Mengarahkan semua aktivitas terkait supply alat medis steril bagi perawatan pasien di rumah sakit.
3) Mengikuti ilmu pengetahuan terkini dalam pengembangan diri/ personel lain demi kemajuan CSSD.
4) Menentukan metode yang tepat dan effektif bagi pelayanan sterilisasi
5) Bertanggungjawab terhadap penggunaan alat dan bahan sterilisasi secara benar.
6) Memastikan bahwa proses yang diterapkan dalam pelayanan sterilisasi diterapkan dengan baik.
7) Melakukan koordinasi dengan unit lain dan bekerjasama dalam mewujudkan mutu pelayanan.
8) Memberikan masukan dan mengusulkan rencana program CSSD
9) Bertanggungjawab langsung kepada direktur pelayanan rumah sakit.
10) Membuat program orientasi tenaga baru.
11) Membuat rencana program terhadap kebutuhan alat dan bahan sesuai kebutuhan.
b. Kualifikasi Tenaga:
1) Minimal pendidikan S1 kesehatan atau D3 kesehatan dengan pengalaman kerja 3 tahun dibidang
sterilisasi.
2) Mendapat kursus/ pelatihan tambahan tentang prosedur dan teknis sterilisasi.
3) Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang konsep aktivitas dari unit yang dipimpinnya.
4) Mendapat kursus/ pelatihan tentang manajemen dan kepemimpinan.
5) Mengetahui tentang psikologi personel.
6) Dapat bekerja dengan baik dalam berbagai kondisi.
7) Mempunyai keinginan mengembangkan sterilisasi.
12
8) Kondisi kesehatan baik secara jasmani maupun rohani.
3. Staf CSSD
a. Uraian tugas:
1) Bertanggungjawab kepada penanggungjawab CSSD
2) Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD
3) Menerapkan apa saja yang sudah diajarkan
4) Mengikuti prosedur kerja/ standar prosedur operasional yang ada
5) Dapat menjalankan perintah pekerjaan baik secara langsung maupun melalui telp.
6) Dapat menjalankan pekerjaan rutin/ harian yang relative membosankan.
7) Dapat menerima tekanan kerja.
8) Memakai alat pelindung diri setiap melakukan aktifitas CSSD.
9) Ikut menjaga, memelihara dan rasa memiliki unit CSSD terhadap peralatan, gedung/ bangunan dan
aset yang ada.
b. Kualifikasi Tenaga:
a. Minimal lulusan SMA/ SMK atau sederajat dengan tambahan kursus/ pelatihan sterilisasi.
b. Dapat belajar dengan cepat.
c. Mempunyai ketrampilan yang baik.
d. Personal hygiene baik.
e. Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD.
f. Disiplin dalam mengerjakan tugas harian.
4. Administrator
a. Uraian tugas:
1) Bertanggungjawab kepada penanggungjawab CSSD
2) Bertanggungjawab terhadap bahan yang digunakan di CSSD
3) Menerapkan apa saja yang sudah diajarkan
4) Mengikuti prosedur kerja/ standar prosedur operasional yang ada
5) Dapat menjalankan perintah pekerjaan baik secara langsung maupun melalui telp.
6) Dapat menjalankan pekerjaan rutin/ harian terkait pelaporan.
7) Dapat menjalankan tugas administrasi dan stok CSSD dengan baik.
8) Dapat menerima tekanan kerja.
9) Memakai alat pelindung diri setiap melakukan aktifitas CSSD.
10) Ikut menjaga, memelihara dan rasa memiliki unit CSSD terhadap peralatan, gedung/ bangunan dan
aset yang ada.
13
b. Kualifikasi Tenaga:
1) Minimal lulusan SMA/ SMK atau sederajat.
2) Dapat belajar dengan cepat.
3) Mempunyai ketrampilan administrasi yang baik.
4) Personal hygiene baik.
5) Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD.
6) Disiplin dalam mengerjakan tugas harian.
7) Disiplin dalam mengerjakan pelaporan bulanan, stok opname, anfrah BMHP, dll.
14
BAB IV
SARANA DAN PRASARANA
Sarana fisik dan peralatan di CSSD sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan membantu pelayanan di
pusat sterilisasi rumah sakit. Dalam perencanaan sarana fisik dan bangunan sebaiknya melibatkan staf
CSSD. Mengingat pusat sterilisasi merupakan jantung rumah sakit dimana CSSD mempunyai tugas
pokok menerima bahan dan alat medik dan menjadikan seluruh bahan dan alat medik dari semua unit
di rumah sakit dalam kondisi rsirsirsirsisteril serta mendistribusikannya sesuai kebutuhan kondisi steril.
Hal ini tidak lepas dari menentukan lokasi/ tempat CSSD berada.
A. Bangunan CSSD
Yang perlu diperhatikan diantaranya adalah :
1. RS dengan 200 TT, luas bangunan minimal 130 m2.
2. RS dengan 400 TT, luas bangunan minimal 200 m2.
3. RS dengan 600 TT, luas bangunan minimal 350 m2.
4. RS dengan 800 TT, luas bangunan minimal 400 m2
5. RS dengan 1000 TT, luas bangunan minimal 450 m2 Denah ruang CSSD (Lampiran 1)
15
B. Lokasi CSSD
Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruang pemakai alat/ bahan steril terbesar di rumah sakit
seperti kamar bedah, ICU, unit perawatan, dll di rumah sakit. Penetapan/ pemilihan lokasi yang tepat
akan memudahkan dan berdampak pada efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi di
rumah sakit. Lokasi ytang tepat akan meminimalkan resiko kontaminasi silang karena pengaruh lalu
lintas/ transportasi alat steril. Unit CSSD diupayakan juga dekat dengan loundry atau pencucian linen
karena set linen untuk kebutuhan steril akan lebih mudah dalam penyiapannya.
1. Ruang dekontaminasi
Ruang ini didesain untuk penerimaan barang kotor. Unit yang mengirimkan alat kotor setelah
digunakan melalui ruang ini. Ruang dekontaminasi harus dapat menampung semua barang kotor yang
akan dibersihkan dan akan menjalani proses sterilisasi. Ruang dekontaminasi direncanakan, dipelihara
dan selalu dikontrol untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi petugas
penerimaan CSSD dari benda-benda tajam, yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal
berbahaya lainnya.
a. Ventilasi
Udara dan partikel kecil pada debu dapat membawa mikroorganisme dari satu termpat ke tempat
lainsehingga dapat mengkontaminasi alat kesehatan yang sudah melewati dekontaminasi, alat bersih
siap disterilkan dan bahkan alat yang sudah steril. Oleh sebab itu, ruang dekontaminasi harus
mempunyai sistem ventilasi yang baik, yaitu:
1) Udara dapat keluar/ dengan dihisap. Ruang dekontaminasi dengan menggunakan system sirkulasi
udara yang mempunyai filter.
2) Tekanan udara harus negatif supaya tidak mengkontaminasi udara ruang lainnya.
3) Tidak dianjurkan penggunaan kipas angin.
16
b. Suhu dan kelembaban
Suhu dan kelembaban akan mempengaruhi lingkungan kerja dan juga kenyamanan para petugas di
ruang dekontaminasi. Suhu dan kelembaban yang direkomendasikan adalah:
1) Suhu udara ruangan antara 18 C- 22 C
2) Kelembaban udara antara 35 %- 75 %
c. Kebersihan
Kebersihan ruang CSSD sangatlah penting. Pembersihan ruang, alat dan bahan yang ada di CSSd harus
menggunakan pembersih yang sesuai.Debu, serangga dan vermin adalah pembawa mikroorganisme
penyebab/ penyebar infeksi. Harus ada peraturan tertulis mengenai prosedur pengumpulan sampah,
pembuangan limbah dan transportasinya. Hal ini diberlakukan pada sampah dan limbah baik yang
menyebabkan infeksi dan yang berbahaya atau tidak.
17
berbagai unit/ ruangan. Diruang ini juga menyimpan alat dan bahan bersih dan dianjurkan ada tempat
penyimpanan barang bersih.
4. Ruang Sterilisasi
Dari ruang produksi dan setting linen, alat, bahan dan barang masuk ke mesin sterilisasi. Proses sterilisasi
ini dilakukan berdasar bahan dan jenisnya. Desain mesin sterilisasi pintu masuk alat bersih berbeda dengan
pintu keluar saat alat sudah steril. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi barang yang sudah
steril terhadap kontaminan. Untuk ruang sterilisasi dengan menggunakan Etilen Oksida, sebaiknya
dibuatkan ruang khusus yang terpisah tetapi masih dalam satu unit dan memungkinkan udara keluar atau
penggunaan exhouse.
Petugas yang berdinas di ruang penyimpanan barang steril adal;ah petugas yang terlatih, sehat, terbebas
dari penyakit menular terutama yang ditularkan melalui droplet. Petugas didalam ruang penyimpanan
bahan steril menggunakan jas khusus yang sesuai dengan persyaratan. Lokasi ruang penyimpanan
barang steril tidak berada di lalu lintas utama dengan pintu khusus dan jendela yang minim untuk
mengurangi kemungkinan kuman dari luar masuk.
18
D. Pemeliharaan Mesin Sterilisasi
Beberapa hal mengenai pembersihan dan pemeliharaan alat CSSD adalah
1. Mesin sterilisasi harus benar-benar disiapkan setiap hari sebelum digunakan. Pembersihan dilakukan
setiap hari. Pembersihan mingguan atau periodic dilakukan sesuai dengan yang disarankan produsen
mesin.
2. Perbaikan terhadap komponen umum dapat dilakukan oleh RS dengan petugas yang telah mendapat
pelatihan dari supplier alat.
3. Perbaikan komponen hanya dilakukan oleh pihak supplier dan petugas RS yang berkompeten.
4. Staf teknisi yang terlibat dalam pemeliharaan peralatan CSSD harus terlatih oleh lembaga
berwenang atau pihak pembuat mesin sterilisasi tersebut.
5. Produsen mesin harus membuat instruksi tertilis untuk pemeliharaan mesin sterilisasi.
E. Kalibrasi alat
Kalibrasi alat secara periodik dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kalibrasi alat harus
dilakukan oleh orang terlatih terhadap jenis mesin sterilisasi. Secara periodic minimal sekali dalam
setahun dilakukan oleh BPFK atau Badan Pengamanan Fasilitas Kesehatan Departemen Kesehatan
atau agen tunggal pemegang merk alat.
F. Pendokumentasian
Setiap mesin yang ada mempunyai dokumentasi riwayat pemeliharaan/ perawatan mesin. Dokumentasi
ini tersimpan dan dilaporkan pada bagian pemelihgaraan sarana medis RS, teknisi CSSD atau pihak
yang membutuhkan perawatan mesin tersebut.
Informasi yang dimuat adalah:
1. Tanggal permohonan servis/ maintenance mesin.
2. Model dan jenis alat.
3. Nama teknisi servis.
4. Alasan/ hasil servis (deskripsi yang dilakukan).
5. Jenis dan kuantitas suku cadang jika ada yang diganti.
6. Keterangan/ lain-lain,
7. Alat Pelindung Diri
Pusat sterilisasi (CSSD) harus dilengkapi dengan alat pelindung diri sesuai kebutuhan tenaga kerja
yang ada didalamnya. Apron lengan panjang yang tahan terhadap cairan kimia, penutup kepala, masker
dan goggle yang dipakai oleh staf saat melakukan pekerjaan yang memungkinkan adanya percikanatau
kontaminasi cairan yang mengandung darah atau cairan infeksius lainnya. Harus ada alas kaki khusus
untuk memasuki ruang dekontaminasi dan penutup kaki yang tahan air.
19
Penggunaan sarung tangan, gaun pelindung dan goggle harus dicuci setiap selesai dipakai.
20
BAB VI
PELAYANAN PUSAT STERILISASI (CSSD)
Pusat sterilisasi (CSSD) melayani semua unit dirumah sakit yang membutuhkan alat dan bahan kondisi
steril. Dalam melaksanakan tugasnya, CSSD selalu berhubungan dengan unit lain diantaranya yaitu:
1. Bagian loundry/ pencucian.
2. Instalasi pemeliharaan sarana.
3. Instalasi farmasi.
4. Sanitasi.
5. PPI.
6. Gudang logistic/ perlengkapan.
7. Perawatan (rawat inap, unit khusus, dll).
B. Alur Kerja
Alur kerja yaitu urutan-urutan dalam melakukan proses terhadap alat/ bahan. Tujuan dibuatnya alur
sebagai berikut:
1. Pekerjaan dapat effektif dan efisien.
2. Menghindari terjadinya kontaminasi silang.
3. Jarak yang ditempuh pekerja lebih simple dan tidak bolak-balik.
4. Memudahkan dalam pemantauan.
22
1) Peralatan habis pakai dipisahkan dari limbahnya. Ditempatkan oleh pekerjanya langsung yang
mengetahui potensi terjadinya infeksi dari peralatan tersebut.
2) Pisahkan benda tajam dan masukkan kedalam container khusus benda tajam
3) Kain dan linen dipisahkan dan masukkan ke unit loundry untuk penanganan lebih lanjut.
4) Peralatan yang terkontaminasi ditempatkan dalam wadah khusus dan masuk keruang dekontaminasi
melewati petugas pencatatan
b. Pembuangan limbah
Limbah atau pembuangan harus dipisahkan dari alat pakai ulang . Diidentifikasi dan dibuang sesuai
kebijakan RS mengacu peraturan pemerintah.
c. Mencuci/ Cleaning
Semua alat pakai ulang harus melalui pencucian hingga benar-benar bersih sebelum dilakukan
sterilisasi.
23
1) Sesuai dengan bahan yang disarankan pada alat dan metode mencuci yang dipilih.
2) Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai tipe bahan pencuci yang dapat dipakai.
3) Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada tipe kotoran yang ada. Protein cukup bengan detergen
yang bersifat basa. Garam mineral dengan menggunakan detergen asam.
4) Pertimbangkan penggunaan enzyme pelarut protein untuk mencuci alat.
h. Mencuci Manual
1) Pencucian secara manual dilakukan pada intrumen atau alat yang lembut dan rumit.
2) Gunakan sikat yang sesuai dengan kebutuhan alat atau yang disarankan oleh produsen alat.
3) Bilas dengan air mengalir dengan suhu 40 C-50 C. Lebih baik lagi menggunakan air deionisasi atau
air sulingan.
4) Setelah dicuci, dibilas, keringkan terlebih dahulu sebelum melalui proses berikutnya.
i. Mencuci Mekanik
1) Menggunakan mesin cuci akan dapat meningkatkan produktifitas, lebih bersih dan lebih aman untuk
petugas.
2) Pembersih ultrasonic melepas semua kotoran dari seluruh permukaan alat/ instrument.
3) Alat pembersih juga perlu dilakukan pembersihan secara rutin.
24
j. Desinfeksi Kimia
1) Pemilihan jenis desinfeksi berdasarkan pemakaian alat dan level desinfeksi yang diperlukan untuk
pemakaian tersebut.
2) Harus sesuai label instruksi dari produsen alat dan bahan tersebut.
2. Pengemasan
Pengemasan yang dimaksud adalah termasuk semua material yang tersedia untuk membungkus,
mengemas dan menampug alat-alat yang dipakai ulang sebelum proses sterilisasi, penyimpanan dan
pemakaian. Tujuan pengemasan adalah sebagai perlindungan terhadap alat dan bahan terhadap segala
penyebab yang merusak kondisi steril.
25
k. Petunjuk penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi
l. Peringatan waktu pengeringan, pendinginan dan penanganan asetelah proses sterilisasi
m. Informasi aplikasi pelindung
n. Petunjuk penempatan pada penyimpanan dan atau distribusi ke tempat pemakaian
o. Informasi kepada pemakai untuk mencegah kemungkinan kontaminasi
3. Metode Sterilisasi
a. Sterilisasi Panas Kering
Terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana panas akan diabsorbsi oleh permukaan luar dari
alat yang disterilkan lalu merambat ke bagian dalam permukaan sampai akhirnya suhu sterilisasi
tercapai. Biasanya digunakan pada bahan yang terbuat dari kaca.
b. Sterilisasi Etilen Oksida (EtO)
Bahan kemasan harus memudahkan penyerapan gas dan uap sterilan yang baik, dan juga siap
melepaskan gas dan uap tersebut dari kemasan dan isinya selama waktu aerasi
c. Sterilisasi uap
Uap dapat membunuh mikroorganisme melalui denaturasi dan koagulasi sel protein secara
irreversible.
d. Mesin sterilisasi uap
e. Sterilisasi dengan Plasma
Sterilisasi ini digunakan pada plasma yang terbentuk dari hidrogen piroksida
f. Sterilisasi suhu Rendah Uap Formaldehid
Telah lama digunakan untuk mendisinfeksi ruangan, lemari, maupun instrumen. Sayangnya
formaldehid (dalam keadaan tunggal) tidak dapat digunakan untuk sterilisasi alat rentan panas,
khususnya dengan lumen kecil, karena daya penetrasinya lemah serta aktivitas sporisidalnya juga
lemah.
4. Pengujian alat sterilisasi
26
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan proses sterilisasi dan
cakupan program pelayanan proses sterilisasi seawal mungkin, untuk dapat menemukan dan
selanjutnya memperbaiki masalah dalam pelaksanaan program.
27
Dokumentasi ini akan bermanfaat dalam monitoring proses dan memastikan bahwa parameter pada
setiap siklus proses sterilisasi telah tercapai sehingga akuntabilitas proses terjamin. Dengan melakukan
dokumentasi ini maka apabila ada barang yang harus ditarik ulang akan menjadi lebih mudah.
c. Waktu Kadaluarsa.
Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang mengindikasikan waktu kadaluarsa
untuk memudahkan melakukan rotasi stok, walaupun kadaluarsa tidak tergantung pada waktu
melainkan pada kejadian yang dialami oleh kemasan tersebut.
B. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu di evaluasi pada tahap proses akhir seperti pada tahap pengemasan,
sterilisasi dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka kinerja dari pengelolaan
sterilisasi di Rumah Sakit
28
BAB VI
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
Penanganan yang salah terhadap alat-alat tajam terkontaminasi seperti pisau, jarum dll dapat
menyebabkan rusaknya permukaan kulit yang pada akhirnya dapat memungkinkan masuknya
mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh sehingga menyebabkan terjadinya penyakit.
29
5. Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penanganan zat kimia secara aman, dan gunakan alat pelindung
diri untuk mencegah pemaparan zat kimia terhadap kulit dan membran mukosa yang dapat menyebabkan
luka bakar kimia
6. Berhati-hatilah apabila mendekati daerah dimana air biasa digunakan, periksa kondisi lantai untuk
mencegah terjatuh akibat licin lantai, sebaiknya ada rambu-rambu peringatan
7. Pada saat mencuci instrument di dalam sink, perhatikan untuk selalu menggosok dibawah permukaan air
untuk mencegah terjadinya aerosol yang dapat terhirup.
Jenis-jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit maupun membran mukosa,
akibat kelalaian pada penggunaan zat kimia maupun akibat terlalu dekatnya posisi terhadap sumber panas
(sterilisasi uap atau kereta barang yang panas). Luka bakar elektris, akibat penggunaan instrument/alat
listrik. Luka pada mata akibat cipratan zat kimia sehingga pemakaian alat pelindung mata diperlukan.
30
9. Apabila ada petugas yang terpapar dengan EO segera bawa ke ruang gawat darurat untuk evaluasi
lebih lanjut.
1. Alkohol
Alkohol dalam bentuk Etil atau Isopropil alkohol (60-90 %) digunakan sebagai desinfektan intermediat
dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, dan virusidal.
31
Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi, dan
penatalaksanaan sirkulasi
2. Formaldehid
Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bau menyengat. Umumnya digunakan sebagai
disinfektan. Formalin adalah larutan yang mengandung formaldehid dan methanol dengan kadar
bervariasi (biasanya antara 12-15 %).
3. Etilen Oksida
Etilen oksida merupakan zat kimia yang banyak digunakan dalam proses sterilisasi kimia alat-alat
kesehatan, pereaksi dalam sintesa kimia organik terutama dalam pembuatan etilen glikol, fungisida, dan
fumigan bahan makanan dan tekstil.
33
Bahaya utama terhadap kesehatan
Inhalasi : Pemaparan jangka pendek: iritasi, daya cium menurun, dispnea,
nyeri kepala, mengantuk, gejala mabuk, gangguan keseimbangan
tubuh
Kontak kulit: Pemaparan jangka pendek: reaksi alergi, kulit terasa panas,
melepuh, frostbite.
Kontak mata : Pemaparan jangka pendek: terasa panas, frostbite, mata berair,
pemaparan jangka panjang: dapat menimbulkan kontak
Tertelan : Pemaparan jangka pendek: terasa panas terbakar, sakit
tenggorokan, mual, muntah, frostbite, diare, nyeri perut, nyeri
dada, nyeri kepala, sianosis.
Pemaparan jangka panjang: Kerusakan hati, potensial karsinogen
Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi, dan
penatalaksanaan sirkulasi
34
c. Berikan karbon aktif dosis tunggal 1 gr/kg atau dewasa 30-100 gr dan anak-anak 15-30 gr. Cara
pemberian : dicampur rata dengan perbandingan 5-10 gr karbon aktif dengan 100-200 ml air. Dewasa
10 gr tiap 20 menit, anak-anak 5 gr tiap 20 menit
4. Lisol
Lisol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam karbolat, hidroksibenzena, asam
fenilat, resol, karbon kreolin, likresol. Lisol banyak digunakan sebagai desinfektan rumah tangga untuk
membersihkan lantai, kamar mandi/WC dan untuk menghilangkan bau busuk. Dalam bidang kesehatan
digunakan sebagai larutan antiseptic dengan konsentrasi antara 1-2 %. LDL oral pada manusia adalah
140 mg/kg.
Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berup penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi dengan oksigen
lembab 100 %, dan penatalaksanaan sirkulasi
35
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata
5. Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya mengandung bahan aktif Natrium hipoklorit
(Na OCL) 5-10 %. Selain digunakan sebagai pemutih juga digunakan sebagai disinfektan. Pada
konsentrasi > 20 % zat ini bersifat korosif dan bila tertelan akan berbahaya karena jika kontak dengan
asam lambung akan melepaskan asam klorat gas klor bebas dalam lambung yang apabila terhirup dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru
36
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata