GEOGRAFI TANAH
DISUSUN OLEH :
Fakultas Ekonomi
PROGRAM STUDI GEOGRAFI
UNIVERSITAS TAMAN SISWA PADANG
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr Wb
Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
untuk membuat makalah Geografi tanah yang berjudul “Kapasitas Pertukaran
Kation, Kejenuhan Basa, Oksidasi Dan Reduksi”. Tujuan Makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Geografi tanah.
1. Bapak Harry Febrianto, S.Pd, M.Pd selaku dosen mata kuliah Geografi tanah.
2. Teman-teman kami yang telah membantu penyususan makalah ini.
Amin.
Wassalamua’alaikum Wr Wb.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk lebih mengetahui tentang sifat –
sifat tanah baik fisika maupun kimia tanah itu sendiri.
2
BAB II PEMBAHASAN
Kapasitas tukar kation tanah sangat beragam, karena jumlah humus dan
liat serta macam liat yang dijumpai dalam tanah berbeda-beda pula.
3
KPK atau Cation Exchange Capacity (CEC) merupakan kapasitas tanah
untuk menjerap atau menukar kation. Biasanya dinyatakan dalam
miliekuivalen/100 g tanah atau me %, tetapi sekarang diubah menjadi cmolc/kg
tanah (centimoles of charge per kilogram of dry soil ).
Nilai KPK tanah bervariasi bergantung kepada tipe and jumlah koloid di
dalam tanah. Pada umumnya KPK koloid tanah adalah sebagai berikut:
Kation dengan valensi lebih besar diabsorbsi lebih kuat dari pada kation
dengan valensi yang lebih rendah. Untuk suatu valensi tertentu, kation dengan
radius hidrasi terkecil akan bergerak merapat kepermukaan misel dan diabsorbsi
dan lebih diabsorbsi lebih kuat
Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca++, Mg+, K+, Na+,
NH4+, H+, Al3+, dan sebagainya. Di dalam tanah kation-kation tersebut terlarut
di dalam air tanah atau dijerap oleh koloid-koloid tanah. Banyaknya kation
(dalam miliekivalen) yang dapat dijerap oleh tanah per satuan berat tanah
(biasanya per 100 g) dinamakan kapasitas tukar kation (KTK). Kation-kation
yang telah dijerap oleh koloid-koloid tersebut sukar tercuci oleh air gravitasi,
tetapi dapat diganti oleh kation lain yang terdapat dalam larutan tanah. Hal
tersebut dinamakan pertukaran kation. Jenis-jenis kation yang telah disebutkan
di atas merupakan kation-kation yang umum ditemukan dalam kompleks jerapan
tanah.(Rosmarkam dan Yuwono, 2002)
4
2.1.1. Klasifikasi KTK
Kapasitas Tukar Kation (KTK) atau Cation Exchange capacity (CEC)
merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan
koloid yang bermuatan negative. Berdasarkan pada jenis permukaan
koloid yang bermuatan negative, KTK dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu:
a) KTK koloid anorganik atau KTK liat yaitu jumlah kation yang dapat
dipertukarkan pada permukaan koloid anorganik (koloid liat) yang
bermuatan negative,
b) KTK koloid organic yaitu jumlah kation yang dapat dipertukarkan
pada permukaan koloid oerganik yang bermuatan negative, dan
c) KTK total atau KTK tanah yaitu jumlah total kation yang dapat
dipertukarkan dari suatu tanah baik kation pada permukaan koloid
organic (humus) maupun kation pada permukaan koloid anorganik
(liat) (Madjid, 2007).
5
dipusatkan pada liat dan bahan organic. Reaksi tukar kation dalam tanah
terjadi terutama di dekat permukaan liat yang berukuran seperti klorida
dan partikel-partikel humus yang disebut misel. Setiap misel dapat
memiliki beribu-ribu muatan negative yang dinetralisir oleh kation yang
diabsorby (Soares et al., 2005).
6
Dalam kondisi tertentu kation teradsorpsi terikat secara kuat oleh
lempung sehingga tidak dapat dilepaskan kembali oleh reaksi pertukaran,
kation ini disebut kation terfiksasi. Mineral lempung yang banyak
menyumbang fiksasi K+ dan NH4+ antara lain : zeolit, mika, dan ilit.
Fiksasi K penting didalam tanah pasiran untuk mencegah dari pelindian
dan pemupukan K+ dan NH4+ yang terus menerus yang dapat
menurunkan fiksasi K (Aragno dan Michel, 2005).
Masukan kapur akan menaikkan pH tanah. Pada tanah-tanah yang
bermuatan tergantung pH, seperti tanah kaya montmorillonit atau koloid
organik, maka KTK akan meningkat dengan pengapuran. Di lain pihak
pemberian pupuk-pupuk tertentu dapat menurunkan pH tanah, sejalan
dengan hal itu KTK pun akan turun. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa pengaruh pengapuran dan pemupukan ini berkaitan erat dengan
perubahan pH, yang selanjutnya memperngaruhi KTK tanah (Hakim,
dkk., 1986)
Sifat-sifat pertukaran kation dalam tanah banyak digunakan dalam
menilai tingkat kesuburan tanah dan klasifikasi tanah. Kapasitas tukar
kation berhubungan dengan kapasitas penyediaan Ca, Mg, dan K,
efisiensi pemupukan dan pengapuran pada lapisan olah. KTK digunakan
sebagai salah satu penciri untuk menentukan kelasnya. Pertukaran kation
dalam tanah terjadi karena adanya muatan negatif dari koloid tanah yang
menjerap kation-kation dalam bentuk dapat ditukarkan (exchangeable).
7
sangat beragam dipengaruhi jumlah dan jenis kandungan lempung, kadar,
dan takaran dekomposisi bahan organik serta pH tanah.
Besarnya KTK suatu tanah dapat ditentukan dengan menjenuhkan
kompleks jerapan atau misel dengan kation tertentu. Misalnya misel
dijenuhkan dengan kation Ba2+ atau NH4+ yang bertujuan agar seluruh
kation yang terjerap dapat digantikan oleh ion Ba2+ atau NH4+. Dengan
menghitung jumlah Ba2+ atau NH4+ yang dapat menggantikan seluruh
kation terjerap tadi, maka nilai tersebut adalah KTK tanah yang
ditentukan
Faktor yang mempengaruhi kapasitas pertukaran kation adalah pH
Larutan pengekstrak, Sifat komplek pertukaran, Konsentrasi larutan
pengekstrak, Sifat kation yang dipakai, Pendekatan Analitik, Adanya
interaksi yang tidak diinginkan, Keterbatasan metode analisis.
Suatu jenis tanah yang mempunyai nilai KPK tertentu dapat diubah
(dinaikan atau diturunkan) dengan cara mencampur dengan bahan-bahan
lain yang nilai KPKnya berbeda. Untuk membuktikan muatan negatif
zarah-zarah tanah digunakan dua macam zat warna yaitu :
1) gention violet (+) yang bermuatan positif untuk menunjukan tanah
yang bermuatan negatif dan
2) eosin red (-) yang bermuatan negatif untuk menunjukan tanah yang
bermuatan positif.
8
2.2. Kejenuhan Basa
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang
ditukarkan dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen.
Kejenuhan basa rendah berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa
mendekati 100% tanah bersifal alkalis. Tampaknya terdapat hubungan yang
positif antara kejenuhan basa dan pH. Akan tetapi hubungan tersebut dapat
dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan kation-kation yang diserap. Tanah
dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid berlainan, akan memberikan
nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan derajat disosiasi
ion H+ yang diserap pada permukaan koloid .
Basa-basa yang dapat dipertukarkan meliputi Ca, Mg, K, dan Na.
Persentase penjenuhan basa adalah persentase kapasitas pertukaran kation-
kation itu
Secara umum jika pH tinggi, kejenuhan basa akan tinggi. Kejenuhan basa
yang rendah berarti kandungan ion H yang tinggi. Kejenuhan basa biasanya
dapat digunakan sebagai indikasi kesuburan tanah. Tanah sangat subur àdalah
derajat kejenuhan basa lebih dari 80%. Tanah kesuburan sedang àdalah derajat
kejenuhan basanya antara 50%-80%, tanah tidak subur àdalah derajat kejenuhan
basa kurang dari 50%. Pengapuran meningkatkan kejenuhan basa.
Tanah dengan fraksi pasir tinggi, pencucian basa – basa terjadi lebih
intensif dibandingkna tanah bertekstur halus. Sebagai akibat hubungan tidak
langsung, maka C organik, kation dapat ditukar, Kapasitas Pertukaran Kation
tanah yang mempunyai korelasi positif sangat nyata dengan fraksi liat, juga
berkorelasi positif sangat nyata dengan K potensial. Kandungan basa – basa
dapat ditukar yang renda, menunjukkan bahwa tanah telah mengalami
pencuciann lanjut dan bahan induk tanah tergolong miskin basa – basa dan unsur
hara .
9
Kejenuhan basa berhubungan erat dengan KPK tanah yaitu % Kejenuhan
basa = [Jumlah Kation Tertukar (dlm me %) / KPK] x 100
Contoh :
Kation Tertukar me %
Ca 10
Mg 5
K 10
Na 5
Jumlah 30
10
2.3. Oksidasi Dan Reduksi (Redoks)
Ion Hidrogen dan elektron (e-) adalah dua variabel yang penting dalam aturan-
aturan kimia. Ketersediaan H+ dan e–, sendiri maupun secara bersama, sering
menentukan secara langsung, kelajuan dan produk akhir reaksi-reaksi organik
maupun anorganik.
Semua elemen kimia dapat bertindak sebagai akseptor maupun donor elektron
pada reaksi oksidasi-reduksi dalam kondisi yang sesuai. Oksidasi adalah
kehilangan elektron dari suatu zat, sementara reduksi adalah pengambilan
elektron. Peristiwa oksidasi-reduksi selalu terjadi secara bersamaan, sebab suatu
zat hanya dapat melakukan donasi elektron jika zat lain menerima
elektronnya. Kondisi dan sifat kimia tanah akan membatasi jumlah elemen yang
terlibat pertukaran elektron secara alami. Jumlah yang relatif kecil dari elemen-
elemen yang mengalami pertukaran elektron-elektron adalah sangat penting,
didalamnya termasuk karbon, nitrogen dan sulfur yang terlibat dalam reaksi-
reaksi.
11
basah, laju oksigen biasanya cepat. Air mengisi pori-pori kecil pertama,
meninggalkan pori-pori yang lebih besar dan terbuka untuk transfer gas. Jika
pori-pori besar merata diseluruh permukaan tanah, difusi oksigen hanya
memerlukan jarak yang pendek melalui larutan tanah ke akar dan
mikroorganisme. Jarak ini sangat berpengaruh dan dianggap penting, meskipun
difusi melalui fase gas 10.000 kali lebih cepat dibandingkan dengan fase cair.
Jika jalur difusi yang melalui besarnya larutan tanah sangat panjang, ini akan
menyebabkan akar dan mikroba akan kekurangan suplai oksigen. Bahkan lapisan
tipis (thin film) pada air dapat menghalangi difusi oksigen, terutama ketika
mikroorganisme secara aktif mengkonsumsi oksigen. Mikroba dan akar
mengkonsumsi oksigen untuk metabolisme, atau memperoleh energi dari molekul
organik dalam tanah dan pada akar. Kondisi anaerobik, tidak tersedianya oksigen
dalam bentuk bebas akan memperlambat tingkat metabolisme akar dan serapan
ion. Melemahkan akar terhadap pathogen tanah, dan meningkatkan konsentrasi
ion, mengurangi reduksi dalam tanah dalam larutan tanah.
12
membatasi drainase air dan konsentrasi oksigen yang rendah, dan interior pori-
pori agregat tanah dapat memiliki konsentrasi oksigen yang cukup rendah
daripada di atmosfir.
Pertanian juga telah berpengaruh dalam perubahan kemampuan tanah untuk suplai
oksigen. Irigasi, budidaya, jenis tanaman, populasi tanaman, usia tanaman yang
lebih pendek atau perubahan kadar air tanah. Sebagai contoh adalah areal
pertanian jagung di Midwest – Amerika Serikat, yang melakukan (treatment)
perlakuan dengan menghilangkan air yang terakumulasi selama musim
pertumbuhan dan mengurangi ketersediaan oksigen. Tanaman yang
dibudidayakan menjadi kurang padat, dan memiliki musim tumbuh yang yang
lebih pendek dari tanaman pendamping (tanaman liar, rumput dan
sebagainya). Budidaya dalam bidang pertanian juga dapat menghancurkan pori-
pori besar tanah dimana gas dan air cepat terbuang.
Reaksi redoks dalam lingkungan tanah adalah hasil dari siklus yang dimulai dari
fotosintesis. Reaksi-reaksi dalam tanah melengkapi siklus tersebut, karena telah
memanfaatkan energi yang disimpan oleh fotosintesis, membuang limbah
organik, dan menghasilkan CO2 yang dibutuhkan untuk fotosintesis
tambahan. Peristiwa oksidasi tanah sering terjadi secara tidak
langsung, bagaimanapun, telah banyak menyebabkan bagian-bagian reaksi
hingga siklus selesai. Didalam peristiwa fotosintesis karbon (C) dalam
CO2 menerima elektron, yang selanjutnya terjadi perubahan bilangan oksidasi dari
C4+ ke C0 dalam karbohidrat ((CH2O)n) ;
Setengan reaksi digambarkan pada oksidasi oksigen dalam air (H2O), dimana O2-
menjadi O0 dalam O2.
13
2H2O –> O2 + 4e– + 4H+ (10.2)
Oksigen dalam hal ini sebagai donor elektron, dan karbon sebagai akseptor
elektron. Dalam fotosintesis (persamaan reaksi 10.1 dan 10.2) masing-masing
menggambarkan hanya setengah reaksi, atau disebut setengah reaksi. Meskipun
dalam persamaan tersebut menyiratkan adanya elektron bebas, konsentrasi
elektron bebas sebenarnya makin kecil. Persamaan setengah reaksi sebenarnya
menyiratkan bahwa donor elektron tidak ditentukan oleh akseptor yang
ada. Keseluruhan reaksi fotosintesi digambarkan sebagai berikut ;
Setengah reaksi lainnya dari siklus karbon adalah reaksi oksidasi karbohidrat
(respirasi) dan banyak senyawa-senyawa organik disintesis dari peristiwa
respirasi. Oksidasi melepaskan energi dalam senyawa, oksidasi adalah peristiwa
pembakaran, yang merupakan bagian penting juga yang terjadi pada hewan yang
hidup pada tanaman. Sisa tanaman dan residu hewan jatuh ke tanah yang
selanjutnya dioksidasi oleh mikroorganisme tanah. Setengah reaksi oksidasi
karbohidrat ditunjukkan oleh reaksi berikut ini ;
14
Peristiwa oksidasi yang ditunjukkan pada persamaan (10.4) sebenarnya dilakukan
melalui langkah-langkah krebs atau siklus asam sitrat, sedangkan persamaan
(10.5) adalah penyederhanaan dari proses yang sesungguhnya.
Tumbuhan tingkat tinggi dan hewan hanya dapat menggunakan oksigen (O2)
sebagai akseptor elektron, tetapi mikroba tanah juga dapat memanfaatkan
keadaan teroksidasi nitrogen, belerang, besi, mangan, dan elemen
lainnya. Jumlah akseptor elektron dalam beberapa kondisi menjadikan peristiwa
oksidasi adalah reaksi yang rumit dalam kimia tanah maupun dalam biokimia.
Donor Eleketron
Sebagian besar dari donor-donor elektron didalam tanah adalah material tanaman
SOM (soil organic matter). Tabel 10.1 menunjukkan perkiraan karbon,
hydrogen, dan oksigen yang terkandung dalam dua komponen besar pada
tanaman, yaitu lignin dan sellulosa, yang menunjukkan tipikal bahan organik
(SOM). Pada tabel tersebut, diabaikan besarnya kandungan untuk nitrogen,
sulfur, dan dan elemen-eleman lainnya. Anggapan bahwa material tanaman
mengandung 1/3 lignin dan 2/3 selulosa, rumus empiris material tanaman adalah
sekitar C1.7H2.2O. lebih lanjut, bahwa semua asumsi karbon dalam bahan ini
mengoksidasi C4+ (bilangan oksidasi karbon dalam CO2). Persamaan setengah
reaksinya adalah ;
–
C1.7H2.2O –> 1.7C4+ + H2O + 0.2H++7e (10.6)
15
Tabel 10.1
Perkiraan kandungan unsur C, H dan O pada lignin, selulosa dan tanah bahan
organik (SOM).
Rumus empiris bahan organik tanah (SOM) pada tabel 10.1, menunjukkan adanya
kandungan yang melimpah untuk karbon pada material tanaman. Grup karbon
yang terbentuk pada tanah bahan organik (SOM) (gambar 5.5) cenderung lebih
aromatik, dan kurang kaya akan kandungan oksigen dari material
tanaman. Perkiraan setengah reaksi oksidasi pada tanah bahan organik (SOM) :
Persamaan reaksi lengkap untuk oksidasi bahan organik tanah dari persamaan
(10.6) dan (10.7) adalah ;
16
Akseptor Elektron
Kebutuhan oksigen tanah dapat menguras oksigen yang terlarut dalam tanah yang
tergenang air dalam waktu kurang dari 24 jam. Jika oksigen tidak
tersedia, mikroorganisme tanah dapat menggunakan akseptor elektron
lainnya. Akseptor elektron sekunder pada tanah ditunjukkan oleh setengah reaksi
berikut ini :
17
NO3– + 5e– + 6H+ –> ½ N2 +3H2O (10.12)
18
perbedaan antara tingkat penambahan bahan organik dan oksidasi. Laju oksidasi
diatur oleh suhu dan laju pasokan oksigen. (mahbub alwathoni, 2011 ; Henrich L.
Bohn et al, 1985)
19
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
20
80% akan membebaskan kation basa dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah
dengan kejenuhan basa 50%.
Redoks adalah istilah yang menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi
(keadaan oksidasi) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia. Hal ini dapat berupa proses
redoks yang sederhana seperti oksidasi karbon yang menghasilkan karbon dioksida,
atau reduksi karbon oleh hidrogen menghasilkan metana (CH4), ataupun ia dapat
berupa proses yang kompleks seperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui
rentetan transfer elektron yang rumit.
Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat
dijelaskan dengan mudah sebagai berikut:
Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion
Reduksi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion.
Walaupun cukup tepat untuk digunakan dalam berbagai tujuan, penjelasan di
atas tidaklah persis benar. Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk pada perubahan
bilangan oksidasi karena transfer elektron yang sebenarnya tidak akan selalu terjadi.
Sehingga oksidasi lebih baik didefinisikan sebagai peningkatan bilangan oksidasi, dan
reduksi sebagai penurunan bilangan oksidasi. Dalam praktiknya, transfer elektron
akan selalu mengubah bilangan oksidasi, namun terdapat banyak reaksi yang
diklasifikasikan sebagai "redoks" walaupun tidak ada transfer elektron dalam reaksi
tersebut (misalnya yang melibatkan ikatan kovalen).
21
DAFTAR PUSTAKA
22