Anda di halaman 1dari 22

PENERAPAN ABILITY GROUPING DALAM MEMPERCEPAT

PEMBELAJARAN AL- QUR’AN DI TPQ RUMAH QUR’AN KELAPA


LIMA KOTA KUPANG

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kunci pembangunan suatu bangsa, dimana
pembangunan pendidikan diarahkan untuk menghasilkan insan indonesia
yang cerdas dan kompetitif melalui peningkatan ketersediaan,
keterjangkauan, kualitas dan relevansi, kesetaraan dan kepastian
memperoleh pendidikan.1 Dalam ajaran agama Islam pendidikan sangat
penting bagi setiap individu karena akan menjadi bekal di dunia maupun di
akhirat kelak serta derajatnya akan ditinggikan oleh Allah SWT
sebagaimana dalam al-Qur’an Allah berfirman.

١١ ‫َي ۡرفَعِ ٱ َّلله ٱلَذِينَ َءا َمنهواْ ِمن هك ۡم َوٱلَذِينَ أهوتهواْ ٱ ۡل ِع ۡل َم دَ َر َٰ َج ٖۚت‬
Artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat”. (QS. Al-Mujadalah: 11).

Pendidikan mempunyai fungsi dan peran besar dalam segi kehidupan


manusia, terlebih lagi pendidikan Agama yang mempunyai pengaruh yang
sangat besar daripada pendidikan lain pada umumnya, terlebih jika hanya
menitik beratkan pada aspek kognitif semata. Salah satu aspek dalam
pendidikan agama Islam yang harus menjadi perhatian adalah aspek al-
Qur’an.
Al-Qur’an dilihat secara etimologi berasal dari kata qara’a, yaqra’u,
qur’anan yang berarti mengumpulkan dan menghimpun huruf-huruf serta
kata-kata dari satu bagian kebagian yang lain secara teratur.2 Sedangkan
menurut para ulama menyebut devenisi al-Qur’an mendekati maknanya

1
Murdiana Asih Heningtiyas, dkk, “Peran Pemerintah dan Masyarakat Dalam Upaya
Pengembangan Pendidikan Non Formal” (Studi Kasus : Eksitensi “Kampung Inggris ”
Kabupaten Kediri)”, Jurnal Administrasi Publik (Jap), Vol,2,h.246
2
Muhaimin, dkk, Kawasan Dan Wawasan Studi Islam, ( Jakarta: Prenada Media,2005), h. 81.

1
dan membedakannya dari yang lain dengan menyebutkan bahwa “ al-
Qur’an adalah kalam atau firman Al lah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang membacanya adalah suatu ibadah.3

Al-Qur’an itu sendiri diturunkan dalam bahasa Arab, oleh karena itu
untuk memahami al-Qur’an secara benar maka diupayakan mampu
membacanya dalam bahasa Arab dengan baik dan benar agar dapat
mengamalkannya dengan sempurna.

Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) adalah sebuah lembaga yang


bergerak dibidang kegiatan-kegiatan agamis, dan merupakan lembaga yang
sangat tepat untuk mengembangkan syiar Islam dalam hal pendalaman baca
tulis al-Qur’an dan kegiatan agama lainnya. Keterampilan membaca al-
Qur’an atau lebih dikenal dengan istilah Mengaji merupakan keterampilan
penting pada fase awal guna memahami isi kandungan al-Qur’an. Mengaji
juga memiliki keterkaitan erat dengan ibadah-ibadah ritual lainnya, seperti
pelaksanaan shalat, haji, dan kegiatan-kegiatan berdo’a lainnya. Pengajaran
al-Qur’an merupakan pondasi utama pengajaran bagi disiplin ilmu.
Pentingnya kemampuan dasar ini akan lebih mudah, bila diterapkan kepada
semua umat islam pada usia dini. Karena pada masa-masa itu, fikiran dan
hati mereka masih bersih dan suci.

Dalam dunia proses belajar mengajar (PBM), metode jauh lebih penting
dari materi. Demikian urgennya metode dalam proses pendidikan dan
pengajaran. Sebuah proses belajar menggunakan metode. Karena metode
menempati posisi kedua terpenting setelah tujuan dari sederetan
komponen-komponen pembelajaran: tujuan, metode, materi, media dan
evaluasi ajar mengajar biasa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses
tersebut tidak menggunakan metode. Karena metode menempati posisi

3
Manna’khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa, 2010), h.
17.

2
kedua terpenting setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen
pembelajaran: tujuan, metode, materi, media dan evaluasi.4

Sebuah metode dikatakan baik dan cocok manakala bisa mengantar


kepada tujuan yang dimaksud. Begitupun dalam proses pembelajaran al-
Qur’an metode yang baik akan berpengaruh kuat terhadap proses
pembelajaran al-Qur’an, sehingga tercipta keberhasilan dalam
pembelajaran Al-Qur’an.

Wibowo dalam penelitiannya berasumsi bahwa penerapan ability


grouping adalah siswa yang berprestasi akademik memerlukan layanan
pembelajaran yang berbeda dengan siswa yang kurang memiliki prestasi
akademik.5 Anggapan ini didasarkan bahwa siswa yang berprestasi
akademik memiliki kemampuan lebih cepat menerima pelajaran
dibandingkan dengan siswa yang kurang memiliki prestasi akademik.

Menurut philip R. E Verson, pada hakikatnya perbedaan-perbedaan


individu adalah perbedaan-perbedaan dalam kesiapan belajar.6 Anak-anak
memiliki tingkat kecerdasan perhatian, dan pengetahuan yang berbeda
dengan kesiapan belajar yang berbeda-beda. Mereka berbeda dalam
potensi, bahkan dalam karakter. Ahli-ahli pengetahuan juga berpendapat
adanya perbedan antara individu di dalam bakat untuk belajar, perbedaan
ini terdapat pada anak yang normal maupun yang abnormal. Adanya
perbedaan ini perlu dikenal dan diperhtikan oleh ustaz dan ustazahnya,
Disinilah peran ustaz dan ustazah untuk mampu memberikan pendidikan
kepada santrinya agar tercapai perkembangn secara optimal bagi tiap
individu sesuai dengan kapasitas dan kecenderungan mental mereka dan

4
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press,
2002),h.109.
5
Amalia Kiki Rahmawati, “ Implementasi Model Ability Grouping dan Metode Tutor Sebaya
dalam Uji Coba Ujian Nasional terhadap Presetasi Belajar Siswa di SMA Unggulan Pondok
Moderen Selamat Kendal” (Skripsi, Universitas Negri Semarang, Semarang, 2017). h. 4
6
https://tugasmereka.blogspot.com/ diakses pada tgl 24/12/2018 03:30

3
ustaz ataupun ustazah tidak memaksa anak untuk belajar dengan kecepatan
yang sama.

Jika kedua kelompok yang berbeda tingkat prestasi akademik dijadikan


satu, maka akan terjadi ketimpangan dalam penerimaan pelajaran. Bentuk
ketimpangan itu adalah santri yang cepat menguasai pelajaran harus
menunggu santri yang kurang cepat menguasai pelajaran sampai santri
tersebut menguasai pelajaran.

Alasan pengelompokan santri juga didasarkan atas realitas bahwa santri


maupun santriwati secara terus-menerus bertumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan dan perkembangan santri satu dengan yang lain berbeda.
Agar perkembangan santri yang cepat tidak mengganggu santri yang
lambat dan sebaliknya (santri yang lambat tidak mengganggu yang cepat),
maka dilakukanlah pengelompokan itu.

Tidak jarang dalam pengajaran yang menggunakan sistem klasikal,


santri yang lambat, tidak akan dapat mengejar santri yang cepat. Dengan
melakukan sistem pengelompokan seperti itu yang lebih dikenal dengan
Ability Grouping, maka ustaz maupun ustazah dapat lebih mudah
memberikan pelayanan kepada santri guna mencapai tujuan pembelajaran
secara maksimal.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan di TPQ Rumah Qur’an selama


ini menggunakan sistem klasikal dengan buku Iqra jilid 1-6 dan Al Quran.
Pembelajaran bersifat sorogan (satu persatu siswa membaca buku iqra’ atau
Al Quran sesuai dengan tingkat kemampuan individu di hadapan ustadz
atau ustadzahnya secara langsung).

Kekurangan dari metode tersebut di atas, antara lain adanya ketidak


serasian kemampuan antar santri. Masih dijumpai beberapa santri maupun
santriwati yang telah atau belum mendapatkan giliran membaca lebih
banyak bermain daripada mengulang-ulang bacaan secara mandiri. Ustadz
atau Ustadzah pun kesulitan memantau karena sedang memperhatikan

4
santri yang sedang membaca. Dalam prakteknya, seorang ustadz atau
ustadzah mengalami kesulitan dalam melayani kemauan dan kemampuan
belajar al-Qur’an para santri yang berbeda-beda. Ustat ataupun ustazah di
tuntut untuk mampu mengelola kelas dengan baik, membawa kegiatan
pembelajaran secara maksimal, sehingga santri maupun santriwati akan
lebih cepat menyerap materi pembelajaran yang disampaikan.

Sehubungan dengan hal ini maka, penulis mencoba menerapkan


metode Ability Grouphing yaitu pengelompokan santri sesuai dengan
kemampuan atau prestasi sehingga mudah dalam mengklasifikasikan atau
mengelompokkan dan memberikan bimbingan yang khusus kepada santri
yang dirasa memerlukan perhatian lebih. Pengelompokan dibuat
berdasarkan hasil pretest di awal pertemuan terdiri dari kelompok A
(mahir), kelompok B (lanjut), dan kelompok C (dasar). Implementasi
pembelajaran Ability Grouphing ini cukup efektif sehingga santri maupun
santriwati yang berkemampuan lancar tidak jenuh menunggu temannya
yang bemampuan lamban, sebaliknya santri yang masih lamban dalam
membaca tidak merasa malu karena berada dalam kelompok yang sama-
sama masih lamban.

Dari hasil observasi yang mengemukakan hal-hal tersebut di atas itulah


yang mendorong penulis melakukan penelitian yang berjudul : Penerapan
Ability Grouping Dalam Mempercepat Pembelajaran Al- Qur’an Di
TPQ Rumah Qur’an Kelapa Lima Kota Kupang.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah penerapan Ability Grouping di TPQ Rumah Qur’an
Kelapa Lima Kota Kupang ?
2. Apakah penerapan Ability Grouping di TPQ Rumah Qur’an dapat
mempercepat pembelajaran di TPQ Rumah Qur’an Kelapa Lima Kota
Kupang ?

5
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan penerapan Ability Grouping di TPQ Rumah Qur’an
Kelapa Lima Kota Kupang.
2. Untuk mengetahui Apakah penerapan Ability Grouping di TPQ Rumah
Qur’an dapat mempercepat pembelajaran di TPQ Rumah Qur’an
Kelapa Lima Kota Kupang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang keislaman.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
1) Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti
mengenai penerapan Ability Grouping Dalam Mempercepat
Pembelajaran Al- Qur’an Di TPQ Rumah Qur’an Kelapa Lima
Kota Kupang.
2) Sebagai syarat untuk mendapat gelar S1.
b. Bagi Lembaga TPQ
TPQ Rumah Qur’an Kelapa Lima Kota Kupang sebagai masukan
dan sosialisasi dalam rangka menciptakan generasi yang mencintai al-
Qur’an.
c. Bagi STIT Kupang
Sebagai bahan masukan untuk memperkaya kajian ilmu-ilmu al-
Qur’an di STIT Kupang.
d. Bagi Peserta Didik
Bagi peserta didik, khususnya para santri yang belajar di TPQ
Rumah Qur’an , agar dapat membantu dalam mempercepat proses
pembelajaran al-Qur’an.
E. Penegasan Istilah
1. Pengertian Penerapan
Penerapan adalah mempraktekkan atau cara melaksanakan sesuatu
berdasarkan sebuah teori.

6
2. Pengertian Ability
Ability adalah kemampuan.7
3. Pengertian Grouping
Grouping adalah pengelompokan
4. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar.8
5. Pengertian al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah Swt, yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw, melalui perantara malaikat jibril, sebagai pedoman
umat manusia dan membacanya bernilai ibadah.
6. TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an)
Taman Pendidikan Al Qur’an disingkat (TPA atau TPQ ) adalah lembaga
atau kelompok masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan
nonformal jenis keagamaan Islam yang bertujuan untuk memberikan
pengajaran membaca Al Qur’an sejak usia dini.
F. Kajian Pustaka
1. Telaah Penelitian Terdahulu
Setelah peneliti melakukan telaah penelitian terdahulu, peneliti
menemukan Peneliti yang bernama Andra Noviana, beliau adalah salah
satu mahasiswi pada jurusan pendidikan Teknik Bangunan di
Universitas Sebelas Maret.9 Beliau meneliti tentang “Penerapan Model
Pembelajaran Ability Grouping Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Mekanika Teknik kelas X pada
tahun 2016 di SMK Negri 5 Surakarta. Hasil penelitiannya adalah model
pembelajaran Ability Grouping dapat memperbaiki proses pembelajaran

7
Ability Grouping (tugas amtkul “ orientasi baru dalam psikologi”) coretantintadwi
https://coretantintadwi.wonderpress.com/201...as-makui-orientasi-baru-dalam-psikologi/ diakses
selasa, 08, Januari 2019.
8
Ibid. KBBI, h. 23
9
Andra Noviana, “ Penerapan Model Pembelajaran Ability Grouping Sebagai Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Mekanika Teknik Kelas X” (Skripsi,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2016). h. 6

7
dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMK Negri 5 Surakarta
pada mata pelajaran Mekanika Teknik, dan model pembelajaran Ability
Grouping juga dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas X SMK Negri
5 Surakarta pada mata pelajaran Mekanika Teknik.
Dari hasil penelitian terdahulu oleh Andra Noviana, maka saya ingin
melakukan penelitian kembali menggunakan metode Ability Grouping
Dalam Mempercepat Proses Pembelajaran Al-Qur’an Di TPQ Rumah
Qur’an Kelapa Lima Kota Kupang. Persamaan dalam penelitian ini
terletak pada penggunaan metode Ability Grouping dalam peningakatan
proses pembelajaran peserta didik. Sedangkan perbedaannya terletak
pada hasil yang dicapai oleh peneliti terdahulu oleh Andra Noviana
Hasil penelitiannya adalah model pembelajaran Ability Grouping dapat
memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa
kelas X SMK Negri 5 Surakarta pada mata pelajaran Mekanika Teknik,
dan model pembelajaran Ability Grouping juga dapat meningkatkan
keaktifan siswa kelas X SMK Negri 5 Surakarta pada mata pelajaran
Mekanika Teknik.
2. Kajian Teori
Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap istilah-istilah yang
terdapat dalam judul penelitian sebagai batasan dari judul di atas, maka
peneliti memaparkan definisi dan penjelasan terhadap istilah tersebut
sebagai berikut:
a. Pengertian Penerapan Ability Grouping
Penerapan yaitu proses, cara, perbuatan menerapkan,
pemasangan, pemanfaatan, perihal mempraktekan.10 Penerapan juga
merupakan sebuah tindakan yang dilakukan, baik secara individu
maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan. Cahyononim dalam J.S Badudu dan Sutan Mohammad
Zain mengartikan bahwa penerapan adalah hal, cara atau hasil.

10
Kamus Besar Bahasa Indoesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia, 2008), h.

8
Adapun menurut Lukman Ali, “penerapan adalah
mempraktekkan atau memasangkan”. Penerapan dapat juga diartikan
sebagai pelaksanaan. Sedangkan Riant Nugroho “penerapan pada
prinsipnya cara yang dilakukan agar dapat mencapai tujuan yang
dinginkan”.

b. Pengertian Ability Grouping


Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemampuan berasal
dari kata “ mampu “ yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan
sesuatu, dapat, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah
suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.
Pengelompokan atau grouping adalah pengelompokan santri
berdasarkan karakteristik-karakteristiknya. Karakteristik demikian
perlu digolongkan, agar mereka berada dalam kondisi yang sama.
Adanya kondisi yang sama ini bisa memudahkan pemberian layanan
yang sama. Oleh kerena itu, pengelompokan (grouping) ini lazim
dengan istilah pengklasifikasian (clasification).
Ability Grouping (selanjutnya disingkat AG) adalah adalah
pengelompokkan santri berdasarkan kemampuan akademiknya. Santri
yang tingkat penguasaan akademiknya baik, dijadikan satu dan
dipisahkan dengan kelompok santri yang tingkat penguasaan
akademiknya kurang baik.11
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa pengelompokan bukan
dimaksudkan untuk mengkotak-kotakkan santri, melainkan justru
bermaksud membantu mereka agar dapat berkembang seoptimal
mungkin. Jika maksud pengelompokan demikian malah tidak tercapai,
maka peserta didik justru tidak perlu dikelompokan atau digolong-
golongkan.

11
Purwanto, “Tinjauan Psikologis Terhadap Pelaksanaan Abiliity Grouping di Sekolah Dasar”
(https://purwanto65.wordpress.com/2008/07/21/ability-grouping/, diakses selasa, 08 Januari 2019,
pukul 12:38:49)

9
Dengan adanya pengelompokan santri juga akan mudah dikenali.
Sebab, tidak jarang santri berada dalam kelompok heterogen dan
bukannya homogen. Tentu, heterogenitas demikian, seberapa dapat
diketahui tingkatannya sangat bergantung kemampuan diskriminan
alat ukur yang digunakan untuk membedakan. Semakin tinggi tingkat
kemampun membedakan alat ukur yang dipergunakan, semakin tinggi
pula tingkat heterogenitas santri yang ada di TPQ. Adapun alat ukur
yang dipergunakan untuk membedakan kemampuan yang dimiliki
antara satu santri dengan santri yang lainnya antara lain adalah tes.
Menurut Chaplin ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan,
bakat, atau kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk
melakukan suatu perbuatan. Sedangkan menurut Robbins kemampuan
bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil
latihan atau praktik.
Adapun menurut Akhmat Sudrajat, ability adalah
menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu
memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu
tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri
individu tersebut. Proses pembelajaran yang mengharuskan siswa
mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki.12
Asumsi penerapan AG adalah bahwa santri yang pandai
memerlukan layanan pembelajaran yang berbeda dengan santri yang
kurang pandai. Anggapan ini didasarkan bahwa santri yang pandai
cenderung lebih cepat menerima pelajaran dan lebih mudah menerima
pelajaran dibandingkan dengan santri yang kurang pandai. Jika kedua
kelompok yang berbeda tingkat penguasaannya ini dijadikan satu,
maka akan terjadi ketimpangan dalam penerimaan pelajaran.
Bentuk ketimpangan itu adalah santri maupun santriwati yang
cepat menguasai pelajaran harus menunggu pada santri yang kurang

12
Sriyanto, Pengertian Kemampuan dalam https://ian43.wordpres.com diambil tanggal 06
Februari 2019.

10
cepat menguasai pelajaran sampai santri tersebut menguasai pelajaran.
Demikian juga ustat maupun ustazahnya, tidak bisa menerapkan satu
cara dalam satu kelas yang sama. Akibatnya, baik santri maupun ustat
dan ustazahnya sama-sama mengalami kesulitan.13
Pengelompokan atau lazim dikenal dengan grouping didasarkan
atas pandangan bahwa disamping santri tersebut mempunyai
kesamaan, juga mempunyai perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang
ada pada santri melahirkan pemikiran penempatan pada kelompok
yang sama, sementara perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta
didik melahirkan pemikiran pengelompokan mereka pada kelompok
yang berbeda.
Jika perbedaan antara santri satu dengan yang lain dicermati lebih
mendalam, akan didapati perbedaan antara individu satu dengan
individu yang lainnya. Yang pertama berkenaan dengan berbedanya
sifat maupun karakter satu dengan yang lainny, dan yang kedua
berkenaan dengan berbedanya kemampuan masing-masing santri
dalam memahami materi dengan baik.
Perbedaan antar santri ini mengharuskan layanan pendidikan yang
berbeda terhadap mereka. Oleh karena layanan yang berbeda secara
individual demikian dianggap kurang efisien, maka dilakukan
pengelompokan berdasarkan persamaan dan perbedaan santri maupun
santriwati, agar kekurangan pada pengajaran secara klasikal dapat
dikurangi. Dengan perkataan lain, pengelompokan adalah
konvergensi dari pengajaran sistem klasikal dan sistem individual.14
c. Pengertian Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
“pembelajaran artinya proses atau cara menjadikan orang atau

13
Ibid. Purwanto, “Tinjauan Psikologis Terhadap Pelaksanaan Abiliity Grouping di Sekolah
Dasar”
14
Ability Grouping (tugas amtkul “ orientasi baru dalam psikologi”) coretantintadwi
https://coretantintadwi.wonderpress.com/201...as-makui-orientasi-baru-dalam-psikologi/ diakses
selasa, 08, Januari 2019.

11
makhluk hidup belajar”.15 Menurut Dimyati dan Modjiono,
pembelajaran adalah “ kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar”.16 Oemar Hamalik mengemukakan
bahwa “pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk
menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. Kegiatan ini meliputi
unsur-unsur manusiawi, material fasilitas perlengkapan dan prosedur
yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Unsur
manusiawi itu meliputi siswa, guru, dan tenaga lainnya.17
Pembelajaran secara umum adalah kegiatan yang dilakukan guru
sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik.
Pembelajaran adalah upaya guru mrnciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa
yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan
siswa serta antar siswa.18 Menurut Sudjana pembelajaran dapat
diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk
menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak
yaitu antara peserta didik “warga belajar” dan pendidik “sumber
belajar” yang melakukan kegiatan membelajarkan.
Dari beberapa pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan
pembelajaran adalah suatu kegiatan yang melibatkan guru, siswa dan
komponen lainnya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal
balik yang berlangsung dalam situasi edukatif dan ditunjang oleh
berbagai unsur lainnya untuk mencapai tujuan tujuan yang telah
dirumuskan.

15
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2001), h 17
9
Dimyati dan Modjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta , 1999), hal: 297
17
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h 57
18
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h.71

12
d. Pengertian al-Qur’an
Pengertian al-Qur’an menurut bahasa berarti “bacaan”. Berasal
dari kata “qara’a” yang artinya membaca.19 Adapun pengertian al-
Qur’an menurut istilah yaitu firman Allah Swt, yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw, yang memiliki kemukjizatan lafal,
membacanya bernilai ibadah, diriwayatkan secara mutawattir, yang
tertulis dalam mushaf, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri
dengan surat an-Nas.20

Al Qur'an adalah murni wahyu dari Allah swt, bukan dari hawa
nafsu perkataan Nabi Muhammad saw. Al Qur'an memuat aturan-
aturan kehidupan manusia di dunia. Al Qur'an merupakan petunjuk
bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Di dalam al Qur'an
terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang
beriman. Al Qur'an merupakan petunjuk yang dapat mengeluarkan
manusia dari kegelapan menuju jalan yang terang.

Menurut Muhammad Ali Asshabuni al-Qur’an adalah firman


Allah SWT yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw penutup para nabi dan rasul dengan perantaraan
malaikat Jibril as, ditulis pada mushaf-mushaf kemudian disampaikan
kepada kita secara mutawatir, membaca dan mempelajari al Qur'an
adalah ibadah, dan al Qur'an dimulai dengan surat al Fatihah serta
ditutup dengan surat an Nas. Syeikh Muhammad Khudhari Beik
mengemukakan Al Qur'an adalah firman Allah yang berbahasa arab
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw untuk dipahami isinya,
disampaikan kepada kita secara mutawatir ditulis dalam mushaf
dimulai surat al Fatihah dan diakhiri dengan surat an Nas.

19
Said Agil Husin Al Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta
Selatan: Ciputat Press, 2002). h 4
20
Ibid. Said Agil Husin Al Munawar, h. 5.

13
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahawa al
Qur'an adalah wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada nabi
Muhammad saw dengan perantara malaikat jibril, disampaikan
dengan jalan mutawatir kepada kita, ditulis dalam mushaf dan
membacanya termasuk ibadah. Al Qur'an diturunkan secara
berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad saw selama kurang lebih
22 tahun.

c. TPQ (Taman Pendidikan Qur’an)


Taman Pendidikan Qur’an atau disingkat TPQ adalah lembaga atau
kelompok masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan
nonformal jenis keagamaan Islam yang bertujuan untuk memberikan
pengajaran membaca Al Qur’an sejak usia dini, serta memahami dasar-
dasar dinul Islam pada anak usia taman kanak-kanak, sekolah
dasar dan atau madrasah ibtidaiyah (SD atau MI) atau bahkan yang
lebih tinggi. TPQ setara dengan RA dan taman kanak-kanak (TK), di
mana kurikulumnya ditekankan pada pemberian dasar-dasar membaca
Al Qur'an serta membantu pertumbuhan dan perkembangan rohani
anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut.21
Pengertian TPQ menurut Marlina Gazali yang dikutip dari Ki Hajar
Dewantoro adalah daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi
pekerti, karakter, pikiran, dan tubuh anak didik, untuk menjalakan
kehidupan anak didik selaras dengan dunianya. Menurut As’ad
Humam, Taman Pendidikan Al Qur’an adalah lembaga pendidikan dan
pengajaran al-Qur’an untuk anak usia SD (7-12 tahun).
Dasar hukum terdapat dalam Peraturan Pemerintah No. 55 tahun
2007 pasal 24 ayat 2 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan
Keagamaan menyatakan bahwa Pendidikan Al-Qur’an terdiri dari
Taman Kanak-Kanak AL Qur’an (TKA atau TKQ), Taman Pendidikan

21
https:/ /id.wikipedia.org/wiki/Taman_Pendidikan_Al-Qur’an%27an diakses 08 januari 2019

14
Al Qur’an (TPA atau TPQ), Ta’limul Qur’an lil Aulad (TQA), dan
bentuk lainnya yang sejenis.22
Sesuai dengan tujuan dan targetnya, maka materi pelajaran
dibedakan menjadi dua macam yaitu materi pokok dan materi
tambahan. Yang dimaksud materi pokok adalah materi yang harus
dikuasai benar oleh setiap santri dan dijadikan tolok ukur keberhasilan
santri. Sebagai materi pokok santri adalah belajar membaca Al-Qur’an
dengan menggunakan buku iqro’ jilid 1-6 (susunan Ustadz Asad
Umam). Bila santri telah menyelesaikan jilid 6 dengan baik, dapat
dipastikan ia dapat membaca Al-Qur’an dengan benar. Untuk
selanjutnya ia mulai belajar membaca Al-Qur’an.
Adapun materi tambahan adalah materi yang belum dijadikan syarat
untuk menentukan lulus tidaknya santri tersebut. Sebagai materi
tambahan adalah : Hafalan bacaan shalat dan prakteknya, hafalan doa
sehari-hari, hafalan surat-surat pendek, hafalan kalimat thoyibah,
bermain cerita, ibadah,aqidah dan akhlak.

G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif dimaksudkan untuk
menggambarkan dan meringkas berbagai kondisi dan situasi yang ada.
Penulis mencoba menjabarkan kondisi kongkrit dari objek penelitian dan
menghubungkan antar variable dan selanjutnya akan dihasilkan deskripsi
tentang objek penelitian. Adapun ciri-ciri dominan dari penelitian
deskriptif, yaitu :23
a. Bersifat mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang
bersifat aktual.
b. Bersifat mencari informasi, factual dan dilakukan secara mendetail.

22
Ibid. https:/ /id.wikipedia.org/wiki/Taman-Pendidikan-al-Qur’an.
23
Sugiono, Metode penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,2008), h. 76

15
c. Mendefinisikan masalah-masalah atau untuk mendapatkan
justifikasi, keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung.
d. Mendeskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh sekelompok
orang tertentu dalam waktu bersamaan.

Penelitian ini digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang apa


dan bagaimana suatu kejadian dan melaporkan hasil sebagaimana
adanya, melalui : penelitian deskriptif kualitatif, diharapkan dapat
terangkat gambaran mengenai aktualitas, realitas sosial, dan persepsi
sasaran penelitian tanpa tercemar ukuran formal.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Taman Pendidikan Qur’an (TPQ)
Rumah Qur’an Kelapa Lima Kota Kupang.
b. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2019.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu
wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan
masalah penelitian24. Dalam penelitian ini populasinya dibatasi pada
anak-anak TPQ Rumah Qur’an Kelapa Lima Kota kupang dengan
jumlah sebanyak 30 santri.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang harus diteliti.25
Dalam penelitian pengambilan sampel menggunakan teknik non
random yang jenisnya purposive sampel artinya pemilihan dengan
sengaja sekelompok santri pada TPQ Rumah Qur’an Kelapa Lima
Kota Kupang. Sampel pada penelitian ini adalah santri kelas iqro

24
Dalman, Menulis karya Ilmiah, (jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2015). h. 186
25
Dalman, Menulis karya

16
yang ada di TPQ Rumah Qur’an Kelapa Lima Kota Kupang dengan
jumlah kurang lebih 20 orang santri.
4. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Menentukan masalah penelitian. Pada tahap ini, penulis mengadakan
studi pendahuluan.
b. Pengumpulan data. Pada tahap ini, penulis mulai menentukan
sumber data, yaitu jurnal mengaji dari segenap individu yang berada
di TPQ Rumah Qur’an. Tahap ini diakhiri dengan pengumpulan data.
c. Pengujian dan analisis, pada tahap ini. Penulis menyajikan dan
menganalisis data yang masuk untuk kemudian ditarik kesimpulan.

5. Data dan Sumber Data


Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.26
Berdasarkan jenis data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini
sumber data yany digunakan melalui dua cara yaitu:
a. Data Primer diambil dari Field Research, yaitu sumber data yang
diperoleh dari lapangan penelitian, yaitu mencari data dengan cara
terjun langsung ke obyek penelitian untuk memperoleh data yang
lebih konkret yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.27adapun
data ini diperoleh melalui Data Primer. Data primer adalah data yang
diperoleh langsung dari sumbernya, data yang dimaksud disini
adalah data tentang penerapan Ability Grouping Dalam Mempercepat
Pembelajaran Al- Qur’an Di TPQ Rumah Qur’an Kelapa Lima Kota
Kupang . Adapun data ini diperoleh dari ustazh maupun ustazahnya,
serta pimpinan dan pihak-pihak yang mengurus TPQ.

b. Data Sekunder berasal dari Sumber Literal, yaitu sumber data


yang digunakan unuk mencari landasan teori permasalahan yang

Ilmiah, (jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2015). h. 186


Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), h 107
27
Sutrisno Hadi, metodologiresearc, (Yogyakarta: Andi Offseat, 1989), h. 66

17
diteliti dengan menggunakan buku perpustakaan. Tetapi data ini
sebagai sumber pendukung.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam penelitian ini peneliti


menggunakan sumber data primer dan data sekunder, sehingga data-data
yang diperlukan untuk penelitian terkumpul sesuai dengan kebutuhan
peneliti.

6. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah penting dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Untuk menentukan data yang diperlukan, maka perlu adanya
tekhnik pengumpulan data, agar bukti-bukti dan fakta yang diperoleh
sebagai data yang obyektif. Valid tidaknya suatu penelitian tergantung
pada jenis pengumpulan data yang digunakan untuk pemilihan metode
yang tepat dan sesuai dengan jenis dari sumber data. Teknik
pengumpulan data adalah upaya untuk mengamati variable yang diteliti
melalui metode tertentu. Adapun teknik pengumpulan datanya
dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut :
a. Observasi (Pengamatan)
Yaitu pencatatan dan pengamatan langsung secara sistematis
terhadap objek dan medan yang diteliti.28 Teknik ini digunakan
dalam rangka mengamati proses penerapan Ability Grouping Dalam
Mempercepat Pembelajaran Al- Qur’an Di TPQ Rumah Qur’an
Kelapa Lima Kota Kupang.

b. Interview (Wawancara)
Yaitu mengadakan wawancara langsung dengan orang yang
memberikan keterangan kepada si peneliti. Metode ini merupakan
penelitian untuk memperoleh keterangan lisan dengan mengajukan
pertanyaan kepada responden. Metode ini diterapkan dalam upaya

28
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h 54

18
memperoleh data atau informasi tentang penerapan Ability
Grouping Dalam Mempercepat Pembelajaran Al- Qur’an Di TPQ
Rumah Qur’an Kelapa Lima Kota Kupang.
c. Tes
Yaitu mengadakan tes secara langsung kepada santri maupun
santriwati dalam hal membaca al-Qur’an. Teknik ini digunakan
dalam rangka mengetahui peningkatan dalam mempercepat
pembelajaran al-Qur’an santri maupun santriwati di TPQ Rumah
Qur’an kelapa Lima Kota Kupang.
d. Studi Dokumentasi
Yaitu metode pengumpulan data yang digunakan umtuk
melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film, gambar
(foto), dan karya-karya monumental, yang semua itu memberikan
informasi bagi proses penelitian.

7. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil obesrvasi, wawancara, dan dokumentasi
dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan
kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih
mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.29
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang
terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh,
direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada
hal-hal yang penting. Data hasil mengikhtiarkan dan memilih-milih
berdasarkan satuan konsep, tema, dan kategori tertentu akan
memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan

29
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV Alfabeta,2014), h.
244

19
juga mempermudah peneliti mencari kembali data sebagai tambahan
atas data sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan.

b. Penyajian Data (Data Display)


Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok
permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga
memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu dengan
data yang lainnya.
c. Penarikan Kesimpulan
Merupakan kegiatan penggambaran yang utuh dalam subyek
penelitian. Proses menarik kesimoulan berdasarkan gabungan
informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu penyajian
data melalui informasi.
8. Jadwal Penelitian
No Waktu Minggu Ke
Jenis Kegiatan April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan  
1 Menyusun konsep pelaksanaan 
Menyusun instrumen
Pelaksanaan / Observasi lapangan
2 Melakukan penjaringan data
Melakukan pengumpulan data
sesuai dengan instrumen yang
digunakan
Penyusunan laporan
3 Menyusun konsep laporan
Menyempurnakan draf laporan

9. Anggaran Biaya Penelitian


No Nama Kegiatan Total (Rp)
1 Persiapan 150.000,00
2 Biaya Operasional 150.000,00
3 Biaya Manajemen 250.000,00
4 Biaya Pembuatan Laporan 550.000,00

20
5 Biaya Transportasi 700.000,00
Total 1.800.000,00

21
Daftar Pustaka

Ahmadi, Abu.1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.


Ari Kunto Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rieneka Cipta.
Arief Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:
Ciputat Press.

Dimyati dan Modjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Husaini Usman.1996. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara
Husein Almunawar, Said Agil. 2002. Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan
Hakiki. jakarta Selatan: Ciputat Press.
Humam As’ad, 2017. Buku Iqro’ Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an
Yogyakarta: Balai Litbang LPTQ Nasional
Human As’ad, dan Budiyanto. 1995. Pedoman Pengelolaan Pembinaan dan
Pengembangan TPA-TPA Nasional. Yogyakarta: LPTQ Nasional.
https://purwanto65.wordpress.com/2008/07/21/ability-grouping/,Diakses selasa,08
Januari 2019, pukul 12:38:49
Kementrian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahan, Bandung: SYGMA.
Mahmud. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Sugiono. 2008. Metode penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta.

22

Anda mungkin juga menyukai