Anda di halaman 1dari 8

Seli Ekatiwi

180332617004
Tugas 1 Bioteknologi Lingkungan

1. Siklus karbon

Gambar 1. Siklus karbon

Siklus biogeokimia meupakan siklus unsur atau senyawa yang mengalir dari
komponen biotik ke komponen abiotik dan selanjutnya akan kembali lagi ke
komponen biotik. Siklus unsur ini tidak hanya mengalir melalui organisme tetapi
juga bisa melalui atau melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan tak hidup
(biotik). Salah satu siklus biogeokimia adalah siklus karbon.
Siklus karbon adalah gerakan unsur karbon melalui batuan bumi dan
sedimen, lingkungan air, lingkungan tanah, dan atmosfer. Sejumlah besar karbon
organik dapat ditemukan baik pada organisme hidup dan bahan organik mati.
Reservoir besar karbon, pada orde 20 x 1015 ton, dapat ditemukan di permukaan
bumi. Sebagian besar waduk ini ditemukan di batuan dan sedimen. Siklus karbon
karena itu merupakan gerakan unsur ini melalui biosfer dalam proses yang
dimediasi oleh tanaman fotosintesis di darat dan di laut.

Model siklus karbon dapat digabungkan dengan model iklim global,


sehingga reaksi interaktif dari larutan dan biosfer terhadap nilai CO2 dimana dapat
dimodelkan. Ada ketidakpastian yang besar dalam model ini. Baik dalam sub
model fisika maupun biokimia. Model- model seperti itu biasanya menunjukkan
bahwa ada timbal balik positif antara Temperatur dan CO2

Siklus karbon melibatkan seluruh lingkungan yang ada di alam semesta,


meliputi atmosfer, biosfer, hidrosfer dan geosfer. Karena itu, siklus karbon disebut
sebagai siklus biogeokimia. Pada setiap lingkungan dan antara lingkungan terjadi
pertukaran karbon. Karbon berpindah dari lingkungan atmosfer ke biosfer sebagai
gas karbondioksida. Gas karbondioksida digunakan tumbuhan untuk
berfotosintesis. Karbon memasuki lingkungan atmosfer dari lingkungan bisofer
juga sebagai gas karbondioksida. Gas karbondioksida dilepaskan ke atmosfer dari
hasil pernafasan mahluk hidup, hasil pembusukan/fermentasi oleh bakteri/jamur
dan hasil pembakaran senyawa-senyawa organik. Selain petukaran karbon dari
lingkungan atmosfer ke biosfer atau sebaliknya, karbon dipertukarkan dalam
lingkungan bisofer melalui rantai makanan. Pertukaran karbon pun terjadi dari
lingkungan biosfer ke geosfer. Cangkang hewan-hewan lunak pada umumnya
mengandung karbonat. Karbonat kemudian diubah menjadi batu kapur melalui
suatu proses yang disebut sedimentasi. Sedangkan perpindahan karbon dari
lingkungan geosfer ke lingkungan atmosfer terjadi melalui hasil reaksi batu kapur
dan erupsi gunung merapi.

Proses ini melibatkan fiksasi karbon dioksida (CO2) menjadi molekul


organik, proses yang disebut fotosintesis. Energi yang digunakan dalam proses ini
disimpan dalam bentuk kimia, seperti yang karbohidrat (gula seperti glukosa).
Bahan organik akhirnya teroksidasi, seperti yang terjadi ketika organisme
fotosintesis mati. Melalui proses respirasi, karbon dikembalikan ke atmosfer
dalam bentuk karbon dioksida. Karena “omset” waktu bentuk seperti karbon
sangat lambat (pada tingkat ribuan tahun), pintu masuk bahan ini ke dalam siklus
karbon tidak signifikan pada skala manusia.

Perpindahan karbon sebagai gas karbondioksida dari lingkungan atmosfer ke


hidrosfer, atau sebaliknya terjadi untuk menyeimbangkan pH air laut, melalui
reaksi kesetimbangan:
CO2 + H2O H2CO3H2CO3 H+ + HCO3
Siklus karbon dimulai dengan dilepaskannya CO2 oleh berbagai macam
sumber seperti:
 Pengilangan minyak bumi.
 Peristiwa alam seperti minyak bumi
 Organisme laut
 Aktivitas manusia, hewan, dan tumbuhan
Sedimen karbon

Pembakaran bahan bakar fosil meningkatkan konsentrasi CO2 di


bumi Hutan dan lingkungan berkurang akibat pembangunan jalan dan bangunan
– bangunan, sehingga tumbuhan berkurang kemampuan fotosintesinya. Karbon
dapat dijumpai dimana-mana. Karbon dapat dijumpai didalam atmosfer sebagai
CO2 dalam jaringan semua mahluk hidup dan terbesar dijumpai dalam batuan
endapan serta bahan baker fosil yang terdapat dalam perut bumi. Di atmosfer
terdapat kandungan CO2, sebanyak 0,03%. Sumber CO2 di udara berasal dari
respirasi manusia dan hewan. Erupsi vulkanik, pembakaran batu bara dan asap
pabrik. Sebagian besar karbon yang berada di atmosfer bumi adalah gas
karbondioksida (CO2). Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang sangat
kecil dan seluruh gas yang ada di atmosfer, namun ia memiliki peran yang penting
dalam menyongkong kehidupan.

Meskipun tingkat besar karbon berputar antara atmosfer dan organisme


hidup, sebagian besar karbon ditemukan dalam deposit karbonat di darat dan di
sedimen laut. Beberapa ini berasal dari ekosistem laut, di mana organisme
menggunakan karbon dioksida terlarut untuk menghasilkan cangkang karbonat
(kalsium karbonat). Pada permukaan laut ke arah kutub, air laut menjadi lebih
dingin dan CO2 akan lebih mudah larut. Selanjutnya CO2 yang larut tersebut akan
terbawa oleh sirkulasi termohalin yang membawa massa air di permukaan yang
lebih berat ke kedalaman laut atau interior laut (lihat bagian solubility pump). Di
laut bagian atas (upper ocean), pada daerah dengan produktivitas yang tinggi,
organisme membentuk jaringan yang mengandung karbon, beberapa organisme
juga membentuk cangkang karbonat dan bagian-bagian tubuh lainnya yang keras.
Proses ini akan menyebabkan aliran karbon ke bawah.
Saat organisme ini mati, kerang tenggelam dan menjadi bagian dari
sedimen laut. Deposit organik lainnya, seperti minyak dan batubara, berasal dari
endapan fosil bahan organik mati. Waktu daur ulang untuk sedimen dan deposito
tersebut umumnya pada orde ribuan tahun; maka kontribusi mereka terhadap
siklus karbon diabaikan pada skala waktu manusia. Selain itu, adanya pelapukan
batuan silikat termasuk dalam penghasil sedimen dimana, selain dari 2 proses di
atas, proses ini tidak memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap untuk
kembali ke atmosfer. Pelapukan batuan karbonat tidak memiliki efek netto
terhadap CO2 atmosferik karena ion bikarbonat yang terbentuk terbawa ke laut
dimana selanjutnya dipakai untuk membuat karbonat laut dengan reaksi yang
sebaliknya (reverse reaction).

Beberapa sedimen didaur ulang secara alami, seperti ketika sedimen larut
atau ketika hujan asam jatuh pada batuan karbonat (kapur), melepaskan karbon
dioksida. Namun, ketika deposit tersebut dibakar sebagai bahan bakar fosil, kadar
karbon dioksida di atmosfer dapat meningkat pada tingkat yang cepat.

Dampak Lingkungan Kegiatan Manusia

Gas karbon dioksida hanya sebagian kecil (0,036 persen) dari volume
atmosfer. Namun, karena kemampuannya untuk menetap, dan bahkan perubahan
kecil dalam tingkat gas ini dapat secara signifikan mengubah suhu lingkungan.
Sekitar tahun 1850, manusia mulai membakar sejumlah besar bahan bakar fosil;
penggunaan bahan bakar tersebut dipercepat secara signifikan setelah penemuan
mobil.

Pada akhir abad kedua puluh, antara 5 miliar dan 6 miliar ton karbon yang
dilepaskan ke atmosfer setiap tahun dari pembakaran karbon fosil. Beberapa
karbon dilepaskan mungkin kembali ke bumi melalui karbon biologis
memperbaiki perangkap panas dari bumi, karbon dioksida bertindak seperti
termostat, dan bahkan perubahan kecil dalam tingkat gas ini dapat secara
signifikan mengubah suhu lingkungan. Sekitar tahun 1850, manusia mulai
membakar sejumlah besar bahan bakar fosil; penggunaan bahan bakar tersebut
dipercepat secara signifikan setelah penemuan mobil. Pada akhir abad kedua
puluh, antara 5 miliar dan 6 miliar ton karbon yang dilepaskan ke atmosfer setiap
tahun dari pembakaran karbon fosil.

Beberapa karbon dilepaskan mungkin kembali ke bumi melalui fiksasi


karbon secara biologis, dengan kemungkinan peningkatan biomassa pohon tanah
atau tanaman lain. (Apakah ini memang tetap, masih menjadi perdebatan.)
Memang, skala besar deforestasi berpotensi menghapus ini, berarti dimana kadar
karbon dioksida di atmosfer dapat dikendalikan secara alami. Setiap hari, jutaan
ton karbon dioksida ke atmosfer setiap hari. Sayangnya, karbon dioksida adalah
gas rumah kaca. Menyerap cahaya inframerah. Atmosfer sehingga dapat
menyerap panas lebih dari itu digunakan untuk dapat di simpan, yang
menghasilkan fenomena yang biasa disebut sebagai pemanasan global.
Emisi Karbon dari Industri

Emisi industri adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar didalam mesin
pembakaran dalam, mesin pembakaran luar yang dikeluarkan melalui sistem
pembuangan mesin. Sisa hasil pembakaran 4 berupa air (H2O), gas CO yang
disebut juga karbon monooksida, CO2 yang disebut juga karbon dioksida, NO x
senyawa nitrogen oksida, HC berupa senyawa Hidrat arang sebagai akibat
ketidaksempurnaan proses pembakara serta partikel lepas. Hampir sebagian besar
emisi yang dibuang pun berupa gas CO2 disamping gas lainnya. Untuk
keseluruhan kegiatan industri total emisi yang dihitung dibedakan dengan
pertimbangan keterkaitan dengan proses pemakaian energi dan proses yang
berlangsung di industri itu sendiri. Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari
berbagai kegiatan industri berhubungan dengan energi. Selama proses ini, banyak
gas rumah kaca yang berbeda dihasilkan seperti CO2, CH4, N2O, dan PFC.
Sebagian dari gas buang atau emisi yang dikeluarkan adalah beracun, dan
sebagian besar berupa gas rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global.

Emisi (buangan) gas karbon adalah gas-gas yang dikeluarkan dari hasil
pembakaran senyawa yang mngandung karbon, contoh CO2, merupakan gas
buang dari pembakaran bensin, solar, kayu, daun, gas LPG (elpiji) dan bahan
bakar lain yang banyak mengandung hidro karbon (senyawa yang mengandung
hidrogen dan karbon). Contoh lain, CFC (Chlor Fluoro Karbon) dari Gas
Pendingin (gas Freon) pada AC, Kulkast, Cat Piloks, Obat nyamuk semprot, Hair
spray semprot, dll.Bisa juga emisi karbon berupa atom Karbon (C) yang terlepas
ke udara saat terjadi peristiwa pembakaran seperti jelaga, butiran-butiran karbon
yang berwarna hitam saat kita meyulut ban bekas, membakar aspal, membakar
lilin.dll. Tetapi ini bentuknyaa padat, bukan gas. Hasil dari berbagai emisi gas
karbon yan berasal dari kegiatan idustri maupun kegiatan rumah tangga akan
menguap ke langit dan menggumpal menjadi awan, dimana hasil ini akan masuk
ke dalam siklus karbon.

Pergerakan Tahunan Karbon Di Dunia

Penguraian semua efek ini kadang-kadang lebih sulit akibat respon yang
lambat dari perubahan laut di level CO2 di atmosfer. Seperti gas-gas yang lain
pada umumnya, kekuatan yang menggerakan CO2 dari udara ke permukaan laut
adalah perbeadaan konsentrasi di atmosfer dan perairan. Jika terjadi
perubahan/pertukaran yang cepat maka di atmosfer menjadi. Dari beberapa
pengamatan terakhir pada lokasi perairan lain (Alaska dan kutub Selatan)
menunjukan hal yang sama dengan pengamatan Keeling (1958) akan tetapi
ternyata variasi siklus tahunan CO2 di Alaska lebih besar dibanding perairan lain,
di mana rata-rata peningkatannya itu sebesar 1.5 ppm pertahun. Sedangkan dari
hasil pengamatan secara musiman diperoleh bahwa CO2 maksimum terjadi pada
bulan April dan Mei dan minimum terjadi pada bulan September dan Oktober.
Hal ini dikarenakan oleh variasi proses fotosintesis dan respirasi oleh tumbuhan di
darat (sedangkan dilautan tidak ada data yang cukup).
Dari hasil pengamatan tersebut di atas dan hasil analisis oleh Millero and
Sohn (1992) menyimpulkan bahwa perubahan Tekanan Parsial CO2 dipermukaan
perairan disebabkan oleh :

a. Pengurangan akibat fotosintesis


b. Pengurangan akibat pembentukan CaCO3
c. Pengurangan akibat pemanasan bumi
d. Penambahan akibat oksidasi oleh material tumbuhan
e. Penambahan akibat penguraian CaCO3
f. Penambahan akibat peningkatan CO2 di atmosfer akibat pembakaran fosil
Peran Teknologi untuk menjaga keseimbangan siklus karbon

Biomassa merunut dari kata bio yang berasal dari makhluk hidup dan
massa yang diartikan sebagai material. Sumber energi ini telah dimanfaatkan
sejak puluhan ribu tahun yang lalu untuk kegiatan hidup manusia seperti
pembuatan api unggun. Dekade ini, konsep api unggun tersebut telah direkayasa
(engineered) menjadi sistem pembangkit listrik. Konsep energi terbarukan
mengacu pada tiga aspek yang disebut segitiga energi. Dalam suplai energi ke
para pengguna, ketiga aspek tersebut seharusnya terpenuhi untuk menjaga
kestabilan lingkungan, pasar dan konsep keberkelanjutan (sustainability).
Climate and Environtment berhubungan terhadap lingkungan dan iklim
yang sering menjadi bahan kritikan utama oleh kebanyakan aktivits lingkungan
jika menggunakan energi fosil. Penggunaan biomassa pada dimensi ini berkaitan
dengan emisi yang dihasilkan selama pembakaran untuk mendapatkan energi
panas yang akan dikonversi menjadi energi listrik.
Di sisi lain, selama pertumbuhannya, biomassa tersebut telah menyerap
emisi Karbon Dioksida (CO2) dari udara sekitar dengan proses fotosintesis. Proses
ini membentuk sebuah siklus karbon tertutup yang disebut dengan carbon neutral.
Penggunaan biomassa dalam sistem pembangkit listrik tentu akan mengurai jejak
karbon dari energi fosil secara siknifikan. Tidak seperti energi fosil yang jejak
karbonnya seharusnya terpendam di bawah tanah, malah terangkat ke permukaan
sehingga menambah jumlah emisi karbon di udara.
Sumber energi panas dan listrik yang dihasilkan oleh biomassa terbilang
andal dan stabil. Penggunaannya yang fleksibel seperti Combined Heat and
Power Plants (CHPs) membuatnya mampu bersaing dengan sumber energi
terbarukan matahari ataupun angin. Sumber energi ini dapat sustain jika
pemanfaatannya diawasi dengan sistem perdagangan dan sertifikasi global,
maksudnya adalah pemanfaatan biomassa tidak bisa seenaknya menggunakan
pohon yang dilindungi ataupun belum tumbuh sempurna.
Jika disandingkan dengan energi fosil, gas ataupun nuklir, biomassa
terbilang lebih mahal dalam artian energi yang dihasilkan. Namun demikian,
permintaan pasar yang semakin meningkat di sektor energi tersebut membuatnya
mampu bersaing secara teknologi sehingga membuat harganya menurun yang
berdampak pada biaya operasi yang minimum. Hal ini membuat biomassa
menjadi energi yang kompetitif
Biomassa telah menjadi primadona sektor energi di Eropa.
Pemanfaatannya sebagai sumber energi listrik hingga tahun 2020 dapat dilihat
pada gambar di atas. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan energi
menggunakan biomassa menjadi incaran bagi para investor, dibandingkan sumber
energi terbarukan lainnya.
Sistem pemanfaatannya tidak jauh berbeda dengan PLTP
atau geothermal yang dibahas pada artikel sebelumnya. Perbedaannya hanya
berada pada sumber bahan bakar atau pemanas ketel uap (boiler).
Jika geothermal memanfaatkan panas dari perut bumi, biomassa akan
menghasilkan panas jika dibakar pada ruang khusus yang dikontrol sehingga
pembakarannya berlangsung secara efisien. Panas yang dihasilkan digunakan
untuk memanaskan air hingga membentuk steam bertekanan dan digunakan untuk
menggerakkan turbin dan generator sehingga menghasilkan energi listrik.

Anda mungkin juga menyukai