180332617004
Tugas 1 Bioteknologi Lingkungan
1. Siklus karbon
Siklus biogeokimia meupakan siklus unsur atau senyawa yang mengalir dari
komponen biotik ke komponen abiotik dan selanjutnya akan kembali lagi ke
komponen biotik. Siklus unsur ini tidak hanya mengalir melalui organisme tetapi
juga bisa melalui atau melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan tak hidup
(biotik). Salah satu siklus biogeokimia adalah siklus karbon.
Siklus karbon adalah gerakan unsur karbon melalui batuan bumi dan
sedimen, lingkungan air, lingkungan tanah, dan atmosfer. Sejumlah besar karbon
organik dapat ditemukan baik pada organisme hidup dan bahan organik mati.
Reservoir besar karbon, pada orde 20 x 1015 ton, dapat ditemukan di permukaan
bumi. Sebagian besar waduk ini ditemukan di batuan dan sedimen. Siklus karbon
karena itu merupakan gerakan unsur ini melalui biosfer dalam proses yang
dimediasi oleh tanaman fotosintesis di darat dan di laut.
Beberapa sedimen didaur ulang secara alami, seperti ketika sedimen larut
atau ketika hujan asam jatuh pada batuan karbonat (kapur), melepaskan karbon
dioksida. Namun, ketika deposit tersebut dibakar sebagai bahan bakar fosil, kadar
karbon dioksida di atmosfer dapat meningkat pada tingkat yang cepat.
Gas karbon dioksida hanya sebagian kecil (0,036 persen) dari volume
atmosfer. Namun, karena kemampuannya untuk menetap, dan bahkan perubahan
kecil dalam tingkat gas ini dapat secara signifikan mengubah suhu lingkungan.
Sekitar tahun 1850, manusia mulai membakar sejumlah besar bahan bakar fosil;
penggunaan bahan bakar tersebut dipercepat secara signifikan setelah penemuan
mobil.
Pada akhir abad kedua puluh, antara 5 miliar dan 6 miliar ton karbon yang
dilepaskan ke atmosfer setiap tahun dari pembakaran karbon fosil. Beberapa
karbon dilepaskan mungkin kembali ke bumi melalui karbon biologis
memperbaiki perangkap panas dari bumi, karbon dioksida bertindak seperti
termostat, dan bahkan perubahan kecil dalam tingkat gas ini dapat secara
signifikan mengubah suhu lingkungan. Sekitar tahun 1850, manusia mulai
membakar sejumlah besar bahan bakar fosil; penggunaan bahan bakar tersebut
dipercepat secara signifikan setelah penemuan mobil. Pada akhir abad kedua
puluh, antara 5 miliar dan 6 miliar ton karbon yang dilepaskan ke atmosfer setiap
tahun dari pembakaran karbon fosil.
Emisi industri adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar didalam mesin
pembakaran dalam, mesin pembakaran luar yang dikeluarkan melalui sistem
pembuangan mesin. Sisa hasil pembakaran 4 berupa air (H2O), gas CO yang
disebut juga karbon monooksida, CO2 yang disebut juga karbon dioksida, NO x
senyawa nitrogen oksida, HC berupa senyawa Hidrat arang sebagai akibat
ketidaksempurnaan proses pembakara serta partikel lepas. Hampir sebagian besar
emisi yang dibuang pun berupa gas CO2 disamping gas lainnya. Untuk
keseluruhan kegiatan industri total emisi yang dihitung dibedakan dengan
pertimbangan keterkaitan dengan proses pemakaian energi dan proses yang
berlangsung di industri itu sendiri. Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari
berbagai kegiatan industri berhubungan dengan energi. Selama proses ini, banyak
gas rumah kaca yang berbeda dihasilkan seperti CO2, CH4, N2O, dan PFC.
Sebagian dari gas buang atau emisi yang dikeluarkan adalah beracun, dan
sebagian besar berupa gas rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global.
Emisi (buangan) gas karbon adalah gas-gas yang dikeluarkan dari hasil
pembakaran senyawa yang mngandung karbon, contoh CO2, merupakan gas
buang dari pembakaran bensin, solar, kayu, daun, gas LPG (elpiji) dan bahan
bakar lain yang banyak mengandung hidro karbon (senyawa yang mengandung
hidrogen dan karbon). Contoh lain, CFC (Chlor Fluoro Karbon) dari Gas
Pendingin (gas Freon) pada AC, Kulkast, Cat Piloks, Obat nyamuk semprot, Hair
spray semprot, dll.Bisa juga emisi karbon berupa atom Karbon (C) yang terlepas
ke udara saat terjadi peristiwa pembakaran seperti jelaga, butiran-butiran karbon
yang berwarna hitam saat kita meyulut ban bekas, membakar aspal, membakar
lilin.dll. Tetapi ini bentuknyaa padat, bukan gas. Hasil dari berbagai emisi gas
karbon yan berasal dari kegiatan idustri maupun kegiatan rumah tangga akan
menguap ke langit dan menggumpal menjadi awan, dimana hasil ini akan masuk
ke dalam siklus karbon.
Penguraian semua efek ini kadang-kadang lebih sulit akibat respon yang
lambat dari perubahan laut di level CO2 di atmosfer. Seperti gas-gas yang lain
pada umumnya, kekuatan yang menggerakan CO2 dari udara ke permukaan laut
adalah perbeadaan konsentrasi di atmosfer dan perairan. Jika terjadi
perubahan/pertukaran yang cepat maka di atmosfer menjadi. Dari beberapa
pengamatan terakhir pada lokasi perairan lain (Alaska dan kutub Selatan)
menunjukan hal yang sama dengan pengamatan Keeling (1958) akan tetapi
ternyata variasi siklus tahunan CO2 di Alaska lebih besar dibanding perairan lain,
di mana rata-rata peningkatannya itu sebesar 1.5 ppm pertahun. Sedangkan dari
hasil pengamatan secara musiman diperoleh bahwa CO2 maksimum terjadi pada
bulan April dan Mei dan minimum terjadi pada bulan September dan Oktober.
Hal ini dikarenakan oleh variasi proses fotosintesis dan respirasi oleh tumbuhan di
darat (sedangkan dilautan tidak ada data yang cukup).
Dari hasil pengamatan tersebut di atas dan hasil analisis oleh Millero and
Sohn (1992) menyimpulkan bahwa perubahan Tekanan Parsial CO2 dipermukaan
perairan disebabkan oleh :
Biomassa merunut dari kata bio yang berasal dari makhluk hidup dan
massa yang diartikan sebagai material. Sumber energi ini telah dimanfaatkan
sejak puluhan ribu tahun yang lalu untuk kegiatan hidup manusia seperti
pembuatan api unggun. Dekade ini, konsep api unggun tersebut telah direkayasa
(engineered) menjadi sistem pembangkit listrik. Konsep energi terbarukan
mengacu pada tiga aspek yang disebut segitiga energi. Dalam suplai energi ke
para pengguna, ketiga aspek tersebut seharusnya terpenuhi untuk menjaga
kestabilan lingkungan, pasar dan konsep keberkelanjutan (sustainability).
Climate and Environtment berhubungan terhadap lingkungan dan iklim
yang sering menjadi bahan kritikan utama oleh kebanyakan aktivits lingkungan
jika menggunakan energi fosil. Penggunaan biomassa pada dimensi ini berkaitan
dengan emisi yang dihasilkan selama pembakaran untuk mendapatkan energi
panas yang akan dikonversi menjadi energi listrik.
Di sisi lain, selama pertumbuhannya, biomassa tersebut telah menyerap
emisi Karbon Dioksida (CO2) dari udara sekitar dengan proses fotosintesis. Proses
ini membentuk sebuah siklus karbon tertutup yang disebut dengan carbon neutral.
Penggunaan biomassa dalam sistem pembangkit listrik tentu akan mengurai jejak
karbon dari energi fosil secara siknifikan. Tidak seperti energi fosil yang jejak
karbonnya seharusnya terpendam di bawah tanah, malah terangkat ke permukaan
sehingga menambah jumlah emisi karbon di udara.
Sumber energi panas dan listrik yang dihasilkan oleh biomassa terbilang
andal dan stabil. Penggunaannya yang fleksibel seperti Combined Heat and
Power Plants (CHPs) membuatnya mampu bersaing dengan sumber energi
terbarukan matahari ataupun angin. Sumber energi ini dapat sustain jika
pemanfaatannya diawasi dengan sistem perdagangan dan sertifikasi global,
maksudnya adalah pemanfaatan biomassa tidak bisa seenaknya menggunakan
pohon yang dilindungi ataupun belum tumbuh sempurna.
Jika disandingkan dengan energi fosil, gas ataupun nuklir, biomassa
terbilang lebih mahal dalam artian energi yang dihasilkan. Namun demikian,
permintaan pasar yang semakin meningkat di sektor energi tersebut membuatnya
mampu bersaing secara teknologi sehingga membuat harganya menurun yang
berdampak pada biaya operasi yang minimum. Hal ini membuat biomassa
menjadi energi yang kompetitif
Biomassa telah menjadi primadona sektor energi di Eropa.
Pemanfaatannya sebagai sumber energi listrik hingga tahun 2020 dapat dilihat
pada gambar di atas. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan energi
menggunakan biomassa menjadi incaran bagi para investor, dibandingkan sumber
energi terbarukan lainnya.
Sistem pemanfaatannya tidak jauh berbeda dengan PLTP
atau geothermal yang dibahas pada artikel sebelumnya. Perbedaannya hanya
berada pada sumber bahan bakar atau pemanas ketel uap (boiler).
Jika geothermal memanfaatkan panas dari perut bumi, biomassa akan
menghasilkan panas jika dibakar pada ruang khusus yang dikontrol sehingga
pembakarannya berlangsung secara efisien. Panas yang dihasilkan digunakan
untuk memanaskan air hingga membentuk steam bertekanan dan digunakan untuk
menggerakkan turbin dan generator sehingga menghasilkan energi listrik.