Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

EKOLOGI LAUT
“ SIKLUS KARBON ”

Oleh:
TIAS KUSUMA WARDANI 26020214120001
M. RIFKY FIRDAUS 26020214170001
KHALISAH NUR SHADRINA 26020214120002
CHANDRA RIO SITIO 26020214170002
NI KOMANG SRI ANDAYANI 26020214120003
RAYMUNDUS PUTRA S 26020214120004
SITI MAISYARAH 26020214120005
DEVI ANNISA 26020214120006
KHALID HAIDAR DZAR A.G. 26020214120007
ADE RAMADANTA BUDI UTAMA 26020214120008
ANDRE HERIMETHIA P. 26020214120009
AUFI DINA 'AMALINA 26020214120010
WANRI SITANGGANG 26020214120011

Dosen Pengampu:
Ir. Gentur Handoyo, M.Si
19600911 198703 1 002

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI


JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
SIKLUS KARBON
Siklus biogeokimia meupakan siklus unsur atau senyawa yang mengalir dari komponen
biotik ke komponen abiotik dan selanjutnya akan kembali lagi ke komponen biotik. Siklus
unsur ini tidak hanya mengalir melalui organisme tetapi juga bisa melalui atau melibatkan
reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan tak hidup (biotik). Salah satu siklus biogeokimia adalah
siklus karbon.
Siklus karbon adalah gerakan unsur karbon melalui batuan bumi dan sedimen,
lingkungan air, lingkungan tanah, dan atmosfer. Sejumlah besar karbon organik dapat
ditemukan baik pada organisme hidup dan bahan organik mati. Reservoir besar karbon, pada
orde 20 x 1015 ton, dapat ditemukan di permukaan bumi. Sebagian besar waduk ini ditemukan
di batuan dan sedimen. Siklus karbon karena itu merupakan gerakan unsur ini melalui biosfer
dalam proses yang dimediasi oleh tanaman fotosintesis di darat dan di laut.

Model siklus karbon dapat digabungkan dengan model iklim global, sehingga reaksi
interaktif dari larutan dan biosfer terhadap nilai CO2 diman dapat dimodelkan. Ada
ketidakpastian yang besar dalam model ini. Baik dalam sub model fisika maupun biokimia.
Model- model seperti itu biasanya menunjukkan bahwa ada timbal balik positif antara
Temperatur dan CO2 (Daniswara, 2009).

Siklus karbon melibatkan seluruh lingkungan yang ada di alam semesta, meliputi
atmosfer, biosfer, hidrosfer dan geosfer. Karena itu, siklus karbon disebut sebagai siklus
biogeochemical. Pada setiap lingkungan dan antara lingkungan terjadi pertukaran karbon.
Karbon berpindah dari lingkungan atmosfer ke biosfer sebagai gas karbondioksida. Gas
karbondioksida digunakan tumbuhan untuk berfotosintesis. Karbon memasuki lingkungan
atmosfer dari lingkungan bisofer juga sebagai gas karbondioksida. Gas karbondioksida
dilepaskan ke atmosfer dari hasil pernafasan mahluk hidup, hasil pembusukan/fermentasi oleh
bakteri/jamur dan hasil pembakaran senyawa-senyawa organik. Selain petukaran karbon dari
lingkungan atmosfer ke biosfer atau sebaliknya, karbon dipertukarkan dalam lingkungan
bisofer melalui rantai makanan. Pertukaran karbon pun terjadi dari lingkungan biosfer ke
geosfer. Cangkang hewan-hewan lunak pada umumnya mengandung karbonat. Karbonat
kemudian diubah menjadi batu kapur melalui suatu proses yang disebut sedimentasi.
Sedangkan perpindahan karbon dari lingkungan geosfer ke lingkungan atmosfer terjadi melalui
hasil reaksi batu kapur dan erupsi gunung merapi (Prawirohartono, 2001).

Proses ini melibatkan fiksasi karbon dioksida (CO2) menjadi molekul organik, proses
yang disebut fotosintesis. Energi yang digunakan dalam proses ini disimpan dalam bentuk
kimia, seperti yang karbohidrat (gula seperti glukosa). Bahan organik akhirnya teroksidasi,
seperti yang terjadi ketika organisme fotosintesis mati. Melalui proses respirasi, karbon
dikembalikan ke atmosfer dalam bentuk karbon dioksida. Karena “omset” waktu bentuk seperti
karbon sangat lambat (pada tingkat ribuan tahun), pintu masuk bahan ini ke dalam siklus
karbon tidak signifikan pada skala manusia.

Perpindahan karbon sebagai gas karbondioksida dari lingkungan atmosfer ke hidrosfer,


atau sebaliknya terjadi untuk menyeimbangkan pH air laut, melalui reaksi kesetimbangan:
CO2 + H2O H2CO3H2CO3 H+ + HCO3
Siklus karbon dimulai dengan dilepaskannya CO2 oleh berbagai macam sumber seperti:
 Pengilangan minyak bumi.
 Peristiwa alam seperti minyak bumi
 Organisme laut
 Aktivitas manusia, hewan, dan tumbuhan

Gambar 1. Siklus karbon


Siklus karbon adalah gerakan unsur karbon melalui batuan bumi dan sedimen, lingkungan
air, lingkungan tanah, dan atmosfer
a. Fotosintesis

Organisme yang menggunakan karbon dioksida sebagai sumber karbon dikenal sebagai
autotrof. Banyak organisme ini juga menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi untuk
mereduksi karbon dioksida; karenanya, mereka sering disebut sebagai fotoautotrof. Proses
fiksasi karbon dioksida dilakukan oleh fitoplankton di laut, dengan tanaman darat (terutama
pohon), dan dengan banyak mikroorganisme. Sebagian besar proses ini dilakukan oleh
tumbuhan darat.

Proses fotosintesis dapat diringkas dengan persamaan berikut:

CO2 + air + energi → karbohidrat + oksigen

Proses ini membutuhkan energi dari sinar matahari, yang disimpan dalam bentuk energi
kimia karbohidrat. Sementara kebanyakan tanaman menghasilkan oksigen dalam proses-
sumber oksigen di atmosfer-beberapa bakteri bumi dapat menghasilkan produk selain oksigen.
Organisme yang melakukan fiksasi karbon dioksida, menggunakan fotosintesis untuk
mensintesis karbohidrat, yang sering disebut sebagai produsen. Sekitar 2 x 1010 – 3 x 1010 ton
karbon tetap setiap tahun digunakan selama proses jelas dalam jumlah besar, tetapi hanya
sebagian kecil dari total karbon yang ditemukan di bumi. Sekitar 450 miliar ton karbon yang
terkandung dalam hutan bumi; sekitar 700 miliar ton ada dalam bentuk karbon dioksida
atmosfer.

Sebagian besar karbon organik di bumi ditemukan dalam bentuk tanaman darat,
termasuk hutan dan padang rumput. Ketika tanaman ini atau bahan tanaman mati, seperti ketika
daun jatuh ke bumi di musim gugur, bahan organik mati menjadi humus. Sebagian besar karbon
yang awalnya terikat selama fotosintesis berubah menjadi berupa humus. Degradasi humus
merupakan proses yang lambat, pada orde dekade. Namun, dekomposisi humus, terutama
melalui proses yang disebut respirasi, yang mengembalikan sebagian besar karbon dioksida ke
atmosfer. Dengan demikian, siklus karbon merupakan keseimbangan yang dinamis antara
karbon di atmosfer dan karbon tetap dalam bentuk bahan organik.

b. Respirasi

Respirasi merupakan kebalikan dari fotosintesis. Semua organisme yang menggunakan


oksigen, termasuk manusia, melaksanakan proses ini. Namun, terutama dekomposisi humus
oleh mikroorganisme yang mengembalikan sebagian besar karbon ke atmosfer. Tergantung
pada mikroorganisme tertentu, karbon dalam bentuk baik karbon dioksida atau metana (CH4).
Respirasi umumnya diwakili oleh persamaan:

Karbohidrat + oksigen → karbon dioksida + air + energi

Energi yang dilepaskan oleh reaksi digunakan oleh organisme (yaitu, konsumen) untuk
melaksanakan proses metabolisme sendiri. CO2 di udara kemudian dimanfaatkan oleh
tumbuhan untuk proses fotosintesis. Hasil akhir proses fotosintesis adalah senyawa organik
berupa oksigen dan glukosa. Oksigen yang dihasilkan kemudian digunakan oleh manusia dan
hewan untuk bernafas. Proses pernafasan manusia dan hewan menghasilkan H2O dan CO2.
CO2 tersebut kemudian dimanfaatkan oleh tumbuhan kembali dan begitu seterusnya.
Sedangkan glukosa hasil dari fotosintesis merupakan sumber energi bagi tumbuhan untuk
pertumbuhannya. Kemudian, senyawa organik dari tumbuhan ini digunakan oleh organisme
lainnya (manusia, hewan) melalui rantai makanan. Selain sebagai sumber energi, senyawa
organik tersebut sebagian disimpan dalam tubuh organisme. Senyawa organik pada tumbuhan
banyak terkandung dalam batang. Adapun pada manusia dan hewan, bahan organik banyak
terdapat pada bagian tulang.

Respirasi hewan merupakan salah satu penghasil karbon, dimana respirasi termasuk dalam
system metabolisme. Metabolisme sel adalah proses-proses pengubahan biokamis yang terjadi
di dalam sel dan dapat di bedakan menjadi anabolisme atau penyusunan dan katabolisme atau
penguraian. Penyusunan pada sel-sel hewan tidak seperti yang dalam sel tumbuhan, akan tetapi
katabolismenya mempunyai kesamaan dengan sel tumbuhan meliputi peristiwa respirasi, yaitu
pembokaran zat-zat makanan menjadi energi. Anabolisme adalah suatu peristiwa perubahan
senyawa sederhana menjadi senyawa kompleks. Salah satu proses anabolisme yang terjadi
pada hewan adalah kemosintesis. Kemosintesis adalah proses asimilasi karbon yang energinya
berasal dari reaksi-reaksi kimia, dan tidak diperlukan klorofil. Umumnya dilakukan oleh
mikroorganisme, misalnya bakteri. Organisme disebut kemoautotrof. Bakteri kemoautotrof ini
akan mengoksidasi senyawa-senyawa tertentu dan energi yang timbul digunakan untuk
asimilasi karbon.
Beberapa macam bakteri yang tidak mempunyai klorofil dapat mengadakan asimilasi
C dengan menggunakan energi yang berasal dan reaksi-reaksi kimia, misalnya bakteri sulfur,
bakteri nitrat, bakteri nitrit, bakteri besi dan lain-lain. Bakteri-bakteri tersebut memperoleh
energi dari hasil oksidasi senyawa-senyawa tertentu. Bakteri besi memperoleh energi kimia
dengan cara oksidasi Fe2+ (ferro) menjadi Fe3+ (ferri). Bakteri Nitrosomonas dan
Nitrosococcus memperoleh energi dengan cara mengoksidasi NH3, tepatnya amonium
karbonat menjadi asam nitrit.
Pada hewan reaksi katabolisme meliputi molekul organik kompleks yang dipecah
menjadi molekul yang lebih sederhana, seperti karbon dioksida dan air. Urutan yang paling
umum dari reaksi katabolik pada hewan dapat dibedakan menjadi tiga tahapan utama. Pertama,
molekul organik besar seperti protein, polisakarida, atau lemak dicerna menjadi molekul yang
lebih kecil di luar sel. Kemudian, molekul-molekul yang lebih kecil ini diambil oleh sel-sel dan
masih diubah menjadi molekul yang lebih kecil, biasanya asetil koenzim A (Asetil KoA), yang
melepaskan energi. Akhirnya, kelompok asetil pada KoA dioksidasi menjadi air dan karbon
dioksida pada siklus asam sitrat dan rantai transpor elektron, dan melepaskan energi yang
disimpan dengan cara mereduksi koenzim Nikotinamid Adenin Dinukleotida (NAD+) menjadi
NADH. Pada setiap organisme, untuk menghasilkan energi tersebut dapat dilakukan dengan
cara respirasi seluler atau respirasi aerob, yaitu reaksi yang menggunakan oksigen sebagai
bahan bakar organik. Secara umum keseluruhan proses pada respirasi seluler berlangsung
sebagai berikut. >> Senyawa organik + Oksigen -> Karbon dioksida + Air + Energi
Termasuk ke dalam reaksi seluler adalah reaksi glikolisis, siklus Krebs, dan transpor elektron,
dimana diantara glikolisis dan siklus Krebs terdapat sebuah reaksi antara yang disebut
dekarboksilasi oksidatif.

Dalam ekosistem air, pertukaran CO2 di air dengan diatmosfer berjalan secara tidak
langsung. Karbon dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai
menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi
makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain. Begitu pula sebaliknya, saat
organisme air berespirasi, CO2 yang mereka keluarkan menjadi bikarbonat.

c. Sedimen karbon

Pembakaran bahan bakar fosil meningkatkan konsentrasi CO2 di bumi Hutan dan
lingkungan berkurang akibat pembangunan jalan dan bangunan – bangunan, sehingga
tumbuhan berkurang kemampuan fotosintesinya. Karbon dapat dijumpai dimana-mana.
Karbon dapat dijumpai didalam atmosfer sebagai CO2 dalam jaringan semua mahluk hidup
dan terbesar dijumpai dalam batuan endapan serta bahan baker fosil yang terdapat dalam perut
bumi. Di atmosfer terdapat kandungan CO2, sebanyak 0,03%. Sumber CO2 di udara berasal
dari respirasi manusia dan hewan. Erupsi vulkanik, pembakaran batu bara dan asap pabrik.
Sebagian besar karbon yang berada di atmosfer bumi adalah gas karbondioksida (CO2).
Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang sangat kecil dan seluruh gas yang ada di
atmosfer, namun ia memiliki peran yang penting dalam menyongkong kehidupan.

Meskipun tingkat besar karbon berputar antara atmosfer dan organisme hidup, sebagian
besar karbon ditemukan dalam deposit karbonat di darat dan di sedimen laut. Beberapa ini
berasal dari ekosistem laut, di mana organisme menggunakan karbon dioksida terlarut untuk
menghasilkan cangkang karbonat (kalsium karbonat). Pada permukaan laut ke arah kutub, air
laut menjadi lebih dingin dan CO2 akan lebih mudah larut. Selanjutnya CO2 yang larut tersebut
akan terbawa oleh sirkulasi termohalin yang membawa massa air di permukaan yang lebih
berat ke kedalaman laut atau interior laut (lihat bagian solubility pump). Di laut bagian atas
(upper ocean), pada daerah dengan produktivitas yang tinggi, organisme membentuk jaringan
yang mengandung karbon, beberapa organisme juga membentuk cangkang karbonat dan
bagian-bagian tubuh lainnya yang keras. Proses ini akan menyebabkan aliran karbon ke bawah
(lihat bagian biological pump).

Saat organisme ini mati, kerang tenggelam dan menjadi bagian dari sedimen laut.
Deposit organik lainnya, seperti minyak dan batubara, berasal dari endapan fosil bahan organik
mati. Waktu daur ulang untuk sedimen dan deposito tersebut umumnya pada orde ribuan tahun;
maka kontribusi mereka terhadap siklus karbon diabaikan pada skala waktu manusia. Selain
itu, adanya pelapukan batuan silikat termasuk dalam penghasil sedimen dimana, selain dari 2
proses di atas, proses ini tidak memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap untuk
kembali ke atmosfer. Pelapukan batuan karbonat tidak memiliki efek netto terhadap CO2
atmosferik karena ion bikarbonat yang terbentuk terbawa ke laut dimana selanjutnya dipakai
untuk membuat karbonat laut dengan reaksi yang sebaliknya (reverse reaction).

Beberapa sedimen didaur ulang secara alami, seperti ketika sedimen larut atau ketika
hujan asam jatuh pada batuan karbonat (kapur), melepaskan karbon dioksida. Namun, ketika
deposit tersebut dibakar sebagai bahan bakar fosil, kadar karbon dioksida di atmosfer dapat
meningkat pada tingkat yang cepat.

d. Dampak Lingkungan Kegiatan Manusia

Gas karbon dioksida hanya sebagian kecil (0,036 persen) dari volume atmosfer.
Namun, karena kemampuannya untuk menetap, dan bahkan perubahan kecil dalam tingkat gas
ini dapat secara signifikan mengubah suhu lingkungan. Sekitar tahun 1850, manusia mulai
membakar sejumlah besar bahan bakar fosil; penggunaan bahan bakar tersebut dipercepat
secara signifikan setelah penemuan mobil.
Pada akhir abad kedua puluh, antara 5 miliar dan 6 miliar ton karbon yang dilepaskan
ke atmosfer setiap tahun dari pembakaran karbon fosil. Beberapa karbon dilepaskan mungkin
kembali ke bumi melalui karbon biologis memperbaiki perangkap panas dari bumi, karbon
dioksida bertindak seperti termostat, dan bahkan perubahan kecil dalam tingkat gas ini dapat
secara signifikan mengubah suhu lingkungan. Sekitar tahun 1850, manusia mulai membakar
sejumlah besar bahan bakar fosil; penggunaan bahan bakar tersebut dipercepat secara
signifikan setelah penemuan mobil. Pada akhir abad kedua puluh, antara 5 miliar dan 6 miliar
ton karbon yang dilepaskan ke atmosfer setiap tahun dari pembakaran karbon fosil.

Beberapa karbon dilepaskan mungkin kembali ke bumi melalui fiksasi karbon secara
biologis, dengan kemungkinan peningkatan biomassa pohon tanah atau tanaman lain. (Apakah
ini memang tetap, masih menjadi perdebatan.) Memang, skala besar deforestasi berpotensi
menghapus ini, berarti dimana kadar karbon dioksida di atmosfer dapat dikendalikan secara
alami. Setiap hari, jutaan ton karbon dioksida ke atmosfer setiap hari. Sayangnya, karbon
dioksida adalah gas rumah kaca. Menyerap cahaya inframerah. Atmosfer sehingga dapat
menyerap panas lebih dari itu digunakan untuk dapat di simpan, yang menghasilkan fenomena
yang biasa disebut sebagai pemanasan global.
e. Emisi Karbon dari Industri

Emisi industri adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar didalam mesin pembakaran
dalam, mesin pembakaran luar yang dikeluarkan melalui sistem pembuangan mesin. Sisa hasil
pembakaran 4 berupa air (H2O), gas CO yang disebut juga karbon monooksida, CO2 yang
disebut juga karbon dioksida, NO x senyawa nitrogen oksida, HC berupa senyawa Hidrat arang
sebagai akibat ketidaksempurnaan proses pembakara serta partikel lepas. Hampir sebagian
besar emisi yang dibuang pun berupa gas CO2 disamping gas lainnya. Untuk keseluruhan
kegiatan industri total emisi yang dihitung dibedakan dengan pertimbangan keterkaitan dengan
proses pemakaian energi dan proses yang berlangsung di industri itu sendiri (Baldasano,2008).
Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari berbagai kegiatan industri berhubungan dengan
energi. Selama proses ini, banyak gas rumah kaca yang berbeda dihasilkan seperti CO2, CH4,
N2O, dan PFC. Sebagian dari gas buang atau emisi yang dikeluarkan adalah beracun, dan
sebagian besar berupa gas rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global.

Emisi (buangan) gas karbon adalah gas-gas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran
senyawa yang mngandung karbon, contoh CO2, merupakan gas buang dari pembakaran bensin,
solar, kayu, daun, gas LPG (elpiji) dan bahan bakar lain yang banyak mengandung hidro karbon
(senyawa yang mengandung hidrogen dan karbon). Contoh lain, CFC (Chlor Fluoro Karbon)
dari Gas Pendingin (gas Freon) pada AC, Kulkast, Cat Piloks, Obat nyamuk semprot, Hair
spray semprot, dll.Bisa juga emisi karbon berupa atom Karbon (C) yang terlepas ke udara saat
terjadi peristiwa pembakaran seperti jelaga, butiran-butiran karbon yang berwarna hitam saat
kita meyulut ban bekas, membakar aspal, membakar lilin.dll. Tetapi ini bentuknyaa padat,
bukan gas. Hasil dari berbagai emisi gas karbon yan berasal dari kegiatan idustri maupun
kegiatan rumah tangga akan menguap ke langit dan menggumpal menjadi awan, dimana hasil
ini akan masuk ke dalam siklus karbon.

f. Pergerakan Tahunan Karbon Di Dunia

Penguraian semua efek ini kadang-kadang lebih sulit akibat respon yang lambat dari
perubahan laut di level CO2 di atmosfer. Seperti gas-gas yang lain pada umumnya, kekuatan
yang menggerakan CO2 dari udara ke permukaan laut adalah perbeadaan konsentrasi di
atmosfer dan perairan. Jika terjadi perubahan/pertukaran yang cepat maka di atmosfer menjadi.
Dari beberapa pengamatan terakhir pada lokasi perairan lain (Alaska dan kutub Selatan)
menunjukan hal yang sama dengan pengamatan Keeling (1958) akan tetapi ternyata variasi
siklus tahunan CO2 di Alaska lebih besar dibanding perairan lain, di mana rata-rata
peningkatannya itu sebesar 1.5 ppm pertahun. Sedangkan dari hasil pengamatan secara
musiman diperoleh bahwa CO2 maksimum terjadi pada bulan April dan Mei dan minimum
terjadi pada bulan September dan Oktober. Hal ini dikarenakan oleh variasi proses fotosintesis
dan respirasi oleh tumbuhan di darat (sedangkan dilautan tidak ada data yang cukup).
Dari hasil pengamatan tersebut di atas dan hasil analisis oleh Millero and Sohn (1992)
menyimpulkan bahwa perubahan Tekanan Parsial CO2 dipermukaan perairan disebabkan
oleh :

a. Pengurangan akibat fotosintesis

b. Pengurangan akibat pembentukan CaCO3

c. Pengurangan akibat pemanasan bumi

d. Penambahan akibat oksidasi oleh material tumbuhan

e. Penambahan akibat penguraian CaCO3

f. Penambahan akibat peningkatan CO2 di atmosfer akibat pembakaran fosil


SIKLUS KARBON DI LAUT

Gambar 2. Siklus karbon di laut


Di ekosistem air, pertukaran CO2 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung,
karbondioksida berkaitan dengan air membentuk membentuk asam karbon yang akan terurai
menjadi ion karbond. Bikarbon adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan
untuk diri mereka sendiri dan dan organism hetorotrof lain. Jumlah karbon dalam air adalah
seimbang dalam jumlah CO2 di dalam air (Michael, 1980).
Aspek penting lain dari karbon adalah reaksi nonbiologi yaitu pertukaran antara karbon
dioksida, karbonat dan bikarbonat yang umum terjadi dalam perairan. Pada kondisi tertentu
karbonat akan berpresipitasi dengan membentuk batu kapur (lime stone) (Muslimin
L.W,1996). Konsentasi DIC permukaan laut “saat ini” (1990-an) (dari the GLODAP
climatology). Laut mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon, dimana sebagian besar dalam
bentuk ion bikarbonat. Karbon anorganik, yaitu senyawa karbon tanpa ikatan karbon-karbon
atau karbon-hidrogen, adalah penting dalam reaksinya di dalam air. Pertukaran karbon ini
menjadi penting dalam mengontrol pH di laut dan juga dapat berubah sebagai sumber (source)
atau lubuk (sink) karbon. Karbon siap untuk saling dipertukarkan antara atmosfer dan lautan.
Pada daerah upwelling, karbon dilepaskan ke atmosfer. Sebaliknya, pada daerah downwelling
karbon (CO2) berpindah dari atmosfer ke lautan. Pada saat CO2 memasuki lautan, asam
karbonat terbentuk:
CO2 + H2O ⇌ H2CO3
Reaksi ini memiliki sifat dua arah, mencapai sebuah kesetimbangan kimia. Reaksi
lainnya yang penting dalam mengontrol nilai pH lautan adalah pelepasan ion hidrogen dan
bikarbonat. Reaksi ini mengontrol perubahan yang besar pada pH:
H2CO3 ⇌ H+ + HCO3−

Menurut Daniswara (2009), faktor- faktor yang mempengaruhi siklus karbon di


perairan adalah:
a. Kadar PH di laut.
b. Penguapan air laut.
c. Pelapikan batuan.
d. Gunung berapi di bawah laut, divusi dan CO2 di udara.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Daur Karbon. http://biosmadaj.blogspot.co.id/2012/04/daur-karbon-c.html.


Diakses pada tanggal 22 Desember 2015.

Anonim. 2015. Proses dan Tahapan Siklus Karbon. http://budisma.net/2015/01/proses-dan-


tahapan-siklus-karbon.html. Diakses pada tanggal 22 Desember 2015.

Firmansyah R, Mawardi AH, Riandi MU. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi 1. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Kistinnah I, Lestari ES. 2006. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Subardi, Nuryani, Pramono S. 2009. Biologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen


Pendidikan Nasional.

Suwarno. 2002. Panduan Pembelajaran Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen


Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai