Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS

KEPERAWATAN ANAK

“ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT LEUKEMIA PADA ANAK”

Dosen Pembimbing :Dr. Ni Luh Putu Eka, SKp, M.Kes.

Disusun Oleh :

Ananda Silvi (P17210173041)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MALANG

TAHUN 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pemikirannya.

Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT
LEUKEMIA PADA ANAK”. Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Anak Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Harapan kami dalam membuat makalah ini
semoga dapat memberikan manfaat bagi semua yang membacanya. Akhir kata, kami ucapkan
terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai.

Malang, 13 September
2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar.............................................................................................................................. i
Daftar isi ....................................................................................................................................... ii
1. BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3. Tujuan .............................................................................................................................. 1
2. BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi Leukemia ............................................................................................................ 3
2.2. Etiologi Leukemia ............................................................................................................ 3
2.3. Klasifikasi Leukemia ........................................................................................................ 4
2.4. Manifestasi klinis Leukemia ............................................................................................. 5
2.5. Patofisiologi Leukemia ..................................................................................................... 5
2.6. Pathway Leukemia............................................................................................................ 7
2.7. Komplikasi Leukemia ....................................................................................................... 7
2.8. Pemeriksaan penunjang Leukemia ................................................................................... 8
2.9. Penatalaksanaan Leukemia ............................................................................................... 9
2.10Asuhan Keperawatan Leukemia ..................................................................................... 16
3. BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ..................................................................................................................... 21
3.2. Saran ............................................................................................................................... 21

Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 22

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Leukemia merupakan keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang,
ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi penambahan sel-sel
abnormal dalam darah tepi. Berdasarkan National Academy of Sciences, terdapat
lebih dari 100.000 bayi di seluruh dunia yang lahir dengan keadaan dan kondisi yang
berat dari Leukemia (Cooley’s Anemia Foundation, 2006). Jumlah penderita di
Indonesia pada tahun 2008 sudah mencapai 20.000 orang penderita dari jumlah 200
juta orang penduduk Indonesia secara keseluruhan (Robert, 2009).

Leukemia limfositik akut atau biasa di sebut ALL adalah bentuk leukemia
yang paling lazim dijumpai pada anak, insiden tertinggi terdapat pada usia 3-7 tahun.
Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat,
mematikan, dan memburuk. Apabila tidak diobati segera, maka penderita dapat
meninggal dalam hitungan minggu hingga hari. Sedangkan leukemia kronis memiliki
perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang
lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun bahkan ada yang mencapai 5 tahun (Hoffbrand,
2005).

Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan


angkakematian mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International
Cancer Parent Organization (ICPO) menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak
terdapat120 anak yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya disebabkan oleh
leukemia(Sindo, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaiman definisi dari leukemia?
2. Bagaimana etiologi dari leukemia?
3. Bagimana klasifikasi dari leukemia?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari leukemia?
5. Bagaimana patofisiologi dari leukemia?
6. Bagaiamana pathway dari leukemia?
7. Bagaimana komplikasi dari leukemia?

4
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari leukemia?
9. Bagaiamana pentalaksanaan dari leukemia?
10. Bagaimana asuhan keperawatan dari leukemia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari leukemia
2. Untuk mengetahui etiologi dari leukemia
3. Untuk mengetahu klasifikasi dari leukemia
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari leukemia
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari leukemia
6. Untuk mengetahui pathway dari leukemia
7. Untuk mengetahui komplikasi dari leukemia
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari leukemia
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan leukemia
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari leukemia

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Leukemia


Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi (pertumbuhan sel imatur)
sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai adanya leukosit dengan jumlah
yang berlebihan, yang dapat menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia. (Hidayat,
2006).

Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain
(Mansjoer, dkk, 2002)

Leukemia ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoietik yang
mengalami transformasi secara maligna dan menyebabkan penekanan serta penggantian
unsure sumsum tulang yang normal . Perkembangan keganasan yang terjadi pada
leukemia akan menghasilkan abnormalitas sel leukemik dan gangguan produksi sel darah
normal.

2.2 Etiologi Leukemia


Terjadinya leukemia banyak hal yang mempengaruhi diantaranya:
1. Factor Eksogen
a. Radiasi, khususnya yang mengenai sumsum tulang, kemungkinan leukemia
meningkat pada penderita yang diobati dengan radiasi atau kemoterapi
b. Zat kimia, seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen anti
neoplastik. Terpapar zat kimia dapat menyebabkan dysplasia sumsum tulang
belakang, anemia aplastik dan perubahan kromosom yang akhirnya dapat
menyebabkan leukemia.
c. Infeksi virus, pada awal tahun 1980 diisolasi virus HTLV-1 (Human T
Leukemia Virus) dari leukemia sel T manusia pada limfosit seorang penderita
limfoma kulit dan sejak itu diisolasi dari sample serum penderita leukemia sel
T.

6
2. Faktor Endogen
a. Bersifat herediter, insiden meningkat pada beberapa penyakit herediter seperti
sindrom down mempunyai insiden leukemia akut 20 x lipat dan riwayat
leukemia dalam keluarga.
b. Kelainan genetic, mutasi genetic dari gen yang mengatur sel darah yang tidak
diturunkan.

2.3 Klasifikasi Leukemia


1. Leukemia Akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya
komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang disertai
dengan penyebaran ke organ-organ lain. Leukemia akut memiliki perjalanan klinis
yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-rata dalam 4-6 bulan.
a. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya proliferasi dan
akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang mengakibatkan
organomegali (pembesaran alat-alat dalam) dan kegagalan organ.
LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada umur dewasa
(18%). Insiden LLA akan mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa
pengobatan sebagian anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis
terutama diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang.
b. Leukemia Mielositik Akut (LMA)
LMA merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik yang akan
berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA merupakan leukemia nonlimfositik
yang paling sering terjadi.31 LMA atau Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA)
lebih sering ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%).
Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan dengan
durasi gejala yang singkat. Jika tidak diobati, LNLA fatal dalam 3 sampai 6 bulan.
2. Leukemia Kronik
Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi
neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan
hematologi.
a. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)

7
LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit T).
Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi progresif yang
berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang.
LLK cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang individu
yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan perbandingan 2:1 untuk laki-laki.
b. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK)
LGK/LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi
berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif matang.LGK/LMK mencakup
20% leukemia dan paling sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan
(40-50 tahun). Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom philadelphia
ditemukan pada 90-95% penderita LGK/LMK.
Sebagian besar penderita LGK/LMK akan meninggal setelah memasuki fase
akhir yang disebut fase krisis blastik yaitu produksi berlebihan sel muda leukosit,
biasanya berupa mieloblas/promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan
sel darah merah yang amat kurang.

2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis yang sering di jumpai pada penyakit leukemia adalah:
a. Sakit kepala
b. Pucat, lesu, merasa lemah atau letih
c. Demam, keringat malam dan anorexia
d. Berat badan menurun
e. Ptechie, memar tanpa sebab, mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak
keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil dibawah kulit)
f. Nyeri pada tulang persendian
g. Nyeri abdomen, pembengkakan atau rasa tidak nyaman diperut (akibat
pembesaran limpa)
(Suriadi & Rita Yuliani,2001: hal 177)

2.5 Patofisiologi Leukemia


Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih
pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah
8
normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah
normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak
produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel
tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan. (Odom, 2003)

Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi


kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat
meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh
kromosom, atau perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali),
delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah
bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan
mulainya proliferasi sel abnormal. (Bakti, 2006)

Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan
tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan
genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian
normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi
ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat
dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa
menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal,
dan otak. (American Cancer Society, 2005)

9
2.6 Pathway Leukemia

2.7 Komplikasi
Leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu:
a. Gagal sumsum tulang (Bone marrow failure). Sumsum tulang gagal memproduksi
sel darah merah dalam umlah yang memadai, yaitu:
 Lemah dan sesak nafas, karena anemia(sel darah merah terlalu sedikit)

10
 Infeksi dan demam, karena berkurangnya jumlah sel darah putih
 Perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
b. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi
lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga dapat menurunkan
kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.
c. Hepatomegali (Pembesaran Hati). Membesarnya hati melebihi ukurannya yang
normal.
d. Splenomegali (Pembesaran Limpa). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat
keadaan LGK sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa
bertambah besar, bahkan beresiko untuk pecah.
e. Limpadenopati. Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan kelenjar getah
bening dalam ukuran, konsistensi, ataupun jumlahnya.
f. Kematian.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan
pemeriksaan sumsum tulang.
a. Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadang-
kadang leukopenia (25%).48 Pada penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit
dan trombosit.31 Pada penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari
50.000/mm3,48 sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis
lebih dari 50.000/mm3.
b. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan
keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia
(blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa
sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam
sumsum tulang.20 Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh
limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95%
pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B.47 Sedangkan pada penderita
LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan peningkatan jumlah

11
megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih dari
30.000/mm3.
2.9 Penatalaksanaan
1. Transfusi darah
Diberikan jika kadar Hb berada dibawah norml. Pada trombositopenia yang berat
dan perdarahan yang massif dapat diberikan transfuse trombosit
2. Kortikosteroid seperti prednisone, kortison, deksametason dan sebagainya. Setelah
dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh dan gejala klinik
membaik), dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
3. Sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi: vinkristin,
asparaginase, prednisone, untuk terapi awal dilanjutkan dengan kombinasi
mercaptopurine, metotrexate, vincristine, dan prednisone untuk pemeliharaan.
Radiasi untuk daerah kraniospinal dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat
membantu mencegah kekambuhan pada system syaraf pusat.
4. Imunoterapi
Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukemia yang cukup rendah (105-106), imunoterapi diberikan.
Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau
dengan Crynae bacterium dan dimaksutkan agar terbentuk antibody yang dapat
memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan
penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi
5. Transplantasi sumsum tulang
(Ngastiyah, 2005)

12
Terapi Kolaboratif Leukemia

Nama Obat Aksi Metabolisme Ekskresi Indikasi Toksisitas


Antimetabolit
Mielosupresi
(terendah 7-10
hari), mukositis,
Antagonis asam stomatitis,
Ginjal 50-90 % LLA, limfoma,
folat, menghambat dermatitis, hepatitis,
Metotreksat Hati diekskresi tanpa meduloblastoma,
dihidrofolat ginjal dan SSS
perubahan, biliaris osteosarkoma
reduktase dengan pemberian
dosis tinggi, cegah
dengan leukovorin,
monitor kadar.
Hati, alupurinol, Mielosupresi,
menghambat nekrosis hati,
Analog purin ,
6-Merkaptopurin metabolisme mukositis,
menghambat Ginjal LLA
(purinetol) alopurinol
sintesis purin
meningkatkan
toksisitas
Sitarabin ( Ara-C) Analog pirimidin, Hati Ginjal LLA, Limfoma Mielosupresi,

13
menghambat konjungtivitis,
polymerase DNA mukositis disfungsi
SSS
Agen Alkilasi
MMielosupresi,
sistitis hemoragik,
Guanine alkilat, fibrosis paru,
Siklofosfamid LLA, Limfoma,
menghambat Hati Ginjal sekresi ADH tidak
(citoksan) sarkoma
sintesis DNA memadai, kanker
kandung kemih,
anafilaksis
Limfoma, tumor
Sama dengan
wilms, sarcoma,
Sama dengan siklofosfamid,
Ifosfamid (Ifeks) Hati Ginjal tumor sel benih
siklofosfamid disfungsi SSS,
(germ cell) dan
toksisitas jantung
tumor testis
Antibiotika
Doksorubisin LLA, LMA, Kardiomiopati, urin
(Adriamycin) dan Mengikat DNA Osteosarkoma,, merah, nekrosis
Hati Biliaris, Ginjal
Daunorubisin interkalasi Ewing, Limfoma, jaringan bila
(Cerubidin) Neuroblastoma ekstravasasi

14
mielosupresi,
konjungtivitis,
dermatitis radiasi,
aritmia
Nekrosis jaringan
Mengikat DNA, Ginjal, Tinja; 30% Tumor wilms, bila ekstravasasi,
Daktinomisin menghambat - obat diekskresi rhabdomioarkoma, mielosupresi,
transkripsi tanpa perubahan sarcoma ewing radiosensitisasi,
ulserasi mukosa
Pneumonitis,
Penyakit Hodgkin, stomatitis,
Bleomisin Mengikat DNA,
Hati Ginjal limfoma, tumor sel fenomena Raynaud,
(Blenoxan) memotong DNA
benih,(germ cell) fibrosis paru,
dermatitis
Alkaloid Vinka
LLA, Limfoma, Selulitis local,
tumor wilms, neuropati perifer,
Menghambat
Vinkristin Penyakit Hodgkin, konstipasi, ileus,
pembentukan Hati Biliaris
(Oncovin) Sarkoma Ewing, nyeri rahang,
mikrotubuli
neuroblastoma, dekresi ADH tidak
rhabdomiosarkoma memadai, kejang,

15
ptosis, mielosupresi
minimal
Menghambat Penyakit Hodgkin,
Selulitis local,
Vinblastin (Velban) pertumbuhan Hati Biliaris histositosis sel
leucopenia
mikrotubuli Langerhans
Enzim
Reaksi alergi,
pancreatitis,
Pengosongan
Sistem hiperglikemia,
L-Asparaginase (deplesi) L- - LLA
Retikuloendotelial disfungsi trombosit,
Asparaginase
dan koagulopati,
ensefalopati
Terindikasi untuk
Konjugasi polietilen
Sistem penderita yang
Pegaspargase glikol dan L- - LLA
Retikuloendotelial alergi terhadap L-
Asparaginase
Asparaginase
Hormon
Sindrom Chusing,
Tidak
LLA;Penyakit diabetes, kataraka,
Prednison diketahui;modifikasi Hati Ginjal
Hodgkin, Limfoma hipertensi, miopati,
limfosit
osteoporosis,

16
infeksi, ulserasi
peptikum, psikosis
Lain-lain
Hati; fenobarbital Mielosupresi
Karbamilasi DNA, meningkatkan Tumor SSS, terlambat(4-6
Karmustin
menghambat metabolism, Ginjal limfoma, Penyakit minggu); fibrosis
(nitrosurea)
sintesis DNA, menurunkan Hodgkin paru, karsinogen,
aktivitas stomatitis
Nefrotoksik;
aminoglikosida
meningkat
Tumor gonad;
nefrotoksisitas,
osteosarkoma,
Menghambat mielosupresi,
Sisplatin (Platinol) - Ginjal neuroblastoma,
sintesis DNA ototoksisitas, tetani,
tumor sel benih
neurotoksisitas,
(germ cell)
sindrom
hemolitikuremik;
anafilaksis
Inhibitor LLA, limfoma, Mielosupresi,
Etoposid (VePesid) - Ginjal
topoisomerase tumor sel benih, leukemia sekunder
Etretinat (Tegison) Mendorong Hati Hati Beberapa leukemia; Mulut kering,

17
(analog vitamin A) diferensiasi normal neuroblastoma rambut rontok,
dan tretinion pseudotumor
serebri, penutupan
epifisis premature

18
2.10 Asuhan Keperawatan Leukemia
A. Pengkajian
1. Biodata pasien
2. Keluhan utama
Alasan masuk RS
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Prenatal
b. Intranatal
c. Postnatal
4. Riwayat kesehatan dahulu
a. Penyakit yang di derita sebelumnya
b. Pernah dirawat di RS
c. Obat-obatan yang pernah digunakan
d. Alergi
e. Riwayat Imunisasi
5. Riwayat kesehatan saat ini
6. Riwayat kesehatan keluarga
7. Riwayat tumbuh kembang
a. Kemandirian dan bergaul
b. Motorik kasar
c. Motorik halus
d. Kognitif dan bahasa
e. Psikososial
8. Riwayat social
9. Riwayat social
a. Yang mengasuh klien
b. Hubungan dengan anggota keluarga
c. Hubungan dengan teman sebaya
d. Pembawaan secara umum
e. Lingkungan rumah
10. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) TB/BB
3) Kepala
19
a. Lingkar kepala
b. Rambut
4) Mata
a. Sclera
b. Konjungtiva
c. Palpebra
d. Pupil
5) Telinga
6) Hidung
7) Mulut
a. Lidah
b. gigi
8) Leher
a. Kelenjar getah bening
b. Kelenjar tiroid
c. JVP
9) Dada
10) Jantung
11) Paru-paru
12) Abdomen
13) Punggung
14) Ekstremitas
15) Genetalia
16) Kulit
17) Pemeriksaan neurologis
11. Pemeriksaan psikososial
12. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah tepi
b. Pemeriksaan sumsum tulang

B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Amin dan Hardhi (2015), diagnosa keperawatan yang biasanya muncul
pada pasien dengan diagnose medis leukemia adalah:
1. Nyeri akut b.d ifiltrasi leukosit jaringan sistemik
20
2. Ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah
keperifer (anemia)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan
proliferative gastrointestinal dan efek toksik obat kemoterapi
4. Hambatan mobilitas fisik b.d kontraktur, kerusakan integritas struktur tulang,
penurunan kekuatan otot (depresi sumsum tulang)
5. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan (muntah,
perdarahan, diare)
6. Resiko infeksi b.d menurunya system pertahanan tubuh

C. Intervensi Keperawatan
1) Diagnosa I: Nyeri akut b.d ifiltrasi leukosit jaringan sistemik
Tujuan: Kebutuhan nyaman terpenuhi, klien tidak merasakan nyeri
Kriteria Hasil:
a. Klien mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
b. Klien merasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi:

1. Atur posisi tidur px senyaman mungkin


Rasional: Jika posisi tidur salah maka akan memperberat rasa nyeri
2. Ajarkan teknik relaksasi
Rasional: Relaksasi akan mengurangi rasa nyeri
3. Kolaborasi pemberian obat analgetik
Rasional: Agar klien merasa nyaman dan mengurangi rasa nyeri
4. Kaji ulang TTV px
5. Kaji ulang nyeri

2) Diagnosa II: Ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai


darah keperifer (anemia)
Tujuan: Circulation status, tissue perfusion: cerebral
Kriteria Hasil: Anak memiliki perfusi jaringan yang adekuat

Intervensi:

21
1) Anjurkan anak menjalani tirah baring
Rasional: tirah baring dilakukan karena latihan dapat meningkatkan
metabolisme seluler
2) Lakukan latihan ROM setiap 4-6 jam, atau lakukan aktivitas lain sesuai
usia yang dapat dilakukan anak diatas tempat tidur.
Rasional: latihan ROM pasif dapat meningkatkan mobilisasi tanpa
menekan sendi dan menyebabkan nyeri.

3) Diagnosa III: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d


perubahan proliferative gastrointestinal dan efek toksik obat kemoterapi
Tujuan: Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria Hasil: Mual muntah berkurang atau bahkan menghilang, berat badan
dapat dipertahankan, klien bisa menghabiskan makanan 1 porsi
Intervensi:
1) Monitor input dan output makanan
Rasional: mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan
2) Berikan makan sedikit dan frekuensi sering
Rasional: makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan
pemasukan
3) Pastikan pola diit makanan yang disukai dan tidak disukai
Rasional: mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
4) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan diit
Rasional: membantu dalam membuat rencana diit untuk memenuhi
kebutuhan individual

4) Diagnosa IV: Hambatan mobilitas fisik b.d kontraktur, kerusakan integritas


struktur tulang, penurunan kekuatan otot (depresi sumsum tulang)
Tujuan: anak mampu melakukan mobilisasi
Kriteria hasil: anak mampu mencapai ROM maksimum yang ditandai oleh
kemampuan melakukan latihan yang diprogamkan

Intervensi:

22
1) Anjurkan anak untuk melakukan latihan isometric sesuai program
Rasional: latihan isometrik dapat mempertahankan kekuatan otot dengan
cara menegangkan otot-otot tanpa menggerakkan sendi
2) Melakukan program latihan ROM aktif dan Pasif
Rasional: latihan ROM aktif dan pasif meningkatkan tonus dan kekuatan
otot sekitar sendi, serta mencegah atrofi dan ketidakmampuan otot

5) Diagnosa V: Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan


(mual muntah)
Tujan: mempertahankan kebutuhan cairan
Kriteria Hasil: Menunjukkan volume cairan adekuat

Intervensi:

1) Pantau asupan dan haluaran cairan anak, termasuk cairan intravena


Rasional: pemantauan memungkinkan pengkajian keseimbangan cairan
anak.
2) Kolaborasi pemberian cairan IV
Rasional: mempertahankan keseimbangan cairan/elektrolit

6) Diagnosa VI: Resiko infeksi b.d menurunya system pertahanan tubuh


Tujuan: mencegah timbulnya infeksi
Kriteria Hasil:
a) Mengidentifikasi tindakan untuk mencegah /menurunkan resiko infeksi
b) Menunjukkan teknik perubahan pola hidup untuk meningkatkan
penyembuhan

Intervensi:

1) Batasi pengunjung sesuai indikasi


Rasional: Melindungi dari sumber potensial pathogen
2) Sediakan cairan pencuci tangan untuk petugas dan pengunjung
Rasional: mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi

23
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa nadi .Leukemia akut dan kronis merupakan suatu
bentuk keganasan atau maligna yang muncul dari perbanyakan klonal sel-sel
pembentuk sel darah yang tidak terkontrol mekanisme kontrol seluler normal
mungkin tidak bekerja dengan baik akibat adanya perubahan pada kode genetik yang
seharusnya bertanggung jawab atas pengaturan pertumbuhan sel dan diferensiasi.

4.2 Saran

Bagi keluarga sebaiknya memahami bagaimana tatalaksana terapeutik untuk pasien


leukemia agar penyakitnya tidak memasuki stadium lanjut.

24
DAFTAR PUSTAKA

Asra D. Bab II Tinjauan Pustaka Leukimia. [online]. (repository.usu.ac.id. Diakses pada


tanggal 29 Agustus 2018)

Desmawati. 2013. SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI. Jakarta: Penerbit In Media

IDAI. 2017. Mengenal Leukemia Pada Anak. [online]. (http://www.idai.or.id/artikel/seputar-


kesehatan-anak/mengenal-leukemia-pada-anak. Diakses pada tanggal 30 Agustus 2018)

Iswandi F. 2013. Bab II Tinjauan Pustaka Leukimia.


[online].(eprints.undip.ac.id/43856/3/BAB_2_KTI_Faisal_iswandi.pdf. Diakses pada tanggal
23 Agustus 2018)

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction Publishing

Nurilawati. 2016. BAB II Konsep Dasar Leukimia. [online]. (digilib.unimus.ac.id. Diakses


pada tanggal 29 Agustus 2018)

Nursalam. 2005. Konsep Dasar Leukemia. [online].


digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-nurilawati-5172-2-bab2.pdf. (Diakses
pada tanggal 11 September 2018)

Speer, Kathlen Morgan. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

25

Anda mungkin juga menyukai