LAPORAN PENDAHULUAN
OLEH:
Lathifah Nur Lailiyah, S. Kep
NIM 182311101014
B. Epidemiologi
Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering dijumpai
oleh dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus terbanyak. Mc Iver
mencatat 44% dari obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna yang
mengalami strangulasi. Di RSCM, pada tahun 1989, Kartowisastro dan
Wiriasoekarta melaporkan 58% kasus obstruksi mekanik usus halus disebabkan
oleh hernia.
C. Etiologi
1) Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus
obstruktif, sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh
riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi
intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang
sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya.
Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam
masa anak-anak.
2) Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional,
atau parastomal) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus
obstruktif, dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak
mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna (paraduodenal,
kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa
menyebabkan hernia.
3) Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi
intralumen, sedangkan tumor metastase atau tumor intra abdominal dapat
menyebabkan obstruksi melalui kompresi eksternal.
4) Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap
bagian usus yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran
limphanodus mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya
intususepsi.
5) Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi
akut selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
6) Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital,
seperti malrotasi usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi
usus besar.
7) Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong
empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus
halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal.
Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada
bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
8) Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi,
terapi radiasi, atau trauma operasi.
9) Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau
penumpukan cairan.
10) Benda asing, seperti bezoar.
11) Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau
hernia Littre.
12) Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum
distalis dan kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium.
D. Klasifikasi
E. Patofisiologi/Patologi
Ileus non mekanis dapat disebabkan oleh manipulasi organ abdomen,
peritonitis, sepsis dan lain-lain, sedang ileus mekanis disebabkan oleh
perlengketan neoplasma, benda asing, striktur dan lain-lain. Adanya penyebab
tersebut dapat mengakibatkan passage usus terganggu sehingga terjadi akumulasi
gas dan cairan dalam lumen usus. Adanya akumulasi isi usus dapat menyebabkan
gangguan absorbsi H20 dan elektrolit pada lumen usus yang mengakibatkan
kehilangan H20 dan natrium, selanjutnya akan terjadi penurunan volume cairan
ekstraseluler sehingga terjadi syok hipovolemik, penurunan curah jantung,
penurunan perfusi jaringan, hipotensi dan asidosis metabolik.
Akumulasi cairan juga mengakibatkan distensi dinding usus sehingga
timbul nyeri, kram dan kolik. Distensi dinding usus juga dapat menekan kandung
kemih sehingga terjadi retensi urine. Distensi juga dapat menekan diafragma
sehingga ventilasi paru terganggu dan menyebabkan sulit bernafas. Selain itu juga
distensi dapat menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Selanjutnya terjadi
iskemik dinding usus, kemudian terjadi nekrosis, ruptur dan perforasi sehingga
terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke dalam peritoneum
dan sirkulasi sistem. Pelepasan bakteri dan toksin ke peritoneum akan
menyebabkan peritonitis septikemia.
Akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus juga dapat menyebabkan
terjadinya obstruksi komplet sehingga gelombang peristaltik dapat berbalik arah
dan menyebabkan isi usus terdorong ke mulut, keadaan ini akan menimbulkan
muntah-muntah yang akan mengakibatkan dehidrasi. Muntah-muntah yang
berlebihan dapat menyebabkan kehilangan ion hidrogen dan kalium dari lambung
serta penurunan klorida dan kalium dalam darah, hal ini merupakan tanda dan
gejala alkalosis metabolik.
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu : nyeri akut, retensi
urinarius, pola nafas tak efektif, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
dan risiko kekurangan volume cairan.
F. Manifestasi Klinis
H. Kemungkinan Komplikasi
1) Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga
terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2) Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ
intra abdomen.
3) Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik
dan cepat.
4) Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
Proliferasi bakteri
K. Proses Keperawatan
1) Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku dan gaya hidup.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat
dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada
abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan dan nyeri
lepas, abdomen tegang dan kaku.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang,
timbul atau
terus- menerus (menetap).
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala
numeric
1 s/d 10.
T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang
memperberat dan
memperingan keluhan.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami penyakit pada
sistem pencernaan, atau adanya riwayat operasi pada sistem
pencernaan.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang
sama dengan klien.
c. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan
pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan
anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana
mood pasien.
2. Sistem pernafasan
Peningkatan frekuensi napas, napas pendek dan dangkal
3. Sistem kardiovaskuler
Takikardi, pucat, hipotensi (tanda syok)
4. Sistem persarafan
Tidak ada gangguan pada sistem persyarafan
5. Sistem perkemihan
Retensio urine akibat tekanan distensi abdomen, anuria/oliguria,
jika syok hipovolemik
6. Sistem pencernaan
Distensi abdomen, muntah, bising usus meningkat, lemah atau
tidak ada, ketidakmampuan defekasi dan flatus.
7. Sistem muskuloskeletal
Kelelahan, kesulitan ambulansi
8. Sistem integumen
Turgor kulit buruk, membran mukosa pecah-pecah (syok)
9. Sistem endokrin
Tidak ada gangguan pada sistem endokrin
10. Sistem reproduksi
Tidak ada gangguan pada sistem reproduksi
2) Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien
dengan ileus obstruksi adalah sebagai berikut : (Doenges, M.E. 2001 dan
Wong D.L)
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen
yang ditandai dengan takipnea.
2. Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen yang ditandai dengan
wajah meringis.
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang ditandai
dengan takikardi, gelisah
4. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik yang ditandai
dengan kesulitan mempertahankan tidur nyenyak.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan absorbsi nutrisi yang ditandai dengan nyeri abdomen
dan enggan makan.
6. Konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus yang ditandai
dengan penurunan frekuensi defekasi.
7. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang
tidak adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus
3) Intervensi Keperawatan
Keterangan:
1. Sangat menyimpang dari rentang normal
2. Banyak menyimpang dari rentang normal
3. Cukup menyimpang dari rentang normal
4. Sedikit menyimpang dari rentang normal
5. Tidak menympang dari rentang normal
6. Konstipasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam NIC: Manajemen
berhubungan pasien menunjukkan hasil : Konstipasi/lmpaksi (0450)
dengan
disfungsi Eliminasi Usus (0501) 12. Monitor tanda dan gejala
Tujuan konstipasi
motilitas usus No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 13. Monitor hasil produksi
yang ditandai 1. Pola eliminasi 2 √ pergerakan usus (feses), meliputi:
dengan 2. Kontrol gerakan usus 2 √ frekuensi, konsistensi, bentuk,
penurunan 3. Warna feses 2 √ volume, dan warna, dengan cara
frekuensi Jumlah feses untuk yang tepat
4. 1 √
diet 14. Monitor bising usus
defekasi
Feses lembut dan
(00011) 5. 2 √ 15. Timbang berat badan pasien
berbentuk
secara teratur
6. Kemudahan BAB 1 √
7. Tekanan sfingter 2 √
16. Evaluasi jenis pengobatan yang
Otot untuk memiliki efek samping pada
8. 2 √ gastrointestinal lnstruksikan
mengeluarkan feses
Pengeluaran feses pasien/keluarga untuk mencatat
9. 2 √ warna, volume, frekuensi, dan
tanpa bantuan
10. Suara bising usus 2 √ konsistensi dari feses
11. Pola eliminasi 1 √ 17. Sarankan penggunaan laksatif,
dengan cara yang tepat
Informasikan pada pasien
Keterangan : mengenai prosedur untuk
6. Sangat terganggu mengeluarkan feses secara
7. Banyak terganggu manual, jika diperlukan
8. Cukup terganggu 18. Lakukan enema atau irigasi,
9. Sedikit terganggu dengan tepat
10. Tidak terganggu 19. Jelaskan penyebab dari masalah
dan rasionalisasi tindakan pada
- Pola eliminasi normal, 2-3 kali/hari (050101) pasien Identifikasi faktor-faktor
- Kontrol gerakan usus (050102) (misalnya, pengobatan, tirah
- Warna feses: feses berwarna coklat/ tidak berwarna hitam baring, dan diet) yang
atau merah (050103) menyebabkan atau berkontribusi
- Jumlah feses untuk diet, 0,25-1 pound per hari (050104) pada terjadinya konstipasi
- Feses lembut dan berbentuk (050105) 20. Ajarkan pasien atau keluarga
- Kemudahan BAB: tidak mengejan, tidak menggunakan mengenai proses pencernaan
stimulus jari (050112) normal
- Tekanan sfingter normal (050118) 21. Berikan petunjuk pada pasien
- Tidak menggunakan otot tambahan untuk mengeluarkan untuk dapat berkonsultasi dengan
feses (mengejan) (050119) dokter jika konstipasi masih tetap
- Pengeluaran feses tanpa bantuan (050121) terjadi
- Suara bising usus normal, 5-30 kali/menit (050129) 22. Konsultasikan dengan dokter
mengenai
penurunan/peningkatan frekuensi
bising usus
L. Discharge Planning
1. Obat: beritahu klien dan keluarga tentang daftar nama obat dosis, waktu
pemberian obat. Jangan mengonsumsi obat-obatan tradisional dan vitamin
tanpa instruksi dokter. Konsumsi obat secara teratur. Jika merasakan ada efek
samping dari obat segera cek ke rumah sakit. Perhatikan aktivitas ketika
selesai meminum obat yang memiliki efek samping mengantuk.
2. Diet: Diet rendah serat. Dokter dapat merekomendasikan diet rendah serat
pada obstruksi parsia. Hal ini dapat membantu mengurangi feses yang keras,
agar lebih mudah melewati usus. Namun, jika hal ini tidak berhasil, operasi
untuk memperbaiki bagian usus tersebut akan diperlukan.
3. Gaya hidup: Pola makan yang sehat, Penurunan berat badan, Istirahat cukup.
DAFTAR PUSTAKA