Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN WAHAM DI RUANG GIOK

RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Di Susun Oleh:

RAYAN VATHY, S.Kep


NIM. 14. 31. 0320

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

CAHAYA BANGSA BANJARMASIN

PROGRAM PROFESI NERS

TAHUN 2015
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN WAHAM DI RUANG GIOK

RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Disusun oleh :

RAYAN VATHY, S.Kep

NIM. 14. 31. 0320

Banjarmasin, Desember 2015

Mengetahui,

Pembimbing Akademik/Mentor Pembimbing Lahan/Preseptor

ERMADAYANTI, S.Kep., Ners


NIP. 19770718 199803 2 003
LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN WAHAM DI RUANG YAKUT

RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Di Susun Oleh:

SARPA’U, S.Kep
NIM. 14. 31. 0327

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

CAHAYA BANGSA BANJARMASIN

PROGRAM PROFESI NERS

TAHUN 2015
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN WAHAM DI RUANG YAKUT

RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Disusun oleh :

SARPA’U, S.Kep

NIM. 14. 31. 0327

Banjarmasin, Desember 2015

Mengetahui,

Pembimbing Akademik/Mentor Pembimbing Lahan/Preseptor


LAPORAN PENDAHULUAN
WAHAM

A. KASUS (MASALAH UTAMA): Perubahan proses pikir: waham

1. Definisi

Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat,


tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar
belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun
telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara
umum. (Tim Keperawatan PSIK FK UNSRI, 2005).

Waham adalah keyakinan keliru yang sangat kuat yang tidak dapat
dikurangi dengan menggunakan logika (Ann Isaac, 2004).

Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilannya (Maramis,W.F,1995).

Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat
dibuktikan dalam kenyataan (Harold I, 1998).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa waham adalah


keyakinan yang salah dan menetap dan selalu dikemukakan berulang-ulang.

2. Rentang Respon

Waham termasuk dalam rentan responb mal-adaptif pada gangguan


neurobiologis yang dapat diidentifikasikan sepanjang rentang respon adaptif
sampai respon mal-adaptif
RENTANG RESPON NEUROBIOLOGIS

Respon Adaptif Respon Mal-adaptif


Pikiran logis Pikiran kadang menyimpang Kelainan pikiran/delusi
Presepsi Akurat Reaksi emosional berlebihan Halusinasi
Emosi konsisten dengan atau kurang Ketidak mampuan untuk
pengalaman Perilaku ganjil atau tak mengalami emosi
Prilaku sesuai lazim Ketidak teraturan
Menarik diri
Hubungan sosial Isolasi social

3. Tanda dan Gejala

a. Kognitif

Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata

Individu sangat percaya pada keyakinannya

Sulit berfikir realita

Tidak mampu mengambil keputusan

b. Afektif

Situasi tidak sesuai dengan kenyataan

Afek tumpul

c. Prilaku dan Hubungan Sosial

Hipersensitif

Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal

Depresif

Ragu-ragu

Mengancam secara verbal

Aktifitas tidak tepat

Streotif

Impulsive

Curiga
d. Fisik

Higiene kurang

Muka pucat

Sering menguap

BB menurun

Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

4. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

a. Faktor Predisposisi

1) Faktor Biologis

a) Gangguan perkembangan otak, frontal dan temporal.

b) Lesi pada korteks frontal, temporal dan limbik

c) Gangguan tumbuh kembang

d) Kembar monozigot, lebih beresiko dari kembar dua telur

2) Faktor Genetik

Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan


skizoprenia

3) Faktor Psikologis

a) Ibu pengasuh yang cemas/over protektif, dingin, tidak sensitif

b) Hubungan dengan ayah tidak dekat/perhatian yang berlebihan

c) Konflik perkawinan

d) Komunikasi “double bind”

4) Sosial budaya

a) Kemiskinan

b) Ketidakharmonisan sosial

c) Stress yang menumpuk


b. Faktor Presipitasi

1) Stressor sosial budaya

Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas


keluarga, perpisahan dengan orang yang paling penting, atau
diasingkan dari kelompok.

2) Faktor biokimia

Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin, lindolomin, zat


halusinogen diduga berkaitan dengan orientasi realita

3) Faktor psikologi

Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai terbatasnya


kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkurangnya
orientasi realita.

5. Mekanisme Koping

Mekanisme koping yang sering digunakan klien yaitu:

a. Regresi sebagai upaya klien untuk menangulangi ansietas.

b. Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.

B. PROSES KEPERAWATAN

1. Kemungkinan data fokus

a. Wawancara

b. Pemeriksaan fisik dan observasi

1) Tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah)

2) Berat badan

3) Tinggi badan

4) Keluhan fisik yang dirasakan pasien


c. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan penunjang pada klien waham dapat dilakukan dengan cara


melakukan pemeriksaan susunan saraf pusat, apakah ada suatu kelainan
yang terjadi atau tidak.

2. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

a. Pohon masalah

Kerusakan komunikasi verbal

Perubahan isi pikir: waham (Core Problem)

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

b. Data yang dikaji

Data yang perlu dikaji selain identitas klien yaitu:

1) Data subyektif:

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,


kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.

2) Data obyektif:

Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,


merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat
waspada, tidak tepat menilai lingkungan/realitas, ekspresi wajah klien
tegang, mudah tersinggung.

c. Rencana tindakan keperawatan

1) Masalah Keperawatan

a) Kerusakan komunikasi verbal

b) Perubahan isi pikir: waham


c) Gangguan konsep diri

2) Rencana Keperawatan

a) Tujuan umum: sesuai masalah (problem).

b) Tujuan khusus

(1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan


perawat.

Tindakan:

(a) Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik,


perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas topik,
waktu, tempat).

(b) Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan


perawat menerima keyakinan klien "saya menerima
keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan
perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan
empati, tidak membicarakan isi waham klien.

(c) Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan


terlindungi: katakan perawat akan menemani klien dan
klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan
dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.

(d) Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian


dan perawatan diri

(2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.

Tindakan:

(a) Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang


realistis.

(b) Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada


waktu lalu dan saat ini yang realistis.

(c) Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan


untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas
sehari - hari dan perawatan diri).
(d) Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan
sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada
klien bahwa klien sangat penting.

(3) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak


terpenuhi.

Tindakan:

(a) Observasi kebutuhan klien sehari-hari.

(b) Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik


selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas,
marah).

(c) Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya


waham.

(d) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan


klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika
mungkin).

(e) Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk


menggunakan wahamnya.

(4) Klien dapat berhubungan dengan realitas

Tindakan:

(a) Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang


lain, tempat dan waktu).

(b) Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok: orientasi


realitas.

(c) Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan


klien

(5) Klien dapat menggunakan obat dengan benar

Tindakan:

(a) Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis,


frekuensi, efek dan efek samping minum obat.
(b) Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar
(nama pasien, obat, dosis, cara dan waktu).

(c) Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat


yang dirasakan.

(d) Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

(6) Klien dapat dukungan dari keluarga

Tindakan:

(a) Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga


tentang: gejala waham, cara merawat klien, lingkungan
keluarga dan follow up obat.

(b) Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan and Sadock. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, (Alih bahasa): Wm. Roan.
Jakarta: Penerbit Widya Medika.

Kelliat, Budi Ana. 1992. Ganguan Konsep Diri, Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta:
EGC.

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3 (Alih Bahasa),
Achir Yani S. Jakarta: EGC.

Tim Pengembangan MPKP RS Marzuki Mahdi Bogor. 2002. Standar Operasional


(SOP) Rencana Keperawatan Jiwa.

Townsend, Mc. 1998. Buku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri,


Edisi 3 (Alih Bahasa) Novy, Helena C. Daulima. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai