Anda di halaman 1dari 3

I.

Analisis dan Pembahasan:

Pada percobaan berjudul “Destilasi Fraksinasi” ini bertujuan yaitu menentukan indeks
bias destilat dan menentukan presentase kemurnian destilat. Sebelum percobaan dimulai,
langkah pertama yang dilakukan yaitu membersihkan semua peralatan yang akan digunakan.
Peralatan yang digunakan harus benar-benar bersih sehingga dapat memperoleh hasil yang
maksimal. Setelah alat-alat dibersihkan, langkah selanjutnya yaitu merangkai alat dengan
benar. Setelah merangkai alat selesai, langkah selanjutnya yaitu memasukkan sampel berupa
spirtus yang berwarna biru (warna biru dihasilkan dari penambahan senyawa metilen blue
kedalam spirtus). Spirtus merupakan campuran dari etanol, metanol, zat warna (metilen blue
atau metilen violet), dan CuSO4. Setelah memasukkan sampel kedalam labu dasar bulat,
kemudian ditambahkan satu butir batu didih. Tujuan penambahan batu didih adalah untuk
meratakan panas panas sehingga panas menjadi homogen pada seluruh bagian larutan dan
untuk menghindari titik lewat didih. Pori-pori dalam batu didih akan membantu penangkapan
udara pada larutan dan melepaskannya ke permukaan larutan. Tanpa batu didih, maka larutan
yang dipanaskan akan menjadi superheated pada bagian tertentu, lalu tiba-tiba akan
mengeluakan uap panas yang bisa menimbulkan letupan atau ledakan. Batu didih tidak boleh
dimasukkan pada saat larutan akan mencapai titik didihnya. Jika batu didih dimasukkan pada
larutan yang sudah hampir mendidih, maka akan terbentuk uap panas dalam jumlah yang
besar secara tiba-tiba. Hal ini bisa menyebabkan ledakan atau kebakaran. Jadi, batu didih
harus dimasukkan ke dalam larutan atau cairan sebelum dipanaskan. Setelah memasukkan
batu didih, langkah selanjutnya yaitu memasang labu dasar bulat di dasar alat kolom
fraksinasi. Setelah memasang labu dasar bulat, kemudian memasang termometer yang berada
pada ujung atas kolom fraksinasi. Ujung termometer harus berada pada lubang keluar destilat.
Kemudian kran pada air dialirkan dan memasuki tepi kondensor. Setelah semua alat siap,
ditambahkan air yang berada pada panci yang menjadi tempat labu dasar bulat untuk
melakukan penangasan. Setelah itu kompor listrik dihidupkan dan ditunggu hingga suhu pada
termometer mencapai 64,5oC. Suhu dalam percobaan harus dijaga agar tetap 64,5oC,
dikarenakan pada suhu tersebut metanol akan menguap. Metanol lebih bersifat volatil
dibandingkan dengan etanol. Secara teoritis metanol mendidih pada suhu 64,5oC sedangkan
etanol mendidih pada suhu 78,4oC. Sekitar suhu ±64,5oC metanol menguap dan uap akan
melewati kolom fraksinasi (kolom Vigreux). Kolom Vigreux ini berfungsi untuk sebagai
penyambung atau penghubung yang merupakan tempat terjadinya pengembunan dan
penguapan secara bertingkat, atau sebagai tempat yang dilalui oleh uap dan kondensat untuk
menjadi destilat. Kolom vigreux juga dapat mengatur keseimbangan suhu. Uap yang menuju
kolom fraksinasi akan melewati tiap-tiap kolom. Uap yang melewati kolom ini akan
menghasilkan pemurnian beberapa kali. Uap yang tidak berhasil melewati kolom fraksinasi
akan kembali dan jatuh ke dalam spirtus. Setelah uap berhasil melewati kolom fraksinasi
selanjutnya akan menuju ke kondensor. Fungsi kondensor adalah untuk mendinginkan uap
tadi dan mengkondendasi menjadi zat cair atau destilat yang akan ditampung dalam gelas
kimia. Setelah mendapat destilat kurang lebih 1 mL, maka destilat tersebut dibuang karena
kemungkinan telah tercampur pengotor dalam alat yang dilewati destilat tadi. Kemudian
ditampung lagi destilat baru sebanyak 10 mL. Setelah didapatkan destilat yang diinginkan,
langkah selanjutnya yaitu menguji indeks bias dari destilat dan menentukan tingkat
presentase kemurniannya. Berikut rumus untuk menentukan presentase tingkat kemurnian
destilat:
z-y
% kemurnian destilat= [ ×(% batas atas- % batas bawah)] + % batas bawah
x-y

Dengan :

z = indeks bias destilat

y = indeks bias metanol sebagai batas bawah

x = indeks bias metanol sebagai batas atas

Setelah dilakukan pengujian indeks bias destilat sebanyak 3 kali didapatkan hasil
berturut-turut sebagai berikut : 1,487955; 1,487561; 1,487563 dan didapatkan rata-rata nilai
indeks bias sebesar 1,487693 dengan presentase tingkat kemurnian berturut-turut 60,19%;
59,82%, 59,83%; dan rata-ratanya yaitu 59,95%. Kemudian destilat tadi dibandingkan
dengan nilai indeks bias metanol secara percobaan dengan kadar 95%, 80%, 70%, 60%, 50%,
40%, 30%. Nilai indeks bias kadar metanol berturut-turut yaitu :1,518954; 1,508458;
1,498354; 1,487747; 1,477350; 1,467154; 1,466955. Jika diperhatikan dari kadar rendah ke
kadar tinggi, nilai indeks bias metanol mengalami kenaikan. Padahal secara teori dari kadar
rendah ke kadar yang tinggi mengalami penurunan nilai indeks bias. Ketidaktepatan ini akan
dibahas dalam bab diskusi. Secara praktikum, kami memperoleh indeks bias metanol sebesar
1,487693 dengan tingkat kemurnian sebesar 59,95%.

Diskusi

Dikarenakan ada perbedaan antara hasil percobaan kami dengan hasil teoritis maka
kami akan mencoba membahasnya dalam bab diskusi ini.

1. Bahasan yang pertama adalah mengenai perbedaan indeks bias zat metanol
pembanding dengan kadar 95%, 80%, 70%, 60%, 50%, 40%,dan 30%. Pada
percobaan kami diperoleh indeks bias metanol dengan kadar berturut-turut 95%, 80%,
70%, 60%, 50%, 40%, dan 30% yaitu sebesar 1,518954; 1,508458; 1,498354;
1,487747; 1,477350; 1,467154; dan 1,466955. Nilai indeks bias pada percobaan kami
berbanding terbalik dengan hasil teori yang seharusnya, apabila semakin tinggi
konsentrasi metanol maka indeks bias metanol akan semakin rendah, begitupun
sebaliknya. Letak ketidaktepan kami mungkin berasal dari penggunaan instrumen
refraktometri. Dikarenakan apabila salah seorang melihat indeks bias pada instrumen
dan dirasa sudah benar, akan tetapi salah seorang lain melihat indeks bias instrumen
dan dirasa kurang tepat maka seorang itupun mengubah nilai indeks bias pada
instrumen tersebut.
2. Bahasan yang kedua adalah tidak sesuainya presentase tingkat kemurnian destilat
kami dengan hasil teoritis. Pada percobaan kami diperoleh presentase tingkat
kemurnian sebesar 59,95% berbeda dengan hasil teoritis yang mencapai 99,99%.
Disamping penggunaan instrumen refraktometri, hal yang mempengaruhi lainnya
adalah ketidaktetapan atau kurang mengontrol suhu agar konstan pada suhu 64,5oC
pada saat melakukan percobaan yang memungkinkan etanol dapat masuk ke
kondensor dan mencampuri destilat, dan mungkin masih adanya zat pengotor pada alat
percobaan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. indeks bias dari ketiga destilat secara berturut-turut yaitu: 1,487955; 1,487561;
1,487563 dan didapatkan rata-rata nilai indeks bias sebesar 1,487693
2. Persentase kemurnian pada ketiga destilat secara berturut-turut yaitu: 60,19%;
59,82%, 59,83%; dan rata-ratanya yaitu 59,95%.

Anda mungkin juga menyukai