2 PRESIDEN
3 REPUBLIK INDONESIA
1
2
3 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
4 NOMOR 71 TAHUN 2010
5 TENTANG
6 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
7
8
9 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
10
11 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
12
13
14Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 32 ayat (2) Undang-
15 Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
16 Pasal 184 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
17 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa
18 kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
19 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
20 Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
21 Daerah, perlu menetapkan Peraturan
22 Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
23
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan
UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
24
25 MEMUTUSKAN: . . .
26
27 -2-
4
5
6 PRESIDEN
7 REPUBLIK INDONESIA
8
28
29 MEMUTUSKAN:
30
31Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG STANDAR AKUNTANSI
32 PEMERINTAHAN.
33
34
35 BAB I
36 KETENTUAN UMUM
37
38 Pasal 1
39
40 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
68
69 7. Buletin Teknis SAP adalah informasi
70 yang berisi penjelasan teknis akuntansi sebagai pedoman
71 bagi pengguna.
106
107 (2) IPSAP dan Buletin Teknis SAP
108 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan
109 diterbitkan oleh KSAP dan diberitahukan kepada
110 Pemerintah dan Badan Pemeriksa Keuangan.
111 (3) Rancangan IPSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
112 disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan paling
113 lambat 14 (empat belas) hari kerja sebelum IPSAP
114 diterbitkan.
115
116
117 BAB II
118 PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
119
120
121 Pasal 4
122 (1) Pemerintah menerapkan SAP Berbasis Akrual.
128 (4) PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan Kerangka
129 Konseptual Akuntansi Pemerintahan sebagaimana
130 dimaksud pada ayat (3) sebagaimana tercantum dalam
131 Lampiran I yang tidak terpisahkan dari Peraturan
132 Pemerintah ini.
133
134 Pasal 5
135 (1) Dalam hal diperlukan perubahan terhadap PSAP
136 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), perubahan
137 tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah
138 mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan.
144 -5-
145
146 (3) Rancangan perubahan PSAP sebagaimana dimaksud
147 pada ayat (2) disampaikan oleh KSAP kepada Menteri
148 Keuangan.
24
25
26 PRESIDEN
27 REPUBLIK INDONESIA
28
194 (3) PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Kerangka
195 Konseptual Akuntansi Pemerintahan sebagaimana
196 dimaksud pada ayat (2) adalah sebagaimana tercantum
197 dalam Lampiran II yang tidak terpisahkan dari Peraturan
198 Pemerintah ini.
199
200
201 BAB III
202 KETENTUAN PENUTUP
203
204
205 Pasal 9
206 Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:
207
208 1. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang
209 Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara
210 Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan
211 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503)
212 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; dan
213
214 2. Peraturan perundang-undangan yang mengatur
215 mengenai penyelenggaraan akuntansi pemerintahan
216 sepanjang belum diubah dan tidak bertentangan dengan
217 Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku.
218
219
220 Pasal 10
221
29
30
31 PRESIDEN
32 REPUBLIK INDONESIA
33
ttd
Diundangkan di Jakarta
239pada tanggal 22 Oktober 2010
240MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
241 REPUBLIK INDONESIA,
242
243 ttd
244
245 PATRIALIS AKBAR
246
247
248 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 123
249
250
251
252
253 Salinan sesuai dengan aslinya
34
35
36 PRESIDEN
37 REPUBLIK INDONESIA
38
281 Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses
282 baku penyusunan (due process). Proses baku penyusunan SAP tersebut
283 merupakan pertanggungjawaban profesional KSAP yang secara lengkap
284 terdapat dalam Lampiran III.
299
300 Penerapan . . .
301 -2-
302
303 Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 masih bersifat
304 sementara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (1)
305 UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang
306 menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan
307 belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan
308 pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan
309 belanja berbasis akrual menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor
310 17 Tahun 2003 dilaksanakan paling lambat 5 (lima) tahun. Oleh karena
311 itu, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 perlu diganti.
312 Lingkup pengaturan Peraturan Pemerintah ini meliputi SAP Berbasis
313 Akrual dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual. SAP Berbasis Akrual
314 terdapat pada Lampiran I dan berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat
315 segera diterapkan oleh setiap entitas. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual
316 pada Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum
317 siap untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual.
318 Penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual ini dilaksanakan sesuai
319 dengan jangka waktu sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.
320 Selanjutnya, setiap entitas pelaporan, baik pada pemerintah pusat
321 maupun pemerintah daerah wajib melaksanakan SAP Berbasis Akrual.
322 Walaupun entitas pelaporan untuk sementara masih diperkenankan
323 menerapkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual, entitas pelaporan
324 diharapkan dapat segera menerapkan SAP Berbasis Akrual.
325 Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrual
326 dimaksudkan untuk memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku
327 kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa laporan keuangan
328 pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini sejalan
329 dengan salah satu prinsip akuntansi yaitu bahwa biaya yang dikeluarkan
330 sebanding dengan manfaat yang diperoleh.
331 Selain mengubah basis SAP dari kas menuju akrual menjadi akrual,
332 Peraturan Pemerintah ini mendelegasikan perubahan terhadap PSAP
333 diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Perubahan terhadap PSAP
334 tersebut dapat dilakukan sesuai dengan dinamika pengelolaan keuangan
335 negara. Meskipun demikian, penyiapan pernyataan SAP oleh KSAP tetap
44
45
46 PRESIDEN
47 REPUBLIK INDONESIA
48
54
55
56 PRESIDEN
57 REPUBLIK INDONESIA
58
59
60
426 PRESIDEN
427 REPUBLIK INDONESIA
428
429
430
431
432
433
434
435
436 LAMPIRAN I
437 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
438 BERBASIS AKRUAL
439
440 PRESIDEN
441 REPUBLIK INDONESIA
466
63
64
65 PRESIDEN
66 REPUBLIK INDONESIA
467
471
472
493
494PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------------------------------- 1-5
495 TUJUAN ----------------------------------------------------------------------------------------------- 1-3
496 RUANG LINGKUP --------------------------------------------------------------------------------- 4-5
497
512
516
523
71 (2)
72
73 PRESIDEN
74 REPUBLIK INDONESIA
532
538
79 (4)
80
81 PRESIDEN
82 REPUBLIK INDONESIA
543 PENDAHULUAN
544 TUJUAN
545 1. Kerangka Konseptual ini merumuskan konsep yang mendasari
546 penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan yang
547 selanjutnya dapat disebut standar. Tujuannya adalah sebagai acuan bagi:
548 (a) penyusun standar dalam melaksanakan tugasnya;
549 (b) penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang
550 belum diatur dalam standar;
551 (c) pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan
552 keuangan disusun sesuai dengan standar; dan
553 (d) para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang
554 disajikan pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar.
555 2. Kerangka Konseptual ini berfungsi sebagai acuan dalam hal terdapat
556masalah akuntansi yang belum dinyatakan dalam standar akuntansi pemerintahan.
557 3. Dalam hal terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan
558standar, maka ketentuan standar diunggulkan relatif terhadap kerangka konseptual
559ini. Dalam jangka panjang, konflik demikian diharapkan dapat diselesaikan sejalan
560dengan pengembangan standar akuntansi pemerintahan di masa depan.
802 (a) menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber
803 daya keuangan;
804 (b) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan
805 untuk membiayai seluruh pengeluaran;
806 (c) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
807 digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
808 dicapai;
809 (d) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai
810 seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;
811 (e) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
812 pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka
813 pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan
814 pajak dan pinjaman;
815 (f) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas
816 pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat
817 kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
818 27. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan
819 keuangan menyediakan informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber
820 daya keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan
821 anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit-Laporan Operasional (LO), aset,
822 kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu entitas pelaporan.
840 (a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya
841 bagian yang mengatur keuangan negara;
842 (b) Undang-Undang di bidang keuangan negara;
843 (c) Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan
844 peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
845 (d) Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah daerah,
846 khususnya yang mengatur keuangan daerah;
847 (e) Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan
848 keuangan pusat dan daerah;
849 (f) Peraturan perundang-undangan tentang pelaksanaan Anggaran
850 Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah; dan
851 (g) Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan
852 pusat dan daerah.
890 RELEVAN
891 36. Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang
892termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan
893membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan
894memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi
895mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan
896dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.
897 37. Informasi yang relevan:
898 (a) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
899 Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi
900 ekspektasi mereka di masa lalu.
901 (b) Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
902 Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan
903 datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
904 (c) Tepat waktu
905 Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna
906 dalam pengambilan keputusan.
914 ANDAL
915 38. Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
916 menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta
917 dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya
918 tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial
919 dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik:
920 (a) Penyajian Jujur
921 Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya
922 yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
923 disajikan.
924 (b) Dapat Diverifikasi (verifiability)
925 Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila
926 pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya
927 tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.
928 (c) Netralitas
929 Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada
930 kebutuhan pihak tertentu.
1057 mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan andal
1058 akibat keterbatasan (limitations) atau karena alasan-alasan kepraktisan. Tiga hal
1059 yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan
1060 pemerintah, yaitu:
1061 (a) Materialitas;
1062 (b) Pertimbangan biaya dan manfaat;
1063 (c) Keseimbangan antar karakteristik kualitatif.
1064 MATERIALITAS
1065 57. Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan
1066 keuangan pemerintah hanya diharuskan memuat informasi yang
1067 memenuhi kriteria materialitas. Informasi dipandang material apabila
1068 kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi
1069 tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil
1070 atas dasar laporan keuangan.
1094anggaran terdiri dari LRA dan Laporan Perubahan SAL. Laporan finansial terdiri
1095dari Neraca, LO, LPE, dan LAK. CaLK merupakan laporan yang merinci atau
1096menjelaskan lebih lanjut atas pos-pos laporan pelaksanaan anggaran maupun
1097laporan finansial dan merupakan laporan yang tidak terpisahkan dari laporan
1098pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial.
1099 LAPORAN REALISASI ANGGARAN
1100 61. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi,
1101dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah
1102pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan
1103realisasinya dalam satu periode pelaporan.
1104 62. Unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi
1105Anggaran terdiri dari pendapatan-LRA, belanja, transfer, dan pembiayaan.
1106Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut :
1107 (a) Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum
1108 Negara/Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya
1109 yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
1110 yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar
1111 kembali oleh pemerintah.
1112 (b) Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara
1113 Umum
1114 Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih
1115 dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
1116 pembayarannya kembali oleh pemerintah.
1117 (c) Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas
1118 pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan
1119 dan dana bagi hasil.
1120 (d) Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak
1121 berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali
1122 dan/atau akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan
1123 maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran
1124 pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau
1125 memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain
1126 dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi. Pengeluaran pembiayaan
1127 antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman,
1128 pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh
1129 pemerintah.
1134 NERACA
1135 64. Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
1136mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. 65. Unsur yang
1137dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas. Masing-masing
1138unsur dapat dijelaskan sebagai berikut :
1139 (a) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
1140 pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
1141 ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik
1142 oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan
1143 uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
1144 penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
1145 dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
1146 (b) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
1147 penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
1148 pemerintah.
1149 (c) Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara
1150 aset dan kewajiban pemerintah.
1151 Aset
1152 66. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah
1153potensi aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak
1154langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah, berupa aliran pendapatan atau
1155penghematan belanja bagi pemerintah.
1156 67. Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan nonlancar. Suatu aset
1157diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk dapat
1158direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas)
1159bulan sejak tanggal pelaporan. Aset yang tidak dapat dimasukkan dalam kriteria
1160tersebut diklasifikasikan sebagai aset nonlancar.
1161 68. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek,
1162piutang, dan persediaan.
1163 69. Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan
1164aset tak berwujud yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung untuk
1165kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Aset nonlancar
1166diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan
1167aset lainnya.
1168 70. Investasi jangka panjang merupakan investasi yang diadakan
1169dengan maksud untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat sosial dalam
1170jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Investasi jangka panjang meliputi
1171investasi nonpermanen dan permanen. Investasi nonpermanen antara lain
1172investasi dalam Surat Utang Negara, penyertaan modal dalam proyek
1173pembangunan, dan investasi nonpermanen lainnya. Investasi permanen antara
1174lain penyertaan modal pemerintah dan investasi permanen lainnya.
1175 71. Aset tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
1176bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, dan konstruksi dalam
1177pengerjaan.
1178 72. Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya.
1179Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud dan aset kerja sama
1180(kemitraan).
1181 Kewajiban
1182 73. Karakteristik esensial kewajiban adalah bahwa
1183 pemerintah mempunyai kewajiban masa kini yang dalam penyelesaiannya
1184mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang.
1185 74. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas
1186atau tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks pemerintahan,
1187kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman
1188dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintah lain, atau lembaga
1189internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan
1190pegawai yang bekerja pada pemerintah atau dengan pemberi jasa lainnya.
1191 75. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai
1192konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan.
1193 76. Kewajiban dikelompokkan kedalam kewajiban jangka pendek dan
1194kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kelompok
1195kewajiban yang diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas bulan setelah
1196tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang adalah kelompok kewajiban yang
1197penyelesaiannya dilakukan setelah 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.
1198 Ekuitas
1199 77. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
1200antara aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Saldo ekuitas di
1201Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas.
1214 (c) Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari/oleh
1215 suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana
1216 perimbangan dan dana bagi hasil.
1217 (d) Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang
1218 terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa,
1219 tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau
1220 pengaruh entitas bersangkutan.
1252 (c) Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan
1253 berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
1254 (d) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
1255 kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas
1256 transaksitransaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
1257 (e) Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada
1258 lembar muka laporan keuangan;
1259 (f) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
1260 Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
1261 keuangan;
1262 (g) Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar,
1263 yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;
1290ekonomi masa depan dilakukan atas dasar bukti yang dapat diperoleh pada saat
1291penyusunan laporan keuangan.
171
176
1386
1387PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------------------------------- 1-7
TUJUAN----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 1
RUANG LINGKUP ------------------------------------------------------------------------------------- 2------------4
BASIS AKUNTANSI ----------------------------------------------------------------------------------- 5------------7
DEFINISI-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 8
TUJUAN LAPORAN KEUANGAN --------------------------------------------------------------- 9-----12
TANGGUNG JAWAB PELAPORAN KEUANGAN--------------------------------------------------------13
KOMPONEN-KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN ---------------------------------------- 14-- -24
1388
181
1418
1419
1420
1422
1423 Lampiran :
1424 Ilustrasi Lampiran I.02 PSAP 01.A : Contoh Format Neraca Pemerintah
1425 Pusat
1426 Ilustrasi Lampiran I.02 PSAP 01.B : Contoh Format Neraca Pemerintah
1427 Provinsi/Kabupaten/Kota
1428 Ilustrasi Lampiran I.02 PSAP 01.C : Contoh Format Laporan Perubahan
1429 Ekuitas Pemerintah Pusat
1430 Ilustrasi Lampiran I.02 PSAP 01.D : Contoh Format Laporan Perubahan
1431 Ekuitas Pemerintah Provinsi/
1432 Kabupaten/Kota
1433 Ilustrasi Lampiran I.02 PSAP 01.E : Contoh Format Laporan Perubahan
1434 SAL Pemerintah Pusat
1435 Ilustrasi Lampiran I.02 PSAP 01.F : Contoh Format Laporan Perubahan SAL
1436 Pemerintah Provinsi/Kabupaten/
1437 Kota
182 (3)
183
184 PRESIDEN
185 REPUBLIK INDONESIA
186
187 (4)
188
189 PRESIDEN
190 REPUBLIK INDONESIA
1447 PENDAHULUAN
1448
1449 TUJUAN
1450 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur penyajian laporan
1451 keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) dalam
1452 rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap
1453 anggaran, antar periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan
1454 umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
1455 bersama sebagian besar pengguna laporan termasuk lembaga legislatif
1456 sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
1457 Untuk mencapai tujuan tersebut, standar ini menetapkan seluruh pertimbangan
1458 dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman struktur laporan keuangan,
1459 dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Laporan keuangan disusun
1460 dengan menerapkan basis akrual. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan
1461 transaksi-transaksi spesifik dan peristiwa-peristiwa yang lain, diatur dalam
1462 standar akuntansi pemerintahan lainnya.
1477BASIS AKUNTANSI
1478 5. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan
1479pemerintah yaitu basis akrual.
1480 6. Entitas pelaporan menyelenggarakan akuntansi dan penyajian
1481laporan keuangan dengan menggunakan basis akrual baik dalam pengakuan
1482pendapatan dan beban, maupun pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas.
1483 7. Entitas pelaporan yang menyelenggarakan akuntansi berbasis
1484akrual, menyajikan Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan basis yang
1485ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan tentang anggaran.
1486 DEFINISI
1487 8. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
1488 Pernyataan Standar dengan pengertian:
1489 Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan
1490 pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan
1491 yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu
1492 secara sistematis untuk satu periode.
1493 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana
1494 keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan
1495 Perwakilan Rakyat Daerah.
1496 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana
1497 keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
1498 Perwakilan Rakyat.
1499 Apropriasi merupakan anggaran yang disetujui DPR/DPRD yang merupakan
1500 mandat yang diberikan kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota untuk
1501 melakukan pengeluaran-pengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan. Arus
1502 Kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas pada
1503 Bendahara Umum Negara/Daerah.
1504 Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
1505 pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
1506 ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik
1507 oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan
1508 uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
1509 penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
1510 dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
1511 Aset tak berwujud adalah aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi dan
1512 tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam
1513 menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya
1514 termasuk hak atas kekayaan intelektual.
1515 Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari
1516 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan,
1517 dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
1518 Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
1519 peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa
1520 memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
1521 Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
1522 peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
1523 Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
1524 Negara/Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode
1525 tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya
1526 kembali oleh pemerintah.
1527 Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode
1528 pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
1529 konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
1530 Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan
1531 yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu
1532 tahun anggaran.
1533 Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara
1534 aset dan kewajiban pemerintah.
1535 Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/ pengguna
1536 barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan
1537 menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
1538 Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
1539 entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan
1540 perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
1541 berupa laporan keuangan.
1542 Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat
1543 ekonomi seperti bunga, dividen, dan royalti, atau manfaat sosial sehingga
1544 dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan
1545 kepada masyarakat
1546 Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat
1547 digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan.
1548 Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh
1549 Gubernur/Bupati/Walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah
1550 dan membayar seluruh pengeluaran daerah.
1551 Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh
1552 Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung
1553 seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara.
1554 Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensikonvensi,
1555 aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas
1556 pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
1557 Kemitraan adalah perjanjian antara dua fihak atau lebih yang mempunyai
1558 komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama
1559 dengan menggunakan aset dan atau hak usaha yang dimiliki.
1560 Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
1561 penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
1562 pemerintah
1563 Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang
1564 merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan,
1565 atau entitas akuntansi, sehingga tersaji sebagai satu entitas tunggal.
1566 Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di
1567 antara dua laporan keuangan tahunan.
1568 Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang pelaporan entitas.
1569 Mata uang pelaporan adalah mata uang rupiah yang digunakan dalam
1570 menyajikan laporan keuangan.
1571 Materialitas adalah suatu kondisi jika tidak tersajikannya atau salah saji
1572 suatu informasi akan mempengaruhi keputusan atau penilaian pengguna
1573 yang dibuat atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada
1574 hakikat atau besarnya pos atau kesalahan yang dipertimbangkan dari
1575 keadaan khusus di mana kekurangan atau salah saji terjadi.
1576 Nilai wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar fihak
1577 yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.
1578 Otorisasi Kredit Anggaran (allotment) adalah dokumen pelaksanaan
1579 anggaran yang menunjukkan bagian dari apropriasi yang disediakan bagi
1580 instansi dan digunakan untuk memperoleh uang dari Bendahara Umum
1581 Negara/Daerah guna membiayai pengeluaran-pengeluaran selama periode
1582 otorisasi tersebut.
1583 Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar
1584 kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
1585 anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang
1586 dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup
1587 defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
1588 Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai
1589 penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan
1590 tidak perlu dibayar kembali.
1670 besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan,
1671 sumberdaya yang dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan, serta risiko dan
1672 ketidakpastian yang terkait. Pelaporan keuangan juga menyajikan informasi bagi
1673 pengguna mengenai:
1674 a) indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan
1675 anggaran; dan
1676 b) indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan
1677 ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh DPR/DPRD.
1678 11. Untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan keuangan menyediakan
1679 informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal:
1680 a. aset;
1681 b. kewajiban;
1682 c. ekuitas;
1683 d. pendapatan-LRA;
1684 e. belanja;
1685 f. transfer;
1686 g. pembiayaan;
1687 h. saldo anggaran lebih
1688 i. pendapatan-LO;
1689 j. beban; dan
1690 k. arus kas.
1691 12. Informasi dalam laporan keuangan tersebut relevan untuk
1692 memenuhi tujuan sebagaimana terdapat dalam paragraf 9, namun tidak dapat
1693 sepenuhnya memenuhi tujuan tersebut. Informasi tambahan, termasuk laporan
1694 nonkeuangan, dapat dilaporkan bersama-sama dengan laporan keuangan untuk
1695 memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai aktivitas suatu entitas
1696 pelaporan selama satu periode.
1782 b) cakupan laporan keuangan, apakah satu entitas tunggal atau konsolidasian
1783 dari beberapa entitas pelaporan;
1784 c) tanggal pelaporan atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, yang
1785 sesuai dengan komponen-komponen laporan keuangan;
1786 d) mata uang pelaporan; dan
1787 e) tingkat ketepatan yang digunakan dalam penyajian angka-angka pada laporan
1788 keuangan.
1863 NERACA
1864 44. Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
1865 mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
1866 Klasifikasi
1971 dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Dana cadangan dirinci menurut
1972 tujuan pembentukannya.
1973 66. Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya.
1974 Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan
1975 angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan, aset kerjasama
1976 dengan fihak ketiga (kemitraan), dan kas yang dibatasi penggunaannya.
2006 74. Aset moneter dalam mata uang asing dijabarkan dan
2007dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing
2008menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
2044 Namun dalam situasi di mana kebijakan pendanaan kembali tidak berada
2045 pada entitas (seperti dalam kasus tidak adanya persetujuan pendanaan
2046 kembali), pendanaan kembali ini tidak dapat dipertimbangkan secara
2047 otomatis dan kewajiban ini diklasifikasikan sebagai pos jangka pendek
2048 kecuali penyelesaian atas perjanjian pendanaan kembali sebelum
2049 persetujuan laporan keuangan membuktikan bahwa substansi kewajiban
2050 pada tanggal pelaporan adalah jangka panjang.
2051 80. Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu
2052 (covenant) yang menyebabkan kewajiban jangka panjang menjadi
2053 kewajiban jangka pendek (payable on demand) jika persyaratan tertentu
2054 yang terkait dengan posisi keuangan peminjam dilanggar. Dalam keadaan
2055 demikian, kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
2056 panjang hanya jika:
2057 a) pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan sebagai
2058 konsekuensi adanya pelanggaran, dan
2059 b) tidak mungkin terjadi pelanggaran berikutnya dalam waktu 12 (dua belas)
2060 bulan setelah tanggal pelaporan.
2073 Ekuitas
2157 salah satu metode yang dipandang dapat menyajikan unsur operasi
2158 secara layak.
2159 99. Dalam Laporan Operasional, surplus/defisit penjualan
2160 aset nonlancar dan pendapatan/beban luar biasa dikelompokkan dalam
2161 kelompok tersendiri.
2162 100.PSAP 12 menguraikan secara lebih rinci Laporan
2163 Operasional yang beban-bebannya dikelompokkan menurut klasifikasi
2164 ekonomi. Laporan Operasional disajikan dalam bentuk perbandingan
2165 dengan tahun sebelumnya, yang contoh formatnya dapat dilihat pada
2166 ilustrasi PSAP 12.A dan 12.B.
2188 Struktur
2189 104. Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan
2190 membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya, Catatan atas
2191 Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
2192 a) Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;
2232 (c) setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami
2233 laporan keuangan.
2234 109.Pengguna laporan keuangan perlu mengetahui basis–basis
2235pengukuran yang digunakan sebagai landasan dalam penyajian laporan
2236keuangan. Apabila lebih dari satu basis pengukuran digunakan dalam
2237penyusunan laporan keuangan, maka informasi yang disajikan harus cukup
2238memadai untuk dapat mengindikasikan aset dan kewajiban yang menggunakan
2239basis pengukuran tersebut.
2240 110.Dalam menentukan apakah suatu kebijakan akuntansi perlu
2241diungkapkan, manajemen harus mempertimbangkan apakah pengungkapan
2242tersebut dapat membantu pengguna untuk memahami setiap transaksi yang
2243tercermin dalam laporan keuangan. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang perlu
2244dipertimbangkan untuk disajikan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal
2245sebagai berikut:
2246 (a) Pengakuan pendapatan-LRA dan pendapatan-LO;
2247 (b) Pengakuan belanja;
2248 (c) Pengakuan beban;
2249 (d) Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;
2250 (e) Investasi;
2251 (f) Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak
2252 berwujud;
2253 (g) Kontrak-kontrak konstruksi;
2254 (h) Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;
2255 (i) Kemitraan dengan fihak ketiga;
2256 (j) Biaya penelitian dan pengembangan;
2257 (k) Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;
2258 (l) Dana cadangan;
2259 (m) Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.
2260 111. Setiap entitas pelaporan perlu mempertimbangkan sifat
2261kegiatankegiatan dan kebijakan-kebijakan yang perlu diungkapkan dalam Catatan
2262atas Laporan Keuangan. Sebagai contoh, pengungkapan informasi untuk
2263pengakuan pajak, retribusi dan bentuk-bentuk lainnya dari iuran wajib
2264(nonreciprocal revenue), penjabaran mata uang asing, dan perlakuan akuntansi
2265terhadap selisih kurs.
2266 112. Kebijakan akuntansi bisa menjadi signifikan walaupun nilai
2267pospos yang disajikan dalam periode berjalan dan sebelumnya tidak material.
2268Selain itu, perlu pula diungkapkan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan
2269yang tidak diatur dalam Pernyataan Standar ini.
2286
2287 PRESIDEN
2288 REPUBLIK INDONESIA
2289 LAMPIRAN I
2290 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2291 NOMOR 71 TAHUN 2010
2292 ILUSTRASI PSAP 01.A
1 ASET
2
3 ASET LANCAR
4 Kas di Bank Indonesia
5 Kas di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara xxx xxx
6 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx
7 Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx
8 Investasi Jangka Pendek xxx xxx
9 xxx xxx
Piutang Pajak
10 xxx xxx
Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak Penyisihan
11 xxx xxx
Piutang
12 (xxx) (xxx)
13 Beban Dibayar Dimuka
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
14
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
15
Bagian Lancar Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx
16
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
17
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
18
19 Piutang Lainnya xxx xxx
20 Persediaan xxx xxx
21 Jumlah Aset Lancar (4 s/d 19) xxx xxx
22 xxx xxx
23 INVESTASI JANGKA PANJANG
24 Investasi Nonpermanen
Pinjaman Jangka Panjang
xxx xxx
25 Dana Bergulir xxx xxx
26 Investasi dalam Obligasi xxx xxx
27 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx
28 Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx
29 Jumlah Investasi Nonpermanen (24 s/d 28) xxx xxx
30 Investasi Permanen
31 Penyertaan Modal Pemerintah xxx xxx
32 Investasi Permanen Lainnya xxx xxx
33 Jumlah Investasi Permanen (31 s/d 32) xxx xxx
34 Jumlah Investasi Jangka Panjang (29 + 33) xxx xxx
35
36 ASET TETAP
37 Tanah xxx xxx
38 Peralatan dan Mesin xxx xxx
39 Gedung dan Bangunan xxx xxx
285
286
2298
2299 PRESIDEN
2300 REPUBLIK INDONESIA
2301 LAMPIRAN I
2302 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2303 NOMOR 71 TAHUN 2010
2304 ILUSTRASI PSAP 01.A
287
288
2310
2311 PRESIDEN
2312 REPUBLIK INDONESIA
2313 LAMPIRAN I
2314 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2315 NOMOR 71 TAHUN 2010
2316 ILUSTRASI PSAP 01.B
1 ASET
2
3 ASET LANCAR
4 Kas di Kas Daerah
5 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx
6 Kas di Bendahara Penerimaan Investasi xxx xxx
7 Jangka Pendek xxx xxx
8 Piutang Pajak xxx xxx
9 Piutang Retribusi xxx xxx
10 Penyisihan Piutang xxx xxx
11 Belanja Dibayar Dimuka (xxx) (xxx)
12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
13 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
14 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat xxx xxx
15 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
16 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
17 Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
18 Piutang Lainnya xxx xxx
19 Persediaan xxx xxx
20 Jumlah Aset Lancar (4 s/d 19) xxx xxx
21 xxx xxx
22 INVESTASI JANGKA PANJANG
23 Investasi Nonpermanen
24 Pinjaman Jangka Panjang
25 Investasi dalam Surat Utang Negara xxx xxx
26 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx
27 Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx
28 Jumlah Investasi Nonpermanen (24 s/d 27) xxx xxx
xxx xxx
29 Investasi Permanen
2322
289
290
2323 PRESIDEN
2324 REPUBLIK INDONESIA
2330
2331 PRESIDEN
2332 REPUBLIK INDONESIA
2333 LAMPIRAN I
2334 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2335 NOMOR 71 TAHUN 2010
2336 ILUSTRASI PSAP 01.C
291
292
2337 Contoh Format Laporan Perubahan Ekuitas Pemerintah Pusat
1 XXX XXX
EKUITAS AWAL
2 XXX XXX
SURPLUS/DEFISIT-LO
3
DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN/KESALAHAN MENDASAR:
4 XXX XXX
KOREKSI NILAI PERSEDIAAN
5 XXX XXX
6 SELISIH REVALUASI ASET TETAP LAIN-LAIN
XXX XXX
7 EKUITAS AKHIR XXX
XXX
2341
293
294
2342
2343 PRESIDEN
2344 REPUBLIK INDONESIA
2345 LAMPIRAN I
2346 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2347 NOMOR 71 TAHUN 2010
2348 ILUSTRASI PSAP 01.D
2353
295
296
2354
2355 PRESIDEN
2356 REPUBLIK INDONESIA
2357 LAMPIRAN I
2358 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2359 NOMOR 71 TAHUN 2010
2360 ILUSTRASI PSAP 01.E
2361 Contoh Format Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih Pemerintah Pusat
2365
2366 PRESIDEN
2367 REPUBLIK INDONESIA
2368 LAMPIRAN I
2369 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2370 NOMOR 71 TAHUN 2010
2371 ILUSTRASI PSAP 01.F
2372 Contoh Format Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih Pemerintah Daerah
297
298
299
300
301 PRESIDEN
302 REPUBLIK INDONESIA
2410
2411 Paragraf
2412PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------------- 1-6
2413 TUJUAN -------------------------------------------------------------------------------------- 1-2
2414 RUANG LINGKUP ------------------------------------------------------------------------- 3-4
2415 MANFAAT INFORMASI REALISASI ANGGARAN -------------------------------- 5-6
2416DEFINISI ---------------------------------------------------------------------------------------- 7
2417STRUKTUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN ----------------------------------- 8-9
2418PERIODE PELAPORAN --------------------------------------------------------------------- 10
2419TEPAT WAKTU -------------------------------------------------------------------------------- 11
2420ISI LAPORAN REALISASI ANGGARAN ----------------------------------------------- 12-15
2421INFORMASI YANG DISAJIKAN DALAM LAPORAN REALISASI
2439
2441Lampiran :
2442Ilustrasi Lampiran I.03 PSAP 02.A : Contoh Format Laporan Realisasi
2443 Anggaran Pemerintah Pusat
2444Ilustrasi Lampiran I.03 PSAP 02.B : Contoh Format Laporan Realisasi Anggaran
2445 Pemerintah Provinsi
2446Ilustrasi Lampiran I.03 PSAP 02.C : Contoh Format Laporan Realisasi
2447 Anggaran Pemerintah
2448 Kabupaten/Kota
311 (3)
312
313 PRESIDEN
314 REPUBLIK INDONESIA
315 (4)
316
317 PRESIDEN
318 REPUBLIK INDONESIA
2452PERNYATAAN NO. 02
2459PENDAHULUAN
2460TUJUAN
2461 1. Tujuan standar Laporan Realisasi Anggaran adalah menetapkan
2462dasar-dasar penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam
2463rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan
2464perundang-undangan.
2465 2. Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi
2466realisasi dan anggaran entitas pelaporan. Perbandingan antara anggaran dan
2467realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati
2468antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2469RUANG LINGKUP
2470 3. Pernyataan Standar ini diterapkan dalam penyajian Laporan
2471 Realisasi Anggaran yang disusun dan disajikan dengan menggunakan
2472 anggaran berbasis kas.
2473 4. Pernyataan Standar ini berlaku untuk setiap entitas pelaporan,
2474 baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, yang memperoleh
2475 anggaran berdasarkan APBN/APBD, tidak termasuk
2476 perusahaan negara/daerah.
2498DEFINISI
2499 7. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
2500Pernyataan Standar dengan pengertian:
2501 Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan
2502 pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan
2503 pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut
2504 klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode.
2505 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana
2506 keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan
2507 Perwakilan Rakyat Daerah.
2508 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana
2509 keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
2510 Perwakilan Rakyat.
2511 Apropriasi merupakan anggaran yang disetujui DPR/DPRD yang merupakan
2512 mandat yang diberikan kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota untuk
2513 melakukan pengeluaran-pengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan.
2514 Azas Bruto adalah suatu prinsip yang tidak memperkenankan pencatatan
2515 secara neto penerimaan setelah dikurangi pengeluaran pada suatu unit
2516 organisasi atau tidak memperkenankan pencatatan pengeluaran setelah
2517 dilakukan kompensasi antara penerimaan dan pengeluaran.
2518 Basis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
2519 peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.
2520 Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
2521 Negara/Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode
PERIODE PELAPORAN
2592
2593 10. Laporan Realisasi Anggaran disajikan sekurang-kurangnya
2594sekali dalam setahun. Dalam situasi tertentu tanggal laporan suatu entitas
2595berubah dan Laporan Realisasi Anggaran tahunan disajikan dengan suatu
2596periode yang lebih panjang atau pendek dari satu tahun, entitas
2597mengungkapkan informasi sebagai berikut:
TEPAT WAKTU
2601
2602 11. Manfaat suatu Laporan Realisasi Anggaran berkurang jika laporan
2603tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya. Faktor-faktor seperti kompleksitas
2604operasi pemerintah tidak dapat dijadikan pembenaran atas ketidakmampuan
2605entitas pelaporan untuk menyajikan laporan keuangan tepat waktu. Suatu entitas
2606pelaporan menyajikan Laporan Realisasi Anggaran selambat-lambatnya 6 (enam)
2607bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.
2635merupakan bagian dari standar. Tujuan ilustrasi ini adalah memberikan gambaran
2636penerapan standar untuk membantu dalam klarifikasi artinya.
AKUNTANSI ANGGARAN
2648
2649 18. Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban dan
2650pengendalian manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan
2651pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan.
2652 19. Akuntansi anggaran diselenggarakan sesuai dengan struktur
2653anggaran yang terdiri dari anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
2654Anggaran pendapatan meliputi estimasi pendapatan yang dijabarkan menjadi
2655alokasi estimasi pendapatan. Anggaran belanja terdiri dari apropriasi yang
2656dijabarkan menjadi otorisasi kredit anggaran (allotment). Anggaran pembiayaan
2657terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
2658 20. Akuntansi anggaran diselenggarakan pada saat anggaran
2659 disahkan dan anggaran dialokasikan.
AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA
2660
2661 21. Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada Rekening Kas
2662Umum Negara/Daerah.
2663 22. Pendapatan-LRA diklasifikasikan menurut jenis pendapatan.
2664 23. Transfer masuk adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan
2665lain, misalnya penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat dan
2666dana bagi hasil dari pemerintah provinsi.
2667 24. Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas
2668bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat
2669jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
2674 26. Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan
2675mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan
2676layanan umum.
2677 27. Pengembalian yang sifatnya sistemik (normal) dan berulang
2678(recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA pada periode penerimaan
2679maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang
2680pendapatan-LRA.
2681 28. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-
2682 recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode
2683 penerimaan pendapatan-LRA dibukukan sebagai pengurang
2684 pendapatanLRA pada periode yang sama.
2685 29. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-
2686 recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode
2687 sebelumnya dibukukan sebagai pengurang Saldo Anggaran Lebih pada
2688 periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.
2689 30. Akuntansi pendapatan-LRA disusun untuk memenuhi kebutuhan
2690pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan dan untuk
2691 keperluan pengendalian bagi manajemen pemerintah pusat dan daerah.
AKUNTANSI BELANJA
2692
2693 31. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening
2694Kas Umum Negara/Daerah.
2695 32. Khusus pengeluaran melalui bendahara
2696 pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban
2697atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi
2698perbendaharaan.
2699 33. Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan
2700mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan
2701layanan umum.
2702 34. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis
2703belanja), organisasi, dan fungsi.
2704 35. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja
2705 yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas.
2706Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu belanja pegawai, belanja
2707barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-
2708lain. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah meliputi belanja pegawai,
2709belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja
2710tak terduga.
2711 36. Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan
2712sehari-hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek.
2713Belanja operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga,
2714subsidi, hibah, bantuan sosial.
2715 37. Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset
2716tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
2717Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung
2718dan bangunan, peralatan, aset tak berwujud.
2719 38. Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk
2720kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti
2721penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga
2722lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan
2723pemerintah pusat/daerah.
2724 39. Contoh klasifikasi belanja menurut ekonomi (jenis belanja) adalah
2725sebagai berikut:
2726 Belanja Operasi:
2727 - Belanja Pegawai
2728 xxx - Belanja Barang
2729 xxx
2730 - Bunga xxx - Subsidi xxx - Hibah xxx
2731 - Bantuan Sosial xxx
2732 Belanja Modal
2733 - Belanja Aset Tetap
2734 xxx - Belanja Aset Lainnya
2735 xxx Belanja Lain-lain/Tak Terduga
2736 xxx
2737 Transfer xxx
2738
2739 40. Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan
2740ke entitas pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh
2741pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.
2742 41. Klasifikasi menurut organisasi yaitu klasifikasi berdasarkan unit
2743organisasi pengguna anggaran. Klasifikasi belanja menurut organisasi di
2744lingkungan pemerintah pusat antara lain belanja per
2745 kementerian negara/lembaga beserta unit organisasi di bawahnya.
2771AKUNTANSI SURPLUS/DEFISIT-LRA
AKUNTANSI PEMBIAYAAN
2778
2779 46. Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan
2780pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan
2781diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan
2782untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan
2783pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi.
2784Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran
2785kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan
2786modal oleh pemerintah.
2843 (b). Transaksi dalam mata uang asing lainnya tersebut dicatat dalam rupiah
2844 berdasarkan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi.
2853
2854 PRESIDEN
2855 REPUBLIK INDONESIA
2856 LAMPIRAN I
2857 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2858 NOMOR 71 TAHUN 2010
2859 ILUSTRASI PSAP 02.B
373
374
59 SURPLUS/DEFISIT (28 - 59)
60
61 xxx xxx xxx xxx
2865
2866 PRESIDEN
2867 REPUBLIK INDONESIA
2872
2873 PRESIDEN
2874 REPUBLIK INDONESIA
2875 LAMPIRAN I
2876 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2877 NOMOR 24 TAHUN 2010
2878 ILUSTRASI PSAP 02.C
375
376
2882 UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx xxx
4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx xxx
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx
5
Lain-lain PAD yang sah xxx xxx xx xxx
6
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) xxxx xxxx xx xxxx
7
8 PENDAPATAN TRANSFER
9 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN
10 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
11 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx
12 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx
Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx
13
14 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxxx xxxx xx xxxx
15
16 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA
Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx
17
18 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx
19 Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya (18 s/d 19) xxxx xxxx xx xxxx
20
21 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
22
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xx xxx
23
24 Jumlah Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24) xxxx xxxx xx xxxx
Total Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25) xxxx xxxx xx xxxx
25
26 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
27 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx
28 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xx xxx
29 Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx
30 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah (29 s/d 31) xxx xxx xx xxx
31 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 26 + 32) xxxx xxxx xx xxxx
32
33 BELANJA
34 BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx
35
Belanja Barang xxx xxx xx xxx
36
37 Bunga xxx xxx xx xxx
38 Subsidi xxx xxx xx xxx
39 Hibah xxx xxx xx xxx
40 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx
41 Jumlah Belanja Operasi (37 s/d 42) xxxx xxxx xx xxxx
42
43 BELANJA MODAL xxx xxx xx xxx
44 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx
45 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx
46 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx
47 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx
48 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx
49 Belanja Aset Lainnya xxxx xxxx xx xxxx
50 Jumlah Belanja Modal (46 s/d 51)
51
52 BELANJA TAK TERDUGA xxx xxx xx xxx
53 Belanja Tak Terduga
xxx xxxx xx xxxx
54 Jumlah Belanja Tak Terduga (55 s/d 55)
JUMLAH BELANJA (43 + 52 + 56) xxxx xxxx xx xxxx
55
56
57
58
2884
2885 PRESIDEN
2886 REPUBLIK INDONESIA
377
378
2890 (Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
NO. URAIAN 20X1 20X1 (%) 20X0
59 TRANSFER
60 TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA
61 Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
62 Bagi Hasil Retribusi xxx xxx xx xxx
63 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx
64 JUMLAH TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA (61 s/d 63) xxx xxxx xx xxxx
65 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (57 + 64)
66
67
SURPLUS/DEFISIT (33 - 65) xxx xxx xxx xxx
68
69
70 PEMBIAYAAN
71 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
72 Penggunaan SiLPA xxx xxx xx xxx
73 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx
74 xxx xxx xx xxx
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
75 xxx xxx xx xxx
Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat
76 xxx xxx xx xxx
Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya
77 xxx xxx xx xxx
78 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank
xxx xxx xx xxx
79 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank
xxx xxx xx xxx
80 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi
xxx xxx xx xxx
81 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
82 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
83 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
xxx xxx xx xxx
84 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Jumlah Penerimaan (72 s/d 83) xxxx xxxx xx xxxx
85
86 xx
87 PENGELUARAN PEMBIAYAAN xxx xxx xx xxx
88 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx
89 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx xxx
xx
90 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xxx
xx
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xxx
91 xx
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xxx
92 xx
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xxx
93 xxx xxx xx xxx
94 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi
xxx xxx xx xxx
89 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
90 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
91 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
92 Jumlah Pengeluaran (87 s/d 91) xxxx xxxx xx xxxx
93 PEMBIAYAAN NETO (84 - 92)
94
95 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (67 + 93) xxxx xxxx xx xxxx
2891
2892 PRESIDEN
2893 REPUBLIK INDONESIA
2894 LAMPIRAN I
2895 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
2896 NOMOR 71 TAHUN 2010
2897 ILUSTRASI PSAP 02.A
379
380
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN PERPAJAKAN xxx xxx xx xxx
3 Pendapatan Pajak Penghasilan xxx xxx xx xxx
4 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah xxx xxx xx xxx
5 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan xxx xxx xx xxx
6 Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan xxx xxx xx xxx
7 xxx xxx xx xxx
Pendapatan Cukai
8 xxx xxx xx xxx
Pendapatan Bea Masuk
9 xxx xxx xx xxx
10 Pendapatan Pajak Ekspor
xxx xxx xx xxx
11 Pendapatan Pajak Lainnya
12 Jumlah Pendapatan Perpajakan (3 s/d 10)
13 xxx xxx xx xxx
14 PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK xxx xxx xx xxx
15 Pendapatan Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx
16 Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba xxx xxx xx xxx
17 Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya
18 Jumlah Pendapatan Negara Bukan Pajak (14 s/d 16)
xxx xxx xx xxx
19
PENDAPATAN HIBAH xxx xxx xx xxx
20
21 xxx xxx xx xxx
22 Pendapatan Hibah
23 Jumlah Pendapatan Hibah (20 s/d 20)
24 JUMLAH PENDAPATAN (11 + 17 + 21) xxx xxx xx xxx
25 xxx xxx xx xxx
BELANJA xxx xxx xx xxx
26
27 BELANJA OPERASI xxx xxx xx xxx
28 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx
29 Belanja Barang xxx xxx xx xxx
30 Bunga xxx xxx xx xxx
31 Subsidi xxx xxx xx xxx
32 Hibah
33 Bantuan Sosial
34 Belanja Lain-lain
35 Jumlah Belanja Operasi (26 s/d 32)
36
37 BELANJA MODAL xxx xxx xx xxx
38 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx
39 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx
40 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx
Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx
41 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx
42 Jumlah Belanja Modal (36 s/d 41) xxx xxx xx xxx
43 JUMLAH BELANJA (33 + 42) xxx xxx xx xxx
44
2903
2904 PRESIDEN
2905 REPUBLIK INDONESIA
381
382
51 Jumlah Dana Perimbangan (47 s/d 50)
52
53 TRANSFER LAINNYA (disesuaikan dengan program yang ada) xxx xxx xx xxx
54 xxx xxx xx xxx
Dana Otonomi Khusus
55 xxx xxx xx xxx
Dana Penyesuaian
56 Jumlah Transfer Lainnya (54 s/d 55) xxx xxx xx xxx
57 JUMLAH TRANSFER (51 + 56) xxx xxx xx xxx
58 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (43 + 57)
59
60 xxx xxx xx xxx
SURPLUS / DEFISIT (22 - 58)
61 PEMBIAYAAN
62 PENERIMAAN
63 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI xxx xxx xx xxx
64 Penggunaan SAL xxx xxx xx xxx
65 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx xx xxx
66 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
67 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
68 Penerimaan dari Divestasi xxx xxx xx xxx
69 xxx xxx xx xxx
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara
70
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
71 Jumlah Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri (64 s/d 70)
72
73 PENERIMAAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI xxx xxx xx xxx
74 xxx xxx xx xxx
Penerimaan Pinjaman Luar Negeri
75 xxx xxx xx xxx
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Lembaga Internasional
76 xxx xxx xx xxx
77 Jumlah Penerimaan Pembiayaan Luar Negeri (74 s/d 75)
78 JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN (71 + 76)
79
PENGELUARAN
80 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
xxx xxx xx xxx
81 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx xx xxx
82 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
83 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) xxx xxx xx xxx
84
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
85
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
86
87 Jumlah Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri (81 s/d 86) xxx xxx xx xxx
88
xxx xxx xx xxx
89 PENGELUARAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI
xxx xxx xx xxx
90 Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri
xxx xxx xx xxx
91 Pemberian Pinjaman kepada Lembaga Internasional
xxx xxx xx xxx
92 Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Luar Negeri (90 s/d 91)
xxx xxx xx xxx
93 JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN (87 + 92)
94 xxx xxx xx xxx
PEMBIAYAAN NETO (77 - 93)
95
xxxx xxxx xx xxxx
96 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (62 + 94)
383
384
385 PRESIDEN
386 REPUBLIK INDONESIA
2910
387
388
389 PRESIDEN
390 REPUBLIK INDONESIA
2967Lampiran :
391
392
393 PRESIDEN
394 REPUBLIK INDONESIA
2968Ilustrasi Lampiran I.04 PSAP 03.A : Contoh Format Laporan Arus Kas
2969Pemerintah Pusat
2970Ilustrasi Lampiran I.04 PSAP 03.B : Contoh Format Laporan Arus Kas
2971Pemerintah Provinsi
2972Ilustrasi Lampiran I.04 PSAP 03.C : Contoh Format Laporan Arus Kas
2973Pemerintah Kabupaten/Kota
395
396
397 PRESIDEN
398 REPUBLIK INDONESIA
2977PERNYATAAN NO. 03
PENDAHULUAN
2983
2984TUJUAN
2985 1. Tujuan Pernyataan Standar Laporan Arus Kas adalah mengatur
2986penyajian laporan arus kas yang memberikan informasi historis mengenai
2987perubahan kas dan setara kas suatu entitas pelaporan
2988 dengan mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi,
2989investasi, pendanaan, dan transitoris selama satu periode akuntansi.
2990 2. Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai
2991sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode
2992akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini
2993disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.
2994RUANG LINGKUP
2995 3. Pemerintah pusat dan daerah yang menyusun dan menyajikan
2996laporan keuangan dengan basis akuntansi akrual wajib menyusun laporan
2997arus kas sesuai dengan standar ini untuk setiap periode penyajian laporan
2998keuangan sebagai salah satu komponen laporan keuangan pokok.
2999 4. Pernyataan Standar ini berlaku untuk penyusunan laporan arus
3000kas pemerintah pusat dan daerah, satuan organisasi di lingkungan
3001pemerintah pusat dan daerah, atau organisasi lainnya jika menurut
3002peraturan perundang-undangan atau menurut standar, satuan organisasi
3003dimaksud wajib menyusun laporan arus kas, kecuali perusahaan
3004negara/daerah.
3009 6. Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggung-jawaban arus kas
3010masuk dan arus kas keluar selama periode pelaporan.
3011 7. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus
3012kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam
3013mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas suatu entitas pelaporan dan
3014struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas)
DEFINISI
3015
3016 8. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
3017Pernyataan Standar dengan pengertian:
3018Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh
3019pemerintah sebagai akibat peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
3020ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh baik
3021oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan
3022uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
3023penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
3024dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
3025Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas pada
3026Bendahara Umum Negara/Daerah.
3027Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
3028ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode
3029akuntansi.
3030Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
3031ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya
3032yang tidak termasuk dalam setara kas.
3033Aktivitas pendanaan adalah aktivitas penerimaan kas yang perlu dibayar
3034kembali dan/atau pengeluaran kas yang akan diterima kembali yang
3035mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi utang dan piutang
3036jangka panjang.
3037 Aktivitas nonanggaran adalah aktivitas penerimaan atau pengeluaran kas
3038yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja, transfer, dan
3039pembiayaan pemerintah.
3040Aktivitas Transitoris adalah aktivitas penerimaan atau pengeluaran kas
3041yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
3042Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
3043peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa
3044memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
3045Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode
3046pelaporan yang menurunkan ekuitas yang dapat berupa pengeluaran atau
3047konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
3076Mata uang pelaporan adalah mata uang rupiah yang digunakan dalam
3077menyajikan laporan keuangan.
3078Metode biaya adalah suatu metode akuntansi yang mencatat nilai investasi
3079berdasarkan harga perolehan.
3080Metode ekuitas adalah suatu metode akuntansi yang mencatat nilai
3081investasi awal berdasarkan harga perolehan. Nilai investasi tersebut
3082kemudian disesuaikan dengan perubahan bagian investor atas kekayaan
3083bersih/ekuitas dari badan usaha penerima investasi (investee) yang terjadi
3084sesudah perolehan awal investasi.
3085Metode Langsung adalah metode penyajian arus kas dimana
3086pengelompokan utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto harus
3087diungkapkan.
3088Metode Tidak Langsung adalah metode penyajian laporan arus kas dimana
3089surplus atau defisit disesuaikan dengan transaksi-transaksi operasional
3090nonkas, penangguhan (deferral) atau pengakuan (accrual) penerimaan kas
3091atau pembayaran yang lalu/yang akan datang, serta unsur penerimaan dan
3092pengeluaran dalam bentuk kas yang berkaitan dengan aktivitas investasi
3093dan pendanaan.
3094Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah
3095ekuitas dalam periode pelaporan yang bersangkutan.
3096Pendapatan Transfer adalah pendapatan berupa penerimaan uang atau hak
3097untuk menerima uang oleh entitas pelaporan dari suatu entitas pelaporan
3098lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
3099Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum
3100Negara/Daerah.
3101Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara
3102Umum Negara/Daerah.
3103Periode akuntansi adalah periode pertanggungjawaban keuangan entitas
3104pelaporan yang periodenya sama dengan periode tahun anggaran.
3105Perusahaan negara/daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
3106modalnya dimiliki oleh pemerintah pusat/daerah.
3107Setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap
3108dijabarkan menjadi kas serta bebas dari risiko perubahan nilai yang
3109signifikan.
3110Tanggal pelaporan adalah tanggal hari terakhir dari suatu periode
3111pelaporan.
3112Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang
3113terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa,
3114tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau
3115pengaruh entitas bersangkutan.
3127kas dan bukan merupakan bagian aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan
3128transitoris.
3164 18. Contoh format laporan arus kas yang disusun atas dasar akun-akun
3165finansial disajikan dalam ilustrasi PSAP 03.A, 03.B, dan 03.C standar ini. Ilustrasi
3166hanya merupakan contoh untuk membantu pemahaman dan bukan bagian dari
3167standar.
3168 19. Dalam hal entitas bersangkutan masih
3169 membukukan penerimaan dan pengeluaran dalam buku kas
3170berdasarkan akun pelaksanaan anggaran maka laporan arus kas dapat
3171disajikan dengan mengacu pada akun-akun pelaksanaan anggaran tersebut.
3172 20. Yang dimaksud dengan akun-akun pelaksanaan anggaran adalah
3173akun yang berhubungan dengan pendapatan, belanja, transfer, pembiayaan, dan
3174transaksi nonanggaran, yang dalam Laporan Arus Kas dikelompokkan menjadi
3175aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran.
3176AKTIVITAS OPERASI
3177 21. Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran
3178kas yang ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu
3179periode akuntansi.
3180 22. Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang
3181menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang
3182cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang tanpa
3183mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
3184 23. Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:
(a) Penerimaan Perpajakan;
3185
(b) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);
3186
(c) Penerimaan Hibah;
3187
(d) Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan Investasi Lainnya; (e)
3188
3189Penerimaan Lain-lain/penerimaan dari pendapatan Luar Biasa; dan (f)
3190Penerimaan Transfer.
3191 24. Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk:
3192(a) Pembayaran Pegawai;
3193(b) Pembayaran Barang;
3194(c) Pembayaran Bunga;
3195(d) Pembayaran Subsidi;
3196(e) Pembayaran Hibah;
3197(f) Pembayaran Bantuan Sosial;
3198(g) Pembayaran Lain-lain/Kejadian Luar Biasa; dan (h) Pembayaran Transfer.
3199 25. Jika suatu entitas pelaporan mempunyai surat berharga yang
3200sifatnya sama dengan persediaan, yang dibeli untuk dijual, maka perolehan
3208AKTIVITAS INVESTASI
3209 27. Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan
3210 dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan
3211aset tetap serta investasi lainnya yang tidak termasuk dalam setara kas.
3212 28. Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan
3213pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya
3214ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan
3215pemerintah kepada masyarakat di masa yang akan datang.
3216 29. Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
3217(a) Penjualan Aset Tetap;
3218(b) Penjualan Aset Lainnya;
3219(c) Pencairan Dana Cadangan;
3220(d) Penerimaan dari Divestasi;
3221(e) Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas.
3222 30. Arus keluar kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
3223(a) Perolehan Aset Tetap;
3224(b) Perolehan Aset Lainnya;
3225(c) Pembentukan Dana Cadangan;
3226(d) Penyertaan Modal Pemerintah;
3227(e) Pembelian Investasi dalam bentuk Sekuritas.
3228AKTIVITAS PENDANAAN
3229 31. Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan
3230 dan pengeluaran kas yang yang berhubungan dengan pemberian
3231piutang jangka panjang dan/atau pelunasan utang jangka panjang yang
3232mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi piutang jangka
3233panjang dan utang jangka panjang.
3234 32. Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan
3235pengeluaran kas yang berhubungan dengan perolehan atau pemberian pinjaman
3236jangka panjang.
3237 33. Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
3247AKTIVITAS TRANSITORIS
3248 35. Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan
3249 dan pengeluaran kas yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi,
3250investasi, dan pendanaan.
3251 36. Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan
3252pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan, beban, dan
3253pendanaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas transitoris antara lain transaksi
3254Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), pemberian/penerimaan kembali uang
3255persediaan kepada/dari bendahara pengeluaran, serta kiriman uang. PFK
3256menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat
3257Perintah Membayar atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya
3258potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang menggambarkan mutasi kas antar
3259rekening kas umum negara/daerah.
3260 37. Arus masuk kas dari aktivitas transitoris meliputi penerimaan PFK
3261dan penerimaan transitoris seperti kiriman uang masuk dan penerimaan kembali
3262uang persediaan dari bendahara pengeluaran.
3263 38. Arus keluar kas dari aktivitas transitoris meliputi pengeluaran PFK
3264dan pengeluaran transitoris seperti kiriman uang keluar dan pemberian uang
3265persediaan kepada bendahara pengeluaran.
3333LAINNYA
3334 50. Pencatatan investasi pada perusahaan negara/daerah
3335 dan kemitraan dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu
3336metode ekuitas dan metode biaya.
3337 51. Investasi pemerintah dalam perusahaan negara/daerah dan
3338kemitraan dicatat sebesar nilai kas yang dikeluarkan.
3339 52. Entitas melaporkan pengeluaran investasi jangka panjang
3340dalam perusahaan negara/daerah dan kemitraan dalam arus kas aktivitas
3341investasi.
3342 53. Arus kas yang berasal dari perolehan dan pelepasan
3343perusahaan negara/daerah dan unit operasi lainnya harus disajikan secara
3344terpisah dalam aktivitas investasi.
3345 54. Entitas mengungkapkan seluruh perolehan dan pelepasan
3346perusahaan negara/daerah dan unit operasi lainnya selama satu periode.
3347Hal-hal yang diungkapkan adalah:
3380PENGUNGKAPAN LAINNYA
3381 60. Entitas pelaporan mengungkapkan jumlah saldo kas dan setara
3382kas yang signifikan yang tidak boleh digunakan oleh entitas. Hal ini
3383dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
3384 61. Informasi tambahan yang terkait dengan arus kas berguna bagi
3385pengguna laporan dalam memahami posisi keuangan dan likuiditas suatu entitas
3386pelaporan.
3387 62. Contoh kas dan setara kas yang tidak boleh digunakan oleh entitas
3388adalah kas yang ditempatkan sebagai jaminan, dan kas yang dikhususkan
3389penggunannya untuk kegiatan tertentu.
TANGGAL EFEKTIF
3390
3391 63. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini
3392berlaku efektif untuk laporan keuangan atas
3393 pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran mulai Tahun Anggaran
33942010.
3395 64. Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP
3396ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual
3397paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010.
3398
3399 PRESIDEN
3400 REPUBLIK INDONESIA
3401 LAMPIRAN I
3402 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
3403 NOMOR 71 TAHUN 2010
3404 ILUSTRASI PSAP 03.A
449
450
3411
3412 PRESIDEN
3413 REPUBLIK INDONESIA
451
452
3420
3421 PRESIDEN
3422 REPUBLIK INDONESIA
3423 LAMPIRAN I
3424 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
3425 NOMOR 71 TAHUN 2010
3426 ILUSTRASI PSAP 03.B
453
454
46 Perolehan Tanah XXX XXX
47 Perolehan Peralatan dan Mesin XXX XXX
48 Perolehan Gedung dan Bangunan XXX XXX
49 Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX
3433
3434 PRESIDEN
3435 REPUBLIK INDONESIA
455
456
3442
3443 PRESIDEN
3444 REPUBLIK INDONESIA
3445 LAMPIRAN I
3446 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
3447 NOMOR 71 TAHUN 2010
3448 ILUSTRASI PSAP 03.C
457
458
43 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan XXX XXX
44 Penerimaan Penjualan Investasi Non Permanen XXX XXX
45 Jumlah Arus Masuk Kas (36 s/d 44) XXX XXX
3455
3456 PRESIDEN
3457 REPUBLIK INDONESIA
459
460
89 Arus Kas Bersih dari Aktivitas transitoris (84 - 87) XXX XXX
90 Kenaikan/Penurunan Kas (33+57+81+89) XXX XXX
91 Saldo Awal Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran XXX XXX
92 Saldo Akhir Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran (90+91) XXX XXX
93 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan XXX XXX
94 Saldo Akhir Kas (92+93)
XXX XXX
461
462
463 PRESIDEN
464 REPUBLIK INDONESIA
3464
LAMPIRAN I.05
3465 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
3466 NOMOR 71 TAHUN 2010
3467 TANGGAL 22 OKTOBER 2010
3468
3469
3470
3471 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
3472 BERBASIS AKRUAL
3473 PERNYATAAN NO. 04
3474
465
466
467 PRESIDEN
468 REPUBLIK INDONESIA
469
470
471 PRESIDEN
472 REPUBLIK INDONESIA
473
474
475 PRESIDEN
476 REPUBLIK INDONESIA
3528 PENDAHULUAN
3529 TUJUAN
3530 1. Tujuan Pernyataan Standar Catatan atas Laporan Keuangan adalah
3531mengatur penyajian dan pengungkapan yang diperlukan pada Catatan atas
3532Laporan Keuangan.
3533 2. Tujuan penyajian Catatan atas Laporan Keuangan adalah untuk
3534meningkatkan transparansi Laporan Keuangan dan penyediaan pemahaman yang
3535lebih baik, atas informasi keuangan pemerintah.
3536RUANG LINGKUP
3537 3. Standar ini harus diterapkan pada:
3538 (a) Laporan Keuangan untuk tujuan umum untuk entitas pelaporan;
3539 (b) Laporan Keuangan yang diharapkan menjadi Laporan Keuangan untuk
3540 tujuan umum oleh entitas yang bukan merupakan entitas pelaporan.
3541 4. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang
3542 dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi akuntansi
3543 keuangan yang lazim. Yang dimaksud dengan pengguna adalah masyarakat,
3544 legislatif, lembaga pengawas, pemeriksa, pihak yang memberi atau berperan
3545 dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman, serta pemerintah. Laporan
3546 keuangan meliputi laporan keuangan yang disajikan terpisah atau bagian dari
3547 laporan keuangan yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan
3548 tahunan.
3549 5. Pernyataan Standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam
3550 menyusun laporan keuangan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan laporan
3551 keuangan konsolidasian, tidak termasuk badan usaha milik negara/daerah.
3552 6. Suatu entitas yang bukan merupakan entitas pelaporan dapat
3553 menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum. Bila hal ini diinginkan, maka
3554 standar ini harus diterapkan oleh entitas tersebut walaupun tidak memenuhi kriteria
3555 satu entitas pelaporan sesuai dengan peraturan dan/atau standar akuntansi
3556 mengenai entitas pelaporan pemerintah.
3557 DEFINISI
3558 7. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
3559 Pernyataan Standar dengan pengertian:
3560 Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah
3561 meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur
3562 dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara
3563 sistematis untuk satu periode.
3564 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah
3565 rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan
3566 Perwakilan Rakyat Daerah.
3567 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN, adalah
3568 rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
3569 Perwakilan Rakyat.
3570 Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
3571 pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
3572 ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik
3573 oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
3574 termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa
3575 bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena
3576 alasan sejarah dan budaya.
3577 Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
3578 peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa
3579 memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.
3580 Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
3581 peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.
3582 Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah
3583 yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
3584 bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
3585 pemerintah.
3586 Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode
3587 pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
3588 konsumsi aset atau timbulnya kewajiban
3589 Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara
3590 aset dan kewajiban pemerintah.
3591 Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
3592 entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan
3593 perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
3594 berupa laporan keuangan.
KETENTUAN UMUM
3622
3623 8. Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan Catatan
3624 atas Laporan Keuangan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari laporan
3625 keuangan untuk tujuan umum.
3626 9. Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar laporan
3627 keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk
3628 pembaca tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan. Laporan Keuangan
3629 mungkin mengandung informasi yang dapat mempunyai potensi kesalahpahaman
3630 di antara pembacanya. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahpahaman, atas
3631 sajian laporan keuangan harus dibuat Catatan atas Laporan Keuangan yang berisi
3632 informasi untuk memudahkan pengguna dalam memahami Laporan Keuangan.
3633 10. Kesalahpahaman dapat saja disebabkan oleh persepsi dari
3634 pembaca laporan keuangan. Pembaca yang terbiasa dengan orientasi anggaran
3635 mempunyai potensi kesalahpahaman dalam memahami konsep akuntansi akrual.
3636 Pembaca yang terbiasa dengan laporan keuangan sektor komersial cenderung
3637 melihat laporan keuangan pemerintah seperti laporan keuangan perusahaan.
3638 Pembahasan umum dan referensi ke pos-pos laporan keuangan menjadi penting
3639 bagi pembaca laporan keuangan.
3640 11. Selain itu, pengungkapan basis akuntansi dan kebijakan akuntansi
3641 yang diterapkan akan dapat membantu pembaca menghindari kesalahpahaman
3642 dalam memahami laporan keuangan.
3672 (g) Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
3673 disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
3674 15. Pengungkapan untuk masing-masing pos pada laporan
3675 keuangan mengikuti pernyataan standar akuntansi berlaku yang mengatur
3676 tentang pengungkapan untuk pos-pos yang terkait. Misalnya, Pernyataan
3677 Standar Akuntansi Pemerintahan tentang Persediaan mengharuskan
3678 pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran
3679 persediaan.
3680 16. Untuk memudahkan pembaca dalam
3681 memahami laporan
3682 keuangan, pengungkapan pada Catatan atas Laporan Keuangan dapat disajikan
3683 secara narasi, bagan, grafik, daftar, dan skedul atau bentuk lain yang lazim yang
3684 mengikhtisarkan secara ringkas dan padat kondisi dan posisi keuangan entitas
3685 pelaporan dan hasil-hasilnya selama satu periode.
3787 dan sumber daya di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya,
3788 termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya dimaksud,
3789 utangpiutang yang terjadi akibat keputusan entitas, serta terlaksana tidaknya
3790 program yang telah ditetapkan.
3791 34. Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas
3792pelaporan akan berlanjut keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah
3793diasumsikan tidak bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam
3794jangka pendek.
3795 35. Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap
3796 kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan
3797 agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi.
3818KEBIJAKAN AKUNTANSI
3819 39. Pertimbangan dan/atau pemilihan kebijakan akuntansi perlu
3820 disesuaikan dengan kondisi entitas pelaporan. Sasaran pilihan kebijakan
3821 yang paling tepat akan menggambarkan realitas ekonomi entitas pelaporan
3822 secara tepat dalam bentuk keadaan keuangan dan kegiatan.
3823 40. Empat pertimbangan pemilihan untuk penerapan kebijakan
3824 akuntansi yang paling tepat dan penyiapan laporan keuangan oleh manajemen:
3957 (d) Rincian lebih lanjut beban menurut klasifikasi ekonomi, organisasi, dan fungsi;
3958 dan
3959 (e) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
3960 55. Penjelasan atas Neraca disajikan untuk pos aset, kewajiban, dan
3961 ekuitas dengan struktur sebagai berikut:
3962 (a) Perbandingan dengan periode yang lalu;
3963 (b) Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;
3964 (c) Rincian lebih lanjut atas masing-masing akun dalam aset lancar, investasi
3965 jangka panjang, aset tetap, aset lainnya, kewajiban jangka pendek, kewajiban
3966 jangka panjang, dan ekuitas; dan
3967 (d) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
3968 56. Penjelasan atas Laporan Arus Kas disajikan untuk pos arus kas
3969 dari aktivitas operasi, aktivitas investasi aset non keuangan, aktivitas pembiayaan,
3970 dan aktivitas nonanggaran dengan struktur sebagai berikut:
3971 (a) Perbandingan dengan periode yang lalu;
3972 (b) Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;
3973 (c) Rincian lebih lanjut atas atas masing-masing akun dalam masing-masing
3974 aktivitas; dan
3975 (d) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
3976 57. Penjelasan atas Laporan Perubahan Ekuitas disajikan untuk ekuitas
3977 awal periode, surplus/defisit-LO, dampak kumulatif
3978 perubahan kebijakan/kesalahan mendasar, dan ekuitas akhir periode dengan
3979 struktur sebagai berikut:
3980 (a) Perbandingan dengan periode yang lalu;
3981 (b) Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;
3982 (c) Rincian yang diperlukan; dan
3983 (d) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
4015PENGUNGKAPAN-PENGUNGKAPAN LAINNYA
4016 61. Catatan atas Laporan Keuangan juga harus
4017 mengungkapkan informasi yang bila tidak diungkapkan akan
4018 menyesatkan bagi pembaca laporan.
4019 62. Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan
4020 kejadian-
4021 kejadian penting selama tahun pelaporan, seperti:
4022 (a) Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;
4023 (b) Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru;
4024 (c) Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca;
4025 (d) Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan; dan
4026 (e) Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan yang
4027 harus ditanggulangi pemerintah.
4028 63. Pengungkapan yang diwajibkan dalam tiap standar berlaku sebagai
4029 pelengkap standar ini.
4030SUSUNAN
4031 64. Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan
4032 membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya, Catatan atas
4033 Laporan Keuangan biasanya disajikan dengan susunan sebagai berikut:
4034 (a) Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;
4035 (b) Kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;
4036 (c) Ikhtisar pencapaian target keuangan berikut hambatan dan kendalanya; (d)
4037 Kebijakan akuntansi yang penting:
4038 i. Entitas pelaporan;
4039 ii. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;
4040 iii. Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan
4041 keuangan;
4042 iv. Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan dengan
4043 ketentuan-ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan oleh
4044 suatu entitas pelaporan;
4045 v. Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami
4046 laporan keuangan.
4047 (e) Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan:
4048 i. Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan Keuangan;
4049 ii. Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
4050 Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
4051 Laporan Keuangan.
4052 (f) Informasi tambahan lainnya yang diperlukan.
TANGGAL EFEKTIF
4053
4054 65. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini
4055 berlaku efektif untuk laporan keuangan atas
4056 pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran mulai Tahun Anggaran
4057 2010.
4058 66. Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan
4059 PSAP
4060 ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual
4061 paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010.
4062
4066
4067
4068 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
4069 BERBASIS AKRUAL
4070
4071 PERNYATAAN NO. 05
4072
4073
4074
4075
4076
4077
537
538
539 PRESIDEN
540 REPUBLIK INDONESIA
4092
4093 DAFTAR ISI
4094
4095 Paragraf
4096PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------------ 1-3
4097 TUJUAN ---------------------------------------------------------------------------------- 1
4098 RUANG LINGKUP --------------------------------------------------------------------- 2-3
4099DEFINISI ---------------------------------------------------------------------------------------- 4
4100UMUM -------------------------------------------------------------------------------------------- 5-12
4101PENGAKUAN ---------------------------------------------------------------------------------- 13-14
4102PENGUKURAN ------------------------------------------------------------------------------- 15-21
4103BEBAN PERSEDIAAN ---------------------------------------------------------------------- 22-25
4104PENGUNGKAPAN --------------------------------------------------------------------------- 26
4105TANGGAL EFEKTIF ------------------------------------------------------------------------- 27-28
4106 Lampiran I.06 PSAP 05 – (i)
541
542
543 PRESIDEN
544 REPUBLIK INDONESIA
AKUNTANSI PERSEDIAAN
4110
4111Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf
4112standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf penjelasan yang
4113ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
PENDAHULUAN
4114
4115TUJUAN
4116 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan
4117akuntansi persediaan yang dianggap perlu disajikan dalam laporan keuangan.
4118RUANG LINGKUP
4119 2. Pernyataan Standar ini diterapkan dalam penyajian seluruh
4120persediaan dalam laporan keuangan untuk tujuan umum. Standar ini
4121diterapkan untuk seluruh entitas pemerintah pusat dan daerah tidak termasuk
4122perusahaan negara/daerah.
4123 3. Pernyataan Standar ini tidak mengatur:
4124 a. Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki proyek swakelola dan
4125 dibebankan ke suatu akun konstruksi dalam pengerjaan; dan
4126 b. Instrumen keuangan.
DEFINISI
4127
4128 4. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
4129Pernyataan Standar dengan pengertian:
4130Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
4131pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
4132ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
4133pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
4134termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa
4135bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena
4136alasan sejarah dan budaya.
4137Nilai wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antara pihak
4138yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.
4139Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
4140dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan
4141barangbarang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam
4142rangka pelayanan kepada masyarakat.
4143Perusahaan negara/daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
4144modalnya dimiliki oleh pemerintah pusat/daerah.
UMUM
4145
4146 5. Persediaan merupakan aset yang berupa:
4147a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka
4148 kegiatan operasional pemerintah;
4149b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses
4150 produksi;
4151c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau
4152 diserahkan kepada masyarakat;
4153d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
4154 dalam rangka kegiatan pemerintahan.
4155 6. Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan
4156disimpan untuk digunakan, misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor,
4157barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas
4158pakai seperti komponen bekas.
4159 7. Dalam hal pemerintah memproduksi sendiri, persediaan juga
4160meliputi bahan yang digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku
4161pembuatan alat-alat pertanian.
4162 8. Barang hasil proses produksi yang belum selesai dicatat sebagai
4163persediaan, contohnya alat-alat pertanian setengah jadi.
4164 9. Persediaan dapat terdiri dari:
4165a. Barang konsumsi;
4166b. Amunisi;
4167c. Bahan untuk pemeliharaan;
4168d. Suku cadang;
4169e. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga;
4170f. Pita cukai dan leges;
4171g. Bahan baku;
4172h. Barang dalam proses/setengah jadi;
4173i. Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;
4174j. Hewan dan tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
4175 10. Dalam hal pemerintah menyimpan barang untuk tujuan cadangan
4176strategis seperti cadangan energi (misalnya minyak) atau untuk tujuan berjaga-jaga
4177seperti cadangan pangan (misalnya beras), barang-barang dimaksud diakui sebagai
4178persediaan.
4179 11. Persediaan hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan
4180kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada paragraf 9 butir j, misalnya sapi,
4181kuda, ikan, benih padi dan bibit tanaman.
4182 12. Persediaan dalam kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam
4183neraca, tetapi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
PENGAKUAN
4184
4185 13. Persediaan diakui (a) pada saat potensi manfaat ekonomi
4186 masa
4187depan diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur
4188dengan andal, (b) pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/ atau
4189kepenguasaannya berpindah.
4190 14. Pada akhir periode akuntansi catatan persediaan disesuaikan
4191dengan hasil inventarisasi fisik.
PENGUKURAN
4192
4193 15. Persediaan disajikan sebesar:
4194a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;
4195b. Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
4196c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/
4197 rampasan.
4198 16. Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya
4199pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat
4200dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang
4201serupa mengurangi biaya perolehan.
4202 17. Persediaan dapat dinilai dengan menggunakan:
4203a. Metode sistematis seperti FIFO atau rata-rata tertimbang
4204b. Harga pembelian terakhir apabila setiap unit persediaan nilainya tidak
4205 material dan bermacam-macam jenis.
4206 18. Barang persediaan yang memiliki nilai nominal yang dimaksudkan
4207untuk dijual, seperti pita cukai, dinilai dengan biaya perolehan terakhir.
4208 19. Harga pokok produksi persediaan meliputi biaya langsung yang
4209terkait dengan persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang
4210dialokasikan secara sistematis.
BEBAN PERSEDIAAN
4216
4217 22. Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan
4218(use
4219of goods).
4220 23. Penghitungan beban persediaan dilakukan dalam rangka
4221penyajian Laporan Operasional.
4222 24. Dalam hal persediaan dicatat secara perpetual, maka
4223pengukuran
4224pemakaian persediaan dihitung berdasarkan catatan jumlah unit yang dipakai
4225dikalikan nilai per unit sesuai metode penilaian yang digunakan.
4226 25. Dalam hal persediaan dicatat secara periodik, maka pengukuran
4227pemakaian persediaan dihitung berdasarkan inventarisasi fisik, yaitu dengan cara
4228saldo awal persediaan ditambah pembelian atau perolehan persediaan dikurangi
4229dengan saldo akhir persediaan dikalikan nilai per unit sesuai dengan metode
4230penilaian yang digunakan.
PENGUNGKAPAN
4231
4232 26. Laporan keuangan mengungkapkan:
4233a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan;
4234b. Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang
4235 digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang
4236 digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau
4237 diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses
4238 produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada
4239 masyarakat; dan
4240c. Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau usang.
TANGGAL EFEKTIF
4241
4242 27. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini
4243berlaku efektif untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban
4244pelaksanaan anggaran mulai tahun anggaran 2010.
4245 28. Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP
4246ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual
4247paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010.
4248
4249
4250
4251
4280
565
566
567 PRESIDEN
568 REPUBLIK INDONESIA
4281
4282
4283 DAFTAR ISI
4284
4285
4286 Paragraf
4287PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------------------- 1- 5
4288 TUJUAN ------------------------------------------------------------------------------------- 1
4289 RUANG LINGKUP ------------------------------------------------------------------------ 2- 5
4290DEFINISI ----------------------------------------------------------------------------------------- 6
4291BENTUK INVESTASI -------------------------------------------------------------------------- 7- 8
4292KLASIFIKASI INVESTASI ------------------------------------------------------------------- 9 - 19
4293PENGAKUAN INVESTASI ------------------------------------------------------------------- 20 - 22
4294PENGUKURAN INVESTASI ----------------------------------------------------------------- 23 - 35
4295METODE PENILAIAN INVESTASI --------------------------------------------------------- 36 - 38
4296PENGAKUAN HASIL INVESTASI --------------------------------------------------------- 39 - 40
4297PELEPASAN DAN PEMINDAHAN INVESTASI ---------------------------------------- 41 - 42
4298PENGUNGKAPAN ----------------------------------------------------------------------------- 43
4299TANGGAL EFEKTIF --------------------------------------------------------------------------- 44 - 45
569
570
571 PRESIDEN
572 REPUBLIK INDONESIA
4304AKUNTANSI INVESTASI
4305Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah
4306paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf
4307penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual
4308Akuntansi Pemerintahan.
4309PENDAHULUAN
4310TUJUAN
4311 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan
4312akuntansi untuk investasi dan pengungkapan informasi penting lainnya yang
4313harus disajikan dalam laporan keuangan.
4314RUANG LINGKUP
4315 2. Pernyataan Standar ini harus diterapkan dalam penyajian
4316seluruh investasi pemerintah dalam laporan keuangan untuk tujuan umum
4317yang disusun dan disajikan sesuai dengan Standar
4318 Akuntansi Pemerintahan.
4319 3. Pernyataan Standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam
4320menyusun laporan keuangan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan laporan
4321keuangan konsolidasian, tidak termasuk perusahaan negara/daerah.
4322 4. Pernyataan Standar ini mengatur perlakuan akuntansi investasi
4323pemerintah pusat dan daerah baik investasi jangka pendek maupun
4324investasi jangka panjang yang meliputi saat pengakuan, klasifikasi,
4325pengukuran dan metode penilaian investasi, serta pengungkapannya pada
4326laporan keuangan.
4327 5. Pernyataan Standar ini tidak mengatur:
4328 (a) Penempatan uang yang termasuk dalam lingkup setara
4329 kas;
4330 (b) Investasi dalam perusahaan asosiasi; (c) Kerjasama
4331 operasi; dan
4332(d) Investasi dalam properti.
DEFINISI
4333
4334 6. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
4335Pernyataan Standar dengan pengertian:
4336Biaya investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh entitas investor
4337dalam perolehan suatu investasi misalnya komisi broker, jasa bank, biaya
4338legal dan pungutan lainnya dari pasar modal.
4339Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat
4340ekonomi seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga
4341dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan
4342kepada masyarakat.
4343Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan
4344dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang.
4345Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki
4346lebih dari 12 (dua belas) bulan.
4347Investasi nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang tidak
4348termasuk dalam investasi permanen, dimaksudkan untuk dimiliki secara
4349tidak berkelanjutan.
4350Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan
4351untuk dimiliki secara berkelanjutan.
4352Manfaat sosial yang dimaksud dalam standar ini adalah manfaat yang tidak
4353dapat diukur langsung dengan satuan uang namun berpengaruh pada
4354peningkatan pelayanan pemerintah pada masyarakat luas maupun
4355golongan masyarakat tertentu.
4356Metode biaya adalah suatu metode akuntansi yang mencatat nilai investasi
4357berdasarkan harga perolehan.
4358Metode ekuitas adalah suatu metode akuntansi yang mencatat nilai
4359investasi awal berdasarkan harga perolehan. Nilai investasi tersebut
4360kemudian disesuaikan dengan perubahan bagian investor atas kekayaan
4361bersih/ekuitas dari badan usaha penerima investasi (investee) yang terjadi
4362sesudah perolehan awal investasi.
4363Nilai historis adalah jumlah kas atau ekuivalen kas
4364yang dibayarkan/dikeluarkan atau nilai wajar berdasarkan pertimbangan
4365tertentu untuk mendapatkan suatu aset investasi pada saat perolehannya.
4366Nilai nominal adalah nilai yang tertera dalam surat berharga seperti nilai
4367yang tertera dalam lembar saham dan obligasi.
4368Nilai pasar adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan suatu
4369investasi dalam pasar yang aktif antara pihak-pihak yang independen.
4370Nilai wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak
4371yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.
4377BENTUK INVESTASI
4378 7. Pemerintah melakukan investasi dimaksudkan antara lain untuk
4379memperoleh pendapatan dalam jangka panjang atau memanfaatkan dana yang
4380belum digunakan untuk investasi jangka pendek dalam rangka manajemen kas.
4381 8. Terdapat beberapa jenis investasi yang dapat dibuktikan dengan
4382sertifikat atau dokumen lain yang serupa. Hakikat suatu investasi dapat berupa
4383pembelian surat utang baik jangka pendek maupun jangka panjang, serta
4384instrumen ekuitas.
4385KLASIFIKASI INVESTASI
4386 9. Investasi pemerintah diklasifikasikan menjadi dua yaitu
4387investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka
4388pendek merupakan kelompok aset lancar sedangkan investasi jangka
4389panjang merupakan kelompok aset nonlancar.
4390 10. Investasi jangka pendek harus memenuhi karakteristik sebagai
4391berikut:
4392 (a) Dapat segera diperjualbelikan/dicairkan;
4393 (b) Investasi tersebut ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya
4394 pemerintah dapat menjual investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas;
4395 (c) Berisiko rendah.
4396 11. Dengan memperhatikan kriteria tersebut pada paragraf 10, maka
4397pembelian surat-surat berharga yang berisiko tinggi bagi pemerintah, karena
4398dipengaruhi oleh fluktuasi harga pasar surat berharga, tidak termasuk dalam
4399investasi jangka pendek. Jenis investasi yang tidak termasuk dalam kelompok
4400investasi jangka pendek antara lain adalah:
4401 (a) Surat berharga yang dibeli pemerintah dalam rangka mengendalikan suatu
4402 badan usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk menambah
4403 kepemilikan modal saham pada suatu badan usaha;
4404 (b) Surat berharga yang dibeli pemerintah untuk tujuan menjaga hubungan
4405 kelembagaan yang baik dengan pihak lain, misalnya pembelian surat
4406 berharga yang dikeluarkan oleh suatu lembaga baik dalam negeri maupun
4407 luar negeri untuk menunjukkan partisipasi pemerintah; atau
4408 (c) Surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi
4409 kebutuhan kas jangka pendek.
4410 12. Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka
4411pendek, antara lain terdiri atas:
4412 (a) Deposito berjangka waktu tiga sampai dua belas bulan dan/atau yang
4413 dapat diperpanjang secara otomatis (revolving deposits);
4414 (b) Pembelian Surat Utang Negara (SUN) pemerintah jangka pendek oleh
4415 pemerintah pusat maupun daerah dan pembelian Sertifikat Bank Indonesia
4416 (SBI).
4417 13. Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat
4418 penanaman investasinya, yaitu permanen dan nonpermanen.
4419 Investasi Permanen adalah investasi jangka panjang yang
4420 dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan, sedangkan
4421 Investasi Nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang
4422 dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan.
4423 14. Pengertian berkelanjutan adalah investasi yang
4424 dimaksudkan untuk dimiliki terus menerus tanpa ada niat untuk
4425 memperjualbelikan atau menarik kembali. Sedangkan pengertian tidak
4426 berkelanjutan adalah kepemilikan investasi yang berjangka waktu lebih
4427 dari 12 (dua belas) bulan, dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus menerus
4428 atau ada niat untuk memperjualbelikan atau menarik kembali.
4429 15. Investasi permanen yang dilakukan oleh pemerintah
4430 adalah investasi yang tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan, tetapi
4431 untuk mendapatkan dividen dan/atau pengaruh yang signifikan dalam
4432 jangka panjang dan/atau menjaga hubungan kelembagaan. Investasi
4433 permanen dapat berupa:
4434 (a) Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/daerah, badan
4435 internasional dan badan usaha lainnya yang bukan milik negara;
4436 (b) Investasi permanen lainnya yang dimiliki oleh pemerintah untuk
4437 menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada
4438 masyarakat.
4439 16. Investasi nonpermanen yang dilakukan oleh pemerintah, antara
4440lain dapat berupa:
4441 (a) Pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan
4442 untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh temponya oleh pemerintah;
4443 (b) Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan
4444 kepada pihak ketiga;
4445 (c) Dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat
4446 seperti bantuan modal kerja secara bergulir kepada kelompok masyarakat;
4447 (d) Investasi nonpermanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk
4448 dimiliki pemerintah secara berkelanjutan, seperti penyertaan modal yang
4449 dimaksudkan untuk penyehatan/penyelamatan perekonomian.
4450 17. Penyertaan modal pemerintah dapat berupa surat berharga (saham)
4451pada suatu perseroan terbatas dan non surat berharga yaitu kepemilikan modal
4452bukan dalam bentuk saham pada perusahaan yang bukan perseroan.
4453 18. Investasi permanen lainnya merupakan bentuk investasi yang tidak
4454bisa dimasukkan ke penyertaan modal, surat obligasi jangka panjang yang dibeli
4455oleh pemerintah, dan penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat
4456dialihkan kepada pihak ketiga, misalnya investasi dalam properti yang tidak
4457tercakup dalam pernyataan ini.
4458 19. Akuntansi untuk investasi pemerintah dalam properti dan
4459kerjasama operasi akan diatur dalam standar akuntansi tersendiri.
4460PENGAKUAN INVESTASI
4461 20. Pengeluaran kas dan/atau aset, penerimaan hibah dalam
4462bentuk investasi dan perubahan piutang menjadi investasi dapat diakui
4463sebagai investasi apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
4464 (a) Kemungkinan manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa
4465 potensial di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut
4466 dapat diperoleh pemerintah;
4467 (b) Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara
4468 memadai (reliable).
4469 21. Dalam menentukan apakah suatu pengeluaran kas
4470 dan/atau aset, penerimaan hibah dalam bentuk investasi dan perubahan
4471 piutang menjadi investasi memenuhi kriteria pengakuan investasi yang
4472 pertama, entitas perlu mengkaji tingkat kepastian mengalirnya manfaat
4473 ekonomi dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan
4474 datang berdasarkan bukti-bukti yang tersedia pada saat pengakuan yang
4475 pertama kali. Eksistensi dari kepastian yang cukup bahwa manfaat
4476 ekonomi yang akan datang atau jasa potensial yang akan diperoleh
4477 memerlukan suatu jaminan bahwa suatu entitas akan memperoleh
4478 manfaat dari aset tersebut dan akan menanggung risiko yang mungkin
4479 timbul.
4480 22. Kriteria pengakuan investasi sebagaimana dinyatakan
4481 pada
4482paragraf 20 butir b, biasanya dapat dipenuhi karena adanya transaksi pertukaran
4483 atau pembelian yang didukung dengan bukti yang
4484 menyatakan/mengidentifikasikan biaya perolehannya. Dalam hal tertentu, suatu
4485 investasi mungkin diperoleh bukan berdasarkan biaya perolehannya, atau
4486 berdasarkan nilai wajar pada tanggal perolehan. Dalam kasus yang demikian,
4487 penggunaan nilai estimasi yang layak dapat digunakan.
PENGUKURAN INVESTASI
4488
4489 23. Untuk beberapa jenis investasi, terdapat pasar aktif yang dapat
4490membentuk nilai pasar, dalam hal investasi yang demikian, nilai pasar
4491dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar. Sedangkan untuk
4492investasi yang tidak memiliki pasar yang aktif dapat dipergunakan nilai
4493nominal, nilai tercatat atau nilai wajar lainnya.
4494 24. Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga,
4495misalnya saham dan obligasi jangka pendek (efek), dicatat sebesar biaya
4496perolehan. Biaya perolehan investasi meliputi harga transaksi investasi itu
4497sendiri ditambah komisi perantara jual beli, jasa bank, dan biaya lainnya
4498yang timbul dalam rangka perolehan tersebut.
4499 25. Apabila investasi dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa
4500biaya perolehan, maka investasi dinilai berdasarkan nilai wajar investasi
4501pada tanggal perolehannya yaitu sebesar harga pasar. Apabila tidak ada
4502nilai wajar, maka investasi dinilai berdasarkan nilai wajar aset lain yang
4503diserahkan untuk memperoleh investasi tersebut.
4504 26. Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham, misalnya
4505dalam bentuk deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal
4506deposito tersebut.
4507 27. Investasi jangka panjang yang bersifat permanen misalnya
4508penyertaan modal pemerintah, dicatat sebesar biaya perolehannya meliputi
4509harga transaksi investasi itu sendiri ditambah biaya lain yang timbul dalam
4510rangka perolehan investasi tersebut.
4511 28. Investasi nonpermanen dalam bentuk pembelian obligasi
4512jangka panjang dan investasi yang dimaksudkan tidak untuk dimiliki
4513berkelanjutan, dinilai sebesar nilai perolehannya.
4514 29. Investasi nonpermanen yang dimaksudkan untuk
4515penyehatan/penyelamatan perekonomian, dinilai sebesar nilai bersih yang
4516dapat direalisasikan.
4517 30. Investasi nonpermanen untuk penyehatan/penyelamatan
4518perekonomian misalnya dana talangan dalam rangka penyehatan perbankan
4519 31. Investasi nonpermanen dalam bentuk penanaman modal di
4520proyek-proyek pembangunan pemerintah (seperti Proyek PIR) dinilai
4521sebesar biaya pembangunan termasuk biaya yang dikeluarkan untuk
4522perencanaan dan biaya lain yang dikeluarkan dalam rangka penyelesaian
4523proyek sampai proyek tersebut diserahkan ke pihak ketiga.
4562(b) Kepemilikan 20% sampai 50%, atau kepemilikan kurang dari 20%
4563 tetapi memiliki pengaruh yang signifikan menggunakan metode
4564 ekuitas;
4565(c) Kepemilikan lebih dari 50% menggunakan metode ekuitas;
4566(d) Kepemilikan bersifat nonpermanen menggunakan metode nilai bersih
4567 yang direalisasikan.
4568 38. Dalam kondisi tertentu, kriteria besarnya persentase kepemilikan
4569saham bukan merupakan faktor yang menentukan dalam pemilihan metode
4570penilaian investasi, tetapi yang lebih menentukan adalah tingkat pengaruh (the
4571degree of influence) atau pengendalian terhadap perusahaan investee. Ciri-ciri
4572adanya pengaruh atau pengendalian pada perusahaan investee, antara lain:
4573 (a) Kemampuan mempengaruhi komposisi dewan komisaris;
4574 (b) Kemampuan untuk menunjuk atau menggantikan direksi;
4575 (c) Kemampuan untuk menetapkan dan mengganti dewan direksi perusahaan
4576 investee;
4577 (d) Kemampuan untuk mengendalikan mayoritas suara dalam rapat/pertemuan
4578 dewan direksi.
4597PENGUNGKAPAN
4598 43. Hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan
4599pemerintah berkaitan dengan investasi pemerintah, antara lain:
4600 (a) Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi;
4601 (b) Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen;
4602 (c) Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun
4603 investasi jangka panjang;
4604 (d) Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan
4605 tersebut;
4606 (e) Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya; (f)
4607 Perubahan pos investasi.
4616
4639
4640
617
618
619 PRESIDEN
620 REPUBLIK INDONESIA
4675PERNYATAAN NO. 07
PENDAHULUAN
4681
4682TUJUAN
4683 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi
4684untuk aset tetap meliputi pengakuan, penentuan nilai tercatat, serta penentuan
4685dan perlakuan akuntansi atas penilaian kembali dan penurunan nilai tercatat
4686(carrying value) aset tetap.
4687RUANG LINGKUP
4688 2. Pernyataan Standar ini diterapkan untuk
4689 seluruh unit pemerintah yang menyajikan laporan keuangan
4690 untuk tujuan umum dan mengatur tentang perlakuan akuntansinya,
4691 termasuk pengakuan, penilaian, penyajian, dan pengungkapan yang
4692 diperlukan.
4693 3. Pernyataan Standar ini tidak diterapkan untuk:
4694(a) Hutan dan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (regenerative natural
4695 resources); dan
4696(b) Kuasa pertambangan, eksplorasi dan penggalian mineral, minyak, gas
4697 alam, dan sumber daya alam serupa yang tidak dapat diperbaharui
4698 (nonregenerative natural resources).
4699Namun demikian, Pernyataan ini berlaku untuk aset tetap yang digunakan untuk
4700mengembangkan atau memelihara aktivitas atau aset yang tercakup dalam (a)
4701dan (b) di atas dan dapat dipisahkan dari aktivitas atau aset tersebut.
DEFINISI
4702
4703 4. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
4704Pernyataan Standar dengan pengertian:
4705Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
4706pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
4707ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik
4708oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan
4709uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
4710penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
4711dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
4712Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari
471312 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan,
4714dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
4715Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang telah dan yang
4716masih wajib dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang telah dan yang
4717masih wajib diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan
4718atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat
4719yang siap untuk dipergunakan.
4720Masa manfaat adalah:
4721(a) Periode suatu aset diharapkan digunakan untuk aktivitas
4722 pemerintahan dan/atau pelayanan publik; atau
4723(b) Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset
4724 untuk aktivitas pemerintahan dan/atau pelayanan publik.
4725Nilai sisa adalah jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh pada akhir
4726masa manfaat suatu aset setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan. Nilai
4727tercatat (carrying amount) aset adalah nilai buku aset, yang dihitung dari
4728biaya perolehan suatu aset setelah dikurangi akumulasi penyusutan. Nilai
4729wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak yang
4730memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar. Penyusutan
4731adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat
4732disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang
4733bersangkutan.
4734UMUM
4735 5. Aset tetap sering merupakan suatu bagian utama aset pemerintah,
4736dan karenanya signifikan dalam penyajian neraca. Termasuk dalam aset tetap
4737pemerintah adalah:
4738(a) Aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan namun dimanfaatkan oleh
4739 entitas lainnya, misalnya instansi pemerintah lainnya, universitas, dan
4740 kontraktor;
4741(b) Hak atas tanah.
4742 6. Tidak termasuk dalam definisi aset tetap adalah aset yang dikuasai
4743untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah, seperti bahan (materials) dan
4744perlengkapan (supplies).
4778 15. Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan
4779dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Untuk dapat
4780diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi kriteria sebagai berikut :
4781(a) Berwujud;
4782(b) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
4783(c) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
4784(d) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan (e)
4785 Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
4786 16. Dalam menentukan apakah suatu aset tetap mempunyai manfaat
4787lebih dari 12 (dua belas) bulan, suatu entitas harus menilai manfaat ekonomi
4788masa depan yang dapat diberikan oleh aset tetap tersebut, baik langsung
4789maupun tidak langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah. Manfaat tersebut
4790dapat berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah.
4791Manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke suatu entitas dapat dipastikan
4792bila entitas tersebut akan menerima manfaat dan menerima risiko terkait.
4793Kepastian ini biasanya hanya tersedia jika manfaat dan risiko telah diterima
4794entitas tersebut. Sebelum hal ini terjadi, perolehan aset tidak dapat diakui.
4795 17. Tujuan utama dari perolehan aset tetap adalah untuk digunakan
4796oleh pemerintah dalam mendukung kegiatan operasionalnya dan bukan
4797dimaksudkan untuk dijual.
4798 18. Pengakuan aset tetap akan andal bila aset tetap telah diterima atau
4799diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah.
4800 19. Saat pengakuan aset akan dapat diandalkan apabila terdapat bukti
4801bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara
4802hukum, misalnya sertifikat tanah dan bukti kepemilikan kendaraan bermotor.
4803Apabila perolehan aset tetap belum didukung dengan bukti secara hukum
4804dikarenakan masih adanya suatu proses administrasi yang diharuskan, seperti
4805pembelian tanah yang masih harus diselesaikan proses jual beli (akta) dan
4806sertifikat kepemilikannya di instansi berwenang, maka aset tetap tersebut harus
4807diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaan atas aset tetap tersebut telah
4808berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat
4809tanah atas nama pemilik sebelumnya.
4817pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya dapat diperoleh dari transaksi
4818pihak eksternal dengan entitas tersebut untuk perolehan bahan baku, tenaga
4819kerja dan biaya lain yang digunakan dalam proses konstruksi.
4820 22. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola
4821meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak
4822langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga
4823listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan
4824pembangunan aset tetap tersebut.
4852KOMPONEN BIAYA
4853 28. Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau
4854konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat
4894tidak merupakan bagian biaya suatu aset kecuali biaya tersebut perlu untuk
4895membawa aset ke kondisi kerjanya.
4896 36. Biaya perolehan suatu aset yang dibangun dengan cara swakelola
4897ditentukan menggunakan prinsip yang sama seperti aset yang dibeli.
4898 37. Setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga
4899pembelian.
4900KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN
4901 38. Jika penyelesaian pengerjaan suatu aset tetap melebihi dan
4902atau melewati satu periode tahun anggaran, maka aset tetap yang belum
4903selesai tersebut digolongkan dan dilaporkan sebagai konstruksi dalam
4904pengerjaan sampai dengan aset tersebut selesai dan siap dipakai.
4905 39. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 08 mengenai
4906Konstruksi Dalam Pengerjaan mengatur secara rinci mengenai perlakuan aset
4907dalam pengerjaan, termasuk di dalamnya adalah rincian biaya konstruksi aset
4908tetap baik yang dikerjakan secara swakelola maupun yang dikerjakan oleh
4909kontraktor. Apabila tidak disebutkan lain dalam PSAP ini maka berlaku prinsip dan
4910rincian yang ada pada PSAP 08.
4911 40. Konstruksi Dalam Pengerjaan yang sudah selesai dibuat atau
4912dibangun dan telah siap dipakai harus segera direklasifikasikan ke salah satu
4913akun yang sesuai dalam pos aset tetap.
4931baru diperoleh dicatat sebesar nilai tercatat (carrying amount) atas aset
4932yang dilepas.
4933 44. Nilai wajar atas aset yang diterima tersebut dapat memberikan bukti
4934adanya suatu pengurangan (impairment) nilai atas aset yang dilepas. Dalam
4935kondisi seperti ini, aset yang dilepas harus diturun-nilai-bukukan (written down)
4936dan nilai setelah diturun-nilai-bukukan (written down) tersebut merupakan nilai
4937aset yang diterima. Contoh dari pertukaran atas aset yang serupa termasuk
4938pertukaran bangunan, mesin, peralatan khusus, dan kapal terbang. Apabila
4939terdapat aset lainnya dalam pertukaran, misalnya kas atau kewajiban lainnya,
4940maka hal ini mengindikasikan bahwa pos yang dipertukarkan tidak mempunyai
4941nilai yang sama.
4942ASET DONASI
4943 45. Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi) harus
4944dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan.
4945 46. Sumbangan aset tetap didefinisikan sebagai transfer tanpa
4946persyaratan suatu aset tetap ke satu entitas, misalnya perusahaan
4947nonpemerintah memberikan bangunan yang dimilikinya untuk digunakan oleh
4948satu unit pemerintah tanpa persyaratan apapun. Penyerahan aset tetap tersebut
4949akan sangat andal bila didukung dengan bukti perpindahan kepemilikannya
4950secara hukum, seperti adanya akta hibah.
4951 47. Tidak termasuk perolehan aset donasi, apabila penyerahan aset
4952tetap tersebut dihubungkan dengan kewajiban entitas lain kepada pemerintah.
4953Sebagai contoh, satu perusahaan swasta membangun aset tetap untuk
4954pemerintah dengan persyaratan kewajibannya kepada pemerintah telah dianggap
4955selesai. Perolehan aset tetap tersebut harus diperlakukan seperti perolehan aset
4956tetap dengan pertukaran.
4957 48. Apabila perolehan aset tetap memenuhi kriteria perolehan aset
4958donasi, maka perolehan tersebut diakui sebagai pendapatan operasional.
4985PENYUSUTAN
4986 53. Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu
4987aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa
4988manfaat aset yang bersangkutan.
4989 54. Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai
4990pengurang nilai tercatat aset tetap dalam neraca dan beban penyusutan
4991dalam laporan operasional.
4992 55. Penyesuaian nilai aset tetap dilakukan dengan berbagai metode
4993yang sistematis sesuai dengan masa manfaat. Metode penyusutan yang
4994digunakan harus dapat menggambarkan manfaat ekonomi atau kemungkinan
4995jasa (service potential) yang akan mengalir ke pemerintah.
4996 56. Masa manfaat aset tetap yang dapat disusutkan harus ditinjau
4997secara periodik dan jika terdapat perbedaan besar dari estimasi sebelumnya,
4998penyusutan periode sekarang dan yang akan datang harus dilakukan
4999penyesuaian.
5000 57. Metode penyusutan yang dapat dipergunakan antara lain:
5001(a) Metode garis lurus (straight line method); atau
5002(b) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method)
5003(c) Metode unit produksi (unit of production method)
5004 58. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset
5005tetap disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut.
5017AKUNTANSI TANAH
5018 61. Tanah yang dimiliki dan/atau dikuasai pemerintah tidak
5019diperlakukan secara khusus, dan pada prinsipnya mengikuti ketentuan
5020seperti yang diatur pada pernyataan tentang akuntansi aset tetap.
5021 62. Tidak seperti institusi nonpemerintah, pemerintah tidak dibatasi satu
5022periode tertentu untuk kepemilikan dan/atau penguasaan tanah yang dapat
5023berbentuk hak pakai, hak pengelolaan, dan hak atas tanah lainnya yang
5024dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena
5025itu, setelah perolehan awal tanah, pemerintah tidak memerlukan biaya untuk
5026mempertahankan hak atas tanah tersebut. Tanah memenuhi definisi aset tetap
5027dan harus diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada Pernyataan
5028ini.
5029 63. Pengakuan tanah di luar negeri sebagai aset tetap hanya
5030dimungkinkan apabila perjanjian penguasaan dan hukum serta
5031perundangundangan yang berlaku di negara tempat Perwakilan Republik
5032Indonesia berada mengindikasikan adanya penguasaan yang bersifat
5033permanen.
5034 64. Tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh instansi pemerintah di luar
5035negeri, misalnya tanah yang digunakan Perwakilan Republik Indonesia di luar
5036negeri, harus memperhatikan isi perjanjian penguasaan dan hukum serta
5037perundang-undangan yang berlaku di negara tempat Perwakilan Republik
5038Indonesia berada. Hal ini diperlukan untuk menentukan apakah penguasaan atas
5039tanah tersebut bersifat permanen atau sementara. Penguasaan atas tanah
5040dianggap permanen apabila hak atas tanah tersebut merupakan hak yang kuat
5041diantara hak-hak atas tanah yang ada di negara tersebut dengan tanpa batas
5042waktu.
5055(b) Peraturan dan hukum yang berlaku melarang atau membatasi secara ketat
5056 pelepasannya untuk dijual;
5057(c) Tidak mudah untuk diganti dan nilainya akan terus meningkat selama waktu
5058 berjalan walaupun kondisi fisiknya semakin menurun;
5059(d) Sulit untuk mengestimasikan masa manfaatnya. Untuk beberapa kasus
5060 dapat mencapai ratusan tahun.
5061 67. Aset bersejarah biasanya diharapkan untuk dipertahankan dalam
5062waktu yang tak terbatas. Aset bersejarah biasanya dibuktikan dengan peraturan
5063perundang-undangan.
5064 68. Pemerintah mungkin mempunyai banyak aset bersejarah yang
5065diperoleh selama bertahun-tahun dan dengan cara perolehan beragam termasuk
5066pembelian, donasi, warisan, rampasan, ataupun sitaan. Aset ini jarang dikuasai
5067dikarenakan alasan kemampuannya untuk menghasilkan aliran kas masuk, dan
5068akan mempunyai masalah sosial dan hukum bila memanfaatkannya untuk tujuan
5069tersebut.
5070 69. Aset bersejarah harus disajikan dalam bentuk unit, misalnya jumlah
5071unit koleksi yang dimiliki atau jumlah unit monumen, dalam Catatan atas Laporan
5072Keuangan dengan tanpa nilai.
5073 70. Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan, rekonstruksi harus
5074dibebankan dalam laporan operasional sebagai beban tahun terjadinya
5075pengeluaran tersebut. Beban tersebut termasuk seluruh beban yang berlangsung
5076untuk menjadikan aset bersejarah tersebut dalam kondisi dan lokasi yang ada
5077pada periode berjalan.
5078 71. Beberapa aset bersejarah juga memberikan potensi manfaat
5079lainnya kepada pemerintah selain nilai sejarahnya, sebagai contoh
5080bangunan bersejarah digunakan untuk ruang perkantoran. Untuk kasus
5081tersebut, aset ini akan diterapkan prinsip-prinsip yang sama seperti aset
5082tetap lainnya.
5083 72. Untuk aset bersejarah lainnya, potensi manfaatnya terbatas pada
5084karakteristik sejarahnya, sebagai contoh monumen dan reruntuhan (ruins).
5115PENGUNGKAPAN
5116 80. Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk
5117masingmasing jenis aset tetap sebagai berikut:
5118(a) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat
5119 (carrying amount);
5120(b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
5121 menunjukkan:
5122 (1) Penambahan;
5123 (2) Pelepasan;
5124 (3) Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;
5125 (4) Mutasi aset tetap lainnya.
5126(c) Informasi penyusutan, meliputi:
5144TANGGAL EFEKTIF
5145 84. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini
5146 berlaku efektif untuk laporan keuangan atas
5147 pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran mulai Tahun
5148 Anggaran 2010.
5149 85. Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan
5150 PSAP ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas
5151 Menuju Akrual paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran
5152 2010.
5153
5154
5156 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TANGGAL 22 OKTOBER
51572010
5158
5159
5160
5161STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
5162BERBASIS AKRUAL
5163
5164PERNYATAAN NO. 08
5165
5166
5167
5168
5169AKUNTANSI
5170KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN
5171
5172
5173
5174
5175
5176
5177
5178
5179
5180
5181
5182
677
678
679 PRESIDEN
680 REPUBLIK INDONESIA
681
686
687
688 PRESIDEN
689 REPUBLIK INDONESIA
690
5201STANDAR AKUNTANSI
5202PEMERINTAHAN
5203BERBASISAKRUAL
5204PERNYATAAN NO. 08
5210PENDAHULUAN
5211TUJUAN
5212 1. Tujuan Pernyataan Standar Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah
5213mengatur perlakuan akuntansi untuk konstruksi dalam pengerjaan.
5214 2. Pernyataan Standar ini memberikan panduan untuk:
5215 (a) identifikasi pekerjaan yang dapat diklasifikasikan sebagai Konstruksi
5216 Dalam Pengerjaan;
5217 (b) penetapan besarnya biaya yang dikapitalisasi dan disajikan di neraca; (c)
5218 penetapan basis pengakuan dan pengungkapan biaya konstruksi.
5219RUANG LINGKUP
5220 3. Suatu entitas akuntansi yang melaksanakan pembangunan
5221aset tetap untuk dipakai dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan
5222dan/atau masyarakat dalam suatu jangka waktu tertentu, baik pelaksanaan
5223pembangunannya dilakukan secara swakelola atau oleh pihak ketiga, wajib
5224menerapkan standar ini.
5225 4. Sifat aktivitas yang dilaksanakan untuk konstruksi pada umumnya
5226berjangka panjang sehingga tanggal mulai pelaksanaan aktivitas dan tanggal
5227selesainya aktivitas tersebut biasanya jatuh pada periode akuntansi yang
5228berlainan.
5229 5. Masalah utama akuntansi untuk Konstruksi Dalam Pengerjaan
5230adalah jumlah biaya yang diakui sebagai aset tetap yang harus dicatat sampai
5231dengan konstruksi tersebut selesai dikerjakan.
5232DEFINISI
5233 6. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
5234Pernyataan Standar dengan pengertian:
5235 1
5244PENDAHULUAN
5245TUJUAN
5246 1. Tujuan Pernyataan Standar Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah
5247mengatur perlakuan akuntansi untuk konstruksi dalam pengerjaan.
5248 2. Pernyataan Standar ini memberikan panduan untuk:
5249 (a) identifikasi pekerjaan yang dapat diklasifikasikan sebagai Konstruksi
5250 Dalam Pengerjaan;
5251 (b) penetapan besarnya biaya yang dikapitalisasi dan disajikan di neraca; (c)
5252 penetapan basis pengakuan dan pengungkapan biaya konstruksi.
5253RUANG LINGKUP
5254 3. Suatu entitas akuntansi yang melaksanakan pembangunan
5255aset tetap untuk dipakai dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan
5256dan/atau masyarakat dalam suatu jangka waktu tertentu, baik pelaksanaan
5257pembangunannya dilakukan secara swakelola atau oleh pihak ketiga, wajib
5258menerapkan standar ini.
5259 4. Sifat aktivitas yang dilaksanakan untuk konstruksi pada umumnya
5260berjangka panjang sehingga tanggal mulai pelaksanaan aktivitas dan tanggal
5261selesainya aktivitas tersebut biasanya jatuh pada periode akuntansi yang
5262berlainan.
5263 5. Masalah utama akuntansi untuk Konstruksi Dalam Pengerjaan
5264adalah jumlah biaya yang diakui sebagai aset tetap yang harus dicatat sampai
5265dengan konstruksi tersebut selesai dikerjakan.
5266DEFINISI
5267 6. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
5268Pernyataan Standar dengan pengertian:
5269Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
5270pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
5271ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik
5272oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan
5273uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
5274penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
5275dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
5276Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari
527712 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan,
5278dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
5279Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset tetap yang sedang dalam
5280proses pembangunan.
5281Kontrak konstruksi adalah perikatan yang dilakukan secara khusus untuk
5282konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi yang berhubungan erat satu
5283sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi, dan
5284fungsi atau tujuan atau penggunaan utama.
5285Kontraktor adalah suatu entitas yang mengadakan kontrak untuk
5286membangun aset atau memberikan jasa konstruksi untuk kepentingan
5287entitas lain sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan dalam kontrak
5288konstruksi.
5289Uang muka kerja adalah jumlah yang diterima oleh kontraktor sebelum
5290pekerjaan dilakukan dalam rangka kontrak konstruksi.
5291Klaim adalah jumlah yang diminta kontraktor kepada pemberi kerja sebagai
5292penggantian biaya-biaya yang tidak termasuk dalam nilai kontrak.
5293Pemberi kerja adalah entitas yang mengadakan kontrak konstruksi dengan
5294pihak ketiga untuk membangun atau memberikan jasa konstruksi.
5295Retensi adalah jumlah termin (progress billing) yang belum dibayar hingga
5296pemenuhan kondisi yang ditentukan dalam kontrak untuk pembayaran
5297jumlah tersebut.
5298Termin (progress billing) adalah jumlah yang ditagih untuk pekerjaan yang
5299dilakukan dalam suatu kontrak baik yang telah dibayar ataupun yang belum
5300dibayar oleh pemberi kerja.
5310KONTRAK KONSTRUKSI
5311 9. Kontrak konstruksi dapat berkaitan dengan perolehan sejumlah
5312aset yang berhubungan erat atau saling tergantung satu sama lain dalam hal
5313rancangan, teknologi, fungsi atau tujuan, dan penggunaan utama. Kontrak
5314seperti ini misalnya konstruksi jaringan irigasi.
5315 10. Kontrak konstruksi dapat meliputi:
5316 (a) kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan
5317 perencanaan konstruksi aset, seperti jasa arsitektur;
5318 (b) kontrak untuk perolehan atau konstruksi aset;
5319 (c) kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan
5320 pengawasan konstruksi aset yang meliputi manajemen konstruksi dan
5321 value engineering;
5322 (d) kontrak untuk membongkar atau merestorasi aset dan restorasi lingkungan.
5371PENGUKURAN
5372 18. Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya
5373 perolehan.
5374BIAYA KONSTRUKSI
5375 19. Nilai konstruksi yang dikerjakan secara swakelola:
5376(a) biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi;
5377(b) biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan
5378 dapat dialokasikan ke konstruksi tersebut; dan
5379(c) biaya lain yang secara khusus dibebankan sehubungan konstruksi
5380 yang bersangkutan.
5381 20. Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kegiatan
5382konstruksi antara lain meliputi:
(a) Biaya pekerja lapangan termasuk penyelia;
(b) Biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi;
(c) Biaya pemindahan sarana, peralatan, dan bahan-bahan dari dan ke lokasi
pelaksanaan konstruksi;
(d) Biaya penyewaan sarana dan peralatan;
(e) Biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung berhubungan
dengan konstruksi.
5383 21. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan ke kegiatan konstruksi pada
5384umumnya dan dapat dialokasikan ke konstruksi tertentu meliputi:
5385 (a) Asuransi;
5386 (b) Biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung
5387 berhubungan dengan konstruksi tertentu;
5388 (c) Biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan konstruksi
5389 yang bersangkutan seperti biaya inspeksi.
5390 Biaya semacam itu dialokasikan dengan menggunakan metode yang sistematis
5391 dan rasional dan diterapkan secara konsisten pada semua biaya yang
5392 mempunyai karakteristik yang sama. Metode alokasi biaya yang dianjurkan
5393 adalah metode rata-rata tertimbang atas dasar proporsi biaya langsung.
5394 22. Nilai konstruksi yang dikerjakan oleh kontraktor melalui kontrak
5395konstruksi meliputi:
5396(a) Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan
5397 tingkat penyelesaian pekerjaan;
5398(b) Kewajiban yang masih harus dibayar kepada kontraktor berhubung
5399 dengan pekerjaan yang telah diterima tetapi belum dibayar pada
5400 tanggal pelaporan;
5401(c) Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan
5402 dengan pelaksanaan kontrak konstruksi.
5403 23. Kontraktor meliputi kontraktor utama dan kontraktor lainnya.
5404 24. Pembayaran atas kontrak konstruksi pada umumnya dilakukan
5405secara bertahap (termin) berdasarkan tingkat penyelesaian yang ditetapkan
5406dalam kontrak konstruksi. Setiap pembayaran yang dilakukan dicatat sebagai
5407penambah nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan.
5449PENGUNGKAPAN
5450 34. Suatu entitas harus mengungkapkan informasi mengenai
5451Konstruksi Dalam Pengerjaan pada akhir periode akuntansi:
5452(a) Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat
5453 penyelesaian dan jangka waktu penyelesaiannya;
5454(b) Nilai kontrak konstruksi dan sumber pendanaannya.
5455(c) Jumlah biaya yang telah dikeluarkan dan yang masih harus dibayar;
5456(d) Uang muka kerja yang diberikan; (e) Retensi.
5457 35. Kontrak konstruksi pada umumnya memuat ketentuan tentang
5458 retensi, misalnya termin pembayaran terakhir yang masih ditahan oleh pemberi
5459 kerja selama masa pemeliharaan. Jumlah retensi diungkapkan dalam Catatan
5460 atas Laporan Keuangan.
5461 36. Aset dapat dibiayai dari sumber dana tertentu. Pencantuman
5462 sumber dana dimaksudkan memberi gambaran sumber dana dan
5463 penyerapannya sampai tanggal tertentu.
5464TANGGAL EFEKTIF
5465 37. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini
5466berlaku efektif untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban
5467pelaksanaan anggaran mulai Tahun Anggaran 2010.
5468 38. Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP
5469ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual
5470paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010.
5471
5472
5473
5477
5478
5482PERNYATAAN NO. 09
5483
5484
5485
5486
5487
5501 Paragraf
5502PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------------- 1-4
5503TUJUAN ----------------------------------------------------------------------------------- 1
5504RUANG LINGKUP ---------------------------------------------------------------------- 2-4
5505DEFINISI ----------------------------------------------------------------------------------------- 5
5506UMUM --------------------------------------------------------------------------------------------- 6-8
5507KLASIFIKASI KEWAJIBAN ---------------------------------------------------------------- 9-17
5508PENGAKUAN KEWAJIBAN ---------------------------------------------------------------- 18-
550931
5518LIABILITIES) ------------------------------------------------------------------------------ 46
5519UTANG PEMERINTAH YANG TIDAK DIPERJUALBELIKAN
734
735
736 PRESIDEN
737 REPUBLIK INDONESIA
738
739
740 PRESIDEN
741 REPUBLIK INDONESIA
5532PENDAHULUAN
5533TUJUAN
5534 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan
5535akuntansi kewajiban meliputi saat pengakuan, penentuan nilai tercatat,
5536amortisasi, dan biaya pinjaman yang dibebankan terhadap kewajiban tersebut.
5537RUANG LINGKUP
5538 2. Pernyataan Standar ini diterapkan untuk seluruh unit
5539 pemerintahan yang menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum
5540 dan mengatur tentang perlakuan akuntansinya,
5541 termasuk pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
5542 yang diperlukan.
5543 3. Pernyataan Standar ini mengatur:
5544(a) Akuntansi Kewajiban Pemerintah termasuk kewajiban jangka pendek
5545 dan kewajiban jangka panjang yang ditimbulkan dari Utang Dalam
5546 Negeri dan Utang Luar Negeri.
5547(b) Perlakuan akuntansi untuk transaksi pinjaman dalam mata uang
5548 asing.
5549(c) Perlakuan akuntansi untuk transaksi yang timbul dari restrukturisasi
5550 pinjaman.
5551(d) Perlakuan akuntansi untuk biaya yang timbul dari utang pemerintah.
5552 Huruf (b), (c), dan (d) diatas berlaku sepanjang belum ada pengaturan
5553 khusus dalam pernyataan tersendiri mengenai hal-hal tersebut.
5554 4. Pernyataan Standar ini tidak mengatur:
5555(a) Akuntansi Kewajiban Diestimasi dan Kewajiban Kontinjensi.
5556(b) Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai.
5557(c) Transaksi dalam mata uang asing yang timbul atas transaksi selain dari
5558 transaksi pinjaman yang didenominasi dalam suatu mata uang asing seperti
5559 pada paragraf 3(b).
5560Huruf (a) dan (b) diatur dalam pernyataan standar tersendiri.
5561DEFINISI
5562 5. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
5563Pernyataan Standar dengan pengertian:
5564Amortisasi utang adalah alokasi sistematis dari premium atau diskonto
5565selama umur utang pemerintah.
5566Aset Tertentu yang memenuhi syarat (Qualifying Asset), selanjutnya disebut
5567Aset Tertentu adalah aset yang membutuhkan waktu yang cukup lama agar
5568siap untuk dipergunakan atau dijual sesuai dengan tujuannya.
5569Biaya Pinjaman adalah bunga dan biaya lainnya yang harus ditanggung
5570oleh pemerintah sehubungan dengan peminjaman dana. Debitur adalah
5571pihak yang menerima utang dari kreditur.
5572Diskonto adalah jumlah selisih kurang antara nilai kini kewajiban (present
5573value) dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value) dari suatu utang
5574karena tingkat bunga nominal lebih rendah dari tingkat bunga efektif.
5575Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
5576entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan
5577perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
5578berupa laporan keuangan.
5579Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
5580penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
5581pemerintah.
5582Kreditur adalah pihak yang memberikan utang kepada debitur.
5583Kewajiban diestimasi adalah kewajiban yang waktu dan jumlahnya belum
5584pasti.
5585Kewajiban kontinjensi adalah:
5586(a) kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan
5587 keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya
5588 suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya
5589 berada dalam kendali suatu entitas; atau
5590(b) kewajiban kini yang timbul sebagai akibat masa lalu, tetapi tidak diakui
5591 karena:
5592 (1) tidak terdapat kemungkinan besar (not probable) bahwa suatu
5593 entitas mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat
5594 ekonomi untuk menyelesaikan kewajibannya; atau
5595 (2) jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.
5596Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang.
5597Metode garis lurus adalah metode alokasi premium atau diskonto dengan
5598jumlah yang sama sepanjang periode sekuritas utang pemerintah.
5599Nilai nominal adalah nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali
5600transaksi berlangsung seperti nilai yang tertera pada lembar surat utang
5601pemerintah.
5602Nilai tercatat (carrying amount) kewajiban adalah nilai buku kewajiban yang
5603dihitung dari nilai nominal setelah dikurangi atau ditambah diskonto atau
5604premium yang belum diamortisasi.
5605Obligasi Negara adalah Surat Utang Negara yang berjangka waktu lebih dari
560612 (dua belas) bulan dengan kupon dan/atau dengan pembayaran bunga
5607secara diskonto.
5608Perhitungan Fihak Ketiga, selanjutnya disebut PFK, merupakan utang
5609pemerintah kepada pihak lain yang disebabkan kedudukan pemerintah
5610sebagai pemotong pajak atau pungutan lainnya, seperti Pajak Penghasilan
5611(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), iuran Askes, Taspen, dan Taperum.
5612Premium adalah jumlah selisih lebih antara nilai kini kewajiban (present
5613value) dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value) karena tingkat
5614bunga nominal lebih tinggi dari tingkat bunga efektif.
5615Restrukturisasi Utang adalah kesepakatan antara kreditur dan debitur untuk
5616memodifikasi syarat-syarat perjanjian utang dengan atau tanpa
5617pengurangan jumlah utang.
5618Sekuritas utang pemerintah adalah surat berharga berupa surat pengakuan
5619utang oleh pemerintah yang dapat diperjualbelikan dan mempunyai nilai
5620jatuh tempo atau nilai pelunasan pada saat diterbitkan, misalnya Surat
5621Utang Negara (SUN).
5622Surat Perbendaharaan Negara adalah Surat Utang Negara yang berjangka
5623waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran bunga
5624secara diskonto.
5625Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan
5626utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin
5627pembayaran pokok utang dan bunganya oleh Negara Republik Indonesia,
5628sesuai dengan masa berlakunya.
5629Tunggakan adalah jumlah kewajiban terutang karena ketidakmampuan
5630entitas membayar pokok utang dan/atau bunganya sesuai jadwal.
UMUM
5631
5632 6. Karakteristik utama kewajiban adalah bahwa
5633 pemerintah mempunyai kewajiban sampai saat ini yang
KLASIFIKASI KEWAJIBAN
5647
5648 9. Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap
5649 pos kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah yang
5650 diharapkan akan diselesaikan setelah tanggal pelaporan.
5651 10. Informasi tentang tanggal jatuh tempo kewajiban keuangan
5652bermanfaat untuk menilai likuiditas dan solvabilitas suatu entitas pelaporan.
5653Informasi tentang tanggal penyelesaian kewajiban seperti utang ke pihak ketiga
5654dan utang bunga juga bermanfaat untuk mengetahui kewajiban diklasifikasikan
5655sebagai kewajiban jangka pendek atau jangka panjang.
5656 11. Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
5657pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah
5658tanggal pelaporan. Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai
5659kewajiban jangka panjang.
5660 12. Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang
5661sama seperti aset lancar. Kewajiban jangka pendek, seperti utang transfer
5662pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan suatu bagian yang akan
5663menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya.
5664 13. Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh
5665tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan, misalnya
5666bunga pinjaman, utang jangka pendek dari pihak ketiga, utang Perhitungan Fihak
5667Ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.
5668 14. Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban
5669jangka panjangnya, meskipun kewajiban tersebut jatuh tempo dan akan
5670diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan
5671jika:
5672(a) jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas)
5673 bulan; dan
5674(b) entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban
5675 tersebut atas dasar jangka panjang; dan
5676(c) maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian
5677 pendanaan kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan kembali
5678 terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan
5679 disetujui.
5680 15. Jumlah setiap kewajiban yang dikeluarkan dari kewajiban jangka
5681pendek sesuai dengan paragraf di atas, bersama-sama dengan informasi yang
5682mendukung penyajian ini, diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
5683 16. Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun
5684berikutnya mungkin diharapkan dapat didanai kembali (refinancing) atau
5685digulirkan (roll over) berdasarkan kebijakan entitas pelaporan dan diharapkan
5686tidak akan segera menyerap dana entitas. Kewajiban yang demikian
5687dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari pendanaan jangka panjang dan
5688diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Namun dalam situasi di mana
5689kebijakan pendanaan kembali tidak berada pada entitas (seperti dalam kasus
5690tidak adanya persetujuan pendanaan kembali), pendanaan kembali ini tidak dapat
5691dipertimbangkan secara otomatis dan kewajiban ini diklasifikasikan sebagai pos
5692jangka pendek kecuali penyelesaian atas perjanjian pendanaan kembali sebelum
5693persetujuan laporan keuangan membuktikan bahwa substansi kewajiban pada
5694tanggal pelaporan adalah jangka panjang.
5695 17. Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu
5696(covenant) yang menyebabkan kewajiban jangka panjang menjadi kewajiban
5697jangka pendek (payable on demand) jika persyaratan tertentu yang terkait dengan
5698posisi keuangan peminjam dilanggar. Dalam keadaan demikian, kewajiban dapat
5699diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang hanya jika:
5700(a) pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan sebagai
5701 konsekuensi adanya pelanggaran, dan
5702(b) terdapat jaminan bahwa tidak akan terjadi pelanggaran berikutnya dalam
5703 waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
5704PENGAKUAN KEWAJIBAN
5705 18. Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran
5706sumber daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang
5707ada sampai saat pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut
5708mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.
5709 19. Keberadaan peristiwa masa lalu (dalam hal ini meliputi transaksi)
5710sangat penting dalam pengakuan kewajiban. Suatu peristiwa adalah terjadinya
5752 26. Beberapa jenis hibah dan program bantuan umum dan khusus
5753kepada entitas pelaporan lainnya merupakan transaksi tanpa pertukaran. Ketika
5754pemerintah pusat membuat program pemindahan kepemilikan atau memberikan
5755hibah atau mengalokasikan dananya ke pemerintah daerah, persyaratan
5756pembayaran ditentukan oleh peraturan dan hukum yang ada dan bukan melalui
5757transaksi dengan pertukaran.
5758 27. Kejadian yang berkaitan dengan Pemerintah adalah kejadian
5759yang tidak didasari transaksi namun berdasarkan adanya interaksi antara
5760pemerintah dan lingkungannya. Kejadian tersebut mungkin berada di luar
5761kendali pemerintah. Secara umum suatu kewajiban diakui, dalam
5762hubungannya dengan kejadian yang berkaitan dengan Pemerintah, dengan
5763basis yang sama dengan kejadian yang timbul dari transaksi dengan
5764pertukaran.
5765 28. Pada saat pemerintah secara tidak sengaja menyebabkan
5766kerusakan pada kepemilikan pribadi maka kejadian tersebut menciptakan
5767kewajiban, sepanjang hukum yang berlaku dan kebijakan yang ada
5768memungkinkan bahwa pemerintah akan membayar kerusakan, dan sepanjang
5769jumlah pembayarannya dapat diestimasi dengan andal. Contoh kejadian ini
5770adalah kerusakan tak sengaja terhadap kepemilikan pribadi yang disebabkan
5771pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pemerintah.
5772 29. Kejadian yang diakui Pemerintah adalah kejadian-kejadian
5773yang tidak didasarkan pada transaksi namun kejadian tersebut mempunyai
5774konsekuensi keuangan bagi pemerintah karena pemerintah memutuskan
5775untuk merespon kejadian tersebut. Pemerintah mempunyai tanggung jawab
5776luas untuk menyediakan kesejahteraan publik. Untuk itu, Pemerintah sering
5777diasumsikan bertanggung jawab terhadap satu kejadian yang sebelumnya
5778tidak diatur dalam peraturan formal yang ada. Konsekuensinya, biaya yang
5779timbul dari berbagai kejadian, yang disebabkan oleh entitas nonpemerintah
5780dan bencana alam, pada akhirnya menjadi tanggung jawab pemerintah.
5781Namun biaya-biaya tersebut belum dapat memenuhi definisi kewajiban
5782sampai pemerintah secara formal mengakuinya sebagai tanggung jawab
5783keuangan pemerintah, dan atas biaya yang timbul sehubungan dengan
5784kejadian tersebut telah terjadi transaksi dengan pertukaran atau tanpa
5785pertukaran.
5786 30. Dengan kata lain pemerintah seharusnya mengakui kewajiban dan
5787biaya untuk kondisi pada paragraf 29 ketika keduanya memenuhi dua kriteria
5788berikut: (1) Badan Legislatif telah menyetujui atau mengotorisasi sumber daya
5789yang akan digunakan, (2) transaksi dengan pertukaran timbul (misalnya saat
5790kontraktor melakukan perbaikan) atau jumlah transaksi tanpa pertukaran belum
5791dibayar pada tanggal pelaporan (misalnya pembayaran langsung ke korban
5792bencana).
PENGUKURAN KEWAJIBAN
5808
5809 32. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata
5810uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran
5811mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal
5812neraca.
5813 33. Nilai nominal atas kewajiban mencerminkan nilai kewajiban
5814pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang
5815tertera pada lembar surat utang pemerintah. Aliran ekonomi setelahnya, seperti
5816transaksi pembayaran, perubahan penilaian dikarenakan perubahan kurs valuta
5817asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan
5818dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.
5819 34. Penggunaan nilai nominal dalam menilai kewajiban mengikuti
5820karakteristik dari masing-masing pos. Paragraf berikut menguraikan penerapan
5821nilai nominal untuk masing-masing pos kewajiban pada laporan keuangan.
5834UTANG TRANSFER
5835 38. Utang transfer adalah kewajiban suatu entitas pelaporan untuk
5836melakukan pembayaran kepada entitas lain sebagai akibat ketentuan
5837perundangundangan.
5838 39. Utang transfer diakui dan dinilai sesuai dengan peraturan yang
5839berlaku.
5840UTANG BUNGA (ACCRUED INTEREST)
5841 40. Utang bunga atas utang pemerintah harus dicatat sebesar
5842biaya bunga yang telah terjadi dan belum dibayar. Bunga dimaksud dapat
5843berasal dari utang pemerintah baik dari dalam maupun luar negeri. Utang
5844bunga atas utang pemerintah yang belum dibayar harus diakui pada setiap
5845akhir periode pelaporan sebagai bagian dari kewajiban yang berkaitan.
5846 41. Pengukuran dan penyajian utang bunga di atas juga berlaku untuk
5847sekuritas pemerintah yang diterbitkan pemerintah pusat dalam bentuk Surat
5848Utang Negara (SUN) dan yang diterbitkan oleh pemerintah daerah (provinsi, kota,
5849dan kabupaten) dalam bentuk dan substansi yang sama dengan SUN.
5969TUNGGAKAN
5970 65. Jumlah tunggakan atas pinjaman pemerintah harus disajikan
5971dalam bentuk Daftar Umur (aging schedule) Kreditur pada Catatan atas
5972Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan kewajiban.
5973 66. Tunggakan didefinisikan sebagai jumlah tagihan yang telah jatuh
5974tempo namun pemerintah tidak mampu untuk membayar jumlah pokok dan/atau
5975bunganya sesuai jadwal. Beberapa jenis utang pemerintah mungkin mempunyai
5976saat jatuh tempo sesuai jadwal pada satu tanggal atau serial tanggal saat debitur
5977diwajibkan untuk melakukan pembayaran kepada kreditur.
5978 67. Praktik akuntansi biasanya tidak memisahkan jumlah tunggakan
5979dari jumlah utang yang terkait dalam lembar muka (face) laporan keuangan.
5980Namun informasi tunggakan pemerintah menjadi salah satu informasi yang
5981menarik perhatian pembaca laporan keuangan sebagai bahan analisis kebijakan
5982dan solvabilitas satu entitas.
5983 68. Untuk keperluan tersebut, informasi tunggakan harus diungkapkan
5984di dalam Catatan atas Laporan Keuangan dalam bentuk Daftar Umur Utang.
5985RESTRUKTURISASI UTANG
5986 69. Dalam restrukturisasi utang melalui modifikasi persyaratan
5987utang, debitur harus mencatat dampak restrukturisasi secara prospektif
6028contoh, debitur mungkin dituntut untuk membayar jumlah tertentu jika kondisi
6029keuangannya membaik sampai tingkat tertentu dalam periode tertentu. Untuk
6030menentukan jumlah tersebut maka harus mengikuti prinsip-prinsip yang diatur
6031pada akuntansi kontinjensi yang tidak diatur dalam pernyataan ini. Prinsip yang
6032sama berlaku untuk pembayaran kas masa depan yang seringkali harus
6033diestimasi.
6034PENGHAPUSAN UTANG
6035 76. Penghapusan utang adalah pembatalan tagihan oleh kreditur
6036kepada debitur, baik sebagian maupun seluruh jumlah utang debitur dalam
6037bentuk perjanjian formal diantara keduanya.
6038 77. Atas penghapusan utang mungkin diselesaikan oleh debitur ke
6039kreditur melalui penyerahan aset kas maupun nonkas dengan nilai utang di
6040bawah nilai tercatatnya.
6041 78. Jika penyelesaian satu utang yang nilai penyelesaiannya di
6042bawah nilai tercatatnya dilakukan dengan aset kas, maka ketentuan pada
6043paragraf 73 berlaku.
6044 79. Jika penyelesaian suatu utang yang nilai penyelesaiannya di
6045bawah nilai tercatatnya dilakukan dengan aset nonkas maka entitas sebagai
6046debitur harus melakukan penilaian kembali atas aset nonkas ke nilai
6047wajarnya dan kemudian menerapkan paragraf 73, serta mengungkapkan
6048pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian dari pos kewajiban
6049dan aset nonkas yang berhubungan.
6050 80. Informasi dalam Catatan atas Laporan
6051 Keuangan harus mengungkapkan jumlah perbedaan yang timbul
6052sebagai akibat restrukturisasi kewajiban tersebut yang merupakan selisih lebih
6053antara:
6054(a) Nilai tercatat utang yang diselesaikan (jumlah nominal dikurangi atau ditambah
6055dengan bunga terutang dan premi, diskonto, biaya keuangan atau biaya
6056penerbitan yang belum diamortisasi), dengan (b) Nilai wajar aset yang dialihkan
6057ke kreditur.
6058 81. Penilaian kembali aset pada paragraf 80 akan menghasilkan
6059perbedaan antara nilai wajar dan nilai aset yang dialihkan kepada kreditur untuk
6060penyelesaian utang. Perbedaan tersebut harus diungkapkan pada Catatan atas
6061Laporan Keuangan.
6127TANGGAL EFEKTIF
6128 89. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini
6129berlaku efektif untuk laporan keuangan atas
6130 pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran mulai Tahun Anggaran
61312010.
6132 90. Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP
6133ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual
6134paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010.
6146
6147
814
815
816 PRESIDEN
817 REPUBLIK INDONESIA
6161 Paragraf
6162 PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------- 1-3
6163 TUJUAN------------------------------------------------------------------------------- 1
6164 RUANG LINGKUP ------------------------------------------------------------------ 2-3
6165 DEFINISI ------------------------------------------------------------------------------------ 4
6166 KOREKSI KESALAHAN --------------------------------------------------------------- 5-36
6167 PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI ----------------------------------------- 37-42
6168 PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI ------------------------------------------- 43-45
6169 OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN ----------------------------------------- 46-50
6170 TANGGAL EFEKTIF -------------------------------------------------------------------- 51-52
6171
6172
6173
6174
6175
818
819
820 PRESIDEN
821 REPUBLIK INDONESIA
822
823
824 PRESIDEN
825 REPUBLIK INDONESIA
6187 PENDAHULUAN
6188TUJUAN
6189 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan
6190 akuntansi atas koreksi kesalahan akuntansi dan pelaporan laporan keuangan,
6191 perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan operasi yang
6192 tidak dilanjutkan.
6193RUANG LINGKUP
6194 2. Dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan suatu
6195entitas harus menerapkan Pernyataan Standar ini untuk melaporkan
6196pengaruh kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi
6197akuntansi, dan operasi yang tidak dilanjutkan dalam Laporan Realisasi
6198Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan
6199Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan
6200atas Laporan Keuangan.
6201 3. Pernyataan standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam
6202menyusun laporan keuangan yang mencakup laporan keuangan semua
6203entitas akuntansi, termasuk Badan Layanan Umum, yang berada di bawah
6204pemerintah pusat/daerah.
6205 DEFINISI
6206 4. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
6207 Pernyataan Standar dengan pengertian:
6218 Operasi tidak dilanjutkan adalah penghentian suatu misi atau tupoksi
6219 tertentu yang berakibat pelepasan atau penghentian suatu fungsi, program,
6220 atau kegiatan, sehingga aset, kewajiban, dan operasi dapat dihentikan
6221 tanpa mengganggu fungsi, program, atau kegiatan yang lain.
6222 Perubahan estimasi adalah revisi estimasi karena perubahan kondisi yang
6223 mendasari estimasi tersebut, atau karena terdapat informasi baru,
6224 pertambahan pengalaman dalam mengestimasi,atau perkembangan lain.
6225 Pos adalah kumpulan akun sejenis yang ditampilkan pada lembar muka
6226 laporan keuangan.
6281 (c) yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat transaksi belanja pegawai tahun
6282 lalu yang belum dilaporkan, dikoreksi dengan mengurangi akun Saldo
6283 Anggaran Lebih dan mengurangi saldo kas.
6284 (d) yang mengurangi saldo kas terkait belanja modal yang menghasilkan aset,
6285 yaitu belanja modal tahun lalu yang belum dicatat, dikoreksi dengan
6286 mengurangi akun Saldo Anggaran Lebih dan mengurangi saldo kas.
6287 16. Koreksi kesalahan atas perolehan aset selain kas yang tidak
6288berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah
6289maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut
6290sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun kas dan akun
6291aset bersangkutan.
6292 17. Contoh koreksi kesalahan untuk perolehan aset selain kas:
6293 (a) yang menambah saldo kas terkait perolehan aset selain kas yaitu
6294 pengadaan aset tetap yang di-mark-up dan setelah dilakukan pemeriksaan
6295 kelebihan nilai aset tersebut harus dikembalikan, dikoreksi dengan
6296 menambah saldo kas dan mengurangi akun terkait dalam pos aset tetap.
6297 (b) yang mengurangi saldo kas terkait perolehan aset selain kas yaitu
6298 pengadaan aset tetap tahun lalu belum dilaporkan, dikoreksi dengan
6299 menambah akun terkait dalam pos aset tetap dan mengurangi saldo kas.
6300 18. Koreksi kesalahan atas beban yang tidak berulang, sehingga
6301mengakibatkan pengurangan beban, yang terjadi pada periode-periode
6302sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas dan tidak mempengaruhi secara
6303material posisi aset selain kas, apabila laporan keuangan periode tersebut
6304sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan
6305lain-lain-LO. Dalam hal mengakibatkan penambahan beban dilakukan
6306dengan pembetulan pada akun ekuitas.
6307 19. Contoh koreksi kesalahan beban:
6308 (a) yang menambah saldo kas yaitu pengembalian beban pegawai tahun lalu
6309 karena salah penghitungan jumlah gaji, dikoreksi dengan menambah saldo
6310 kas dan menambah pendapatan lain-lain-LO.
6311 (b) yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat transaksi beban pegawai tahun
6312 lalu yang belum dilaporkan, dikoreksi dengan mengurangi akun beban
6313 lainlain-LO dan mengurangi saldo kas.
6314 20. Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan-LRA yang
6315tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
6316menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan keuangan
6317periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada
6318akun kas dan akun Saldo Anggaran Lebih.
6356 (b) yang mengurangi saldo kas terkait penerimaan pembiayaan, yaitu
6357 pemerintah pusat mengembalikan kelebihan setoran cicilan pokok pinjaman
6358 tahun lalu dari Pemda A dikoreksi dengan mengurangi akun Saldo
6359 Anggaran Lebih dan mengurangi saldo kas.
6360 26. Contoh koreksi kesalahan terkait pengeluaran pembiayaan:
6361 (a) yang menambah saldo kas yaitu kelebihan pembayaran suatu angsuran
6362 utang jangka panjang sehingga terdapat pengembalian pengeluaran
6363 angsuran, dikoreksi dengan menambah saldo kas dan menambah akun
6364 Saldo Anggaran Lebih.
6365 (b) yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat pembayaran suatu angsuran
6366 utang tahun lalu yang belum dicatat, dikoreksi dengan mengurangi saldo
6367 kas dan mengurangi akun Saldo Anggaran Lebih.
6368 27. Koreksi kesalahan yang tidak berulang atas pencatatan
6369 kewajiban yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
6370 menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan keuangan
6371 periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan
6372 pada akun kas dan akun kewajiban bersangkutan
6373 28. Contoh koreksi kesalahan terkait pencatatan kewajiban:
6374 (a) yang menambah saldo kas yaitu adanya penerimaan kas karena
6375 dikembalikannya kelebihan pembayaran angsuran suatu kewajiban
6376 dikoreksi dengan menambah saldo kas dan menambah akun kewajiban
6377 terkait.
6378 (b) yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat pembayaran suatu angsuran
6379 kewajiban yang seharusnya dibayarkan tahun lalu dikoreksi dengan
6380 menambah akun kewajiban terkait dan mengurangi saldo kas.
6381 29. Laporan keuangan dianggap sudah diterbitkan apabila sudah
6382ditetapkan dengan undang-undang atau peraturan daerah.
6383 30. Koreksi kesalahan sebagaimana dimaksud pada paragraf 13,14,16,
6384dan 20 tersebut di atas tidak berpengaruh terhadap pagu anggaran atau belanja
6385entitas yang bersangkutan dalam periode dilakukannya koreksi kesalahan.
6386 31. Koreksi kesalahan sebagaimana dimaksud pada paragraf 13,18,
6387dan 22 tersebut di atas tidak berpengaruh terhadap beban entitas yang
6388bersangkutan dalam periode dilakukannya koreksi kesalahan.
6389 32. Koreksi kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode-
6390 periode sebelumnya dan tidak mempengaruhi posisi kas, baik sebelum
6391 maupun setelah laporan keuangan periode tersebut diterbitkan,
6392 pembetulan dilakukan pada akun-akun neraca terkait pada periode
6393 kesalahan ditemukan.
6466 49. Pendapatan dan beban operasi yang dihentikan pada suatu
6467tahun berjalan, di akuntansikan dan dilaporkan seperti biasa, seolah-olah
6468operasi itu berjalan sampai akhir tahun Laporan Keuangan. Pada umumnya
6469entitas membuat rencana penghentian, meliputi jadwal penghentian
6470bertahap atau sekaligus, resolusi masalah legal, lelang, penjualan, hibah
6471dan lain-lain.
6472 50. Bukan merupakan penghentian operasi apabila :
6473(a) Penghentian suatu program, kegiatan, proyek, segmen secara
6474 evolusioner/alamiah. Hal ini dapat diakibatkan oleh demand (permintaan
6475 publik yang dilayani) yang terus merosot, pergantian kebutuhan lain.
6477(c) Beberapa jenis subkegiatan dalam suatu fungsi pokok dihapus, selebihnya
6478 berjalan seperti biasa. Relokasi suatu program, proyek, kegiatan ke wilayah
6479 lain.
6480(d) Menutup suatu fasilitas yang ber-utilisasi amat rendah, menghemat biaya,
6481 menjual sarana operasi tanpa mengganggu operasi tersebut.
6492
6493
6494
6495 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
6496 BERBASIS AKRUAL
6497
6498 PERNYATAAN NO. 11
6499
6500
6501
6502
6503
6504
6515
6516
6517
862
863
864 PRESIDEN
865 REPUBLIK INDONESIA
6534
6535
6536
6537
866
867
868 PRESIDEN
869 REPUBLIK INDONESIA
6547 PENDAHULUAN
6548TUJUAN
6558RUANG LINGKUP
6559 2. Laporan keuangan untuk tujuan umum dari unit pemerintahan
6560 yang ditetapkan sebagai entitas pelaporan disajikan secara terkonsolidasi
6561 menurut Pernyataan Standar ini agar mencerminkan satu kesatuan entitas.
6562 3. Laporan keuangan konsolidasian pada pemerintah pusat
6563 sebagai entitas pelaporan mencakup laporan keuangan semua entitas
6564 pelaporan, termasuk laporan keuangan badan layanan umum.
6565 4. Laporan keuangan konsolidasian pada
6566 kementerian/lembaga/pemerintah daerah sebagai entitas
6567 pelaporan mencakup laporan keuangan semua entitas akuntansi
6568 termasuk laporan keuangan Badan Layanan Umum/Badan Layanan Umum
6569 Daerah.
6570 5. Pernyataan Standar ini tidak mengatur:
6571 (a) Laporan keuangan konsolidasian perusahaan negara/ daerah;
6575 DEFINISI
6576 6. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
6577 Pernyataan Standar dengan pengertian:
6578 Badan Layanan Umum (BLU)/Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) adalah
6579 instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan
6580 pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa
6581 yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam
6582 melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
6586 Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
6587 entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan
6588 perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
6589 berupa laporan keuangan.
6632 (a) Entitas tersebut dibiayai oleh APBN atau dibiayai oleh APBD atau mendapat
6633 pemisahan kekayaan dari anggaran,
6634 (b) Entitas tersebut dibentuk dengan peraturan perundang-undangan,
6635 (c) Pimpinan entitas tersebut adalah pejabat pemerintah yang diangkat atau
6636 pejabat negara yang ditunjuk atau yang dipilih oleh rakyat, dan
6637 (d) Entitas tersebut membuat pertanggungjawaban baik langsung maupun tidak
6638 langsung kepada wakil rakyat sebagai pihak yang menyetujui anggaran.
6682 PENGUNGKAPAN
6683 24. Dalam Catatan atas Laporan Keuangan perlu diungkapkan
6684 nama-nama entitas yang dikonsolidasikan atau digabungkan beserta status
6685 masing-masing, apakah entitas pelaporan atau entitas akuntansi.
6686 25. Dalam hal konsolidasi tidak diikuti dengan eliminasi akun timbal balik
6687 sebagaimana disebut pada paragraf 12, maka perlu diungkapkan namanama dan
6688 besaran saldo akun timbal balik tersebut, dan disebutkan pula alasan belum
6689 dilaksanakannya eliminasi.
6708
6709
6712
6713
6714
6715
6716
6717
6718
890
891
892 PRESIDEN
893 REPUBLIK INDONESIA
6721
6722 Paragraf
6723PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------------- 1-4
6724 TUJUAN ----------------------------------------------------------------------------------- 1-2
6725 RUANG LINGKUP ---------------------------------------------------------------------- 3-4
6726MANFAAT INFORMASI LAPORAN OPERASIONAL ------------------------------- 5-7
6727DEFINISI ---------------------------------------------------------------------------------------- 8
6728PERIODE PELAPORAN --------------------------------------------------------------------- 9-10
6729STRUKTUR DAN ISI LAPORAN OPERASIONAL ----------------------------------- 11-15
6730INFORMASI YANG DISAJIKAN DALAM LAPORAN OPERASIONAL
6744Lampiran :
6745Ilustrasi Lampiran I.13 PSAP 12.A : Contoh Format Laporan Operasional
6746 Pemerintah Pusat
6747Ilustrasi Lampiran I.13 PSAP 12.B : Contoh Format Laporan Operasional
6748 Pemerintah Provinsi
894
895
896 PRESIDEN
897 REPUBLIK INDONESIA
898
899
900 PRESIDEN
901 REPUBLIK INDONESIA
6759PENDAHULUAN
6760TUJUAN
6761 1. Tujuan pernyataan standar Laporan
6762 Operasional adalah
6763menetapkan dasar-dasar penyajian Laporan Operasional untuk pemerintah dalam
6764rangka memenuhi tujuan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana
6765ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
6766 2. Tujuan pelaporan operasi adalah memberikan informasi tentang
6767kegiatan operasional keuangan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban,
6768dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan.
6769RUANG LINGKUP
6770 3. Pernyataan Standar ini diterapkan dalam penyajian Laporan
6771Operasional.
6772 4. Pernyataan Standar ini berlaku untuk setiap entitas
6773pelaporan
6774dan entitas akuntansi, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah,
6775dalam menyusun laporan operasional yang menggambarkan pendapatan-LO,
6776beban, dan surplus/defisit operasional dalam suatu periode pelaporan tertentu,
6777tidak termasuk perusahaan negara/daerah.
6802DEFINISI
6803 8. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
6804Pernyataan Standar dengan pengertian:
6805Azas Bruto adalah suatu prinsip tidak diperkenankannya pencatatan
6806penerimaan setelah dikurangi pengeluaran pada suatu unit organisasi atau
6807tidak diperkenankannya pencatatan pengeluaran setelah dilakukan
6808kompensasi antara penerimaan dan pengeluaran.
6809Bantuan Keuangan adalah beban pemerintah dalam bentuk bantuan uang
6810kepada pemerintah lainnya yang digunakan untuk pemerataan dan/atau
6811peningkatan kemampuan keuangan.
6812Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan kepada
6813masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. Basis
6814Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
6815peristiwa lainnya pada saat hak dan/atau kewajiban timbul.
6816Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode
6817pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
6818konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
6819Beban Hibah adalah beban pemerintah dalam bentuk uang/barang atau jasa
6820kepada pemerintah lainnya, perusahaan negara/daerah, masyarakat dan
6821organisasi kemasyarakatan, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat.
6822Beban Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap
6823yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang
6824bersangkutan.
6825Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk
6826mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain
6827yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
6828Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna
6829barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun
6830laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
6831Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
6832entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan
6833perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
6834berupa laporan keuangan.
6835Pendapatan Hibah adalah pendapatan pemerintah dalam bentuk uang/barang
6836atau jasa dari pemerintah lainnya, perusahaan negara/daerah, masyarakat dan
6837organisasi kemasyarakatan, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat serta tidak
6838secara terus-menerus.
6839Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai
6840penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak
6841perlu dibayar kembali.
6842Pendapatan Transfer adalah pendapatan berupa penerimaan uang atau hak
6843untuk menerima uang oleh entitas pelaporan dari suatu entitas pelaporan lain
6844yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
6845Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang
6846terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa,
6847tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau
6848pengaruh entitas bersangkutan.
6849Subsidi adalah beban pemerintah yang diberikan kepada perusahaan/lembaga
6850tertentu yang bertujuan untuk membantu biaya produksi agar harga jual
6851produk/jasa yang dihasilkan dapat dijangkau oleh masyarakat.
6852Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional adalah selisih lebih/kurang antara
6853pendapatan-operasional dan beban selama satu periode pelaporan.
6854Surplus/Defisit-LO adalah selisih antara pendapatan-LO dan beban selama satu
6855periode pelaporan, setelah diperhitungkan surplus/defisit dari kegiatan non
6856operasional dan pos luar biasa.
6857Untung/Rugi Penjualan Aset merupakan selisih antara nilai buku aset dengan
6858harga jual aset.
6859PERIODE PELAPORAN
6860 9. Laporan Operasional disajikan sekurang-kurangnya sekali
6861dalam setahun. Dalam situasi tertentu, apabila tanggal laporan suatu entitas
6862berubah dan Laporan Operasional tahunan disajikan dengan suatu periode
6863yang lebih pendek dari satu tahun, entitas harus mengungkapkan informasi
6864sebagai berikut:
6865(a) alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;
6866(b) fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Operasional dan
6867 catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.
6868 10. Manfaat Laporan Operasional berkurang jika laporan tersebut
6869 tidak
6870tersedia tepat pada waktunya. Faktor-faktor seperti kompleksitas operasi pemerintah
6871tidak dapat dijadikan pembenaran atas ketidakmampuan entitas pelaporan untuk
6872menyajikan laporan keuangan tepat waktu.
6899(g) Surplus/Defisit-LO
6923AKUNTANSI PENDAPATAN-LO
6924 19. Pendapatan-LO diakui pada saat:
6925(a) Timbulnya hak atas pendapatan;
6926(b) Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.
6927 20. Pendapatan-LO yang diperoleh berdasarkan peraturan
6928perundang-
6929undangan diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih pendapatan.
6930 21. Pendapatan-LO yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu
6931pelayanan yang telah selesai diberikan berdasarkan peraturan perundang-undangan,
6932diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih imbalan.
6933 22. Pendapatan-LO yang diakui pada saat direalisasi adalah hak
6934yang
6935telah diterima oleh pemerintah tanpa terlebih dahulu adanya penagihan.
6936 23. Pendapatan-LO diklasifikasikan menurut sumber
6937pendapatan.
6938 24. Klasifikasi menurut sumber pendapatan untuk pemerintah pusat
6939dikelompokkan berdasarkan jenis pendapatan, yaitu pendapatan perpajakan,
6940pendapatan bukan pajak, dan pendapatan hibah.
6941 25. Klasifikasi menurut sumber pendapatan untuk pemerintah
6942daerah
6943dikelompokkan menurut asal dan jenis pendapatan, yaitu pendapatan asli daerah,
6944pendapatan transfer, dan lain-lain pendapatan yang sah. Masing-masing pendapatan
6945tersebut diklasifikasikan menurut jenis pendapatan.
6946 26. Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas
6947bruto, yaitu dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat
6948jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
6949 27. Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO
6950bruto (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat
6951di estimasi terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto
6952dapat dikecualikan.
6953 28. Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan
6954mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan
6955layanan umum.
6956 29. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang
6957(recurring)
6958atas pendapatan-LO pada periode penerimaan maupun pada periode
6959sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan.
6960 30. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang
6961(non-
6962recurring) atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode penerimaan
6963pendapatan dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode yang
6964sama.
6965 31. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang
6966(non-
6967recurring) atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode sebelumnya
6968dibukukan sebagai pengurang ekuitas pada periode ditemukannya koreksi dan
6969pengembalian tersebut.
6970AKUNTANSI BEBAN
7040 50. Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan
7041pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
7042SURPLUS/DEFISIT-LO
7078TANGGAL EFEKTIF
7079 59. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini berlaku
7080efektif untuk laporan keuangan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran
7081mulai Tahun Anggaran 2010.
7082 60. Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP ini,
7083entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual paling
7084lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010.
7090
7091 PRESIDEN
7092 REPUBLIK INDONESIA
7093 LAMPIRAN I
7094 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
7095 NOMOR 71 TAHUN 2010 2005
7096 ILUSTRASI PSAP 12.A
940
941
53 POS LUAR BIASA (51-52) xxx xxx xxx xxx
54 SURPLUS/DEFISIT-LO (48+53) xxx xxx xxx xxx
7102
7103 PRESIDEN
7104 REPUBLIK INDONESIA
7105 LAMPIRAN I
7106 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
7107 NOMOR 71 TAHUN 20102005
7108 ILUSTRASI PSAP 12.B
942
943
54 POS LUAR BIASA
55 xxx xxx xxx xxx
56 Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
57 Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
58 POS LUAR BIASA (56-57) xxx xxx xxx xxx
59 SURPLUS/DEFISIT-LO (53 + 58) xxx xxx xxx xxx
7114
7115 PRESIDEN
7116 REPUBLIK INDONESIA
7117 LAMPIRAN I
7118 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
7119 NOMOR 71 TAHUN 20102005
7120 ILUSTRASI PSAP 12.C
1 KEGIATAN OPERASIONAL
2 PENDAPATAN
3 PENDAPATAN ASLI DAERAH
4 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx
5 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xxx xxx
6 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xxx xxx
7 Pendapatan Asli Daerah Lainnya xxx xxx xxx xxx
8 Jumlah Pendapatan Asli Daerah( 3 s/d 6 ) xxx xxx xxx xxx
9
1 PENDAPATAN TRANSFER
0 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN
11 Dana Bagi Hasil Pajak
1 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xxx xxx
2 Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xxx
1 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xxx
3 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxx xxx xxx xxx
1 xxx xxx xxx xxx
4 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA
1 Dana Otonomi Khusus
5 Dana Penyesuaian xxx xxx xxx xxx
1 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19 ) xxx xxx xxx xxx
6 xxx xxx xxx xxx
1 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
7 Pendapatan Bagi Hasil Pajak
1 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xxx xxx
8 Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24) xxx xxx xxx xxx
1 Jumlah Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25)
9 xxx xxx xxx xxx
2 xxx xxx xxx xxx
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
0
Pendapatan Hibah
2
Pendapatan Dana Darurat
1 xxx xxx xxx xxx
Pendapatan Lainnya
2 xxx xxx xxx xxx
Jumlah Lain-lain Pendapatan yang sah (29 s/d 31)
2 xxx xxx xxx xxx
JUMLAH PENDAPATAN (7 + 26 + 32)
2 xxx xxx xxx xxx
3 xxx xxx xxx xxx
BEBAN
2
4
2
5
2
6
2
7
2
8
2
9
3
0
3
1
3
2
3
3
3
4
3
944
945
5
946
947
7126 PRESIDEN
7127 REPUBLIK INDONESIA
7128
7129
7130
7131
7132
7133
7134
7135
7136
7137
7138
7139
7140
7141 LAMPIRAN II
7142 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
7143 BERBASIS KAS MENUJU AKRUAL
948
949
7144
7145 PRESIDEN
7146 REPUBLIK INDONESIA
950
951
7168
952
953
954 PRESIDEN
955 REPUBLIK INDONESIA
7169
7170
7171
7172 LAMPIRAN II.01
7173 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
7174 NOMOR 71 TAHUN 20102005
7175 TANGGAL 22 OKTOBER 2010
7176
7177
7178
7179
7180
7310 (g) definisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan
7311 keuangan.
7312 5. Kerangka konseptual ini berlaku bagi pelaporan keuangan
7313 pemerintah pusat dan daerah.
7594 Relevan
7595 33. Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang
7596termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan
7597membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan
7598memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi
7599mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan
7600dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.
7601 34. Informasi yang relevan :
7602 (a) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
7603 Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi
7604 ekspektasi mereka di masa lalu.
7605 (b) Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
7606 Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan
7607 datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
7608 (c) Tepat waktu
7609 Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna
7610 dalam pengambilan keputusan.
7611 (d) Lengkap
7612 Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin,
7613 yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi
7614 pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir
7615 informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan
7616 dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat
7617 dicegah.
7618 Andal
7619 35. Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
7620 menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta
7621 dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau
7622 penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut
7623 secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi
7624 karakteristik:
7625 (a) Penyajian Jujur
7626 Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya
7627 yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
7628 disajikan.
7629 (b) Dapat Diverifikasi (verifiability)
7630 Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila
7631 pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya
7632 tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.
7633 (c) Netralitas
7634 Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada
7635 kebutuhan pihak tertentu.
7699 44. Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain
7700karena lebih obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai
7701historis, dapat digunakan nilai wajar aset atau kewajiban terkait.
7764 Materialitas
7765 54. Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan keuangan
7766pemerintah hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria
7767materialitas. Informasi dipandang material apabila kelalaian
7768 untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut
7769dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar
7770laporan keuangan.
7794 58. Unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi
7795Anggaran terdiri dari pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan.
7796Masingmasing unsur didefinisikan sebagai berikut :
7797 (a) Pendapatan (basis kas) adalah penerimaan oleh Bendahara Umum
7798 Negara/Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya
7799 yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang
7800 bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar
7801 kembali oleh pemerintah.
7802 (b) Pendapatan (basis akrual) adalah hak pemerintah yang diakui sebagai
7803 penambah nilai kekayaan bersih.
7804 (c) Belanja (basis kas) adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum
7805 Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar
7806 dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
7807 pembayarannya kembali oleh pemerintah.
7808 (d) Belanja (basis akrual) adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai
7809 pengurang nilai kekayaan bersih.
7810 (e) Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan
7811 dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana
7812 bagi hasil.
7813 (f) Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar
7814 kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
7815 anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang
7816 dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup
7817 defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
7818 (g) Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil
7819 divestasi. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk
7820 pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas
7821 lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.
7822 Neraca
7823 59. Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
7824mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
7825 60. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan
7826ekuitas dana. Masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut :
7827 (a) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
7828 pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
7829 ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik
7830 oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan
7839 Aset
7840 61. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah
7841potensi aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun
7842tidak langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah, berupa aliran pendapatan
7843atau penghematan belanja bagi pemerintah.
7844 62. Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan nonlancar. Suatu
7845aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk dapat
7846direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas)
7847bulan sejak tanggal pelaporan. Aset yang tidak dapat dimasukkan dalam kriteria
7848tersebut diklasifikasikan sebagai aset nonlancar.
7849 63. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek,
7850piutang, dan persediaan.
7851 64. Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan
7852aset tak berwujud yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung untuk
7853kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Aset nonlancar
7854diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan,
7855dan aset lainnya.
7856 65. Investasi jangka panjang merupakan investasi yang diadakan
7857dengan maksud untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat sosial dalam
7858jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Investasi jangka panjang meliputi
7859investasi nonpermanen dan permanen. Investasi nonpermanen antara lain
7860investasi dalam Surat Utang Negara, penyertaan modal dalam proyek
7861pembangunan, dan investasi nonpermanen lainnya. Investasi permanen antara
7862lain penyertaan modal pemerintah dan investasi permanen lainnya.
7863 66. Aset tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
7864bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, dan konstruksi dalam
7865pengerjaan.
7866 67. Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya.
7867Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud dan aset kerja sama
7868(kemitraan).
7869 Kewajiban
7870 68. Karakterisitik esensial kewajiban adalah bahwa pemerintah
7871mempunyai kewajiban masa kini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan
7872pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang.
7873 69. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas
7874atau tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks pemerintahan,
7875kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman
7876dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintah lain, atau lembaga
7877internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan
7878pegawai yang bekerja pada pemerintah atau dengan pemberi jasa lainnya.
7879 70. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai
7880konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan.
7881 71. Kewajiban dikelompokkan kedalam kewajiban jangka pendek dan
7882kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kelompok
7883kewajiban yang diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas bulan setelah
7884tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang adalah kelompok kewajiban yang
7885penyelesaiannya dilakukan setelah 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.
7904 (a) Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara
7905 Umum Negara/Daerah.
7906 (b) Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara
7907 Umum Negara/Daerah.
7970 82. Kriteria pengakuan pada umumnya didasarkan pada nilai uang
7971akibat peristiwa atau kejadian yang dapat diandalkan pengukurannya. Namun
7972ada kalanya pengakuan didasarkan pada hasil estimasi yang layak. Apabila
7973pengukuran berdasarkan biaya dan estimasi yang layak tidak mungkin dilakukan,
7974maka pengakuan transaksi demikian cukup diungkapkan pada Catatan atas
7975Laporan Keuangan.
7976 83. Penundaan pengakuan suatu pos atau peristiwa dapat terjadi
7977apabila kriteria pengakuan baru terpenuhi setelah terjadi atau tidak terjadi
7978peristiwa atau keadaan lain di masa mendatang.
8002 88. Pendapatan menurut basis kas diakui pada saat diterima di
8003Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan. Pendapatan
8004menurut basis akrual diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut.
1064
1065
1066 PRESIDEN
1067 REPUBLIK INDONESIA
8106 PENDAHULUAN
8107 Tujuan
8108 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur penyajian laporan
8109 keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) dalam
8110 rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap
8111 anggaran, antar periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan
8112 umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
8113 bersama sebagian besar pengguna laporan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
8114 standar ini menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan
8115 keuangan, pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi
8116 laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dengan menerapkan basis kas
8117 untuk pengakuan pos-pos pendapatan, belanja, dan pembiayaan, serta basis
8118 akrual untuk pengakuan pos-pos aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Pengakuan,
8119 pengukuran, dan pengungkapan transaksi-transaksi spesifik dan
8120 peristiwaperistiwa yang lain, diatur dalam standar akuntansi pemerintahan
8121 lainnya.
8132atau bagian dari laporan keuangan yang disajikan dalam dokumen publik lainnya
8133seperti laporan tahunan
8134 4. Pernyataan Standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam
8135menyusun laporan keuangan suatu entitas pemerintah pusat, pemerintah
8136daerah, dan laporan keuangan konsolidasian, tidak termasuk perusahaan
8137negara/daerah.
8151 DEFINISI
8152 8. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam Pernyataan
8153 Standar dengan pengertian:
8154 Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan
8155 pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan
8156 pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut
8157 klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode.
8158 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana
8159 keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan
8160 Perwakilan Rakyat Daerah.
8161 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana
8162 keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
8163 Perwakilan Rakyat.
8164 Apropriasi merupakan anggaran yang disetujui DPR/DPRD yang merupakan
8165 mandat yang diberikan kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota untuk
8166 melakukan pengeluaran-pengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan. Arus
8167 Kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas pada
8168 Bendahara Umum Negara/Daerah.
8169 Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
8170 pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
8171 ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik
8172 oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan
8173 uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
8174 penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
8175 dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
8176 Aset tak berwujud adalah aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi dan
8177 tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam
8178 menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya
8179 termasuk hak atas kekayaan intelektual.
8180 Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari
8181 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau
8182 dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
8183 Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi
8184 dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa
8185 memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
8186 Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
8187 peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
8188 Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
8189 Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun
8190 anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali
8191 oleh pemerintah.
8192 Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan
8193 yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu
8194 tahun anggaran.
8195 Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
8196 antara aset dan kewajiban pemerintah.
8197 Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/ pengguna
8198 barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan
8199 menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
8200 Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
8201 entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
8202 wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan
8203 keuangan.
8204 Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat
8205 ekonomik seperti bunga, dividen, dan royalti, atau manfaat sosial sehingga
8206 dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan
8207 kepada masyarakat
8208 Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat
8209 digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan.
8210 Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh
8211 Bendaharawan Umum Daerah untuk menampung seluruh penerimaan dan
8212 pengeluaran pemerintah daerah.
8213 Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh
8214 Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara untuk menampung
8215 seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah pusat.
8216 Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensikonvensi,
8217 aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas
8218 pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kemitraan
8219 adalah perjanjian antara dua fihak atau lebih yang mempunyai komitmen
8220 untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan
8221 menggunakan aset dan atau hak usaha yang dimiliki.
8222 Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
8223 penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
8224 pemerintah
8225 Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang
8226 merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan
8227 sehingga tersaji sebagai satu entitas tunggal.
8228 Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di
8229 antara dua laporan keuangan tahunan.
8230 Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang pelaporan entitas.
8231 Mata uang pelaporan adalah mata uang rupiah yang digunakan dalam
8232 menyajikan laporan keuangan.
8233 Materialitas adalah suatu kondisi jika tidak tersajikannya atau salah saji
8234 suatu informasi akan mempengaruhi keputusan atau penilaian pengguna
8235 yang dibuat atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada
8236 hakikat atau besarnya pos atau kesalahan yang dipertimbangkan dari
8237 keadaan khusus di mana kekurangan atau salah saji terjadi.
8238 Nilai wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar fihak
8239 yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.
8240 Otorisasi Kredit Anggaran (allotment) adalah dokumen pelaksanaan
8241 anggaran yang menunjukkan bagian dari apropriasi yang disediakan bagi
8242 instansi dan digunakan untuk memperoleh uang dari Bendahara Umum
8243 Negara/Daerah guna membiayai pengeluaran-pengeluaran selama periode
8244 otorisasi tersebut.
8245 Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar
8246 kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
8247 anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang
8248 dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup
8249 defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
8250 Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah
8251 yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang
8252 bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar
8253 kembali oleh pemerintah.
8254 Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan
8255 kapasitas dan manfaat dari suatu aset.
8256 Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan
8257 yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah,
8258 dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan
8259 dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
8260 Piutang transfer adalah hak suatu entitas pelaporan untuk menerima
8261 pembayaran dari entitas pelaporan lain sebagai akibat peraturan
8262 perundang-undangan.
8263 Rekening Kas Umum Negara adalah rekening tempat penyimpanan uang
8264 negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
8265 Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar
8266 seluruh pengeluaran negara pada bank sentral.
8267 Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang
8268 daerah yang ditentukan oleh gubernur/bupati/walikota untuk menampung
8269 seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah
8270 pada bank yang ditetapkan.
8271 Selisih kurs adalah selisih yang timbul karena penjabaran mata uang asing
8272 ke rupiah pada kurs yang berbeda.
8273 Setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap
8274 dijabarkan menjadi kas serta bebas dari risiko perubahan nilai yang
8275 signifikan.
8276 Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA) adalah selisih
8277 lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran APBN/APBD
8278 selama satu periode pelaporan.
8279 Surplus/defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan dan belanja
8280 selama satu periode pelaporan.
8281 Tanggal pelaporan adalah tanggal hari terakhir dari suatu periode
8282 pelaporan.
8283 Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan
8284 dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana
8285 bagi hasil.
8286 Utang transfer adalah kewajiban suatu entitas pelaporan untuk melakukan
8287 pembayaran kepada entitas lain sebagai akibat ketentuan
8288 perundangundangan.
8328 e. belanja;
8329 f. transfer;
8330 g. pembiayaan; dan
8331 h. arus kas.
8332 12. Informasi dalam laporan keuangan tersebut relevan untuk
8333 memenuhi tujuan sebagaimana terdapat dalam paragraf 9, namun tidak dapat
8334 sepenuhnya memenuhi tujuan tersebut. Informasi tambahan, termasuk laporan
8335 nonkeuangan, dapat dilaporkan bersama-sama dengan laporan keuangan untuk
8336 memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai aktivitas suatu entitas
8337 pelaporan selama satu periode.
8471 Neraca
8472 38. Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
8473 mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
8474 Klasifikasi
8475 39. Setiap entitas pelaporan mengklasifikasikan asetnya dalam aset
8476lancar dan nonlancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi
8477kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca.
8478 40. Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos aset dan
8479kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima
8480atau dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan dan
8481jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu lebih
8482dari 12 (dua belas) bulan.
8483 41. Apabila suatu entitas pelaporan menyediakan barang-barang yang
8484akan digunakan dalam menjalankan kegiatan pemerintahan, perlu adanya
8485klasifikasi terpisah antara aset lancar dan nonlancar dalam neraca untuk
8486memberikan informasi mengenai barang-barang yang akan digunakan dalam
8487periode akuntansi berikutnya dan yang akan digunakan untuk keperluan jangka
8488panjang.
8489 42. Informasi tentang tanggal jatuh tempo aset dan kewajiban keuangan
8490bermanfaat untuk menilai likuiditas dan solvabilitas suatu entitas pelaporan.
8491Informasi tentang tanggal penyelesaian aset nonkeuangan dan kewajiban seperti
8492persediaan dan cadangan juga bermanfaat untuk mengetahui apakah aset
8493diklasifikasikan sebagai aset lancar dan nonlancar dan kewajiban diklasifikasikan
8494sebagai kewajiban jangka pendek dan jangka panjang.
8495 43. Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos berikut:
8496 a) kas dan setara kas;
8497 b) investasi jangka pendek;
8498 c) piutang pajak dan bukan pajak;
8499 d) persediaan;
8500 e) investasi jangka panjang;
8501 f) aset tetap;
8502 g) kewajiban jangka pendek;
8503 h) kewajiban jangka panjang;
8504 i) ekuitas dana.
8505 44. Pos-pos selain yang disebutkan pada paragraf 43 disajikan
8506dalam Neraca jika Standar Akuntansi Pemerintahan mensyaratkan, atau jika
8507penyajian demikian perlu untuk menyajikan secara wajar posisi keuangan
8508suatu entitas pelaporan.
8509 45. Contoh format Neraca disajikan dalam Lampiran III.A dan III.B Standar
8510ini. Lampiran hanya merupakan ilustrasi dan bukan merupakan bagian dari standar.
8511Tujuan lampiran ini adalah mengilustrasikan penerapan standar untuk membantu
8512dalam pelaporan keuangan.
8513 46. Pertimbangan disajikannya pos-pos tambahan secara terpisah
8628 diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan
8629 jika:
8630 a) jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas)
8631 bulan;
8632 b) entitas bermaksud mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut
8633 atas dasar jangka panjang; dan
8634 c) maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan
8635 kembali (refinancing), atau adanya penjadualan kembali terhadap
8636 pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.
8637 Jumlah setiap kewajiban yang dikeluarkan dari kewajiban jangka pendek
8638 sesuai dengan paragraf ini, bersama-sama dengan informasi yang
8639 mendukung penyajian ini, diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
8640 Keuangan.
8641 73. Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun
8642berikutnya mungkin diharapkan dapat didanai kembali (refinancing) atau digulirkan
8643(roll over) berdasarkan kebijakan entitas pelaporan dan diharapkan tidak akan
8644segera menyerap dana entitas. Kewajiban yang demikian dipertimbangkan untuk
8645menjadi suatu bagian dari pembiayaan jangka panjang dan diklasifikasikan sebagai
8646kewajiban jangka panjang. Namun dalam situasi di mana kebijakan pendanaan
8647kembali tidak berada pada entitas (seperti dalam kasus tidak adanya persetujuan
8648pendanaan kembali), pendanaan kembali ini tidak dapat dipertimbangkan secara
8649otomatis dan kewajiban ini diklasifikasikan sebagai pos jangka pendek kecuali
8650penyelesaian atas perjanjian pendanaan kembali sebelum persetujuan laporan
8651keuangan membuktikan bahwa substansi kewajiban pada tanggal pelaporan adalah
8652jangka panjang.
8653 74. Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu
8654(covenant) yang menyebabkan kewajiban jangka panjang menjadi kewajiban jangka
8655pendek (payable on demand) jika persyaratan tertentu yang terkait dengan posisi
8656keuangan peminjam dilanggar. Dalam keadaan demikian, kewajiban dapat
8657diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang hanya jika:
8658 a) pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan sebagai
8659 konsekuensi adanya pelanggaran, dan
8660 b) tidak mungkin terjadi pelanggaran berikutnya dalam waktu 12 (dua belas)
8661 bulan setelah tanggal pelaporan.
8667 76. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada
8668saat kewajiban timbul. Pengukuran Kewajiban
8669 77. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata
8670uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran
8671mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal
8672neraca. Ekuitas Dana
8673 78. Setiap entitas pelaporan mengungkapkan secara terpisah dalam
8674Neraca atau dalam Catatan atas Laporan Keuangan:
8675 a) Ekuitas Dana Lancar, termasuk sisa lebih pembiayaan anggaran /saldo
8676 anggaran lebih;
8677 b) Ekuitas Dana Investasi;
8678 c) Ekuitas Dana Cadangan.
8679 79. Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban
8680jangka pendek. Ekuitas dana lancar antara lain sisa lebih pembiayaan anggaran,
8681cadangan piutang, cadangan persediaan, dan dana yang harus disediakan untuk
8682pembayaran utang jangka pendek.
8683 80. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang
8684tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi
8685dengan kewajiban jangka panjang.
8686 81. Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang
8687dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundangundangan.
8688 Informasi yang Disajikan dalam Neraca atau dalam Catatan atas
8689 Laporan Keuangan
8690 82. Suatu entitas pelaporan mengungkapkan, baik dalam Neraca
8691maupun dalam Catatan atas Laporan Keuangan subklasifikasi pos-pos yang
8692disajikan, diklasifikasikan dengan cara yang sesuai dengan operasi entitas
8693yang bersangkutan. Suatu pos disubklasifikasikan lebih lanjut, bilamana
8694perlu, sesuai dengan sifatnya.
8695 83. Rincian yang tercakup dalam subklasifikasi di Neraca atau di Catatan
8696atas Laporan Keuangan tergantung pada persyaratan dari Standar Akuntansi
8697Pemerintahan dan materialitas jumlah pos yang bersangkutan. Faktorfaktor yang
8698disebutkan dalam paragraf 84 dapat digunakan dalam menentukan dasar bagi
8699subklasifikasi.
8700 84. Pengungkapan akan bervariasi untuk setiap pos, misalnya:
8701 (a) piutang dirinci menurut jumlah piutang pajak, retribusi, penjualan, fihak
8702 terkait, uang muka, dan jumlah lainnya; piutang transfer dirinci menurut
8703 sumbernya;
8704 (b) persediaan dirinci lebih lanjut sesuai dengan standar yang mengatur
8705 akuntansi untuk persediaan;
8706 (c) aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kelompok sesuai dengan standar
8707 yang mengatur tentang aset tetap;
8708 (d) utang transfer dianalisis menurut entitas penerimanya;
8709 (e) dana cadangan diklasifikasikan sesuai dengan peruntukannya;
8710 (f) komponen ekuitas dana diklasifikasikan menjadi ekuitas dana lancar,
8711 ekuitas dana investasi, dan ekuitas dana cadangan;
8712 (g) pengungkapan kepentingan pemerintah dalam perusahaan
8713 negara/daerah/lainnya adalah jumlah penyertaan yang diberikan, tingkat
8714 pengendalian dan metode penilaian.
8780 a) Saldo ekuitas pada awal periode dan pada tanggal pelaporan, serta
8781 perubahannya selama periode berjalan.
8782 b) Apabila komponen ekuitas diungkapkan secara terpisah, rekonsiliasi
8783 antara nilai tiap komponen ekuitas dana pada awal dan akhir periode
8784 mengungkapkan masing-masing perubahannya secara terpisah.
8855 (j) Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;
8856 (k) Dana cadangan;
8857 (l) Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.
8858 104. Setiap entitas pelaporan perlu mempertimbangkan sifat
8859kegiatankegiatan dan kebijakan-kebijakan yang perlu diungkapkan dalam Catatan
8860atas Laporan Keuangan. Sebagai contoh, pengungkapan informasi untuk
8861pengakuan pajak, retribusi dan bentuk-bentuk lainnya dari iuran wajib
8862(nonreciprocal revenue), penjabaran mata uang asing, dan perlakuan akuntansi
8863terhadap selisih kurs.
8864 105. Kebijakan akuntansi bisa menjadi signifikan walaupun nilai
8865pospos yang disajikan dalam periode berjalan dan sebelumnya tidak material.
8866Selain itu, perlu pula diungkapkan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan
8867yang tidak diatur dalam Pernyataan Standar ini.
8868 Pengungkapan-Pengungkapan Lainnya
8869 106. Suatu entitas pelaporan mengungkapkan hal-hal berikut ini
8870 apabila belum diinformasikan dalam bagian manapun dari laporan
8871 keuangan, yaitu:
8872 i. domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi dimana
8873 entitas tersebut beroperasi;
8874 ii. penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya;
8875 iii. ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan
8876 operasionalnya.
8882
8883 PRESIDEN
8884 REPUBLIK INDONESIA
8885 Lampiran II
8886 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
8887 Ilustrasi PSAP 01.A
8889 NERACA
8890 PEMERINTAH PUSAT
8891 PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
8892 (Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
1 ASET
2 ASET LANCAR
3 Kas di Bank Indonesia xxx xxx
4 Kas di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara xxx xxx
5 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx
6 Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx
7 Investasi Jangka Pendek xxx xxx
8 Piutang Pajak xxx xxx
9 Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak xxx xxx
10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx
13 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
14 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan xxx xxx
15 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
16 Piutang Lainnya xxx xxx
17 Persediaan xxx xxx
18
Jumlah Aset Lancar (3 s/d 17) xxx xxx
19
INVESTASI JANGKA PANJANG
20
Investasi Nonpermanen
21
Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
22
Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
23
24 Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx
25 Dana Bergulir xxx xxx
Investasi dalam Obligasi xxx xxx
26 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx
27 Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx
28 Jumlah Investasi Nonpermanen (21 s/d 27) xxx xxx
29 Investasi Permanen
30 Penyertaan Modal Pemerintah xxx xxx
31 Investasi Permanen Lainnya xxx xxx
32 Jumlah Investasi Permanen (30 s/d 31) xxx xxx
33 Jumlah Investasi Jangka Panjang (28 + 32) xxx xxx
34 ASET TETAP
35 Tanah xxx xxx
36 Peralatan dan Mesin xxx xxx
37 Gedung dan Bangunan xxx xxx
38 Jalan, Irigasi, dan Jaringan xxx xxx
39 Aset Tetap Lainnya xxx xxx
40 Konstruksi Dalam Pengerjaan xxx xxx
41 Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)
42 Jumlah Aset Tetap (35 s/d 41) xxx xxx
1150
1151
8893
8894 PRESIDEN
8895 REPUBLIK INDONESIA
8896 NERACA
8897 PEMERINTAH PUSAT
8898 PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
8899 (Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
43 ASET LAINNYA
44 Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
45 Tuntutan Perbendaharaan xxx xxx
46 Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
47 Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx
48 Aset Tak Berwujud xxx xxx
49 Aset Lain-Lain xxx xxx
50 Jumlah Aset Lainnya (44 s/d 49) xxx xxx
51 JUMLAH ASET (18+33+42+50) xxxx xxxx
52
53 KEWAJIBAN
54 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
55 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx
56 Utang Bunga xxx xxx
57 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang xxx xxx
58 Utang Jangka Pendek Lainnya xxx xxx
59 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (55 s/d 58) xxx xxx
60 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
61 Utang Luar Negeri xxx xxx
62 Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx
63 Utang Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx
64 Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx
65 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (61 s/d 64) xxx xxx
66 JUMLAH KEWAJIBAN (59+65) xxx xxx
67
68 EKUITAS DANA
69 EKUITAS DANA LANCAR
70 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) xxx xxx
71 Pendapatan yang Ditangguhkan xxx xxx
72 Cadangan Piutang xxx xxx
73 Cadangan Persediaan xxx xxx
74 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka (xxx) (xxx)
75 Jumlah Ekuitas Dana Lancar (70 s/d 74) xxx xxx
76 EKUITAS DANA INVESTASI
77 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang xxx xxx
78 Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx xxx
79 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx xxx
80 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang (xxx) (xxx)
81 Jangka P j Jumlah Ekuitas Dana Investasi (77 s/d 80) xxx xxx
82 JUMLAH EKUITAS DANA (75+81) xxx xxx
83 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (66+82) xxxx xxxx
1152
1153
8900
8901 PRESIDEN
8902 REPUBLIK INDONESIA
8903 Lampiran II
8904 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
8905 Ilustrasi PSAP 01.B
8907 NERACA
8908 PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA
8909 PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
8910 (Dalam Rupiah)
No Uraian 20X 20X
. 1 0
1 ASET
2 ASET LANCAR
3 Kas di Kas Daerah
4 Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx
5
Investasi Jangka Pendek xxx xxx
6 xxx xxx
Piutang Pajak
7 xxx xxx
Piutang Retribusi
8 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
9 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat xxx xxx
xxx xxx
11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
xxx xxx
12 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
xxx xxx
13 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan xxx xxx
14 Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
15 Piutang Lainnya xxx xxx
Persediaan xxx xxx
16
Jumlah Aset Lancar (3 s/d 17) xxx xxx
17
INVESTASI JANGKA PANJANG xxx xxx
18 Investasi Nonpermanen
19 Pinjaman Kepada Perusahaan Negara
20 Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
21 Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya
xxx xxx
22 Investasi dalam Surat Utang Negara
xxx xxx
23 xxx xxx
24 xxx xxx
25 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx
26 Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx
27 Jumlah Investasi Nonpermanen (21 s/d 26) xxx xxx
28 Investasi Permanen
29 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx
30 Investasi Permanen Lainnya xxx xxx
31 Jumlah Investasi Permanen (29 s/d 30) xxx xxx
32 Jumlah Investasi Jangka Panjang (27 + 31) xxx xxx
33 ASET TETAP
34 Tanah xxx xxx
35 Peralatan dan Mesin xxx xxx
36 Gedung dan Bangunan xxx xxx
37 Jalan, Irigasi, dan Jaringan xxx xxx
38 Aset Tetap Lainnya xxx xxx
39 Konstruksi dalam Pengerjaan xxx xxx
40 Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)
1154
1155
41 Jumlah Aset Tetap (34 s/d 40) xxx xxx
42 DANA CADANGAN
43 Dana Cadangan xxx xxx
44 Jumlah Dana Cadangan (43) xxx xxx
8911
8912 PRESIDEN
8913 REPUBLIK INDONESIA
1156
1157
84 EKUITAS DANA INVESTASI
85 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang xxx xxx
86 Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx xxx
87 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx xxx
88 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang (xxx (xxx
89 Jangka Panjang Jumlah Ekuitas Dana Investasi (85 s/d ) )
90 88) xxx xxx
EKUITAS DANA CADANGAN
91 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan xxx xxx
92 Jumlah Ekuitas Dana Cadangan (91) xxx xxx
93 JUMLAH EKUITAS DANA (83+89+92) xxx xxx
94 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA xxx
(75+93) xxxx
x
1158
1159
1160 PRESIDEN
1161 REPUBLIK INDONESIA
8917
8918 LAMPIRAN II.03
8919 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
8920 NOMOR 71 TAHUN 20102005 TANGGAL
8921 22 OKTOBER 201005
8922
8923
8924
8925
8926 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
8927 PERNYATAAN NO. 02
8928
8929
8930
8931
8932
8933
8934
PENDAHULUAN
8994
Tujuan
8995
Ruang Lingkup
9006
9038DEFINISI
9039 8. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan
9040dalam Pernyataan Standar dengan pengertian:
9041Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan
9042pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan
9043yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu
9044secara sistematis untuk satu periode.
9045Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana
9046keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan
9047Perwakilan Rakyat Daerah.
9048Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana
9049keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
9050Perwakilan Rakyat.
9051Apropriasi merupakan anggaran yang disetujui DPR/DPRD yang merupakan
9052mandat yang diberikan kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota untuk
9053melakukan pengeluaran-pengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan.
9054Azas Bruto adalah suatu prinsip yang tidak memperkenankan pencatatan
9055secara neto penerimaan setelah dikurangi pengeluaran pada suatu unit
9067Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
9068entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
9069wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan
9070keuangan.
9071Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh
9072Bendaharawan Umum Daerah untuk menampung seluruh penerimaan dan
9073pengeluaran Pemerintah Daerah.
9074Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh
9075Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara untuk menampung
9076seluruh penerimaan dan pengeluaran Pemerintah Pusat.
PERIODE PELAPORAN
9123
AKUNTANSI ANGGARAN
9184
AKUNTANSI PENDAPATAN
9197
AKUNTANSI BELANJA
9226
9227 31. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening
9228Kas Umum Negara/Daerah.
9229 32. Khusus pengeluaran melalui bendahara
9230 pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban
9231atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi
9232perbendaharaan.
9233 33. Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan
9234mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan
9235layanan umum.
AKUNTANSI SURPLUS/DEFISIT
9303
ANGGARAN (SILPA/SIKPA)
9358
TRANSAKSI
9371 PENDAPATAN, BELANJA, DAN
PEMBIAYAAN BERBENTUK BARANG DAN JASA
9372
9388 LAMPIRAN II
9389 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
9390 NOMOR 71 TAHUN 2010
9391 ILUSTRASI PSAP 02.A
1221
1222 PRESIDEN REPUBLIK
1223 INDONESIA
9401
9402
9403
9404
9405
9406
9407 LAMPIRAN II
9408 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
1224
1225 PRESIDEN REPUBLIK
1226 INDONESIA
1227
1228 PRESIDEN REPUBLIK
1229 INDONESIA
1230
1231 PRESIDEN
9421
9422
9423
9424
9425
9426
9427
9428 PRESIDEN
9429 REPUBLIK INDONESIA
1232
1233
9430 LAMPIRAN II
9431 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
9432 NOMOR 71 TAHUN 2010
9433 ILUSTRASI PSAP 02.C
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah xx
Pendapatan Retribusi Daerah xx
4
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xxx xxx xx xxx xxx
5
Lain-lain PAD yang sah xxx xxx xxx xxx xx xxx xxx
6
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) xxxx xxxx xx xxxx
7
8 PENDAPATAN TRANSFER
9 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN
10 Dana Bagi Hasil Pajak xx
11 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xx
12 Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xxx xx xxx xxx
13 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xxx xx xxx xxx
14 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxxx xxxx xx xxxx
15
16 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA
17 Dana Otonomi Khusus xx
18 Dana Penyesuaian xxx xxx xxx xxx xx xxx xxx
19 Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya (18 s/d 19) xxxx xxxx xx xxxx
20
21 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
22 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xx
23 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xxx xxx xx xxx xxx
24 Jumlah Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24) xxxx xxxx xx xxxx
25 Total Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25)
xxxx xxxx xx xxxx
26
27 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
28 Pendapatan Hibah
xx
29 Pendapatan Dana Darurat
xxx xxx xxx xxx xx xxx xxx
30 Pendapatan Lainnya
xxx xxx xx xxx
31 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah (29 s/d 31)
JUMLAH PENDAPATAN (7 + 26 + 32) xxx xxx xx xxx
32
xxxx xxxx xx xxxx
33
34 BELANJA
35 BELANJA OPERASI
36 Belanja Pegawai
37 xxx xxx xx xxx
38 Belanja Barang xxx xxx xx xxx
39 Bunga xxx xxx xx xxx
40 Subsidi xxx xxx xx xxx
41 Hibah xxx xxx xx xxx
42 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx
43 Jumlah Belanja Operasi (37 s/d 42) xxxx xxxx xx xxxx
44
45 BELANJA MODAL
46 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx
47 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx
48 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx
49 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx
50 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx
51 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx
52 Jumlah Belanja Modal (46 s/d 51) xxxx xxxx xx xxxx
53
54 BELANJA TAK TERDUGA
55 Belanja Tak Terduga xxx xxx xx xxx
56 Jumlah Belanja Tak Terduga (55 s/d 55) xxx xxxx xx xxxx
1234
1235
58
59 TRANSFER
60 TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA
61 Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
62 Bagi Hasil Retribusi xxx xxx xx xxx
63 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx
64 JUMLAH TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA (61 s/d 63) xxx xxxx xx xxxx
65
66 SURPLUS/DEFISIT (33 - 64)
xxx xxx xxx xxx
67
68 PEMBIAYAAN
69
70 PENERIMAAN PEMBIAYAAN Penggunaan
71 SiLPA xxx xxx xx xxx
72 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx
73 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx
74 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx
75 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
76 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx
77 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx
78 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
79 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
80 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
81 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
82 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Jumlah xxx xxx xx xxx
83 Penerimaan (71 s/d 82) xxxx xxxx xx xxxx
84
85 PENGELUARAN PEMBIAYAAN
86 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx
87 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx xx xxx
88 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx
89 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
90 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx
91 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx
92 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
93 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
88 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
89 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
90 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
91 Jumlah Pengeluaran (86 s/d 90) xxx xxx xx xxx
92 PEMBIAYAAN NETO (83 - 91) xxxx xxxx xx xxxx
93
94 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (66 + 92)
xxxx xxxx xx xxxx
9445
9446
9447
1236
1237
9448
9449
9450
1238
1239
9451
9452 LAMPIRAN II.04
9453 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
9454 NOMOR 71 TAHUN 2010 TANGGAL
9455 22 OKTOBER 2010
9456
9457
9461
9462
9463
9476
9479
9480 PRESIDEN
9481 REPUBLIK INDONESIA
1240
1241
1242 PRESIDEN
1243 REPUBLIK INDONESIA
9482
1244
1245
1246 PRESIDEN
1247 REPUBLIK INDONESIA
PENDAHULUAN
9529
Tujuan
9530
9531 1. Tujuan Pernyataan Standar laporan arus kas adalah mengatur
9532penyajian laporan arus kas yang memberikan informasi historis mengenai
9533perubahan kas dan setara kas suatu entitas pelaporan
9534 dengan mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi,
9535investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran selama satu periode
9536akuntansi.
9537 2. Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai
9538sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode
9539akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini
9540disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.
Ruang Lingkup
9541
9542 3. Pemerintah pusat dan daerah menyusun laporan arus kas
9543sesuai dengan standar ini dan menyajikan laporan tersebut sebagai salah
9544satu komponen laporan keuangan pokok untuk setiap periode penyajian
9545laporan keuangan.
9546 4. Pernyataan Standar ini berlaku untuk penyusunan laporan
9547arus kas pemerintah pusat dan daerah, satuan organisasi di lingkungan
9548pemerintah pusat dan daerah, atau organisasi lainnya jika menurut
9549peraturan perundang-undangan atau menurut standar, satuan organisasi
9550dimaksud wajib menyusun laporan arus kas, kecuali perusahaan
9551negara/daerah yang diatur tersendiri dalam Standar Akuntansi Keuangan
9552yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
9557 6. Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggung-jawaban arus kas
9558masuk dan arus kas keluar selama periode pelaporan.
9559 7. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus
9560kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam
9561mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas pelaporan
9562dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas).
Definisi
9563
9564 8. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan
9565 dalam Pernyataan Standar dengan pengertian :
9566Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh
9567pemerintah sebagai akibat peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
9568ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh baik
9569oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan
9570uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
9571penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
9572dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
9573Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan
9574pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan
9575pembiayaan yang diukur dalam satuan uang yang disusun menurut
9576klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode.
9577Apropriasi adalah anggaran yang disetujui DPR/DPRD yang merupakan
9578mandat yang diberikan kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota untuk
9579melakukan pengeluaran-pengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan.
9580Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas pada
9581Bendahara Umum Negara/Daerah.
9582Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
9583ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode
9584akuntansi.
9585Aktivitas investasi aset nonkeuangan adalah aktivitas penerimaan dan
9586pengeluaran kas yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap
9587dan aset nonkeuangan lainnya.
9588Aktivitas pembiayaan adalah aktivitas penerimaan kas yang perlu dibayar
9589kembali dan/atau pengeluaran kas yang akan diterima kembali yang
9590mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi investasi jangka
9591panjang, piutang jangka panjang, dan utang pemerintah sehubungan
9592dengan pendanaan defisit atau penggunaan surplus anggaran.
9625Mata uang pelaporan adalah mata uang rupiah yang digunakan dalam
9626menyajikan laporan keuangan.
9627Metode biaya adalah suatu metode akuntansi yang mencatat nilai investasi
9628berdasarkan harga perolehan.
9629Metode ekuitas adalah suatu metode akuntansi yang mencatat nilai
9630investasi awal berdasarkan harga perolehan. Nilai investasi tersebut
9669 10. Mutasi antar pos-pos kas dan setara kas tidak diinformasikan dalam
9670laporan keuangan karena kegiatan tersebut merupakan bagian dari manajemen
9671kas dan bukan merupakan bagian aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan,
9672pembiayaan, dan nonanggaran.
9705 17. Contoh format laporan arus kas disajikan dalam Lampiran V.A-C
9706standar ini. Lampiran hanya merupakan ilustrasi untuk membantu pemahaman
9707dan bukan bagian dari standar.
9708Aktivitas Operasi
9709 18. Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang
9710menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang
9711cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang
9712tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
9713 19. Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:
9714(a) Penerimaan Perpajakan;
9715(b) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);
9716(c) Penerimaan Hibah;
9717(d) Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan Investasi
9718 Lainnya; dan
9719(e) Transfer masuk.
9720 20. Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk
9721pengeluaran: (a) Belanja Pegawai;
9722(b) Belanja Barang;
9723(c) Bunga;
9724(d) Subsidi;
9725(e) Hibah;
9726(f) Bantuan Sosial;
9727(g) Belanja Lain-lain/Tak Terduga; dan (h) Transfer keluar.
9728 21. Jika suatu entitas pelaporan mempunyai surat berharga
9729 yang sifatnya sama dengan persediaan, yang dibeli untuk dijual,
9730 maka perolehan dan penjualan surat berharga tersebut
9731 diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi.
9732 22. Jika entitas pelaporan mengotorisasikan dana untuk
9733 kegiatan suatu entitas lain, yang peruntukannya belum jelas apakah
9734 sebagai modal kerja, penyertaan modal, atau untuk membiayai
9735 aktivitas periode berjalan, maka pemberian dana tersebut harus
9736 diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi. Kejadian ini dijelaskan
9737 dalam catatan atas laporan keuangan.
9753Aktivitas Pembiayaan
9754 26. Arus kas dari aktivitas pembiayaan mencerminkan penerimaan dan
9755pengeluaran kas bruto sehubungan dengan pendanaan defisit atau penggunaan
9756surplus anggaran, yang bertujuan untuk memprediksi klaim pihak lain terhadap
9757arus kas pemerintah dan klaim pemerintah terhadap pihak lain di masa yang
9758akan datang.
9759 27. Arus masuk kas dari aktivitas pembiayaan antara lain:
9760(a) Penerimaan Pinjaman;
9761(b) Penerimaan Hasil Penjualan Surat Utang Negara;
9762(c) Penerimaan dari Divestasi;
9763(d) Penerimaan Kembali Pinjaman; (e) Pencairan Dana Cadangan.
9764 28. Arus keluar kas dari aktivitas pembiayaan antara lain:
9765(a) Penyertaan Modal Pemerintah;
9766(b) Pembayaran Pokok Pinjaman;
9767(c) Pemberian Pinjaman Jangka Panjang; dan (d) Pembentukan Dana
9768 Cadangan.
9769Aktivitas Nonanggaran
9770 29. Arus kas dari aktivitas nonanggaran mencerminkan penerimaan
9771dan pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan,
9772belanja dan pembiayaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas nonanggaran antara
9773lain Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) dan kiriman uang. PFK menggambarkan
9774kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar
9775atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya potongan Taspen dan
9776Askes. Kiriman uang menggambarkan mutasi kas antar rekening kas umum
9777negara/daerah.
9778 30. Arus masuk kas dari aktivitas nonanggaran meliputi penerimaan
9779PFK dan kiriman uang masuk.
9780 31. Arus keluar kas dari aktivitas nonanggaran meliputi pengeluaran
9781PFK dan kiriman uang keluar.
9807(c) Data tentang kelompok penerimaan dan pengeluaran kas bruto dapat
9808 langsung diperoleh dari catatan akuntansi.
9874 48. Penyajian terpisah arus kas dari perusahaan negara/daerah dan
9875unit operasi lainnya sebagai suatu perkiraan tersendiri akan membantu untuk
9876membedakan arus kas tersebut dari arus kas yang berasal dari aktivitas operasi,
9877investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran. Arus kas masuk
9878dari pelepasan tersebut tidak dikurangkan dengan perolehan investasi lainnya.
9879 49. Aset dan utang selain kas dan setara kas dari perusahaan
9880negara/daerah dan unit operasi lainnya yang diperoleh atau dilepaskan
9881perlu diungkapkan hanya jika transaksi tersebut telah diakui sebelumnya
9882sebagai aset atau utang oleh perusahaan negara/daerah dan unit operasi
9883lainnya.
9898PENGUNGKAPAN LAINNYA
9899 53. Entitas pelaporan mengungkapkan jumlah saldo kas dan
9900setara kas yang signifikan yang tidak boleh digunakan oleh entitas. Hal ini
9901dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
9902 54. Informasi tambahan yang terkait dengan arus kas berguna bagi
9903pengguna laporan dalam memahami posisi keuangan dan likuiditas suatu entitas
9904pelaporan.
9905 55. Jika apropriasi atau otorisasi kredit anggaran disusun dengan basis
9906kas, laporan arus kas dapat membantu pengguna dalam memahami hubungan
9907antar aktivitas pelaporan atau program dan informasi penganggaran pemerintah.
TANGGAL EFEKTIF
9908
9909 56. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini dapat
9910diberlakukan untuk laporan keuangan atas
9911 pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran sampai dengan tahun
9912anggaran 2014.
9913
9914 PRESIDEN
9915 REPUBLIK INDONESIA
9916 LAMPIRAN II
9917 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
9918 NOMOR 71 TAHUN 2010
9919 ILUSTRASI PSAP 03.A
1294
1295
9926
9927 PRESIDEN
9928 REPUBLIK INDONESIA
9934
9935 PRESIDEN
9936 REPUBLIK INDONESIA
9937 LAMPIRAN II
9938 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
1296
1297
9939 NOMOR 71 TAHUN 2010
9940 ILUSTRASI PSAP 03.B
9947
9948 PRESIDEN
9949 REPUBLIK INDONESIA
1298
1299
9953 Metode Langsung
9954 (Dalam Rupiah)
No
Uraian 20X1 20X0
.
48 Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan
9955
9956 PRESIDEN
9957 REPUBLIK INDONESIA
9958 LAMPIRAN II
9959 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
9960 NOMOR 71 TAHUN 2010
9961 ILUSTRASI PSAP 03.C
1300
1301
1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi
2 Arus Masuk Kas
3 Pendapatan Pajak Daerah
4 Pendapatan Retribusi Daerah
XXX XXX
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan XXX XXX
6 Lain-lain PAD yang sah XXX XXX
7 Dana Bagi Hasil Pajak XXX XXX
8 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Dana XXX XXX
9 Alokasi Umum XXX XXX
10 Dana Alokasi Khusus XXX XXX
11 Dana Otonomi Khusus XXX XXX
12 Dana Penyesuaian XXX XXX
13 Pendapatan Bagi Hasil Pajak XXX XXX
14 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya XXX XXX
15 Pendapatan Hibah XXX XXX
XXX XXX
16 Pendapatan Dana Darurat
XXX XXX
17 Pendapatan Lainnya
XXX XXX
18 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 17) XXX XXX
19 Arus Keluar Kas
20 Belanja Pegawai
21 Belanja Barang XXX XXX
22 Bunga XXX XXX
23 Subsidi XXX XXX
24 Hibah XXX XXX
25 Bantuan Sosial XXX XXX
26
Belanja Tak Terduga XXX XXX
27
Bagi Hasil Pajak XXX XXX
28
Bagi Hasil Retribusi XXX XXX
XXX XXX
29 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya XXX XXX
30 Jumlah Arus Keluar Kas (20 s/d 29) XXX XXX
31 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (18 - 30) XXX XXX
32 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan
9968
9969 PRESIDEN REPUBLIK
9970 INDONESIA
1302
1303
57 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank XXX XXX
58 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX
59 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX
60 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX
61 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX
62 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Jumlah XXX XXX
63 Arus Masuk Kas (52 s/d 62) XXX XXX
64 Arus Keluar Kas
1304
1305
1306 PRESIDEN
1307 REPUBLIK INDONESIA
1308
9976
9977 LAMPIRAN II.05
9978 PERATURAN PEMERINTAH
9979 REPUBLIK INDONESIA
9980 NOMOR 71 TAHUN 2010
9981 TANGGAL 22 OKTOBER 2010
9982
9983
10008 Paragraf
10009PENDAHULUAN
1314
1315
1316 PRESIDEN
1317 REPUBLIK INDONESIA
1318
10045 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah
10046 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf
10047 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual
10048 Akuntansi Pemerintahan.
10049 PENDAHULUAN
10050 Tujuan
10051 1. Tujuan Pernyataan Standar ini mengatur penyajian dan
10052 pengungkapan yang diperlukan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
10075 DEFINISI
10076 6. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan
10077 dalam Pernyataan Standar dengan pengertian:
10078 Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan
10079 pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan
10080 pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut
10081 klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode.
10082 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD) adalah rencana
10083 keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan
10084 Perwakilan Rakyat Daerah.
10085 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana
10086 keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
10087 Perwakilan Rakyat.
10088 Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
10089 pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
10090 ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik
10091 oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan
10092 uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
10093 penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
10094 dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
10095 Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi
10096 dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa
10097 memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Basis
10098 kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
10099 peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.
10100 Belanja adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum Negara/Daerah
10101 yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran
10102 bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali pembayarannya oleh
10103 pemerintah.
10104 Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
10105 antara aset dan kewajiban pemerintah.
10106 Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
10107 entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
10108 wajib menyampaikan laporan pertanggung-jawaban berupa laporan
10109 keuangan.
10110 Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensikonvensi,
10111 aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas
10112 pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
10527 SUSUNAN
10528 66. Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan
10529 membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya, Catatan atas
10530 Laporan Keuangan biasanya disajikan dengan susunan sebagai berikut:
10531 (a) Kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target
10532 UndangUndang APBN/Perda APBD;
10533 (b) Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan;
10534 (c) Kebijakan akuntansi yang penting:
10535 i. Entitas pelaporan;
10536 ii. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;
10537 iii. Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan
10538 keuangan;
10539 iv. Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan dengan
10540 ketentuan-ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
10541 oleh suatu entitas pelaporan;
10542 v. setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami
10543 laporan keuangan.
10544 (d) Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan:
10545 i. Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan Keuangan;
10546 ii. Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
10547 Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
10548 Laporan Keuangan.
10549 (e) Pengungkapan pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan
10550 dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan
10551 rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk entitas pelaporan yang
10552 menggunakan basis akrual;
10553 (f) Informasi tambahan lainnya, yang diperlukan seperti gambaran umum
10554 daerah.
10558 pertanggungjawaban
10559 pelaksanaan anggaran sampai dengan tahun anggaran 2014.
10560
10561
10562
1393
10568
10572
10573
10574
1394
1395
1396 PRESIDEN
1397 REPUBLIK INDONESIA
1398
10589
10590 Paragraf
10591PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------- 1-4
10592 Tujuan -------------------------------------------------------------------------------- 1
10593 Ruang Lingkup --------------------------------------------------------------------- 2-4
10594DEFINISI ----------------------------------------------------------------------------------- 5
10595UMUM -------------------------------------------------------------------------------------- 6-13
10596PENGAKUAN ---------------------------------------------------------------------------- 14-17
10597PENGUKURAN -------------------------------------------------------------------------- 18-24
10598PENGUNGKAPAN ---------------------------------------------------------------------- 25
10599TANGGAL EFEKTIF -------------------------------------------------------------------- 26
1399
1400
1401 PRESIDEN
1402 REPUBLIK INDONESIA
1403
10603Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf
10604standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf penjelasan yang
10605ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual Akuntansi
10606Pemerintahan.
10607PENDAHULUAN Tujuan
10608 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi
10609untuk persediaan dan informasi lainnya yang dianggap perlu disajikan dalam laporan
10610keuangan.
10625DEFINISI
10626 5. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam Pernyataan
10627Standar dengan pengertian:
10628Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
10629pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
10630ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
10631pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
10632termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa
1408
UMUM
10643
10644 6. Persediaan merupakan aset yang berwujud:
10645 Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka
10646 kegiatan operasional pemerintah;
10647 Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses
10648 produksi;
10649 Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau
10650 diserahkan kepada masyarakat.
10651 Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
10652 dalam rangka kegiatan pemerintahan;
10653 7. Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan
10654disimpan untuk digunakan, misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor,
10655barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas
10656pakai seperti komponen bekas.
10657 8. Dalam hal pemerintah memproduksi sendiri, persediaan juga meliputi
10658barang yang digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku pembuatan
10659alatalat pertanian.
10660 9. Barang hasil proses produksi yang belum selesai dicatat sebagai
10661persediaan, contohnya alat-alat pertanian setengah jadi.
10662 10. Persediaan dapat meliputi: Barang konsumsi;
10663 Amunisi;
10664 Bahan untuk pemeliharaan;
10665 Suku cadang;
10666 Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga;
1413
PENGAKUAN
10680
10681 14. Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa
10682depan diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat
10683diukur dengan andal.
10684 15. Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya
10685dan/ atau kepenguasaannya berpindah.
10686 16. Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil
10687inventarisasi fisik.
10688 17. Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki proyek
10689swakelola dan dibebankan ke suatu perkiraan aset untuk kontruksi dalam
10690pengerjaan, tidak dimasukkan sebagai persediaan.
PENGUKURAN
10691
10692 18. Persediaan disajikan sebesar:
10693 (a) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;
10694 (b) Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
10695 (c) Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara
10696 lainnya seperti donasi/rampasan;
10697 19. Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya
10698pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat
1418
10699dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang
10700serupa mengurangi biaya perolehan.
10701 20. Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan
10702yang terakhir diperoleh.
10703 21. Barang persediaan yang memiliki nilai nominal yang dimaksudkan
10704untuk dijual, seperti pita cukai, dinilai dengan biaya perolehan terakhir.
10705 22. Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan
10706persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang dialokasikan secara
10707sistematis berdasarkan ukuran-ukuran yang digunakan pada saat penyusunan
10708rencana kerja dan anggaran.
10709 23. Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakkan dinilai
10710dengan menggunakan nilai wajar.
10711 24. Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian
10712kewajiban antar pihak yang memahami dan berkeinginan melakukan transaksi wajar.
10713PENGUNGKAPAN
10714 25. Laporan keuangan mengungkapkan:
10715 (a) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan;
10716 (b) Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan
10717 yang digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau
10718 perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi, barang yang
10719 disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan
10720 barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk
10721 dijual atau diserahkan kepada masyarakat ;
10722 (c) Kondisi persediaan;
10723TANGGAL EFEKTIF
10724 26. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini dapat diberlakukan
10725untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran
10726sampai dengan tahun anggaran 2014.
10727
10728
10729
10730 LAMPIRAN II.07
10731 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
10732 NOMOR 71 TAHUN 2010 TANGGAL
10733 22 OKTOBER 2010
10734
10735
10739
10740
10741
10742
10756
1423
1424
1425 PRESIDEN
1426 REPUBLIK INDONESIA
10757 Paragraf
10758PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------- 1- 5
10759Tujuan ----------------------------------------------------------------------------------- 1
10761DEFINISI ---------------------------------------------------------------------------------- 6
10769PENGUNGKAPAN ---------------------------------------------------------------------- 42
10772
1427
1428
1429 PRESIDEN
1430 REPUBLIK INDONESIA
10780PENDAHULUAN Tujuan
10781 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan
10782akuntansi untuk investasi dan pengungkapan informasi penting lainnya yang
10783harus disajikan dalam laporan keuangan.
10784Ruang Lingkup
10785 2. Pernyataan Standar ini harus diterapkan dalam penyajian
10786seluruh investasi pemerintah dalam laporan keuangan untuk tujuan umum
10787yang disusun dan disajikan dengan basis kas untuk pengakuan pos-pos
10788pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan, serta basis akrual untuk
10789pengakuan pos-pos aset, kewajiban, dan ekuitas sesuai dengan Standar
10790Akuntansi Pemerintahan.
10791 3. Pernyataan Standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam
10792menyusun laporan keuangan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan laporan
10793keuangan konsolidasian, tidak termasuk perusahaan negara/daerah.
10794 4. Pernyataan Standar ini mengatur perlakuan
10795 akuntansi
10796investasi pemerintah pusat dan daerah baik investasi jangka pendek
10797maupun investasi jangka panjang yang meliputi saat pengakuan,
10798klasifikasi, pengukuran dan metode penilaian investasi, serta
10799pengungkapannya pada laporan keuangan.
10800 5. Pernyataan Standar ini tidak mengatur:
10801 (a) Investasi dalam perusahaan asosiasi; (b)
10802 Kerjasama operasi; dan
10803(c) Investasi dalam properti.
DEFINISI
10804
10805 6. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam Pernyataan
10806Standar dengan pengertian:
10807Biaya investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh entitas investor
10808dalam perolehan suatu investasi misalnya komisi broker, jasa bank, biaya
10809legal dan pungutan lainnya dari pasar modal.
10810Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat
10811ekonomik seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga
10812dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan
10813kepada masyarakat.
10814Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan
10815dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang.
10816Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki
10817lebih dari 12 (dua belas) bulan.
10818Investasi nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang tidak
10819termasuk dalam investasi permanen, dimaksudkan untuk dimiliki secara
10820tidak berkelanjutan.
10821Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan
10822untuk dimiliki secara berkelanjutan.
10823Manfaat sosial yang dimaksud dalam standar ini adalah manfaat yang tidak
10824dapat diukur langsung dengan satuan uang namun berpengaruh pada
10825peningkatan pelayanan pemerintah pada masyarakat luas maupun
10826golongan masyarakat tertentu.
10827Metode biaya adalah suatu metode akuntansi yang mencatat nilai investasi
10828berdasarkan harga perolehan.
10829Metode ekuitas adalah suatu metode akuntansi yang mencatat nilai
10830investasi awal berdasarkan harga perolehan. Nilai investasi tersebut
10831kemudian disesuaikan dengan perubahan bagian investor atas kekayaan
10832bersih/ekuitas dari badan usaha penerima investasi (investee) yang terjadi
10833sesudah perolehan awal investasi.
10834Nilai historis adalah jumlah kas atau ekuivalen kas
10835yang dibayarkan/dikeluarkan atau nilai wajar berdasarkan pertimbangan
10836tertentu untuk mendapatkan suatu aset investasi pada saat perolehannya.
10837Nilai nominal adalah nilai yang tertera dalam surat berharga seperti nilai
10838yang tertera dalam lembar saham dan obligasi.
10839Nilai pasar adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan suatu
10840investasi dalam pasar yang aktif antara pihak-pihak yang independen.
1 1439
10841Nilai wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak
10842yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.
10843Perusahaan asosiasi adalah suatu perusahaan yang investornya
10844mempunyai pengaruh signifikan dan bukan merupakan anak perusahaan
10845maupun joint venture dari investornya.
10846Perusahaan negara/daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
10847modalnya dimiliki oleh pemerintah pusat/daerah.
10848BENTUK INVESTASI
10849 7. Pemerintah melakukan investasi dengan beberapa alasan antara
10850lain memanfaatkan surplus anggaran untuk memperoleh pendapatan dalam
10851jangka panjang dan memanfaatkan dana yang belum digunakan untuk investasi
10852jangka pendek dalam rangka manajemen kas.
10853 8. Terdapat beberapa jenis investasi yang dapat dibuktikan dengan
10854sertifikat atau dokumen lain yang serupa. Hakikat suatu investasi dapat berupa
10855pembelian surat utang baik jangka pendek maupun jangka panjang, serta
10856instrumen ekuitas.
10857KLASIFIKASI INVESTASI
10858 9. Investasi pemerintah dibagi atas dua yaitu investasi jangka
10859pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek merupakan
10860kelompok aset lancar sedangkan investasi jangka panjang merupakan
10861kelompok aset nonlancar.
10862 10. Investasi jangka pendek harus memenuhi karakteristik sebagai
10863berikut:
10864 (a) Dapat segera diperjualbelikan/dicairkan;
10865 (b) Investasi tersebut ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya
10866 pemerintah dapat menjual investasi tersebut apabila timbul kebutuhan
10867 kas;
10868 (c) Berisiko rendah.
10869 11. Dengan memperhatikan kriteria tersebut pada paragraf 10, maka
10870pembelian surat-surat berharga yang berisiko tinggi bagi pemerintah karena
10871dipengaruhi oleh fluktuasi harga pasar surat berharga tidak termasuk dalam
10872investasi jangka pendek. Jenis investasi yang tidak termasuk dalam kelompok
10873investasi jangka pendek antara lain adalah :
10874 (a) Surat berharga yang dibeli pemerintah dalam rangka mengendalikan
10875 suatu badan usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk menambah
10876 kepemilikan modal saham pada suatu badan usaha;
1 1449
10877 (b) Surat berharga yang dibeli pemerintah untuk tujuan menjaga hubungan
10878 kelembagaan yang baik dengan pihak lain, misalnya pembelian surat
10879 berharga yang dikeluarkan oleh suatu lembaga baik dalam negeri maupun
10880 luar negeri untuk menunjukkan partisipasi pemerintah; atau
10881 (c) Surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi
10882 kebutuhan kas jangka pendek .
10883 12. Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka
10884pendek, antara lain terdiri atas :
10885 (a) Deposito berjangka waktu tiga sampai dua belas bulan dan/atau yang
10886 dapat diperpanjang secara otomatis (revolving deposits);
10887 (b) Pembelian Surat Utang Negara (SUN) pemerintah jangka pendek oleh
10888 pemerintah pusat maupun daerah dan pembelian Sertifikat Bank Indonesia
10889 (SBI).
10890 13. Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat
10891 penanaman
10892investasinya, yaitu permanen dan nonpermanen. Investasi Permanen
10893adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara
10894berkelanjutan, sedangkan Investasi Nonpermanen adalah investasi jangka
10895panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan.
10896 14. Pengertian berkelanjutan adalah investasi yang
10897 dimaksudkan untuk dimiliki terus menerus tanpa ada niat untuk
10898 memperjualbelikan atau menarik kembali. Sedangkan pengertian tidak
10899 berkelanjutan adalah kepemilikan investasi yang berjangka waktu lebih
10900 dari 12 (dua belas) bulan, dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus
10901 menerus atau ada niat untuk memperjualbelikan atau menarik kembali.
10902 15. Investasi permanen yang dilakukan oleh pemerintah
10903 adalah investasi yang tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan, tetapi
10904 untuk mendapatkan dividen dan/atau pengaruh yang signifikan dalam
10905 jangka panjang dan/atau menjaga hubungan kelembagaan. Investasi
10906 permanen ini dapat berupa
10907:
10908 (a) Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/daerah, badan
10909 internasional dan badan usaha lainnya yang bukan milik negara;
10910 (b) Investasi permanen lainnya yang dimiliki oleh pemerintah untuk
10911 menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada
10912 masyarakat.
10913 16. Investasi nonpermanen yang dilakukan oleh pemerintah, antara
10914lain dapat berupa:
1 1455
10915 (a) Pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan
10916 untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh temponya oleh pemerintah;
10917 (b) Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan
10918 kepada pihak ketiga;
10919 (c) Dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat
10920 seperti bantuan modal kerja secara bergulir kepada kelompok masyarakat;
10921 (d) Investasi nonpermanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk
10922 dimiliki pemerintah secara berkelanjutan, seperti penyertaan modal yang
10923 dimaksudkan untuk penyehatan/penyelamatan perekonomian.
10924 17. Penyertaan modal pemerintah dapat berupa surat berharga
10925(saham) pada suatu perseroan terbatas dan non surat berharga yaitu
10926kepemilikan modal bukan dalam bentuk saham pada perusahaan yang bukan
10927perseroan.
10928 18. Investasi permanen lainnya merupakan bentuk investasi yang tidak
10929bisa dimasukkan ke penyertaan modal, surat obligasi jangka panjang yang dibeli
10930oleh pemerintah, dan penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat
10931dialihkan kepada pihak ketiga, misalnya investasi dalam properti yang tidak
10932tercakup dalam pernyataan ini.
10933 19. Akuntansi untuk investasi pemerintah dalam properti dan
10934kerjasama operasi akan diatur dalam standar akuntansi tersendiri
10935PENGAKUAN INVESTASI
10936 20. Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai
10937investasi apabila memenuhi salah satu kriteria:
10938 (a) Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa
10939 potensial di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut
10940 dapat diperoleh pemerintah;
10941 (b) Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara
10942 memadai (reliable).
10943 21. Pengeluaran untuk perolehan investasi jangka
10944 pendek diakui sebagai pengeluaran kas pemerintah dan tidak
10945 dilaporkan sebagai belanja dalam laporan realisasi
10946 anggaran, sedangkan pengeluaran untuk memperoleh
10947 investasi jangka panjang diakui sebagai pengeluaran pembiayaan.
10948 22. Dalam menentukan apakah suatu pengeluaran kas
10949 atau aset memenuhi kriteria pengakuan investasi yang pertama, entitas
10950 perlu mengkaji tingkat kepastian mengalirnya manfaat ekonomik dan
10951 manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan datang
1 1461
PENGUKURAN INVESTASI
10966
10967 24. Untuk beberapa jenis investasi, terdapat pasar aktif yang dapat
10968membentuk nilai pasar, dalam hal investasi yang demikian nilai pasar
10969dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar. Sedangkan untuk investasi
10970yang tidak memiliki pasar yang aktif dapat dipergunakan nilai nominal, nilai
10971tercatat atau nilai wajar lainnya.
10972 25. Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga,
10973misalnya saham dan obligasi jangka pendek, dicatat sebesar biaya
10974perolehan. Biaya perolehan investasi meliputi harga transaksi investasi itu
10975sendiri ditambah komisi perantara jual beli, jasa bank dan biaya lainnya
10976yang timbul dalam rangka perolehan tersebut.
10977 26. Apabila investasi dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa
10978biaya perolehan, maka investasi dinilai berdasar nilai wajar investasi pada
10979tanggal perolehannya yaitu sebesar harga pasar. Apabila tidak ada nilai
10980wajar, biaya perolehan setara kas yang diserahkan atau nilai wajar aset lain
10981yang diserahkan untuk memperoleh investasi tersebut.
10982 27. Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham, misalnya
10983dalam bentuk deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal
10984deposito tersebut.
10985 28. Investasi jangka panjang yang bersifat permanen misalnya
10986penyertaan modal pemerintah, dicatat sebesar biaya perolehannya meliputi
10987harga transaksi investasi itu sendiri ditambah biaya lain yang timbul dalam
10988rangka perolehan investasi tersebut.
10989 29. Investasi nonpermanen misalnya dalam bentuk pembelian
10990obligasi jangka panjang dan investasi yang dimaksudkan tidak untuk
1 1467
11001 sebesar biaya perolehan, atau nilai wajar investasi tersebut jika harga
11002 perolehannya tidak ada.
11003 32. Harga perolehan investasi dalam valuta
11004 asing harus dinyatakan dalam rupiah dengan menggunakan nilai tukar
11005(kurs tengah bank sentral) yang berlaku pada tanggal transaksi.
11072
11073 41. Pemindahan pos investasi dapat berupa reklasifikasi
11074 investasi permanen menjadi investasi jangka pendek, Aset Tetap, Aset
11075 Lain-lain dan sebaliknya.
11076 PENGUNGKAPAN
11077 42. Hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan
11078 pemerintah berkaitan dengan investasi pemerintah, antara lain:
11079 (a) Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi;
11080 (b) Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen;
11081 (c) Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun
11082 investasi jangka panjang;
11083 (d) Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan
11084 tersebut;
11085 (e) Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya; (f)
11086 Perubahan pos investasi.
11090
11091
11092 LAMPIRAN II.08
11093 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
11094 NOMOR 71 TAHUN 2010 TANGGAL
11095 22 OKTOBER 2010
11096
11097
1485
1486
1487 PRESIDEN
1488 REPUBLIK INDONESIA
11123 Paragraf
11124PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------- 1-4
11125 TUJUAN ----------------------------------------------------------------------------- 1-2
11126 RUANG LINGKUP ---------------------------------------------------------------- 3-4
11127DEFINISI ----------------------------------------------------------------------------------- 5
11128UMUM -------------------------------------------------------------------------------------- 6-7
11129KLASIFIKASI ASET TETAP --------------------------------------------------------- 8-15
11130PENGAKUAN ASET TETAP --------------------------------------------------------- 16-21
11131PENGUKURAN ASET TETAP ------------------------------------------------------ 22-23
11132PENILAIAN AWAL ASET TETAP -------------------------------------------------- 24-49
11133 Komponen Biaya ------------------------------------------------------------------ 29-38
11134 Konstruksi Dalam Pengerjaan ------------------------------------------------- 39-41
11135 Perolehan Secara Gabungan -------------------------------------------------- 42
11136 Pertukaran Aset (Exchanges of Assets) ------------------------------------ 43-45
11137 Aset Donasi ------------------------------------------------------------------------ 46-49
11138PENGELUARAN SETELAH PEROLEHAN (SUBSEQUENT
11139EXPENDITURES) ----------------------------------------------------------------------- 50-52
11140PENGUKURAN BERIKUTNYA (SUBSEQUENT MEASUREMENT)
11141TERHADAP PENGAKUAN AWAL ------------------------------------------------- 53-59
11142 Penyusutan ------------------------------------------------------------------------- 54-57
11143 Penilaian Kembali Aset Tetap (Revaluation) ------------------------------ 58-59
11144AKUNTANSI TANAH ------------------------------------------------------------------- 60-63
11145ASET BERSEJARAH (HERITAGE ASSETS) ----------------------------------- 64-71
11146ASET INFRASTRUKTUR (INFRASTRUCTURE ASSETS) ------------------ 72-74
11147ASET MILITER (MILITARY ASSETS) -------------------------------------------- 75
11148PENGHENTIAN DAN PELEPASAN (RETIREMENT AND DISPOSAL) -- 76-78
11149PENGUNGKAPAN --------------------------------------------------------------------- 79-81
11150TANGGAL EFEKTIF -------------------------------------------------------------------- 82
1489
1490
1491 PRESIDEN
1492 REPUBLIK INDONESIA
11160PENDAHULUAN
11161Tujuan
11162 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan
11163akuntansi untuk aset tetap. Masalah utama akuntansi untuk aset tetap adalah
11164saat pengakuan aset, penentuan nilai tercatat, serta penentuan dan perlakuan
11165akuntansi atas penilaian kembali dan penurunan nilai tercatat (carrying value)
11166aset tetap.
11167 2. Pernyataan Standar ini mensyaratkan bahwa aset tetap dapat
11168diakui sebagai aset jika memenuhi definisi dan kriteria pengakuan suatu aset
11169dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
Ruang Lingkup
11170
11171 3. Pernyataan Standar ini diterapkan untuk seluruh unit
11172pemerintah yang menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum dan
11173mengatur tentang perlakuan akuntansinya, termasuk pengakuan, penilaian,
11174penyajian, dan pengungkapan yang diperlukan kecuali bila Pernyataan
11175Standar Akuntansi Pemerintahan lainnya mensyaratkan
11176 perlakuan akuntansi yang berbeda.
11177 4. Pernyataan Standar ini tidak diterapkan untuk:
11178(a) Hutan dan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (regenerative
11179 natural resources); dan
11180(b) Kuasa pertambangan, eksplorasi dan penggalian mineral, minyak, gas
11181 alam, dan sumber daya alam serupa yang tidak dapat diperbaharui
11182 (nonregenerative natural resources).
11183Namun demikian, Pernyataan ini berlaku untuk aset tetap yang digunakan untuk
11184mengembangkan atau memelihara aktivitas atau aset yang tercakup dalam (a)
11185dan (b) di atas dan dapat dipisahkan dari aktivitas atau aset tersebut.
DEFINISI
11186
11216UMUM
11217 6. Aset tetap sering merupakan suatu bagian utama aset pemerintah,
11218dan karenanya signifikan dalam penyajian neraca. Termasuk dalam aset tetap
11219pemerintah adalah:
11220(a) Aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan namun dimanfaatkan oleh
11221 entitas lainnya, misalnya instansi pemerintah lainnya, universitas, dan
11222 kontraktor;
11223(b) Hak atas tanah.
11224 7. Tidak termasuk dalam definisi aset tetap adalah aset yang
11225 dikuasai untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah, seperti bahan
11226 (materials) dan perlengkapan (supplies).
11265 17. Dalam menentukan apakah suatu pos mempunyai manfaat lebih
11266dari 12 (dua belas) bulan, suatu entitas harus menilai manfaat ekonomik masa
11267depan yang dapat diberikan oleh pos tersebut, baik langsung maupun tidak
11268langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah. Manfaat tersebut dapat berupa
11269aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah. Manfaat ekonomi
11270masa yang akan datang akan mengalir ke suatu entitas dapat dipastikan bila
11271entitas tersebut akan menerima manfaat dan menerima risiko terkait. Kepastian
11272ini biasanya hanya tersedia jika manfaat dan risiko telah diterima entitas tersebut.
11273Sebelum hal ini terjadi, perolehan aset tidak dapat diakui.
11274 18. Pengukuran dapat dipertimbangkan andal biasanya dipenuhi bila
11275terdapat transaksi pertukaran dengan bukti pembelian aset tetap yang
11276mengidentifikasikan biayanya. Dalam keadaan suatu aset
11277 yang dikonstruksi/dibangun sendiri, suatu pengukuran yang dapat
11278diandalkan atas biaya dapat diperoleh dari transaksi pihak eksternal dengan
11279entitas tersebut untuk perolehan bahan baku, tenaga kerja dan biaya lain yang
11280digunakan dalam proses konstruksi.
11281 19. Tujuan utama dari perolehan aset tetap adalah untuk digunakan
11282oleh pemerintah dalam mendukung kegiatan operasionalnya dan bukan
11283dimaksudkan untuk dijual.
11284 20. Pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telah
11285diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat
11286penguasaannya berpindah.
11287 21. Saat pengakuan aset akan lebih dapat diandalkan apabila terdapat
11288bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan
11289secara hukum, misalnya sertifikat tanah dan bukti kepemilikan kendaraan
11290bermotor. Apabila perolehan aset tetap belum didukung dengan bukti secara
11291hukum dikarenakan masih adanya suatu proses administrasi yang diharuskan,
11292seperti pembelian tanah yang masih harus diselesaikan proses jual beli (akta)
11293dan sertifikat kepemilikannya di instansi berwenang, maka aset tetap tersebut
11294harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaan atas aset tetap tersebut
11295telah berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas
11296sertifikat tanah atas nama pemilik sebelumnya.
11333Komponen Biaya
11334 29. Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau
11335konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat
11336diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi
11337yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang
11338dimaksudkan.
11339 30. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:
(a) biaya persiapan tempat;
(b) biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat
(handling cost);
(c) biaya pemasangan (instalation cost);
(d) biaya profesional seperti arsitek dan insinyur; dan
11415Aset Donasi
11416 46. Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi) harus
11417dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan.
11418 47. Sumbangan aset tetap didefinisikan sebagai transfer tanpa
11419persyaratan suatu aset tetap ke satu entitas, misalnya perusahaan
11420nonpemerintah memberikan bangunan yang dimilikinya untuk digunakan oleh
11421satu unit pemerintah tanpa persyaratan apapun. Penyerahan aset tetap tersebut
11422akan sangat andal bila didukung dengan bukti perpindahan kepemilikannya
11423secara hukum, seperti adanya akta hibah.
11424 48. Tidak termasuk perolehan aset donasi, apabila penyerahan aset
11425tetap tersebut dihubungkan dengan kewajiban entitas lain kepada pemerintah.
11426Sebagai contoh, satu perusahaan swasta membangun aset tetap untuk
11427pemerintah dengan persyaratan kewajibannya kepada pemerintah telah
11428dianggap selesai. Perolehan aset tetap tersebut harus diperlakukan seperti
11429perolehan aset tetap dengan pertukaran.
11430 49. Apabila perolehan aset tetap memenuhi kriteria perolehan aset
11431donasi, maka perolehan tersebut diakui sebagai pendapatan pemerintah dan
11432jumlah yang sama juga diakui sebagai belanja modal dalam laporan realisasi
11433anggaran.
Penyusutan
11461
11462 54. Penyesuaian nilai aset tetap dilakukan dengan berbagai metode
11463yang sistematis sesuai dengan masa manfaat. Metode penyusutan yang
11464digunakan harus dapat menggambarkan manfaat ekonomik atau kemungkinan
11465jasa (service potential) yang akan mengalir ke pemerintah. Nilai penyusutan
11466untuk masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap
11467dan Diinvestasikan dalam Aset Tetap.
11468 55. Masa manfaat aset tetap yang dapat disusutkan harus ditinjau
11469secara periodik dan jika terdapat perbedaan besar dari estimasi sebelumnya,
11470penyusutan periode sekarang dan yang akan datang harus dilakukan
11471penyesuaian.
11472 56. Metode penyusutan yang dapat dipergunakan antara lain:
11473(a) Metode garis lurus (straight line method); atau
11474(b) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method)
11475(c) Metode unit produksi (unit of production method)
11476 57. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset
11477tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut.
AKUNTANSI TANAH
11489
11529(c) Tidak mudah untuk diganti dan nilainya akan terus meningkat selama waktu
11530 berjalan walaupun kondisi fisiknya semakin menurun;
11531(d) Sulit untuk mengestimasikan masa manfaatnya. Untuk beberapa kasus
11532 dapat mencapai ratusan tahun.
11533 66. Aset bersejarah biasanya diharapkan untuk dipertahankan dalam
11534waktu yang tak terbatas. Aset bersejarah biasanya dibuktikan dengan peraturan
11535perundang-undangan yang berlaku.
11536 67. Pemerintah mungkin mempunyai banyak aset bersejarah yang
11537diperoleh selama bertahun-tahun dan dengan cara perolehan beragam termasuk
11538pembelian, donasi, warisan, rampasan, ataupun sitaan. Aset ini jarang dikuasai
11539dikarenakan alasan kemampuannya untuk menghasilkan aliran kas masuk, dan
11540akan mempunyai masalah sosial dan hukum bila memanfaatkannya untuk tujuan
11541tersebut.
11542 68. Aset bersejarah harus disajikan dalam bentuk unit, misalnya jumlah
11543unit koleksi yang dimiliki atau jumlah unit monumen, dalam Catatan atas Laporan
11544Keuangan dengan tanpa nilai.
11545 69. Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan, rekonstruksi harus
11546dibebankan sebagai belanja tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Biaya
11547tersebut termasuk seluruh biaya yang berlangsung untuk menjadikan aset
11548bersejarah tersebut dalam kondisi dan lokasi yang ada pada periode berjalan.
11549 70. Beberapa aset bersejarah juga memberikan potensi manfaat
11550lainnya kepada pemerintah selain nilai sejarahnya, sebagai contoh
11551bangunan bersejarah digunakan untuk ruang perkantoran. Untuk kasus
11552tersebut, aset ini akan diterapkan prinsip-prinsip yang sama seperti aset
11553tetap lainnya.
11554 71. Untuk aset bersejarah lainnya, potensi manfaatnya terbatas pada
11555karakteristik sejarahnya, sebagai contoh monumen dan reruntuhan (ruins).
11567aset pemerintah. Aset infrastruktur memenuhi definisi aset tetap dan harus
11568diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada Pernyataan ini.
11569 74. Contoh dari aset infrastruktur adalah jaringan, jalan dan jembatan,
11570sistem pembuangan, dan jaringan komunikasi.
11586PENGUNGKAPAN
11587 79. Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk
11588masingmasing jenis aset tetap sebagai berikut:
11589(a) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat
11590 (carrying amount);
11591(b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
11592 menunjukkan:
11593 (1) Penambahan;
11594 (2) Pelepasan;
11595 (3) Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;
11596 (4) Mutasi aset tetap lainnya.
11597(c) Informasi penyusutan, meliputi:
11598 (1) Nilai penyusutan;
11599 (2) Metode penyusutan yang digunakan;
11600 (3) Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
11601 (4) Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan
11602 akhir periode;
80. Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:
(a) Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;
(b) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset
tetap;
(c) Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi; dan
(d) Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.
11603 81. Jika aset tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, hal-hal
11604berikut harus diungkapkan:
11605(a) Dasar peraturan untuk menilai kembali aset tetap;
11606(b) Tanggal efektif penilaian kembali;
11607(c) Jika ada, nama penilai independen;
11608(d) Hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya
11609 pengganti;
11610(e) Nilai tercatat setiap jenis aset tetap;
11611TANGGAL EFEKTIF
11612 82. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini dapat
11613diberlakukan untuk laporan keuangan atas
11614pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran sampai dengan tahun
11615anggaran 2014.
11616
11617
11618
11619
11620
11621
11622
11623
11624
11625
11626 LAMPIRAN II.09
11627 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
11628 NOMOR 71 TAHUN 2010
11629 TANGGAL 22 OKTOBER 2010
11630
11631
11632
11636
11637
11638
11639 AKUNTANSI
11640 KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN
11641
11642
11643
11644
11645
11646
11647
11648
1545
1546
1547 PRESIDEN
1548 REPUBLIK INDONESIA
11651
11653
11654 Paragraf
11655 PENDAHULUAN…………………………………………..………………… 1 -4
11656 Tujuan………………… ……………………………...….…………..…. 1-2
11657 Ruang Lingkup…………………………………………………....…..... 3-4
11658 DEFINISI………………………………………………………………………. 5
11659 KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN …..………………………..…….. 6-7
11660 KONTRAK KONSTRUKSI.…….……………………….……………..……. 8 - 9
11661 PENYATUAN DAN SEGMENTASI KONTRAK KONSTRUKSI......…… 10-12
11662 PENGAKUAN KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN……………...…. 13-16
11663 PENGUKURAN…………………………………………..………………...… 17-
11664 32 PENGUNGKAPAN ………….………………………………………...……..
11665 33-35
11666 TANGGAL EFEKTIF.....…………………………………………………………. 36
1549
1550
1551 PRESIDEN
1552 REPUBLIK INDONESIA
1553
1554
1555
1556 PRESIDEN
1557 REPUBLIK INDONESIA
1558
11668STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN
11669NO. 08
11670AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN
11671Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah
11672paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf
11673penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual
11674Akuntansi Pemerintahan.
11675PENDAHULUAN
11676TUJUAN
11677 1. Tujuan Pernyataan Standar Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah
11678mengatur perlakuan akuntansi untuk konstruksi dalam pengerjaan dengan
11679metode nilai historis. Masalah utama akuntansi untuk Konstruksi Dalam
11680Pengerjaan adalah jumlah biaya yang diakui sebagai aset yang harus dicatat
11681sampai dengan konstruksi tersebut selesai dikerjakan.
11682 2. Pernyataan Standar ini memberikan panduan untuk:
11683(a) identifikasi pekerjaan yang dapat diklasifikasikan sebagai Konstruksi
11684 Dalam Pengerjaan;
11685(b) penetapan besarnya biaya yang dikapitalisasi dan disajikan di neraca; (c)
11686 penetapan basis pengakuan dan pengungkapan biaya konstruksi.
11687RUANG LINGKUP
11688 3. Suatu entitas akuntansi yang melaksanakan pembangunan
11689aset tetap untuk dipakai dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan
11690dan/atau masyarakat, dalam suatu jangka waktu tertentu, baik pelaksanaan
11691pembangunannya dilakukan secara swakelola atau oleh pihak ketiga wajib
11692menerapkan standar ini.
11693 4. Sifat aktivitas yang dilaksanakan untuk konstruksi pada umumnya
11694berjangka panjang sehingga tanggal mulai pelaksanaan aktivitas dan tanggal
11695selesainya aktivitas tersebut biasanya jatuh pada periode akuntansi yang
11696berlainan.
1561
1562 PRESIDEN
1563 REPUBLIK INDONESIA
1564
11697DEFINISI
11698 5. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan
11699dalam Pernyataan Standar dengan pengertia:
11700Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses
11701pembangunan.
11702Kontrak konstruksi adalah perikatan yang dilakukan secara khusus untuk
11703konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi yang berhubungan erat satu
11704sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi, dan
11705fungsi atau tujuan atau penggunaan utama.
11706Kontraktor adalah suatu entitas yang mengadakan kontrak untuk
11707membangun aset atau memberikan jasa konstruksi untuk kepentingan
11708entitas lain sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan dalam kontrak
11709konstruksi.
11710Uang muka kerja adalah jumlah yang diterima oleh kontraktor sebelum
11711pekerjaan dilakukan dalam rangka kontrak konstruksi.
11712Klaim adalah jumlah yang diminta kontraktor kepada pemberi kerja sebagai
11713penggantian biaya-biaya yang tidak termasuk dalam nilai kontrak. Pemberi
11714kerja adalah entitas yang mengadakan kontrak konstruksi dengan pihak
11715ketiga untuk membangun atau memberikan jasa konstruksi.
11716Retensi adalah jumlah termin (progress billing) yang belum dibayar hingga
11717pemenuhan kondisi yang ditentukan dalam kontrak untuk pembayaran
11718jumlah tersebut.
11719Termin (progress billing) adalah jumlah yang ditagih untuk pekerjaan yang
11720dilakukan dalam suatu kontrak baik yang telah dibayar ataupun yang belum
11721dibayar oleh pemberi kerja.
1567
1568 PRESIDEN
1569 REPUBLIK INDONESIA
1570
11731KONTRAK KONSTRUKSI
11732 8. Kontrak konstruksi dapat berkaitan dengan perolehan sejumlah
11733aset yang berhubungan erat atau saling tergantung satu sama lain dalam hal
11734rancangan, teknologi, fungsi atau tujuan, dan penggunaan utama. Kontrak
11735seperti ini misalnya konstruksi jaringan irigasi.
11736 9. Kontrak konstruksi dapat meliputi:
11737(a) kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan
11738 perencanaan konstruksi aset, seperti jasa arsitektur;
11739(b) kontrak untuk perolehan atau konstruksi aset;
11740(c) kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung pengawasan
11741 konstruksi aset yang meliputi manajemen konstruksi dan value engineering;
11742 (d) kontrak untuk membongkar atau merestorasi aset dan restorasi
11743 lingkungan.
1573
1574 PRESIDEN
1575 REPUBLIK INDONESIA
1576
11764(a) aset tambahan tersebut berbeda secara signifikan dalam rancangan,
11765 teknologi, atau fungsi dengan aset yang tercakup dalam kontrak
11766 semula; atau
11767(b) harga aset tambahan tersebut ditetapkan tanpa memperhatikan harga
11768 kontrak semula.
11787PENGUKURAN
11788 17. Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya
11789perolehan.
11790
11791Biaya Konstruksi
11792 18. Nilai konstruksi yang dikerjakan secara swakelola antara lain:
11793(a) biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi;
11794(b) biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan
11795 dapat dialokasikan ke konstruksi tersebut; dan
1579
1580 PRESIDEN
1581 REPUBLIK INDONESIA
1582
11796(c) biaya lain yang secara khusus dibayarkan sehubungan konstruksi
11797 yang bersangkutan.
11798 19. Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kegiatan
11799konstruksi antara lain meliputi:
11800(a) Biaya pekerja lapangan termasuk penyelia;
11801(b) Biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi;
11802(c) Biaya pemindahan sarana, peralatan, dan bahan-bahan dari dan ke lokasi
11803 pelaksanaan konstruksi;
11804(d) Biaya penyewaan sarana dan peralatan;
11805(e) Biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung berhubungan
11806 dengan konstruksi.
11807 20. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan ke kegiatan konstruksi pada
11808umumnya dan dapat dialokasikan ke konstruksi tertentu meliputi:
11809(a) Asuransi;
11810(b) Biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung
11811 berhubungan dengan konstruksi tertentu;
11812(c) Biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan konstruksi yang
11813 bersangkutan seperti biaya inspeksi.
11814Biaya semacam itu dialokasikan dengan menggunakan metode yang sistematis
11815dan rasional dan diterapkan secara konsisten pada semua biaya yang
11816mempunyai karakteristik yang sama. Metode alokasi biaya yang dianjurkan
11817adalah metode rata-rata tertimbang atas dasar proporsi biaya langsung.
11818 21. Nilai konstruksi yang dikerjakan oleh kontraktor melalui
11819kontrak konstruksi meliputi:
11820(a) Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan
11821 tingkat penyelesaian pekerjaan;
11822(b) Kewajiban yang masih harus dibayar kepada kontraktor berhubung
11823 dengan pekerjaan yang telah diterima tetapi belum dibayar pada
11824 tanggal pelaporan;
11825(c) Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan
11826 dengan pelaksanaan kontrak konstruksi.
11827 22. Kontraktor meliputi kontraktor utama dan subkontraktor.
11828 23. Pembayaran atas kontrak konstruksi pada umumnya dilakukan
11829secara bertahap (termin) berdasarkan tingkat penyelesaian yang ditetapkan
1585
1586 PRESIDEN
1587 REPUBLIK INDONESIA
1588
11830dalam kontrak konstruksi. Setiap pembayaran yang dilakukan dicatat sebagai
11831penambah nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan.
11832 24. Klaim dapat timbul, umpamanya, dari keterlambatan yang
11833disebabkan oleh pemberi kerja, kesalahan dalam spesifikasi atau rancangan dan
11834perselisihan penyimpangan dalam pengerjaan kontrak.
11835 25. Jika konstruksi dibiayai dari pinjaman maka biaya pinjaman
11836yang timbul selama masa konstruksi dikapitalisasi dan menambah biaya
11837konstruksi, sepanjang biaya tersebut dapat diidentifikasikan dan ditetapkan
11838secara andal.
11839 26. Biaya pinjaman mencakup biaya bunga dan biaya lainnya yang
11840timbul sehubungan dengan pinjaman yang digunakan untuk membiayai
11841konstruksi.
11842 27. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi tidak boleh
11843melebihi jumlah biaya bunga yang dibayarkan pada periode yang
11844bersangkutan.
11845 28. Apabila pinjaman digunakan untuk membiayai beberapa jenis
11846aset yang diperoleh dalam suatu periode tertentu, biaya pinjaman periode
11847yang bersangkutan dialokasikan ke masing-masing konstruksi dengan
11848metode rata-rata tertimbang atas total pengeluaran biaya konstruksi.
11849 29. Apabila kegiatan pembangunan konstruksi
11850 dihentikan sementara tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat
11851force majeur maka biaya pinjaman yang dibayarkan selama masa
11852pemberhentian sementara pembangunan konstruksi dikapitalisasi.
11853 30. Pemberhentian sementara`pekerjaan kontrak konstruksi dapat
11854terjadi karena beberapa hal seperti kondisi force majeur atau adanya campur
11855tangan dari pemberi kerja atau pihak yang berwenang karena berbagai hal. Jika
11856pemberhentian tersebut dikarenakan adanya campur tangan dari pemberi kerja
11857atau pihak yang berwenang, biaya pinjaman selama pemberhentian sementara
11858dikapitalisasi. Sebaliknya jika pemberhentian sementara karena kondisi force
11859majeur, biaya pinjaman tidak dikapitalisasi tetapi dicatat sebagai biaya bunga
11860pada periode yang bersangkutan.
11861 31. Kontrak konstruksi yang mencakup beberapa jenis pekerjaan
11862yang penyelesaiannya jatuh pada waktu yang berbeda-beda, maka jenis
11863pekerjaan yang sudah selesai tidak diperhitungkan biaya pinjaman. Biaya
11864pinjaman hanya dikapitalisasi untuk jenis pekerjaan yang masih dalam
11865proses pengerjaan.
11866 32. Suatu kontrak konstruksi dapat mencakup beberapa jenis aset yang
11867masing-masing dapat diidentifikasi sebagaimana dimaksud dalam paragraf 12.
1591
1592 PRESIDEN
1593 REPUBLIK INDONESIA
1594
11868Jika jenis-jenis pekerjaan tersebut diselesaikan pada titik waktu yang berlainan
11869maka biaya pinjaman yang dikapitalisasi hanya biaya pinjaman untuk bagian
11870kontrak konstruksi atau jenis pekerjaan yang belum selesai. Bagian pekerjaan
11871yang telah diselesaikan tidak diperhitungkan lagi biaya pinjaman.
11872PENGUNGKAPAN
11873 33. Suatu entitas harus mengungkapkan informasi mengenai
11874Konstruksi Dalam Pengerjaan pada akhir periode akuntansi:
11875(a) Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat
11876 penyelesaian dan jangka waktu penyelesaiannya;
11877(b) Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaanya;
11878(c) Jumlah biaya yang telah dikeluarkan;
11879(d) Uang muka kerja yang diberikan; (e) Retensi.
11880 34. Kontrak konstruksi pada umumnya memuat ketentuan
11881 tentang retensi. Misalnya, termin yang masih ditahan oleh pemberi kerja
11882 selama masa pemeliharaan. Jumlah retensi diungkapkan dalam Catatan
11883 atas Laporan Keuangan.
11884 35. Aset dapat dibiayai dari sumber dana tertentu. Pencantuman
11885 sumber dana dimaksudkan memberi gambaran
11886 sumber dana dan penyerapannya sampai tanggal tertentu.
11887TANGGAL EFEKTIF
11888 36. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini dapat
11889diberlakukan untuk laporan keuangan atas
11890pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran sampai dengan tahun
11891anggaran 2014.
1599
1600
1601 PRESIDEN
1602 REPUBLIK INDONESIA
1603
1604
1605 PRESIDEN
1606 REPUBLIK INDONESIA
11950KEWAJIBAN
11955PENDAHULUAN
11956Tujuan
11957 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan
11958akuntansi kewajiban meliputi saat pengakuan, penentuan nilai tercatat,
11959amortisasi, dan biaya pinjaman yang dibebankan terhadap kewajiban tersebut.
11960Ruang Lingkup
11961 2. Pernyataan Standar ini diterapkan untuk seluruh unit
11962pemerintahan yang menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum dan
11963mengatur tentang perlakuan akuntansinya, termasuk
11964 pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan yang
11965diperlukan.
11966 3. Pernyataan Standar ini mengatur:
11967(a) Akuntansi Kewajiban Pemerintah termasuk kewajiban jangka pendek
11968 dan kewajiban jangka panjang yang ditimbulkan dari Utang Dalam
11969 Negeri dan Utang Luar Negeri.
11970(b) Perlakuan akuntansi untuk transaksi pinjaman dalam mata uang
11971 asing.
11972(c) Perlakuan akuntansi untuk transaksi yang timbul dari restrukturisasi
11973 pinjaman.
11974(d) Perlakuan akuntansi untuk biaya yang timbul dari utang pemerintah.
11975 Huruf (b), (c), dan (d) diatas berlaku sepanjang belum ada pengaturan
11976 khusus dalam pernyataan tersendiri mengenai hal-hal tersebut.
11977 4. Pernyataan Standar ini tidak mengatur:
11978(a) Akuntansi Kewajiban Diestimasi dan Kewajiban Kontinjensi.
11979(b) Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai.
11980(c) Transaksi dalam mata uang asing yang timbul atas transaksi selain dari
11981 transaksi pinjaman yang didenominasi dalam suatu mata uang asing seperti
11982 pada paragraf 3(b).
11984DEFINISI
11985 5. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan
11986dalam Pernyataan Standar dengan pengertian:
11987Amortisasi adalah alokasi sistematis dari premium atau diskonto selama
11988umur utang pemerintah.
11989Aset Tertentu yang memenuhi syarat (Qualifying Asset), selanjutnya
11990disebut Aset Tertentu adalah aset yang membutuhkan waktu yang cukup
11991lama agar siap untuk dipergunakan atau dijual sesuai dengan tujuannya.
11992Biaya Pinjaman adalah bunga dan biaya lainnya yang harus ditanggung
11993oleh pemerintah sehubungan dengan peminjaman dana. Debitur adalah
11994pihak yang menerima utang dari kreditur.
11995Diskonto adalah jumlah selisih kurang antara nilai kini kewajiban (present
11996value) dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value) karena tingkat
11997bunga nominal lebih rendah dari tingkat bunga efektif.
11998Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
11999entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
12000wajib menyampaikan laporan pertanggung-jawaban berupa laporan
12001keuangan.
12002Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
12003penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
12004pemerintah.
12005Kreditur adalah pihak yang memberikan utang kepada debitur.
12006Kewajiban diestimasi adalah kewajiban yang waktu dan jumlahnya belum
12007pasti.
12008Kewajiban kontinjensi adalah:
12009(a) kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan
12010 keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya
12011 suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya
12012 berada dalam kendali suatu entitas; atau
12013(b) kewajiban kini yang timbul sebagai akibat masa lalu, tetapi tidak
12014 diakui karena:
12015 (1) tidak terdapat kemungkinan besar (not probable) suatu entitas
12016 mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis
12017 untuk menyelesaikan kewajibannya; atau
12018 (2) jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal. Kurs
12019 adalah rasio pertukaran dua mata uang.
12020Metode garis lurus adalah metode alokasi premium atau diskonto dengan
12021jumlah yang sama sepanjang periode sekuritas utang pemerintah.
12022Nilai nominal adalah nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali
12023transaksi berlangsung seperti nilai yang tertera pada lembar surat utang
12024pemerintah. Aliran ekonomi setelahnya, seperti transaksi pembayaran,
12025perubahan penilaian dikarenakan perubahan kurs valuta asing, dan
12026perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan
12027menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.
12028Nilai tercatat (carrying amount) kewajiban adalah nilai buku kewajiban yang
12029dihitung dari nilai nominal setelah dikurangi atau ditambah diskonto atau
12030premium yang belum diamortisasi.
12031Obligasi Negara adalah Surat Utang Negara yang berjangka waktu lebih
12032dari 12 (dua belas) bulan dengan kupon dan/atau dengan pembayaran
12033bunga secara diskonto.
12034Perhitungan Fihak Ketiga, selanjutnya disebut PFK, merupakan utang
12035pemerintah kepada pihak lain yang disebabkan kedudukan pemerintah
12036sebagai pemotong pajak atau pungutan lainnya, seperti Pajak Penghasilan
12037(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), iuran Askes, Taspen, dan Taperum.
12038Premium adalah jumlah selisih lebih antara nilai kini kewajiban (present
12039value) dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value) karena tingkat
12040bunga nominal lebih tinggi dari tingkat bunga efektif.
12041Restrukturisasi Utang adalah kesepakatan antara kreditur dan debitur
12042untuk memodifikasi syarat-syarat perjanjian utang dengan atau tanpa
12043pengurangan jumlah utang, dalam bentuk:
12044(a) Pembiayaan kembali yaitu mengganti utang lama termasuk tunggakan
12045 dengan utang baru; atau
12046(b) Penjadwalan ulang atau modifikasi persyaratan utang yaitu mengubah
12047 persyaratan dan kondisi kontrak perjanjian yang ada. Penjadwalan
12048 utang dapat berbentuk:
12049 (1) Perubahan jadwal pembayaran,
12050 (2) Penambahan masa tenggang, atau
12051 (3) Menjadwalkan kembali rencana pembayaran pokok dan bunga
12052 yang jatuh tempo dan/atau tertunggak.
12053Sekuritas utang pemerintah adalah surat berharga berupa surat pengakuan
12054utang oleh pemerintah yang dapat diperjualbelikan dan mempunyai nilai
12055jatuh tempo atau nilai pelunasan pada saat diterbitkan, misalnya Surat
12056Utang Negara (SUN).
12057Surat Perbendaharaan Negara adalah Surat Utang Negara yang berjangka
12058waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran bunga
12059secara diskonto.
12060Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan
12061utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin
UMUM
12066
12067 6. Karakterisitik utama kewajiban adalah bahwa
12068 pemerintah mempunyai kewajiban sampai saat ini yang
12069 dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber daya
12070ekonomi di masa yang akan datang.
12071 7. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas
12072atau tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks pemerintahan,
12073kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman
12074dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga
12075internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan
12076pegawai yang bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu
12077kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi, kelebihan setoran pajak dari wajib
12078pajak, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban dengan
12079pemberi jasa lainnya.
12080 8. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai
12081konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan.
KLASIFIKASI KEWAJIBAN
12082
12083 9. Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap
12084 pos kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan akan
12085diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan dan lebih dari 12 (dua belas)
12086bulan setelah tanggal pelaporan.
12087 10. Informasi tentang tanggal jatuh tempo kewajiban keuangan
12088bermanfaat untuk menilai likuiditas dan solvabilitas suatu entitas pelaporan.
12089Informasi tentang tanggal penyelesaian kewajiban seperti utang ke pihak ketiga
12090dan utang bunga juga bermanfaat untuk mengetahui kewajiban diklasifikasikan
12091sebagai kewajiban jangka pendek atau jangka panjang.
12092 11. Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
12093pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah
12094tanggal pelaporan. Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai
12095kewajiban jangka panjang.
12096 12. Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang
12097sama seperti aset lancar. Beberapa kewajiban jangka pendek, seperti utang
12098transfer pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan suatu bagian yang
12099akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya.
12100 13. Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh
12101tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Misalnya
12102bunga pinjaman, utang jangka pendek dari pihak ketiga, utang Perhitungan Fihak
12103Ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.
12104 14. Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban
12105jangka panjangnya, meskipun kewajiban tersebut jatuh tempo dan akan
12106diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan
12107jika:
12108(a) jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas)
12109 bulan; dan
12110(b) entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban
12111 tersebut atas dasar jangka panjang; dan
12112(c) maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian
12113 pendanaan kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan kembali
12114 terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan
12115 disetujui.
12116 15. Jumlah setiap kewajiban yang dikeluarkan dari kewajiban jangka
12117pendek sesuai dengan paragraf di atas, bersama-sama dengan informasi yang
12118mendukung penyajian ini, diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
12119 16. Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun
12120berikutnya mungkin diharapkan dapat didanai kembali (refinancing) atau
12121digulirkan (roll over) berdasarkan kebijakan entitas pelaporan dan diharapkan
12122tidak akan segera menyerap dana entitas. Kewajiban yang demikian
12123dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari pembiayaan jangka panjang
12124dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Namun dalam situasi di
12125mana kebijakan pendanaan kembali tidak berada pada entitas (seperti dalam
12126kasus tidak adanya persetujuan pendanaan kembali), pendanaan kembali ini
12127tidak dapat dipertimbangkan secara otomatis dan kewajiban ini diklasifikasikan
12128sebagai pos jangka pendek kecuali penyelesaian atas perjanjian pendanaan
12129kembali sebelum persetujuan laporan keuangan membuktikan bahwa substansi
12130kewajiban pada tanggal pelaporan adalah jangka panjang.
12131 17. Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu
12132(covenant) yang menyebabkan kewajiban jangka panjang menjadi kewajiban
12133jangka pendek (payable on demand) jika persyaratan tertentu yang terkait
12134dengan posisi keuangan peminjam dilanggar. Dalam keadaan demikian,
12135kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang hanya jika:
12136(a) pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan sebagai
12137 konsekuensi adanya pelanggaran, dan
12138(b) terdapat jaminan bahwa tidak akan terjadi pelanggaran berikutnya dalam
12139 waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
12140PENGAKUAN KEWAJIBAN
12182 25. Suatu transaksi tanpa pertukaran timbul ketika satu pihak
12183dalam suatu transaksi menerima nilai tanpa secara langsung memberikan
12184atau menjanjikan nilai sebagai gantinya. Hanya ada satu arah arus sumber
12185daya atau janji. Untuk transaksi tanpa pertukaran, suatu kewajiban harus
12186diakui atas jumlah terutang yang belum dibayar pada tanggal pelaporan.
12187 26. Beberapa jenis hibah dan program bantuan umum dan khusus
12188kepada entitas pelaporan lainnya merupakan transaksi tanpa pertukaran. Ketika
12189pemerintah pusat membuat program pemindahan kepemilikan atau memberikan
12190hibah atau mengalokasikan dananya ke pemerintah daerah, persyaratan
12191pembayaran ditentukan oleh peraturan dan hukum yang ada dan bukan melalui
12192transaksi dengan pertukaran.
12193 27. Kejadian yang berkaitan dengan Pemerintah adalah kejadian
12194yang tidak didasari transaksi namun berdasarkan adanya interaksi antara
12195pemerintah dan lingkungannya. Kejadian tersebut mungkin berada di luar
12196kendali pemerintah. Secara umum suatu kewajiban diakui, dalam
12197hubungannya dengan kejadian yang berkaitan dengan Pemerintah, dengan
12198basis yang sama dengan kejadian yang timbul dari transaksi dengan
12199pertukaran.
12200 28. Pada saat pemerintah secara tidak sengaja menyebabkan
12201kerusakan pada kepemilikan pribadi maka kejadian tersebut menciptakan
12202kewajiban saat timbulnya kejadian tersebut sepanjang hukum yang berlaku dan
12203kebijakan yang ada memungkinkan bahwa pemerintah akan membayar
12204kerusakan dan sepanjang jumlah pembayarannya dapat diestimasi dengan
12205andal. Contoh kejadian ini adalah kerusakan tak sengaja terhadap kepemilikan
12206pribadi yang disebabkan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pemerintah.
12207 29. Kejadian yang diakui Pemerintah adalah kejadian-kejadian
12208yang tidak didasarkan pada transaksi namun kejadian tersebut mempunyai
12209konsekuensi keuangan bagi pemerintah karena pemerintah memutuskan
12210untuk merespon kejadian tersebut. Pemerintah mempunyai tanggung jawab
12211luas untuk menyediakan kesejahteraan publik. Untuk itu, Pemerintah sering
12212diasumsikan bertanggung jawab terhadap satu kejadian yang sebelumnya
12213tidak diatur dalam peraturan formal yang ada. Konsekuensinya, biaya yang
12214timbul dari berbagai kejadian, yang disebabkan oleh entitas nonpemerintah
12215dan bencana alam, pada akhirnya menjadi tanggung jawab pemerintah.
12216Namun biaya-biaya tersebut belum dapat memenuhi definisi kewajiban
12217sampai pemerintah secara formal mengakuinya sebagai tanggung jawab
12218keuangan pemerintah atas biaya yang timbul sehubungan dengan kejadian
12219tersebut dan telah terjadinya transaksi dengan pertukaran atau tanpa
12220pertukaran.
12221 30. Dengan kata lain pemerintah seharusnya mengakui kewajiban dan
12222biaya untuk kondisi pada paragraf 29 ketika keduanya memenuhi dua kriteria
12223berikut: (1) Badan Legislatif telah menyetujui atau mengotorisasi sumber daya
12224yang akan digunakan, (2) transaksi dengan pertukaran timbul (misalnya saat
12225kontraktor melakukan perbaikan) atau jumlah transaksi tanpa pertukaran belum
12226dibayar pada tanggal pelaporan (misalnya pembayaran langsung ke korban
12227bencana).
12228 31. Contoh berikut mengilustrasikan pengakuan kewajiban dari
12229kejadian yang diakui pemerintah. Suatu kerusakan akibat bencana alam di
12230kotakota Indonesia dan DPR mengotorisasi pengeluaran untuk menanggulangi
12231bencana tersebut. Kejadian ini merupakan konsekuensi keuangan dari
12232pemerintah karena memutuskan untuk menyediakan bantuan bencana bagi
12233kotakota tersebut. Transaksi yang berhubungan dengan hal tersebut, meliputi
12234sumbangan pemerintah ke masing-masing individu dan pekerjaan kontraktor
12235yang dibayar oleh pemeritah, diakui sebagai transaksi dengan pertukaran atau
12236tanpa pertukaran. Dalam kasus transaksi dengan pertukaran, jumlah terutang
12237untuk barang dan jasa yang disediakan untuk pemerintah diakui saat barang
12238diserahkan atau pekerjaan diselesaikan. Dalam kasus transaksi tanpa
12239pertukaran, suatu kewajiban harus diakui sebesar jumlah terutang yang belum
12240dibayar pada tanggal pelaporan. Kewajiban tersebut meliputi jumlah tagihan ke
12241pemerintah untuk membayar manfaat, barang atau jasa yang telah disediakan
12242sesuai persyaratan program yang ada pada tanggal pelaporan pemerintah.
PENGUKURAN KEWAJIBAN
12243
12244 32. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam
12245mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
12246Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada
12247tanggal neraca.
12248 33. Nilai nominal atas kewajiban mencerminkan nilai kewajiban
12249pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang
12250tertera pada lembar surat utang pemerintah. Aliran ekonomi setelahnya, seperti
12251transaksi pembayaran, perubahan penilaian dikarenakan perubahan kurs valuta
12252asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan
12253dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.
12254 34. Penggunaan nilai nominal dalam menilai kewajiban mengikuti
12255karakteristik dari masing-masing pos. Paragraf berikut menguraikan penerapan
12256nilai nominal untuk masing-masing pos kewajiban pada laporan keuangan.
12297Liabilities)
12298 44. Kewajiban lancar lainnya merupakan kewajiban lancar yang tidak
12299termasuk dalam kategori yang ada. Termasuk dalam kewajiban lancar lainnya
12300tersebut adalah biaya yang masih harus dibayar pada saat laporan keuangan
12301disusun. Pengukuran untuk masing-masing item disesuaikan dengan karakteristik
12302masing-masing pos tersebut, misalnya utang pembayaran gaji kepada pegawai
12303dinilai berdasarkan jumlah gaji yang masih harus dibayarkan atas jasa yang telah
12304diserahkan oleh pegawai tersebut. Contoh lainnya adalah penerimaan
12305pembayaran di muka atas penyerahan barang atau jasa oleh pemerintah kepada
12306pihak lain.
12335hasil penjualan, dan penilaian pada saat jatuh tempo atas jumlah yang akan
12336dibayarkan ke pemegangnya dan pada periode diantaranya
12337 untuk menggambarkan secara wajar kewajiban pemerintah.
12338 50. Utang pemerintah yang dapat diperjualbelikan biasanya dalam
12339bentuk sekuritas utang pemerintah (government debt securities) yang dapat
12340memuat ketentuan mengenai nilai utang pada saat jatuh tempo.
12341 51. Jenis sekuritas utang pemerintah harus dinilai sebesar nilai
12342pari (original face value) dengan memperhitungkan diskonto atau premium
12343yang belum diamortisasi. Sekuritas utang pemerintah yang dijual sebesar
12344nilai pari (face) tanpa diskonto ataupun premium harus dinilai sebesar nilai
12345pari (face). Sekuritas yang dijual dengan harga diskonto akan bertambah
12346nilainya selama periode penjualan dan jatuh tempo; sedangkan sekuritas
12347yang dijual dengan harga premium nilainya akan berkurang.
12348 52. Sekuritas utang pemerintah yang mempunyai nilai pada saat jatuh
12349tempo atau pelunasan, misalnya Surat Utang Negara (SUN) baik dalam bentuk
12350Surat Perbendaharaan Negara maupun Obligasi Negara, harus dinilai
12351berdasarkan nilai yang harus dibayarkan pada saat jatuh tempo (face value) bila
12352dijual dengan nilai pari. Bila pada saat transaksi awal, instrumen pinjaman
12353pemerintah yang dapat diperjualbelikan tersebut dijual di atas atau di bawah pari,
12354maka penilaian selanjutnya memperhitungkan amortisasi atas diskonto atau
12355premium yang ada.
12356 53. Amortisasi atas diskonto atau premium dapat menggunakan
12357metode garis lurus.
12376 59. Apabila suatu transaksi dalam mata uang asing timbul dan
12377diselesaikan dalam periode yang sama, maka seluruh selisih kurs tersebut diakui
12378pada periode tersebut. Namun jika timbul dan diselesaikannya suatu transaksi
12379berada dalam beberapa periode akuntansi yang berbeda, maka selisih kurs
12380harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan
12381perubahan kurs untuk masing-masing periode.
12399TUNGGAKAN
12400 63. Jumlah tunggakan atas pinjaman pemerintah harus disajikan
12401dalam bentuk Daftar Umur (aging schedule) Kreditur pada Catatan atas
12402Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan kewajiban.
12403 64. Tunggakan didefinisikan sebagai jumlah tagihan yang telah jatuh
12404tempo namun pemerintah tidak mampu untuk membayar jumlah pokok dan/atau
12405bunganya sesuai jadwal. Beberapa jenis utang pemerintah mungkin mempunyai
12406saat jatuh tempo sesuai jadwal pada satu tanggal atau serial tanggal saat debitur
12407diwajibkan untuk melakukan pembayaran kepada kreditur.
12408 65. Praktik akuntansi biasanya tidak memisahkan jumlah tunggakan
12409dari jumlah utang yang terkait dalam lembar muka (face) laporan keuangan.
12410Namun informasi tunggakan pemerintah menjadi salah satu informasi yang
12411menarik perhatian pembaca laporan keuangan sebagai bahan analisis kebijakan
12412dan solvabilitas satu entitas.
12413 66. Untuk keperluan tersebut, informasi tunggakan harus diungkapkan
12414didalam Catatan atas Laporan Keuangan dalam bentuk Daftar Umur Utang.
12415RESTRUKTURISASI UTANG
12416 67. Dalam restrukturisasi utang melalui modifikasi persyaratan
12417utang, debitur harus mencatat dampak restrukturisasi secara prospektif
12418sejak saat restrukturisasi dilaksanakan dan tidak boleh mengubah nilai
12419tercatat utang pada saat restrukturisasi kecuali jika nilai tercatat tersebut
12420melebihi jumlah pembayaran kas masa depan yang ditetapkan dengan
12421persyaratan baru. Informasi restrukturisasi ini harus diungkapkan pada
12422Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari pos
12423kewajiban yang terkait.
12424 68. Jumlah bunga harus dihitung dengan menggunakan tingkat bunga
12425efektif konstan dikalikan dengan nilai tercatat utang pada awal setiap periode
12426antara saat restrukturisasi sampai dengan saat jatuh tempo. Tingkat bunga efektif
12427yang baru adalah sebesar tingkat diskonto yang dapat menyamakan nilai tunai
12428jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan
12429baru (tidak temasuk utang kontinjen) dengan nilai tercatat. Berdasarkan tingkat
12430bunga efektif yang baru akan dapat menghasilkan jadwal pembayaran yang baru
12431dimulai dari saat restrukturisasi sampai dengan jatuh tempo.
12432 69. Informasi mengenai tingkat bunga efektif yang lama dan yang baru
12433harus disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan .
12434 70. Jika jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana
12435ditetapkan dalam persyaratan baru utang termasuk pembayaran untuk
12436bunga maupun untuk pokok utang lebih rendah dari nilai tercatat, maka
12437debitur harus mengurangi nilai tercatat utang ke jumlah yang sama dengan
12438jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana yang ditentukan dalam
12439persyaratan baru. Hal tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas
12440Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari pos kewajiban yang
12441berkaitan.
12442 71. Suatu entitas tidak boleh mengubah nilai tercatat utang
12443sebagai akibat dari restrukturisasi utang yang menyangkut pembayaran
12444kas masa depan yang tidak dapat ditentukan, selama pembayaran kas
12445masa depan maksimum tidak melebihi nilai tercatat utang.
12446 72. Jumlah bunga atau pokok utang menurut persyaratan baru dapat
12447merupakan kontinjen, tergantung peristiwa atau keadaan tertentu. Sebagai
12448contoh, debitur mungkin dituntut untuk membayar jumlah tertentu jika kondisi
12449keuangannya membaik sampai tingkat tertentu dalam periode tertentu. Untuk
12450menentukan jumlah tersebut maka harus mengikuti prinsip-prinsip yang diatur
12451pada akuntansi kontinjensi yang tidak diatur dalam pernyataan ini. Prinsip yang
12452sama berlaku untuk pembayaran kas masa depan yang seringkali harus
12453diestimasi.
12454Penghapusan Utang
12546TANGGAL EFEKTIF
12547 86. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini dapat
12548diberlakukan untuk laporan keuangan atas
12549pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran sampai dengan tahun
12550anggaran 2014.
12551
1671
12552
12553 LAMPIRAN II.11
12554 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
12555 NOMOR 71 TAHUN 2010
12556 TANGGAL 22 OKTOBER 2010
12557
12558
12559
12563
12564
12565
1672
1673
1674 PRESIDEN
1675 REPUBLIK INDONESIA
12576
12577 Paragraf
12578PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------- 1-3
12579 TUJUAN ----------------------------------------------------------------------------- 1
12580 RUANG LINGKUP --------------------------------------------------------------- 2–3
12581DEFINISI --------------------------------------------------------------------------------- 4
12582KOREKSI KESALAHAN -------------------------------------------------------------- 5–23
12583PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI ---------------------------------------- 24–29
12584PERISTIWA LUAR BIASA ----------------------------------------------------------- 30–36
12585TANGGAL EFEKTIF ------------------------------------------------------------------- 37
1676
1677
1678 PRESIDEN
1679 REPUBLIK INDONESIA
1680
12591 Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah
12592 paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf
12593 penjelasan yang ditulis dengan huruf biasa dan Kerangka Konseptual
12594 Akuntansi Pemerintahan.
12595 PENDAHULUAN
12596 Tujuan
12597 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi
12598 atas koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, dan peristiwa luar biasa.
12608 DEFINISI
12609 4. Berikut Istilah-istilah yang digunakan dalam Pernyataan
12610 Standar dengan pengertian:
12611 Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensikonvensi,
12612 aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas
12613 pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
12614 Kesalahan adalah penyajian pos-pos yang secara signifikan tidak sesuai
12615 dengan yang seharusnya yang mempengaruhi laporan keuangan periode
12616 berjalan atau periode sebelumnya.
1685
12617 Koreksi adalah tindakan pembetulan akuntansi agar pos-pos yang tersaji
12618 dalam laporan keuangan entitas menjadi sesuai dengan yang seharusnya.
12619 Peristiwa Luar Biasa adalah kejadian atau transaksi yang secara jelas
12620 berbeda dari aktivitas normal entitas dan karenanya tidak diharapkan
12621 terjadi dan berada diluar kendali atau pengaruh entitas sehingga memiliki
12622 dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran atau posisi
12623 aset/kewajiban.
1690
12653 12. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada
12654 periode-periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas, apabila laporan
12655 keuangan periode tersebut belum diterbitkan, dilakukan dengan
12656 pembetulan pada akun pendapatan atau akun belanja dari periode yang
12657 bersangkutan.
12658 13. Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja (sehingga
12659 mengakibatkan penerimaan kembali belanja) yang tidak berulang yang
12660 terjadi pada periode-periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas,
12661 serta mempengaruhi secara material posisi aset selain kas, apabila laporan
12662 keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan
12663 dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-lain, akun aset, serta
12664 akun ekuitas dana yang terkait.
12665 14. Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja (sehingga
12666 mengakibatkan penerimaan kembali belanja) yang tidak berulang yang
12667 terjadi pada periode-periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas
12668 dan tidak mempengaruhi secara material posisi aset selain kas, apabila
12669 laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
12670 pembetulan pada akun pendapatan lain-lain.
12671 15. Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan yang
12672 tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
12673 mempengaruhi posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut
12674 sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun ekuitas dana
12675 lancar.
12676 16. Laporan keuangan dianggap sudah diterbitkan apabila sudah
12677 ditetapkan dengan undang-undang atau peraturan daerah.
12678 17. Koreksi kesalahan sebagaimana dimaksud pada paragraf 13,
12679 14, dan 15 tidak dengan sendirinya berpengaruh terhadap pagu anggaran atau
12680 belanja entitas yang bersangkutan dalam periode dilakukannya koreksi
12681 kesalahan. Akun koreksi pendapatan periode lalu dan akun koreksi belanja
12682 periode lalu disajikan secara terpisah dalam Laporan Realisasi Anggaran. Akibat
12683 koreksi kesalahan tersebut selanjutnya diungkapkan pada Catatan atas Laporan
12684 Keuangan.
12685 18. Koreksi kesalahan belanja sebagaimana dijelaskan pada
12686 paragraf 13 dan 14 dapat dibagi dua yaitu yang menambah saldo kas dan yang
12687 mengurangi saldo kas. Contoh koreksi kesalahan belanja yang menambah saldo
12688 kas yaitu pengembalian belanja pegawai karena salah penghitungan jumlah gaji,
12689 dikoreksi menambah saldo kas dan pendapatan lain-lain. Contoh koreksi
12690 kesalahan belanja yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat transaksi belanja
12691 pegawai tahun lalu yang belum dilaporkan, dikoreksi mengurangi akun ekuitas
12692 dana lancar dan mengurangi saldo kas. Terhadap koreksi kesalahan yang
1695
12693 berkaitan dengan belanja yang menghasilkan aset, disamping mengoreksi saldo
12694 kas dan pendapatan lain-lain juga perlu dilakukan koreksi terhadap aset yang
12695 bersangkutan dan pos ekuitas dana diinvestasikan. Sebagai contoh, belanja aset
12696 tetap yang di-mark-up dan setelah dilakukan pemeriksaan, kelebihan belanja
12697 tersebut harus dikembalikan, maka koreksi yang harus dilakukan adalah dengan
12698 menambah kas dan pendapatan lain-lain, serta mengurangi pos aset tetap dan
12699 pos ekuitas dana diinvestasikan.
12700 19. Koreksi kesalahan pendapatan sebagaimana dijelaskan pada
12701 paragraf 15 dapat dibagi dua yaitu yang menambah saldo kas dan yang
12702 mengurangi saldo kas. Contoh koreksi kesalahan pendapatan yang menambah
12703 saldo kas yaitu terdapat transaksi penyetoran bagian laba perusahaan negara
12704 yang belum dilaporkan. Dalam hal demikian, koreksi yang perlu dilakukan adalah
12705 menambah saldo kas dan ekuitas dana lancar. Contoh koreksi kesalahan
12706 pendapatan yang mengurangi saldo kas yaitu kesalahan pengembalian
12707 pendapatan dana alokasi umum karena kelebihan transfer. Dalam hal demikian,
12708 koreksi yang perlu dilakukan adalah mengurangi saldo kas dan ekuitas dana
12709 lancar.
12710 20. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada
12711 periode-periode sebelumnya dan tidak mempengaruhi posisi kas, baik
12712 sebelum maupun setelah laporan keuangan periode tersebut diterbitkan,
12713 dilakukan dengan pembetulan pos-pos neraca terkait pada periode
12714 ditemukannya kesalahan.
12715 21. Contoh kesalahan yang tidak mempengaruhi posisi kas
12716 sebagaimana disebutkan pada paragraf 20 adalah belanja untuk membeli perabot
12717 kantor (aset tetap) dilaporkan sebagai belanja perjalanan dinas. Dalam hal
12718 demikian, koreksi yang perlu dilakukan adalah mendebet pos aset tetap dan
12719 mengkredit pos ekuitas dana investasi pada aset tetap.
12720 22. Kesalahan berulang dan sistemik seperti yang dimaksud
12721 pada paragraf 9 tidak memerlukan koreksi, melainkan dicatat pada saat
12722 terjadi.
12723 23. Akibat kumulatif dari koreksi kesalahan yang
12724 berhubungan dengan periode-periode yang lalu terhadap posisi kas
12725 dilaporkan dalam baris tersendiri pada Laporan Arus Kas tahun berjalan.
12726
1700
12730 keuangan, kinerja, dan arus kas. Oleh karena itu, kebijakan akuntansi yang
12731 digunakan harus diterapkan secara konsisten pada setiap periode.
12732 25. Perubahan di dalam perlakuan, pengakuan, atau pengukuran
12733 akuntansi sebagai akibat dari perubahan atas basis akuntansi, kriteria
12734 kapitalisasi, metode, dan estimasi, merupakan contoh perubahan kebijakan
12735 akuntansi.
12736 26. Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan
12737 hanya apabila penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda
12738 diwajibkan oleh peraturan perundangan atau standar akuntansi
12739 pemerintahan yang berlaku, atau apabila diperkirakan bahwa perubahan
12740 tersebut akan menghasilkan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
12741 keuangan, atau arus kas yang lebih relevan dan lebih andal dalam
12742 penyajian laporan keuangan entitas.
12743 27. Perubahan kebijakan akuntansi tidak mencakup hal-hal
12744 sebagai
12745 berikut:
12746 (a) adopsi suatu kebijakan akuntansi pada peristiwa atau kejadian yang secara
12747 substansi berbeda dari peristiwa atau kejadian sebelumnya; dan
12748 (b) adopsi suatu kebijakan akuntansi baru untuk kejadian atau transaksi yang
12749 sebelumnya tidak ada atau yang tidak material.
12750 28. Timbulnya suatu kebijakan untuk merevaluasi aset
12751 merupakan suatu perubahan kebijakan akuntansi. Namun demikian,
12752 perubahan tersebut harus sesuai dengan standar akuntansi terkait yang
12753 telah menerapkan persyaratan-persyaratan sehubungan dengan revaluasi.
12754 29. Perubahan kebijakan akuntansi dan pengaruhnya
12755 harus
12756 diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
1705
12767 tingkatan pemerintah tertentu, tetapi peristiwa yang sama tidak tergolong luar
12768 biasa untuk entitas atau tingkatan pemerintah yang lain.
12769 32. Dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran karena
12770 peristiwa luar biasa terpenuhi apabila kejadian dimaksud secara tunggal
12771 menyebabkan penyerapan sebagian besar anggaran belanja tak tersangka atau
12772 dana darurat sehingga memerlukan perubahan/pergeseran anggaran secara
12773 mendasar.
12774 33. Anggaran belanja tak tersangka atau anggaran belanja lain-
12775 lain yang ditujukan untuk keperluan darurat biasanya ditetapkan besarnya
12776 berdasarkan perkiraan dengan memanfaatkan informasi kejadian yang bersifat
12777 darurat pada tahun-tahun lalu. Apabila selama tahun anggaran berjalan terjadi
12778 peristiwa darurat, bencana, dan sebagainya yang menyebabkan penyerapan
12779 dana dari mata anggaran ini, peristiwa tersebut tidak dengan sendirinya termasuk
12780 peristiwa luar biasa, terutama bila peristiwa tersebut tidak sampai menyerap porsi
12781 yang signifikan dari anggaran yang tersedia. Tetapi apabila peristiwa tersebut
12782 secara tunggal harus menyerap 50% (lima puluh persen) atau lebih anggaran
12783 tahunan, maka peristiwa tersebut layak digolongkan sebagai peristiwa luar biasa.
12784 Sebagai petunjuk, akibat penyerapan dana yang besar itu, entitas memerlukan
12785 perubahan atau penggeseran anggaran guna membiayai peristiwa luar biasa
12786 dimaksud atau peristiwa lain yang seharusnya dibiayai dengan mata anggaran
12787 belanja tak tersangka atau anggaran lain-lain untuk kebutuhan darurat.
12788 34. Dampak yang signifikan terhadap posisi aset/kewajiban
12789 karena peristiwa luar biasa terpenuhi apabila kejadian atau transaksi dimaksud
12790 menyebabkan perubahan yang mendasar dalam keberadaan atau nilai
12791 aset/kewajiban entitas.
12792 35. Peristiwa luar biasa harus memenuhi seluruh persyaratan
12793 berikut:
12794 (a) Tidak merupakan kegiatan normal dari entitas;
12795 (b) Tidak diharapkan terjadi dan tidak diharapkan terjadi berulang;
12796 (c) Berada di luar kendali atau pengaruh entitas;
12797 (d) Memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran atau
12798 posisi aset/kewajiban.
12799 36. Hakikat, jumlah dan pengaruh yang diakibatkan oleh peristiwa
12800 luar biasa harus diungkapkan secara terpisah dalam Catatan atas Laporan
12801 Keuangan.
1710
12808
12809 LAMPIRAN II.12
12810 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
12811 NOMOR 71 TAHUN 2010
12812 TANGGAL 22 OKTOBER 2010
12813
12814
12818
12819
12820
12821
12831
1715
1716
1717 PRESIDEN
1718 REPUBLIK INDONESIA
12832 Paragraf
12844
12845
12846
12847
1719
1720
1721 PRESIDEN
1722 REPUBLIK INDONESIA
12856 PENDAHULUAN
12857 Tujuan
12858 1. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur
12859 penyusunan laporan keuangan konsolidasian pada unit-unit pemerintahan
12860 dalam rangka menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum (general
12861 purpose financial statements) demi meningkatkan kualitas dan
12862 kelengkapan laporan keuangan dimaksud. Dalam standar ini, yang
12863 dimaksud dengan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan
12864 keuangan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna
12865 laporan termasuk lembaga legislatif sebagaimana ditetapkan dalam
12866 ketentuan peraturan perundang-undangan.
12879 (d) Laporan statistik gabungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
12880 DEFINISI
12881 5. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam
12882 Pernyataan Standar dengan pengertian:
12883 Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan
12884 pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelyanan kepada
12885 masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual
12886 tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
12887 kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
12888 Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna
12889 anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib
12890 menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan
12891 untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
12892 Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau
12893 lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan
12894 perundangundangan wajib menyampaikan laporan
12895 pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
12896 Konsolidasi adalah proses penggabungan antara akun-akun yang
12897 diselenggarakan oleh suatu entitas pelaporan dengan entitas
12898 pelaporan lainnya, dengan mengeliminasi akun-akun timbal balik
12899 agar dapat disajikan sebagai satu entitas pelaporan konsolidasian.
12900 Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu laporan keuangan
12901 yang merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas
12902 pelaporan sehingga tersaji sebagai satu entitas tunggal.
12944 intern dan berjenjang kepada unit yang lebih tinggi dalam rangka
12945 penggabungan laporan keuangan oleh entitas pelaporan.
12946 14. Perusahaan negara/daerah pada dasarnya adalah
12947 suatu entitas akuntansi, namun akuntansi dan penyajian laporannya
12948 tidak menggunakan standar akuntansi pemerintahan.
12949 15. Dengan penetapan menurut peraturan perundang-
12950 undangan yang berlaku suatu entitas akuntansi tertentu yang
12951 dianggap mempunyai pengaruh signifikan dalam pencapaian
12952 program pemerintah dapat ditetapkan sebagai entitas pelaporan.
12996 ttd.
13005
13006 SETIO SAPTO NUGROHO
13007 PRESIDEN
13008 REPUBLIK INDONESIA
13009
13010
13011
13012
13013
13014
13015
13016
13017
1745
1746
1747 PRESIDEN
1748 REPUBLIK INDONESIA
1749
13022
13023
13024 LAMPIRAN III PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
13026
13027PROSES PENYUSUNAN
13028STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL
13029
13030Dalam rangka peningkatan kualitas informasi pelaporan keuangan pemerintah dan
13031untuk menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik, serta memfasilitasi
13032manajemen keuangan/aset yang lebih transparan dan akuntabel, maka perlu
13033penerapan akuntansi berbasis akrual yang merupakan best practice di dunia
13034internasional.
13035Pengantar ini menguraikan lebih lanjut tentang latar belakang, kedudukan dan peran
13036serta tugas Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP), berikut penjelasan
13037lingkup proses penyusunan SAP berbasis akrual (untuk selanjutnya disebut SAP
13038Berbasis Akrual) dan pentingnya isi pokok, perbedaan mendasar antara SAP
13039Berbasis Akrual dengan SAP berbasis kas menuju akrual sesuai dengan Peraturan
13040Pemerintah No 24 Tahun 2005 (untuk selanjutnya disebut SAP Berbasis Kas Menuju
13041Akrual), dan implementasi SAP Berbasis Akrual. Isi dari pengantar ini dapat
13042digunakan sebagai referensi untuk memahami dan menerapkan SAP Berbasis
13043Akrual.
13044
13045LATAR BELAKANG
130461 . Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
13047 Negara menyatakan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban
13048 pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar
13049 Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
130502. Pasal 36 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
13051 menegaskan ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan
13052
13084 Kerja).
13085
13086TUGAS KSAP
130879. Komite Konsultatif bertugas memberi konsultasi dan/atau pendapat dalam
13088 rangka perumusan konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar
13089 Akuntansi Pemerintahan.
1309010. Komite Kerja bertugas mempersiapkan, merumuskan dan menyusun konsep
13091 Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
13092 KSAP menyampaikan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang SAP kepada
13093 Menteri Keuangan untuk ditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah.
1309411. Selain menyusun SAP, KSAP bertugas mempersiapkan, mengkaji, melakukan
13095 riset terbatas dan menerbitkan berbagai publikasi yang berhubungan dengan
13096 standar, antara lain Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
13097 (IPSAP) dan Buletin Teknis. IPSAP dan Buletin Teknis merupakan pedoman
13098 dan informasi yang diterbitkan oleh KSAP untuk memudahkan pemahaman
13099 dan penerapan SAP, serta untuk mengatasi masalah-masalah akuntansi dan
13100 pelaporan keuangan.
13101
13102PROSES BAKU PENYUSUNAN (Due Process) SAP BERBASIS AKRUAL
1310312. Proses penyiapan SAP Berbasis Akrual dilakukan melalui prosedur yang
13104 meliputi tahap-tahap kegiatan (due process) yang dilakukan dalam
13105 penyusunan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) oleh KSAP.
13106 Due process meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
13107 a. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar
13108 Tahap ini merupakan proses pengidentifikasian topik-topik akuntansi dan
13109 pelaporan keuangan yang memerlukan pengaturan dalam bentuk
13110 pernyataan standar akuntansi pemerintahan.
13111
13112 b. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP
13113 KSAP dapat membentuk pokja yang bertugas membahas topik-topik yang
13114 telah disetujui. Keanggotaan Pokja ini berasal dari berbagai instansi yang
13115 kompeten di bidangnya.
1760 LAMPIRAN III PROSES PENYUSUNAN - 3
1761
1762 PRESIDEN
1763 REPUBLIK INDONESIA
1764
13171
13172 d. International Monetary Fund;
13173 e. Ikatan Akuntan Indonesia;
13174 f. Financial Accounting Standards Board – USA;
13175 g. Governmental Accounting Standards Board – USA;
13176 h. Federal Accounting Standards Advisory Board – USA;
13177 i. Organisasi profesi lainnya di berbagai negara yang membidangi
13178 pelaporan keuangan, akuntansi, dan audit pemerintahan.