Anda di halaman 1dari 17

MENGUAK DIMENSI KECURANGAN PAJAK

Yenni Mangoting1)
Eko Ganis Sukoharsono2)
Nurkholis2)

Universitas Kristen Petra, Jl. Siwalanketo, No. 121-131, Surabaya 60236


1)

Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 165, Malang 65145


2)

Surel: yenni@petra.ac.id

http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2017.08.7054

Abstrak: Menguak Dimensi Kecurangan Pajak. Penelitian ini menguak


pemahaman wajib pajak pribadi serta konsultan mengenai fenomena
kecurangan pajak. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawan­
cara kepada informan, yang meliputi tiga wajib pajak dan dua konsul-
tan. Analisis data dilakukan dengan interpretasi pemahaman subjektif
informan yang kemudian diikuti dengan refleksivitas peneliti. Penelitian
ini mengindikasikan bahwa bagi wajib pajak, kecurangan pajak dimak-
nai sebagai keterpaksaan, kesengajaan, ketidakrelaan, dan keagresifan
petugas. Fenomena ini didukung oleh pemahaman konsultan bahwa
kecurangan pajak adalah kebutuhan wajib pajak yang perlu didukung.

Jurnal Akuntansi Multiparadigma Abstract: Reveals the Dimensions of Tax Fraud. This study reveals
JAMAL the notion of personal taxpayers and consultants about of tax fraud. Data
Volume 8
Nomor 2
collection methods were conducted by interviewing informants; there are
Halaman 227-429 three taxpayers and two consultants. The data analysis is done by inter-
Malang, Agustus 2017 pretation of informants understanding which is then followed by the re-
ISSN 2086-7603
e-ISSN 2089-5879
searchers’ reflectivity. This study indicates that taxpayers think that tax
fraud is interpreted as compulsive, deliberate action, unwillingness, and
Tanggal Masuk aggressive officers. This phenomenon is supported by the consultant’s un-
12 Juli 2016 derstanding that tax fraud is a need for taxpayers who must be supported.
Tanggal Revisi
05 Juni 2017 Kata kunci: kecurangan pajak, wajib pajak, konsultan pajak
Tanggal Disetujui
31 Agustus 2017

Wajib pajak seringkali menjadi sasar­ dilan untuk membantu lembaga peradilan
an kesalahan manakala tingkat kepatuhan mengelola hukum dan keadilan (Townsend,
wajib pajak rendah sehingga mengganggu 2013). Sedangkan pemerintah China lebih
realisasi penerimaan pajak. Padahal dalam memilih memberlakukan hukuman pidana
sistem perpajakan, wajib pajak bukanlah bagi pengemplang pajak yang diterapkan
aktor tunggal melainkan keberadaan wajib secara proposional sesuai dengan kerugian
pajak didampingi oleh petugas pajak dan yang ditimbulkan karena penggelapan pa-
konsultan pajak. Tidak heran jika peme­ jak tersebut (Hashimzade, Huang, & Myles,
rintah di banyak negara mengantisipasi ke- 2010).
curangan pajak, karena tindakan tersebut Kecurangan pajak merepresentasikan
berdampak negatif dan mereduksi peneri- perilaku resistensi wajib pajak terhadap ke-
maan negara (Cule & Fulton, 2009; Torgler, wajiban perpajakan mereka yang seharus-
2008). Otoritas yang berwenang memungut nya dilaksanakan berdasarkan ketentuan
pajak berupaya sedemikian rupa membe­ undang-undang perpajakan. Berbagai pene-
rantas para pengemplang pajak melalui se- litian berusaha membuka tabir mengenai
rangkaian metode. Amerika mengaktifkan motivasi yang melandasi perilaku kecurang­
peran para whistleblower yaitu warga ne­ an wajib pajak, termasuk motivasi melaku-
gara yang melaporkan tindakan kecurangan kan kecurangan pajak berdasarkan perspek­
pajak yang diketahui kepada lembaga pera- tif ekonomi dalam model klasik Allingham

274
Mangoting, Sukoharsono, Nurkholis, Menguak Dimensi Kecurangan Pajak 275

& Sandmo (1972). Model klasik tersebut eksternal yang memandu manusia tersebut
menjelaskan alasan wajib pajak melakukan memberikan penilaian dan penyikapan sub-
kecurangan adalah untuk memaksimalkan jektifnya terhadap adanya objek, fenomena,
utilitasnya (expected utility). Penelitian lain- atau peristiwa yang dialaminya. Latar be-
nya dilakukan Levaggi & Menoncin (2013) lakang inilah yang membawa tiap manu-
dan Rablen (2010). Penelitian-penelitian sia memiliki pemaknaan berbeda terhadap
tersebut menjelaskan bahwa motivasi yang suatu realitas yang mereka hadapi termasuk
melandasi wajib pajak berperilaku curang dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.
disebabkan oleh tingginya tarif pajak, keti- Melalui keragaman makna tersebut peneli-
dakadilan dalam pertukaran, dan sistem tian ini menggunakan metode fenomenologi
perpajakan yang kompleks. yang fokus pada pengalaman wajib pajak
Kecurangan pajak adalah suatu re- bukan intepretasi atas pengalaman wajib
alitas yang sebenarnya dikonstruksi oleh pajak.
orang-orang yang berada dalam sistem per- Berdasarkan pemikiran di atas, ma-
pajakan termasuk unsur-unsur sistem per- salah yang dikemukakan dalam penelitian
pajakan itu sendiri. Mansury (1994) menye- ini adalah bagaimana makna wajib pajak
butkan tiga unsur sistem perpajakan, yaitu terhadap fenomena kecurangan pajak. Pene-
kebijakan perpajakan, ketentuan undang- litian ini diharapkan memberikan kontri-
undang perpajakan, dan aspek administrasi busi kepada Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
perpajakan. Selain keterlibatan unsur-unsur dalam rangka menciptakan ketentuan un-
tersebut, peran konsultan pajak menempati dang-undang perpajakan dengan memper-
posisi penting dalam perilaku kepatuhan timbangkan persepsi atau pemaknaan wajib
wajib pajak (Devos, 2012). Carley & Max- pajak mengenai kecurangan pajak. Selama
well (2006) menjelaskan bahwa wajib pajak ini upaya menegakkan kepatuhan wajib pa-
akan menggunakan jasa konsultan pajak jak lebih mengandalkan implementasi sanksi
untuk membantu mereka menginterpretasi dan efektifitas pemeriksaan pajak. Padahal,
ketentuan undang-undang perpajakan yang dua deterrence efect tersebut lambat laun
dianggap rumit dan sulit untuk ditafsir- tidak lagi ditakuti oleh wajib pajak (Winer-
kan. Atau penelitian Frecknall-Hughes & ungan, 2013) . Tidak berpengaruhnya sanksi
Kirchler (2015) yang memetakan salah satu perpajakan dalam meningkatkan kepatuh­
jasa yang diberikan konsultan pajak adalah an dalam penelitian tersebut disebabkan
perencanaan pajak yang cenderung menga- minimnya kesadaran wajib pajak terhadap
rah kepada tindakan meminimalkan beban pentingnya pembayaran pajak.
pajak secara agresif. Penelitian-penelitian Feld & Frey (2007) dan Ritsatos (2014)
di atas merangkum mengenai perilaku kon- menjelaskan bahwa deterrence efect adalah
sultan pajak yang memainkan peranan sa­ pendekatan kepatuhan tradisional yang
ngat penting bagi perilaku kepatuhan wajib sudah mulai ditinggalkan karena wajib pa-
pajak. Hal tersebut tidak dapat dihindari jak lebih memfokuskan pada pendekatan
karena konsultan pajak mempunyai kompe- kontrak psikologis yang menganalogikan
tensi dalam menyelesaikan kewajiban pajak hubungan antara wajib pajak dan peme­
wajib pajak sekaligus memahami intensi, rintah sebagai sebuah kontrak pertukaran
motivasi, dan keinginan wajib pajak ketika antara pembayaran pajak dan ketersediaan
meminta jasa mereka untuk menyelesaikan sarana dan prasarana sebagai fasilitas pu­
tanggung jawab sebagai wajib pajak. blik. Oleh karena itu, perlu terobosan baru
Setiap wajib pajak akan membentuk dalam penelitian-penelitian perpajakan me-
makna yang berbeda mengenai pajak yang lalui pendekatan kualitatif yang mengandal-
akan melatarbelakangi mereka dalam bertin- kan penggalian data secara mendalam dari
dak. Perilaku manusia adalah bentuk reaksi informan dalam rangka menguak realitas di
atau respon terhadap suatu objek. Reaksi balik fenomena kecurangan pajak.
manusia tersebut dapat bersifat sederhana
atau kompleks yang dipengaruhi oleh ber­ METODE
bagai intervensi seperti motif, nilai-nilai, si- Wajib pajak memahami kewajiban
fat kepribadian, interaksi antarsesama, dan pajak dalam beragam makna. Kewajiban
interaksi dengan lingkungan tempat manu- membayar pajak dapat dianggap sebagai
sia berada (Azwar, 1995). Pandangan di atas sumbangan sukarela, beban, bahkan par-
secara eksplisit menjelaskan bahwa manu- tisipasi warga negara sebagai wujud bakti
sia mempunyai faktor-faktor internal dan kepada negaranya. Beragamnya pemaknaan
276 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 2, Agustus 2017, Hlm. 274-290

tersebut tidak dapat dihindari karena meli- pakan wajib pajak orang pribadi pengusaha
batkan subjektifitas wajib pajak yang di- yang menggunakan laporan keuangan dalam
pengaruhi oleh pengalaman, latar belakang menghitung pajak terhutang. Wajib pajak ini
budaya, pendidikan, dan lingkungan akan menjalankan usaha dalam bidang perdaga­
memengaruhi persepsi, preferensi, dan ngan. Sementara itu, informan konsultan
perilaku wajib pajak (Eryanto, 2012). Dalam pajak adalah profesional yang berpengala-
fenomenologi perbedaan-perbedaan persepsi man dalam memenuhi kewajiban pajak baik
antarwajib pajak merupakan hal yang pen­ wajib pajak orang pribadi maupun wajib pa-
ting dan menarik untuk dieksplorasi untuk jak badan.
menghasilkan pernyataan-pernyataan pen­
ting yang akan menjadi cikal bakal pemben- HASIL DAN PEMBAHASAN
tukan sebuah tema (Raco, 2010). Pada bagian ini peneliti melakukan
Makna adalah hakikat yang berada di epoche dengan memberikan bracketing-
balik sebuah fenomena. Untuk mendapatkan bracketing (kata-kata yang dikurung) dalam
makna tersebut fenomenologi menggunakan setiap hasil wawancara pengalaman dengan
lima unsur, yaitu (1) noema, (2) noesis, (3) informan untuk mengetahui intensional ke-
epoche, (4) intentional analysis, dan (5) eiditic curangan pajak. Epoche merupakan upaya
reduction. Analisis data dalam fenomenologi awal untuk merelasikan noema dan noesis
dimulai dengan mengidentifikasi noema dan dalam rangka peneliti melakukan intension-
noesis. Pencarian noema dan noesis ber- al analysis.
guna untuk mendapatkan suatu gambaran Self Assessment adalah pemungut­
mengenai persepsi setiap informan dalam an pajak yang memberikan kewenangan
penelitian ini. Noema adalah gambaran ob- sepenuhnya kepada wajib pajak untuk
jektif informan penelitian yang dinyatakan melaksanakan kewajiban pajaknya sendiri.
dalam kata dan kalimat, misalnya keten- Namun, sebagai sistem pemungutan pajak
tuan undang-undang perpajakan, sistem yang terbaik, implementasi Self Assessment
pemu­ ngutan pajak, konsultan pajak, dan masih perlu mendapatkan evaluasi yang
petugas pajak. Sementara itu, noesis adalah menyeluruh agar mendukung peningkatan
makna yang lebih dalam dan menjadi kes- kepatuhan wajib pajak. Informan wajib pa-
adaran murni yang muncul akibat pengala- jak Joko dan Leni menjelaskan bahwa Self
man. Epo­che dalam penelitian fenomenologi Assessement dapat menggiring wajib pajak
adalah aktivitas menggali kesadaran wajib kepada tindakan-tindakan yang melang-
pajak dengan “mengurung” bagian-bagian gar ketentuan undang-undang perpajakan
yang akan menjadi objek analisis lanjutan karena minimnya pengetahuan wajib pajak.
(Kamayanti, 2016). Konsekuensi dari implementasi Self Assess-
Penelitian ini akan memunculkan ment adalah wajib pajak harus mengetahui
bracketing-bracketing (kata-kata yang diku- tata cara penghitungan pajak dan peraturan
rung) dalam setiap wawancara. Tahap anali- berkaitan dengan kewajiban membayar dan
sis selanjutnya adalah intentional analysis melaporkan pajak. Akan tetapi, kenyataan-
dengan melakukan elaborasi antara noema nya Joko mengungkapkan minimnya du-
dan noesis untuk mengidentifikasi aktivitas- kungan sosialisasi dan edukasi mengenai
aktivitas kesadaran wajib pajak yang menga- ketentuan undang-undang perpajakan se­
rah pada tindakan kecurangan pajak karena perti dalam penuturan berikut ini.
intensionalitas adalah sebuah kesadaran “…yang dirasakan (kurang) adalah
yang terarah. Tahap analisis data yang tera- (pencerahan mengenai peraturan
khir dalam penelitian fenomenlogi adalah pajak), jangan membuat kesan
eiditic reduction. Pada tahap ini peneliti akan bahwa fiskus menjebak wajib pa-
mencari esensi fakta di balik fenomena ke- jak atau menakuti-nakuti wajib
curangan pajak untuk mendapatkan suatu pajak…”
makna mengenai kecurangan pajak dalam
Bukan hanya Joko yang menyatakan
perspektif wajib pajak. Tahap terakhir ini
minimnya proses sosialisasi dan edukasi
dilakukan dengan melibatkan intuisi dan re-
ketentuan undang-undang perpajakan
fleksi dari peneliti.
untuk mereka. Informan wajib pajak Leni
Informan dalam penelitian ini adalah
menyatakan bahwa petugas pajak belum
tiga orang wajib pajak dan dua orang kon-
maksimal dalam melengkapi wajib pajak
sultan pajak. Informan wajib pajak meru-
dengan wawasan dan pengetahuan tentang
Mangoting, Sukoharsono, Nurkholis, Menguak Dimensi Kecurangan Pajak 277

ketentuan undang-undang perpajakan. “…mekanisme di perpajakan ter­


Dalam pernyataannya Leni menjelaskan: lalu (ribet). Maunya sederhana.
Misalnya setelah saya bayar, ja­
“…fiskus yang (betul-betul) mau
ngan lagi buat SPT tahunan. Pa-
mengedukasi wajib pajak tersebut
dahal sebenarnya SPT ta­ hun­an
(teramat-amat sangat kurang)…”.
untuk representasi dari pelaksa-
Bagi kedua informan wajib pajak di atas naan sistem Self Assessment. Ha-
yang statusnya sebagai pengusaha, mereka rusnya ini dijelaskan…”
menyadari bahwa ketentuan undang-undang
perpajakan kompleks dan terkadang sulit
untuk dipahami. Pada sisi yang lain mereka Hasil wawancara di atas meng­
juga menyayangkan kinerja sosialisasi DJP ungkapkan bahwa ketentuan undang-
yang belum maksimal dalam meng­antisipasi undang perpajakan yang kompleks akan
minimnya pengetahuan wajib pajak menge- memengaruhi perilaku kepatuhan wajib pa-
nai ketentuan undang-undang perpajakan. jak. Prinsip utama dalam menjalankan Self
Pengetahuan perpajakan bagi wajib pajak Assessment adalah integritas wajib pajak,
bukan saja sekadar perlengkapan utama tetapi prinsip tersebut akan sulit dijalankan
dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, manakala wajib pajak belum mampu mema-
tetapi lebih dari itu. Pengetahuan perpa- hami ketentuan undang-undang per­pajakan
jakan merupakan leverage yang memam- yang kompleks. Kompleksitas ketentuan
pukan wajib pajak memahami kesempatan perpajakan menimbulkan mul­ tiinterpretasi
mendapatkan insentif fasilitas pajak dengan sehingga ada kekhawatiran membayar pajak
melakukan analisis efisiensi dan efektivitas dapat terlampau besar atau kecil.
pajak atas keputusan bisnis. Dono selanjutnya menceritakan ken­
Wajib pajak memahami meskipun dala wajib pajak dalam melaksanakan
mereka wajib melaksanakan kewajiban pa- kewajiban pajak, termasuk keluhan wajib
jaknya sendiri, tidak berarti DJP lepas ta­ pajak yang menganggap ketentuan undang-
ngan dengan membiarkan ketidakpahaman undang perpajakan belum ramah terhadap
wajib pajak mengenai ketentuan undang- bisnis wajib pajak. Hal ini tercantum dalam
undang perpajakan. Bagi wajib pajak DJP penjelasan berikut ini:
tetap mengambil tanggung jawab yang besar
untuk memberikan pengawasan dan pembi- “…(Celakanya) di PPN yang
naan kepada wajib pajak yang salah satunya dibayar akhir bulan bersamaan
diimplementasikan melalui program sosial- dengan pembayaran gaji. Omzet
isasi dan edukasi pajak mengenai ketentuan (sengaja di kibulin) kemudian
undang-undang perpajakan. masuk dengan pembetulan Ada
Selain minimnya edukasi, Leni juga juga yang (lolos) tidak kena STP
mengeluhkan ketentuan undang-undang tapi ada juga yang (ketahuan)…”
perpajakan yang kompleks. Hal ini tercan-
tum dalam pernyataan di bawah ini. Dono mengungkapkan bagaimana
perilaku kliennya yang lebih menomorsatu-
“…ketentuan perpajakan (kom­
kan pembayaran gaji karyawan diband-
pleks dan sulit dipahami) lebih
ingkan pembayaran pajak karena bagi me­
banyak menyuburkan konsultan
reka pembayaran pajak masih bisa ditunda
pajak…”
sedangkan pembayaran gaji karyawan
Selain informan wajib pajak Joko dan tidak bisa ditunda. Hal tersebut disebab-
Leni, informan konsultan pajak Dono juga kan tanggal pembayaran PPN bersamaan
merasakan kompleksitas ketentuan undang- dengan tanggal pembayaran gaji karyawan
undang perpajakan. Dia mencontohkan sehingga pada tanggal bersamaan perusa-
pembayaran pajak yang telah dihitung final, haan akan mengeluarkan uang dalam jum-
seharusnya wajib pajak tidak perlu lagi me­ lah besar yang dapat mengganggu cash flow
laporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak. perusahaan.
Namun ketentuan undang-undang perpa- Dono menjelaskan ada tendensi wajib
jakan menetapkan adanya kewajiban lapor pajak membayar pajak dengan jumlah yang
SPT meskipun pajak sudah selesai dihitung tidak berdasarkan omzet sebenarnya karena
dengan final. Seperti diceritakan di bawah merasa ketentuan undang-undang dianggap
ini:
278 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 2, Agustus 2017, Hlm. 274-290

belum ramah terhadap bisnis perusahaan, kutipan berikut ini.


khususnya untuk pembayaran pajak akhir
“…ada (oknum) petugas pajak,
bulan. Wajib pajak terpaksa melakukan tax bisa bayar pajak lebih murah ke-
shifting untuk mengatur sedemikian rupa napa tidak. Yang (dibersihkan)
agar pembayaran pajak pada masa tersebut harusnya petugas pajak dulu.
lebih kecil untuk sementara waktu. Karena wajib pajak harusnya mau
Pengalaman lain wajib pajak Joko bayar pajak, namanya saja ke-
berkaitan dengan perilaku ketidakpatu- wajiban pajak pasti harus bayar
han wajib pajak lainnya. Beliau menjelas- pajak, namun ada oknum yang
kan bahwa pengalamannya ternyata akan (menawarkan) orang dalam kita
memengaruhi perilaku kepatuhannya. Hal makin (enak)…”
ini diceritakan pada kutipan berikut ini.
Pernyataan Doni sebagai wajib pajak
“…terkadang ada pembeli yang ditegaskan oleh konsultan pajak Amir. Amir
tidak mau dipungut PPN, (saya menceritakan pegalaman kliennya ketika
jualnya tidak pakai bendera pe- menghadapi petugas pajak yang meminta
rusahaan). Artinya saya jual se- uang kepada kliennya, seperti diceritakan
bagai makelar saja, pakai sistem berikut ini.
kepercayaan…”
“…kadang petugas pajak di dae-
Joko mengetahui ada rekan bisnisnya rah yang masih berpamrih. Petu-
yang tidak memungut PPN padahal mereka gas pajak datang (minta uang) ke
adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Awal- wajib pajak. Misalnya...”pak be-
nya Joko tidak peduli dengan perilaku PKP sok saya mau pulang kampung
“nakal” tersebut karena tidak memungut nih pak...” atau bisa juga petugas
PPN sepanjang tidak membawa konsekuensi pajak berkata “…gimana pajaknya
bagi usahanya. Namun, faktanya ketidak- pak...ada masalah…”. Petugas pa-
patuhan mereka berimbas terhadap usaha jak memberikan semacam sinyal
yang dijalankan. Karena tidak memungut yang harus dipahami oleh wajib
PPN, mereka menjadi incaran para pelang- pajak…”
gan yang menganggap bahwa harga barang Perilaku negatif oknum petugas pajak
akan lebih murah karena tidak membayar ini bertentangan dengan sistem pemungutan
PPN. Sebagai wajib pajak patuh yang men- pajak Self Assessment yang meminta wajib
jalankan kewajiban sebagai PKP dengan pajak melaksanakan kewajiban pajaknya
tetap memungut PPN, Joko khawatir akan sendiri dalam hal menghitung, membayar,
ditinggalkan pelanggan. dan melaporkan pajak terhutang. Adalah
Dengan tujuan persaingan usaha agar percuma ketika wajib pajak diminta menghi-
tidak menimbulkan kerugian bagi usaha­ tung sendiri pajak yang terhutang, sementa-
nya, Joko mempertimbangkan alternatif ra di sisi lain ada oknum petugas pajak yang
untuk menanggung PPN yang tidak mau di- menawarkan jasa kepada wajib pajak untuk
tanggung oleh pelanggan. Namun, alternatif mengurangi pembayaran pajak atau menjadi
tersebut tidak dapat dipertahankan dalam konsultan pajak bayangan. Perilaku oknum
jangka panjang karena akan mengganggu petugas pajak tersebut dapat mendistorsi
cash flow perusahaan. Oleh karena itu, Joko sistem pemungutan pajak, karena dengan
pada akhirnya memilih untuk tidak melapor- Self Assessment, tugas petugas pajak se-
kan penjualan ketika pelanggan tidak mau benarnya hanya menguji kepatuhan wajib
menanggung PPN. Joko menyadari bahwa pajak terhadap ketentuan undang-undang
tindakannya melanggar ketentuan undang- perpajakan dalam hal menghitung, menye-
undang perpajakan, tetapi Joko tidak dapat tor, dan melaporkan. Selain mendistorsi
sistem Self Assessment, perilaku negatif
menghindari pilihan tersebut. Sepanjang
petugas pajak tersebut justeru dapat men-
kemungkinan terdeteksi oleh petugas pajak
jadi insentif bagi wajib pajak untuk memper-
kecil, pilihan tersebut adalah yang terbaik
mainkan jumlah pajak terhutang.
dan tidak akan merugikan perusahaan.
Selain petugas pajak, pertanyaan pene-
Lain pengalaman Joko, lain juga pe­
litian juga diarahkan untuk mengetahui
ngalaman informan wajib pajak lainnya yai-
bagaimana pengaruh konsultan pajak terha-
tu Doni. Beliau menceritakan pengalaman-
dap perilaku kepatuhan wajib pajak. Infor-
nya berinteraksi dengan petugas pajak pada
man konsultan pajak Robbi mengungkap-
Mangoting, Sukoharsono, Nurkholis, Menguak Dimensi Kecurangan Pajak 279

kan bahwa tidak dapat dipungkuri adanya nimbulkan simbiosis mutualisme ketika
peran konsultan pajak yang dapat melemah- wajib pajak dapat menghemat pembayaran
kan kepatuhan wajib pajak seperti dalam pajak dan konsultan pajak mendapatkan
pernyataan berikut ini. bayaran mahal atas implementasi strategi-
“…konsultan pajak (pasti ber- strategi tax agresif untuk mengurangi pem-
peran), wajib pajak sebenarnya bayaran pajak.
(‘apa kata’) konsultan. Misal- Ketergantungan kepada konsultan pa-
nya, (mau bayar pajak segini ng- jak memang tidak dapat dihindari karena
gak)… jika wajib pajak bilang minimnya pengetahuan perpajakan wajib
mau, ya.. konsultan pajak (akan pajak. Selain itu, wajib pajak beranggapan
menyesuaikan)…” bahwa di tangan konsultan pajak kewajiban
pajak mereka dapat diselesaikan dengan
Robbi menceritakan ketika mengha- baik. Pada dasarnya prinsip efisiensi dan
dapi klien yang pasif. Mereka hanya terima efektivitas menjadi pegangan wajib pajak
beres dan tidak ingin dipusingkan dengan dalam menggunakan jasa konsultan pajak
urusan kewajiban pajak. Yang penting ke- sehingga mereka dapat lebih memfokus-
wajiban pajak selesai dan mereka sanggup kan diri untuk urusan bisnis. Akan tetapi,
membayar pajak terhutang yang telah dihi- kadangkala wajib pajak menggunakan jasa
tung oleh konsultan pajak dan menjamin ti- konsultan pajak hanya untuk menyelesaikan
dak ada risiko-risiko yang harus ditanggung kewajiban pajaknya tanpa perlu mengetahui
kemudian hari. lebih jauh apa dan bagaimana kewajiban
Gambaran wajib pajak seperti di atas pajak usaha mereka seharusnya dipenuhi
menandakan bahwa wajib pajak pasif karena
berdasarkan ketentuan perpajakan.
menyerahkan hampir sebagian besar kewa-
Sebagai wajib pajak sekaligus pemilik
jiban perpajakannya kepada konsultan pa-
usaha Doni mengungkapkan bahwa pada
jak. Wajib pajak pasif adalah sebuah prese­
dasarnya dia dan pengusaha lainnya tidak
den buruk bagi upaya reformasi kepatuhan
keberatan membayar pajak, tetapi sebagai
wajib pajak dan akan memberatkan sistem
pembayar pajak dia ingin merasakan man-
perpajakan yang bertumpu pada sistem pe-
faatnya. Hal ini tercantum dalam pernyata-
mungutan pajak Self Assessment, karena
an di bawah ini.
Self Assessment justeru menuntut keaktifan
dan kemandirian wajib pajak dengan ke­ “…banyak pengusaha yang bisa
sadaran tinggi melaksanakan kewajiban pa- membayar pajak, tetapi mengelu-
jaknya. Wajib pajak pasif akan memperbesar arkan pernyataan (ngapain gue
ketergantungan mereka kepada konsultan bayar pajak), sekolah tetap ng-
pajak. Satu sisi konsultan pajak adalah gak gratis, masih bayar juga anak
kepanjangan tangan pemerintah sebagai saya. Wajib pajak sebenarnya
agent of development, tetapi di sisi lain kon- juga mau bayar tetapi memper-
sultan pajak dapat melemahkan kepatuhan tanyakan arusnya kemana. Hara-
wajib pajak dengan motivasi-motivasi yang pannya seperti itu, tapi (negara ti-
mengarah pada tindakan penghindaran pa- dak memikirkan ke sana), jadinya
jak secara agresif. repot…”
Motivasi penghindaran pajak memang
didukung oleh kemampuan dan kompeten- Doni menambahkan bahwa wajib pajak
si mumpuni yang dimiliki konsultan pajak adalah individu rasional yang mengaitkan
dalam memahami ketentuan undang-un- antara cost dan benefit bahwa setiap pe­
dang perpajakan. Kemampuan mumpuni ngorbanan adalah upaya untuk memeli-
inilah yang digunakan oleh konsultan pajak hara pendapatan. Oleh karena itu, mereka
untuk memanfaatkan kelemahan ketentuan pun berpendapat bahwa pajak yang mereka
undang-undang perpajakan menjadi strategi bayarkan harus mendatangkan keberman-
penghindaran pajak. Pada sisi yang lain kon- faatan bagi mereka.
sultan pajak sangat menyadari bahwa peran Faktanya, pemerintah belum maksimal
mereka cukup signifikan dalam kepatuhan dalam menyediakan fasilitas umum me-
wajib pajak. Situasi saling membutuhkan madai yang sesungguhnya dibiayai melalui
penerimaan pajak. Selain itu, kinerja akun­
ini dapat menimbulkan kesepakatan yang
tabilitas pemerintah dinilai buruk dengan
saling menguntungkan. Interaksi ini me­
tingginya kasus korupsi yang justeru dilaku-
280 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 2, Agustus 2017, Hlm. 274-290

kan oleh para pejabat publik. Wajib pajak ting bagi setiap negara yang mengandalkan
yang menjalankan usaha menyadari bahwa pemungutan pajak sebagai sumber peneri-
negara bertumpu pada geliat ekonomi rakyat maan untuk membiayai pembangunan me­
untuk mendapatkan sumber dana dalam reka. Tingginya ketidakpatuhan wajib pajak
rangka membiayai pembangunan dan itu menandakan bahwa otoritas pemungut pa-
berasal dari pajak. Namun, sebagai pelaku jak harus mengibarkan bendera merah (red
usaha mereka juga mempunyai posisi tawar flag) sebagai peringatan adanya masalah
menawar agar kelangsungan usahanya tetap serius dalam sistem perpajakan. Wajib pajak
terjamin melalui benefit atas pajak yang tidak hidup dalam dunia yang kosong. Se­
mereka bayarkan. bagai pembayar pajak, mereka hidup dalam
Selain masalah manfaat pembayaran suatu lifeworld yang mengikutsertakan pi-
pajak, Amir menceritakan pengalaman hak-pihak dan unsur-unsur lain yang juga
perilaku kliennya sebagai wajib pajak yang terlibat dalam dunia keseharian wajib pa-
tidak membayarkan hasil pemotongan pajak jak, karena lifeworld berisi orang-orang dan
PPh 21 karyawan. Hal ini diceritakan pada unsur-unsur yang saling berinteraksi dan
kutipan berikut ini. mengaitkan diri yang kemudian memberi-
kan pengaruh satu sama lain.
“…wajib pajak juga (sengaja) ti- European Commision (2013) dan Tor-
dak melaksanakan peraturan pa- gler (2008) menjelaskan bahwa kecurangan
jak, misalnya harus memotong pajak adalah bentuk penipuan pajak yang
tapi tidak disetorkan, untuk jadi sengaja dilakukan untuk menghindari pem-
(celengan pajak saja). Begitu tiga bayaran pajak. Dalam banyak literatur ke-
tahun ke depan diperiksa, keluar curangan pajak identik dengan istilah tax
SKP-nya harus bayar kekurangan evasion. Tax evasion adalah penggelapan
pajak, ya..tinggal pakai uang yang pajak yang bertujuan untuk mengurangi
ada di celengan pajak saja…” pembayaran pajak dengan cara-cara yang
Perilaku wajib pajak sengaja dibuat bertentangan dengan ketentuan undang-
untuk memberikan temuan kepada petugas undang (Prebble & Prebble, 2010). Peraturan
pajak. Misalnya ketika wajib pajak diperik- perpajakan yang mengatur mengenai Keten-
tuan Umum dan Tata Cara Perpajakan No-
sa, petugas pajak akan menemukan kes-
mor 28 Tahun 2007 (Undang-Undang KUP)
alahan yang sebenarnya telah dipersiapkan
tidak menjelaskan secara eksplisit mengenai
wajib pajak. Upaya tersebut dilakukan agar
definisi kecurangan pajak. Undang-Undang
petugas pajak mendapatkan temuan dan ti-
KUP dalam pasal 38, pasal 39, dan pasal
dak berupaya mencari-cari kesalahan wajib
39A hanya mengatur mengenai contoh-con-
pajak.
toh kecurangan pajak antara lain (1) tidak
Setelah mendeskripsikan pengalaman
melaporkan SPT atau (2) melaporkan SPT,
informan wajib pajak dan konsultan pajak,
tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap,
peneliti mengidentifikasi noema dan noesis
atau (3) menyertakan keterangan yang isi­
dalam bracketing. Tahap berikutnya adalah nya tidak benar.
eiditic reduction, yaitu peneliti akan mencari Kecurangan merupakan bagian dari
esensi fakta di balik fenomena kecurangan tindakan kejahatan karena adanya suatu
pajak untuk mendapatkan suatu makna pelangggaran terhadap ketentuan undang-
mengenai kecurangan pajak dalam perspek­ undang dan menimbulkan kerugian bagi
tif wajib pajak. Tahap tersebut dilakukan orang lain atau bagi negara. Termasuk ke-
dengan melibatkan intuisi dan refleksi dari curangan pajak yang dapat menimbulkan
peneliti dengan cara menggabungkan imaji- kerugian bagi negara berupa hilangnya po-
nasi peneliti dengan pernyataan-pernyataan tensi penerimaan negara. Kecurangan pajak
penting hasil wawancara dengan infor- dikategorikan sebagai kejahatan kerah putih
man tanpa mengubah hakikat sebenarnya atau White Collar Crime (Moohr, 2009). Di-
yang muncul dalam pengalaman informan kategorikan sebagai kejahatan kerah putih
penelitian. karena kecurangan pajak tidak melibatkan
Fenomena kecurangan pajak adalah kekerasan fisik seperti dalam kejahatan-
sebuah realitas dalam sistem perpajakan kejahatan pada umumnya seperti pem-
suatu negara yang tidak dapt dipahami tan- bunuhan, perampokan, penjambretan, pen-
pa menyelami atau menguak rahasia yang curian, dan penodongan yang dilakukan
tersembunyi di balik realitas itu sendiri. oleh orang-orang jalanan atau penganggu-
Kecurangan pajak merupakan masalah pen­ ran dengan fisik menyeramkan, berbadan
Mangoting, Sukoharsono, Nurkholis, Menguak Dimensi Kecurangan Pajak 281

besar, bertato, dan bersuara keras. riksaan (PHAP).


Relevansi kompromi negatif dalam Salah satu komponen yang diatur
kecurangan pajak. Keterlibatan aktor-ak- dalam sistem perpajakan adalah teknik pe-
tor dalam sistem perpajakan, yaitu wajib mungutan pajak. Undang-Undang KUP
pajak, petugas pajak, dan konsultan pajak menjelaskan bahwa pemungutan pajak
dapat menimbulkan adanya interaksi dan menggunakan sistem Self Assessement.
kompromi yang negatif. Hal ini mungkin Sistem ini memberikan mandat dan ke-
saja terjadi karena masing-masing pihak wenangan sepenuhnya kepada wajib pa-
mempunyai peran dalam kepatuhan wajib jak untuk melaksanakan secara aktif dan
pajak. Pickhardt & Prinz (2014) menggam- mandiri melaksanakan kewajiban pajaknya
barkan adanya suatu interaksi yang dinamis sendiri. Di balik keunggulannya, sistem Self
antara wajib pajak, konsultan pajak, dan Assessment tetap saja memiliki kelemahan
petugas pajak. Dinamisnya interaksi antara karena sistem ini dapat memberikan peluang
wajib pajak, konsultan pajak, dan petugas kepada wajib pajak untuk bertindak tidak
pajak dapat mengarah pada kemitraan yang jujur dalam melaksanakan kewajiban pa-
me­nyimpang ketika pihak-pihak tersebut jaknya, misalnya dengan mengurangi jum-
bekerja sama dengan “damai” untuk meng­ lah penghasilan kena pajak atau membayar
urangi jumlah pajak yang akan disetor ke dan melaporkan pajak tidak tepat waktu.
negara (Suci, 2011). Sistem pemungutan pajak Self Assess-
Wajib pajak adalah manusia rasional ment menjadi kesempatan bagi wajib pajak
yang bebas berinteraksi dengan semua pi- dan konsultan pajak yang mempunyai mo-
hak yang berkepentingan dengan kewa­jiban- tivasi melakukan penghindaran pajak baik
kewajiban perpajakan yang harus mereka secara legal dengan memanfaatkan kelema-
dipenuhi. Bahkan, dalam interaski terse- han ketentuan undang-undang perpajakan
but ada keinginan-keinginan untuk ber- maupun illegal yang ber­ tentangan dengan
tindak secara agresif dalam rangka meng­ ketentuan undang-undang perpajakan. Di­
urangi pembayaran pajak. Tindakan agresif sadari bahwa Self Assessment mempunyai
tersebut sangat mungkin terjadi karena kelemahan karena menuntut kesadaran
keberadaan sistem Self Assessment yang dan kesu­karelaan wajib pajak untuk secara
memberikan mandat dan wewenang penuh transparan menghitung pajak terhutang-
kepada wajib pajak untuk melaksanakan nya sendiri sesuai dengan ketentuan per-
kewajiban pajaknya sendiri, yaitu menghi- pajakan. Namun, wajib pajak adalah ma-
tung, membayar, dan melaporkan sendiri nusia rasional yang berpikir bahwa setiap
pajak. Kecurangan tidak saja bicara me­ pembayaran adalah pembayaran atas suatu
ngenai kesempatan tetapi juga ada niat atau manfaat. Bahkan, ada wajib pajak yang me-
suatu keinginan yang disengaja dan kebutu- mandang bahwa pajak adalah sebuah beban
han yang harus terpenuhi sehingga memun- yang menganggu cash flow mereka.
culkan motivasi negatif untuk melakukan Sama dengan Indonesia Direktorat
kecurangan pajak yang dapat menimbulkan Jenderal Pajak di Amerika yaitu Internal
kerugian negara. Revenue Service (IRS) juga mengandalkan
Untuk mengantisipasi adanya kele­ sistem pemungutan pajak Self Assessment.
mahan sistem pemungutan pajak Self As- Namun, IRS menyadari bahwa sistem Self
sessment, Undang-Undang KUP dalam Assessment mempunyai kelemahan karena
pasal 29 ayat (1) memberikan wewenang wajib pajak dapat bertindak tidak jujur.
kepada DJP melakukan pemeriksaan untuk Untuk mengatasi kelemahan tersebut, IRS
mengevaluasi kepatuhan pemenuhan ke- menciptakan berbagai mekanisme pence-
wajiban perpajakan wajib pajak dan dalam gahan kecurangan pajak sebagai antisipasi
rangka pengawasan kepatuhan pelaksanaan sekaligus mendukung keberhasilan sistem
kewajiban perpajakan. Namun, potensi ke- pemungutan pajak dengan Self Assessment.
curangan pajak masih mungkin terjadi pada Misalnya mengenakan sanksi baik perda-
ta maupun pidana (deterrence effect) atas
saat pemeriksaan pajak karena oknum petu-
pelanggaran ketentutan undang-undang
gas pajak dapat memberikan penawaran ke-
perpajakan dan mengintensifkan pemerik-
pada wajib pajak untuk mengurangi utang
saan pajak (Townsend, 2013)
pajak hasil pemeriksaan sebelum ditetapkan
Perspektif motivasi membayar pajak
dalam Surat Ketetapan Pajak (SKP) ketika
yang berbeda ini mengindikasikan bahwa
melakukan Pembahasan Hasil Akhir Peme­
kewajiban membayar pajak merupakan se-
282 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 2, Agustus 2017, Hlm. 274-290

buah proses pengambilan keputusan apa­ lain dia dikelilingi oleh orang-orang yang
kah akan membayar pajak sesuai atau tidak definisinya menguntungkan untuk melang-
sesuai dengan ketentuan undang-undang gar hukum.
perpajakan termasuk memilih konsultan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
pajak yang jujur atau konsultan pajak yang memberikan arti kata terpaksa sebagai ke-
agresif. Situasi ini menandakan bahwa se- adaan di mana seseorang berbuat di luar
tiap wajib pajak mempunyai persepsi yang kemauan sendiri atau karena terdesak oleh
berbeda-beda yang akan memengaruhi pem- keadaan. Dalam konteks penelitian ini ke-
bentukan perilaku kepatuhan wajib pajak. curangan pajak terpaksa dilakukan selain
Kecurangan karena terpaksa. Keti­ karena efek dari ketidakpatuhan wajib pa-
dakpatuhan atau kecurangan wajib pajak jak lainnya terhadap usaha wajib pajak juga
lainnya dalam konteks penelitian ini terjadi karena minimnya tax knowledge wajib pajak.
ketika wajib pajak menyadari bahwa sebagai Informasi yang utuh dan dapat diper-
sesama PKP, mereka justeru tidak memu­ tanggungjawabkan merupakan inti dari ad-
ngut PPN sebagaimana diatur dalam keten- ministrasi perpajakan yang efisien dan efek-
tuan undang-undang perpajakan. Akibat tif (Mansury, 1994). Sistem informasi yang
ketidakpatuhan ini, pelanggan lebih tertarik efektif tersebut harus melibatkan semua pi-
membeli pada pengusaha yang tidak me- hak karena keberhasilan pemungutan pajak
mungut PPN karena lebih murah. Jika wajib didukung oleh ketersediaan informasi yang
pajak menolak melayani pelanggan yang ti- lengkap terkait dengan subjek pajak dan
dak mau membayar PPN, mereka akan dit- objek pajak. Keberhasilan wajib pajak men-
inggalkan oleh pelanggan, jika wajib pajak jalankan kewajibannya berdasarkan Self As-
terpaksa menanggung PPN yang seharus- sessement akan bergantung pada pengua-
nya ditanggung oleh pelanggan, kondisi ini saan tax knowledge.
juga tidak mudah karena akan mengganggu Permasalahan UMKM di Uganda me­
cash flow perusahaan. Inilah yang disebut narik untuk dicermati. Meskipun memberi-
dengan efek domino kecurangan wajib pajak kan kontribusi yang tinggi terhadap peneri-
lain sehingga wajib pajak patuh terpaksa maan negara, tetapi seperti kebanyakan
melakukan kecurangan untuk menghindari persoalan UMKM di negara-negara lainnya,
kerugian usaha mereka. tingkat kepatuhan pajak UMKM terbilang
Keberadaan PKP yang tidak memu­ngut rendah (Tusubira & Nkote, 2013). Peneli-
PPN bukanlah sebuah kecurangan baru tian dengan focus group discussion bersama
karena kecurangan tersebut sangat lazim pemeriksa pajak di Malaysia juga mendapati
dilakukan oleh banyak PKP tetapi belum beberapa permasalahan yang dapat me­
mendapatkan penegakan hukum yang te­gas reduksi kepatuhan pajak mereka, yaitu
dari petugas pajak. Sistem perpajakan tidak kompleksitas peraturan perpajakan khu-
akan pernah bersih dalam pengertian berja- susnya ketika wajib pajak menghitung pajak
lan dalam kondisi ideal di mana tidak ada terhutang, masalah penyimpanan dokumen
efek domino yang timbul karena ketidak­ perpajakan selama tujuh tahun yang sewak-
patuhan wajib pajak lainnya. tu-waktu dapat digunakan untuk kepen­
Selain menghindari dampak keti­ tingan peme­ riksaan pajak, dan ambiguitas
dakpatuhan wajib pajak lainnya, Weber, ketentuan perpajakan yang menimbulkan
Fooken, & Herrmann (2014) dan Simanjun- multi-interpretasi (Isa, 2014)
tak & Mukhlis (2012) menjelaskan bahwa Persoalan yang teridentifikasi da­lam
seseorang tidak akan kooperatif jika melihat penelitian tersebut adalah permasalahan
orang lain juga tidak mau kooperatif. Arti- klasik adanya kesulitan dalam menginter-
nya, kecurangan pajak yang dilakukan oleh pretasi dan memahami ketentuan undang-
wajib pajak lainnya dapat mendorong wajib undang perpajakan. Selain itu minimnya
pajak lain melakukan tindakan yang sama. upaya otoritas yang berwenang mengeduka-
Pendapat di atas selaras dengan pandangan si wajib pajak untuk menggugah kesadaran
Sutherland dalam Anwar & Adang (2013) mereka sebagai wajib pajak. Pengetahuan
yang menjelaskan bahwa kecurangan dapat wajib pajak menjadi mutlak ketika peraturan
terjadi karena di beberapa masyarakat, se­ pajak mengandung kompleksitas yang tinggi
seorang berada dalam lingkungan yang oleh sehingga tidak mudah dipahami.
orang-orang yang tanpa kecuali mendefinisi- Wajib pajak dengan pengetahuan per-
kan aturan-aturan hukum sebagai aturan pajakan yang rendah akan mengalami ke-
yang harus dijalankan, sementara di tempat sulitan ketika menghitung pajak terhutang
Mangoting, Sukoharsono, Nurkholis, Menguak Dimensi Kecurangan Pajak 283

karena pajak yang mereka bayarkan bisa atau pengujian kepatuhan, ada bentuk keti-
lebih besar atau lebih sedikit dari yang se- dakpatuhan wajib pajak yang dicatat se­
harusnya. Oleh karena itu, minimnya pe­ bagai temuan.
nguasaan informasi tersebut dapat menim- Tindakan wajib pajak dengan menu-
bulkan konflik yang berujung pada tindakan runkan omzet atau tidak menyetorkan PPh
oportunistik wajib pajak baik yang disengaja 21 yang telah dipotong dari penghasilan
maupun yang tidak disengaja mengurangi karyawan pada dasarnya dipahami oleh wa-
pembayaran pajak mereka. Dalam peneliti- jib pajak sebagai tindakan pelanggaran ke-
annya, Alm, Cherry, Jones, & McKee (2010) tentuan undang-undang perpajakan dan ke-
menjelaskan bahwa wajib pajak meng- mungkinan untuk mendapatkan sanksi juga
inginkan adanya kepastian dalam menghi- dipahami dengan baik. Namun, dalam kon-
tung utang pajak mereka. Namun, keten- teks penelitian ini wajib pajak justeru tidak
tuan perpajakan mengandung kompleksitas menginginkan adanya akibat dari kecurang­
tinggi sehingga membuka peluang terjadinya an yang mereka lakukan, melainkan hanya
multi-interpretasi. Kompleksitas inilah yang dibayangkan akan terjadinya suatu akibat
menyebabkan pajak mengandung ketidak­ tersebut. Dalam istilah hukum pidana kese­
pastian (tax uncertainty) yang membuka pe­ ngajaan ini disebut dengan sengaja sadar
luang terjadinya reduksi terhadap kepatu- akan kemungkinan atau kesengajaan secara
han pajak. keinsafan (Ilyas, 2012).
Kecurangan karena kesengajaan. Ke- Kecurangan karena ketidakrelaan.
sengajaan adalah bentuk kesadaran manu- KKBI menjelaskan kerelaan berkaitan de­
sia dalam berperilaku. Sengaja berarti wajib ngan situasi yang menyatakan bersedia
pajak memang menghendaki dan menge- dengan ikhlas hati. Dalam penelitian ini apa
tahui apa yang diperbuat atau dilakukan. yang dirasakan wajib pajak justeru seba-
Definisi kesengajaan menurut KBBI adalah liknya. Mereka menyatakan ketidakikhlasan
suatu tindakan atau perbuatan yang se­ atau ketidakrelaan membayar pajak. Hal ini
ngaja dilakukan. Dalam konteks penelitian tidaklah berlebihan karena sesungguhnya
ini teridentifikasi bahwa kecurangan wajib wajib pajak memahami bahwa kompensasi
pajak sengaja dilakukan karena wajib pa- atas pajak yang mereka bayarkan diguna­
jak merasakan bahwa ketentuan undang- kan sebesar-besarnya untuk menciptakan
undang perpajakan yang dirasakan masih kemakmuran rakyat dalam segala bidang.
belum berpihak kepada wajib pajak. Selain Pembayaran pajak adalah sebuah pengor-
itu, penegakan hukum belum merata se- banan ekonomis seseorang yang dinikmati
hingga ada wajib pajak sebagai PKP yang ti- secara kolektif melalui pelayanan publik
dak memungut PPN tetapi belum mendapat- dan pembangunan sarana dan prasarana
kan sanksi, dan pengalaman wajib pajak publik, misalnya jalan raya, stasiun, sarana
meng­ hadapi petugas pajak yang terkesan angkutan publik, layanan kesehatan, dan
mencari-cari kesalahan wajib pajak untuk pendidik­an gratis.
mendapatkan temuan pemeriksaan. Sensasi membayar pajak berbeda
Kecurangan pajak mereka lakukan dengan membayar retribusi yang tidak di-
sebagai antisipasi ketika ada pemeriksaan, pandang dari sisi jumlah yang dibayar-
“lubang” yang sengaja mereka buat akan kan, melainkan atas kontraprestasi akibat
menjadi temuan bagi petugas pajak, se- pembayaran pajak atau retribusi tersebut.
hingga petugas pajak tidak lagi mencari-cari Membayar retribusi memberikan imbalan
“lubang-lubang” yang lain untuk mencip- yang langsung diterima pembayar retribusi.
takan temuan pemeriksaan. Kejaran petugas Sementara itu, kontrapretasi pembayaran
pajak dalam pandangan wajib pajak dilaku- pajak tidak dapat langsung dinikmati oleh
kan untuk mencari-cari kesalahan mereka wajib pajak karena kontraprestasi tersebut
dengan tujuan mendapatkan temuan dalam akan dinikmati bersama-sama baik oleh wa-
rangka memenuhi target penerimaan pajak. jib pajak maupun bukan wajib pajak.
Kecurangan pajak adalah upaya kes- Masih ingat kasus Gayus, seorang ok-
engajaan wajib pajak untuk mempersiapkan num petugas pajak yang melakukan peng-
temuan bagi petugas baik pada saat mereka gelapan pajak. Kasus tersebut berdampak
melakukan verifikasi maupun pemeriksaan. adanya kekecewaan wajib pajak yang diwu-
Wajib pajak beranggapan bahwa petugas judkan dengan “ancaman” melalui gerakan
pajak perlu diberikan semacam “ego” bahwa boikot membayar pajak oleh publik melalui
pada saat mereka melakukan pemeriksaan situs jejaring sosial Facebook. Kekecewaan
284 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 2, Agustus 2017, Hlm. 274-290

wajib pajak ini dimaklumi karena We- dan distribusi atas penerimaan pajak terse-
ber, Fooken, & Herrmann (2014) juga ber- but dirasakan tidak merata oleh masyarakat
pendapat bahwa pemerintah jangan hanya Brazil sehingga menimbulkan ketimpangan
meminta rakyat membayar pajak dengan sosial ekonomi yang tinggi karena daya re-
sukarela dan jujur sebagai representasi ke- distribusi dan investasi yang rendah serta
adilan untuk pemerintah, tetapi di sisi lain pelayanan publik tidak efektif (Siqueira &
wajib pajak tidak mendapatkan keadilan Nogueira, 2014). Dalam pandangan wajib
dari pemerintah karena hak mereka atas pajak, korupsi yang dilakukan oleh pejabat
manfaat pembayaran pajak berupa sarana publik akan mereduksi kualitas dan kuan-
dan prasarana publik yang memadai belum titas kontraprestasi atas pembayaran pajak
terpenuhi. mereka. Kondisi tersebut memunculkan
Sejalan dengan hasil penelitian di atas, situasi wajib pajak tidak rela membayar
Alleyne & Harris (2017) menjelaskan ren- pajak.
dahnya kepercayaan wajib pajak terhadap Bukan hanya Brazil, negara Malaysia
pemerintah dan kegagalan pemerintah dalam juga mencermati pengaruh persepsi wajib
pengelolaan dana publik dengan banyaknya mengenai keadilan pemerintah terhadap
kasus korupsi adalah penyebab mengapa perilaku kepatuhan pajak mereka. Wajib pa-
wajib pajak melakukan penghindaran pajak. jak akan jujur dan justeru menolak melaku-
Penelitian Syakura & Baridwan (2014) juga kan tindakan penghindaran pajak agresif
menemukan relevansi maraknya kasus ko- ketika mereka dapat menjalin kerja sama
rupsi dengan kepatuhan wajib pajak. Melalui resirokal yang baik dengan pemerintah (Yee,
penelitian tersebut wajib pajak memberikan Moorthy, & Soon, 2017). Perilaku masyara-
pesan bahwa pajak yang mereka bayarkan kat umum sekarang ini bagaikan jam weker
atau setorkan tidak akan berguna jika pa- bagi pemerintah dan para politisi sebagai
da akhirnya hanya dimanfaatkan oleh para regulator kebijakan publik. “... public unhap-
oknum pejabat publik untuk kepentingan piness with taxes can provoke protests that
threaten government...” (Prabhakar, 2012,
pribadi. Bukan hanya korupsi, rendahnya
p. 78). Publik yang dalam konteks peneli-
tingkat keberlanjutan hidup sebuah negara
tian ini adalah wajib pajak dapat memprotes
juga mempengaruhi perilaku wajib pajak
de­ngan tindakan penghindaran pajak yang
yang akan menimbulkan kesenjangan pada
akan menjadi ancaman kepada pemerintah.
tingkat kepatuhan (Khlif, Guidara, & Hus-
Penelitan ini menemukan suatu makna
sainey, 2016)
bahwa ada penciptaan relasi transkasional
Pendapat di atas adalah representasi
dalam hubungan wajib pajak dan pemerin-
atas keinginan wajib pajak yang meminta
tah karena wajib pajak menuntut manfaat
pemerintah untuk lebih serius dan tegas
yang setimpal atas pengorbanan ekonomi
menyikapi maraknya kasus korupsi yang di- yang telah dilakukan melalui pembayaran
lakukan oleh pejabat-pejabat publik baik di pajak. Persepsi ini berangkat dari sebuah
daerah maupun di pusat. Ini menandakan pandangan bahwa wajib pajak adalah in-
bahwa pemerintah masih harus memperbai- dividu rasional yang akan memaksimalkan
ki dan meningkatkan kinerja akuntabilitas utilitasnya dengan membandingkan antara
pengelolaan dana publik untuk mencegah biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran
dan mengantisipasi praktik-praktik korupsi pajak dan manfaat dari membayar pajak itu
yang merugikan rakyat. Wajib pajak mengi- sendiri.
baratkan hubungan mereka dengan peme­ Epstein & Gang (2009) mengatakan
rintah adalah hubungan kontrak bukan bahwa bagi wajib pajak pembayaran pajak
hanya sekadar hubungan yang diatur oleh tidak dapat dielakkan dari hidup mereka.
hukum perpajakan. Berdasarkan hubungan Namun, banyak dari mereka yang tidak mau
kontrak tersebut, wajib pajak mempunyai membayar pajak karena mereka mulai men-
posisi daya tawar yang dapat digunakan un- gaitkan antara cost dan benefit dari pem-
tuk mempertanyakan hak mereka atas ke- bayaran pajak bahkan berapa jumlah yang
wajiban yang telah mereka tunaikan. harus mereka pertimbangkan dengan faedah
Brazil sebagai salah satu negara yang yang mereka telah terima. Kecurangan pa-
memiliki ambang ketidakadilan yang tinggi jak oleh wajib pajak terjadi manakala wajib
tetapi di saat yang sama Brazil adalah ne­ pajak tidak merasakan efek pembayaran pa-
gara dengan tingkat penerimaan pajak tinggi jak tersebut bahkan wajib pajak mendapati
jika dihitung dari persentase Penerimaan adanya penyalahgunaan sumber daya pu­
Domestik Bruto mereka. Sayangnya, alokasi blik oleh pejabat publik untuk kepentingan
Mangoting, Sukoharsono, Nurkholis, Menguak Dimensi Kecurangan Pajak 285

pribadi. kompleks sehingga membutuhkan peran


Kecurangan karena keagresifan kon- pihak ketiga yaitu konsultan pajak untuk
sultan dan oknum petugas pajak. Konsul- membantu melaksanakan kewajiban pajak
tan pajak adalah pihak yang berada dalam mereka.
lingkungan wajib pajak sehingga peran yang William & Simmons (2008) meng­
dimainkan dapat memengaruhi wajib pajak gambarkan bahwa ada empat karakteristik
dalam memaknai kewajiban membayar pa- profesional pajak yang dapat mempengaruhi
jak. Konsultan pajak dapat memberikan pe­ kepatuhan wajib pajak, yaitu profesional pa-
ngaruh besar bagi wajib pajak karena jasa- jak yang menjunjung tinggi etika dan tang-
jasa yang diberikan oleh konsultan pajak bu- gung jawab sosial perusahaan sehingga anti
kan hanya jasa melaksanakan kewajiban pa- terhadap skema penghindaran pajak agresif,
jak rutin seperti mengisi SPt, tetapi jasa lain profesional pajak yang menilai negatif ske-
seperti mendampingi atau mewakili peme­ ma penghindaran pajak agresif tetapi ma-
riksaan pajak klien, mengurus keberatan sih berpotensi untuk terlibat dalam tinda-
klien, proses restitusi klien, dan menangani kan penghindaran pajak, profesional pajak
kasus klien yang terkena kasus penggelapan yang berorientasi machiavellianisme kuat,
pajak. Jasa-jasa yang dilaksanakan oleh dan profesional pajak dengan orientasi ma-
konsultan pajak tersebut membutuhkan chiavellianisme kuat tetapi masih bersikap
keahlian dan kompetensi konsultan pajak lunak terhadap skema penghindaran pajak
untuk mengatur strategi-strategi yang dapat agresif. Pengategorisasian ini menandakan
memenangkan wajib pajak. Misalnya jika bahwa ada peran signifikan dari konsultan
klien mengajukan keberatan, konsultan pa- pajak yang dapat melemahkan kepatuhan
jak akan menggunakan strategi yang dapat wajib pajak.
meloloskan keberatan wajib pajak. Selaras dengan hasil penelitian di atas,
Pernyataan di atas senada dengan motivasi penghindaran pajak terlihat ketika
pandangan Carley & Maxwell (2006) bahwa wajib pajak mencari tipe-tipe konsultan pa-
wajib pajak akan menggunakan jasa kon- jak yang dapat memenuhi keinginan mereka
sultan pajak untuk membantu mereka tersebut. Motivasi wajib pajak tersebut ter-
menginterpretasi ketentuan undang-undang gambar melalui penelitian Gangl, Hofmann,
perpajakan yang dianggap rumit dan sulit & Kirchler (2015) yang menjelaskan bahwa
untuk ditafsirkan. Bahkan tidak menutup wajib pajak mempunyai kriteria yang berbe-
kemungkinan konsultan pajak dapat mem- da-beda dalam memilih konsultan pajak un-
berikan jasa berdasarkan permintaan klien tuk membantu me­menuhi kewajiban pajak
yang menginginkan penghindaran pajak mereka. Wajib pajak menyukai konsultan
agresif. Tidak berarti ketika ada kecurangan yang jujur (honest tax consultan), tetapi tidak
pajak disebabkan oleh perilaku agresif kon- dapat dipungkuri keberadaan wajib pajak
sultan pajak. Penelitian yang dilakukan di yang mencari konsultan pajak dengan kom-
Malaysia membuktikan bahwa kecurangan petensi tinggi dalam menciptakan perenca-
pajak lebih banyak dilakukan oleh usaha ke- naan pajak agresif melalui strategi-strategi
cil menengah yang berada di pinggiran kota penghematan pajak yang kreatif (agresif tax
tanpa peranan konsultan pajak (Mohamad, consultan).
Zakaria, & Hamid, 2016). Shafer, Simmons, Perilaku petugas pajak di lapangan
& Yip (2016) menjelaskan perlunya konsul- juga mendapat sorotan dari wajib pajak. Ke-
tan pajak memiliki komitmen profesional san bahwa petugas pajak itu mengintimidasi
yang tinggi untuk mencegah tekanan klien dengan cara menakut-nakuti terekam dalam
yang menginginkan tindakan penghindaran benak wajib pajak. Keberadaan petugas
pajak agresif dengan tujuan meningkatkan pajak yang “nakal” tidak serta merta hilang
dengan adanya paket reformasi birokrasi dan
keuntungan wajib pajak jangka pendek.
program perbaikan remunerasi. Pengawasan
Penggambaran di atas menandakan
terhadap kinerja petugas pajak harus lebih
bahwa konsultan pajak terlibat cukup jauh
ditingkatkan, khususnya petugas pajak di
dalam kepatuhan wajib pajak, bahkan dapat
daerah. Secara tidak langsung keberadaan
dikatakan konsultan pajak lebih memahami
petugas pajak hampir sama dengan konsul-
perilaku kepatuhan wajib pajak dibanding-
tan pajak. Petugas pajak yang memberikan
kan petugas pajak itu sendiri. Pernyataan
pelayanan langsung kepada wajib pajak
tersebut dapat dibenarkan karena wajib
disebut dengan Account Representative (AR).
pajak merasakan tidak mudah memahami
AR adalah struktur terbaru dalam lingku­
ketentuan undang-undang perpajakan yang
286 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 2, Agustus 2017, Hlm. 274-290

ngan DJP yang berperan sebagai garda ter- penerimaan negara.


depan dalam penggalian potensi negara di Dimensi kecurangan pajak: keter-
bidang perpajakan. paksaan, kesengajaan, ketidakrelaan,
Kepercayaan, integritas, dan pro­ dan keagresifan. Penelitian dengan metode
fesionalitas sebagai pemungut pajak men­ studi literatur menemukan empat dimensi
jadi kemutlakan bagi petugas pajak untuk kecurangan pajak, yaitu faktor demografi,
meraih kepercayaan wajib pajak (Syakura & faktor budaya dan perilaku, faktor legal dan
Baridwan, 2014). Penelitian tersebut menyo­ kelembagaan, dan faktor ekonomi (Khlif &
roti keberadaan oknum petugas pajak yang Achek, 2015). Sementara itu, melalui studi
menjadi mafia yang merusak kepercayaan fenomenologi, penelitian ini mengidentifikasi
wajib pajak. Selain itu, penelitian tersebut empat faktor kecurangan pajak yaitu keter-
juga diminta untuk tegas dalam implemen- paksaan, kesengajaan, ketidakrelaan, dan
tasi sanksi terhadap wajib pajak badan yang keagresifan
melakukan penggelapan pajak dengan ala- Studi fenomenologi dapat diartikan se-
san melakukan peren­canaan pajak. Keper- bagai studi atas “permainan makna” karena
cayaan, integritas, dan profesionalisme yang setiap informan penelitian yang menjadi
dituntut melekat dalam individu petugas subjek penelitian mempunyai makna sub-
pajak termasuk ketika mereka mengimple-
jektif yang berbeda-beda atas fenomena yang
mentasikan ketentuan undang-undang dan
sama. Oleh karena itu, dimensi yang dikon-
penegakan hukum dengan adil dan standar
struksi dalam penelitian ini didasarkan pada
agar wajib pajak menjadi patuh (Yee, Moor-
hasil pemaknaan subjektif wajib pajak seba­
thy, & Soon, 2017).
gai informan penelitian mengenai fenomena
AR mengemban tugas utama yaitu
kecurangan pajak.
melaksanakan intensifikasi perpajakan me-
lalui pemberian edukasi, arahan, konsultasi, Dimensi kecurangan pajak dalam
analisis, dan pengawasan terhadap wajib penelitian ini juga dikonstruksi berdasar-
pajak. Akan tetapi, ti­dak mudah menjadi kan situasi-situasi yang melatarbelakangi
AR karena dapat diperhadapkan pada dual- tin­dakan kecurangan wajib pajak tersebut.
isme kepentingan, yaitu kepentingan pribadi Situasi tersebut antara lain kompleksi-
dan kepentingan negara ketika berhadapan tas ketentuan undang-undang perpajakan
dengan wajib pajak. Ketika AR lebih meng­ yang dapat menyebabkan risiko multitafsir
utamakan kepentingan pribadi, AR tidak dan ambiguitas. Kompleksitas ketentuan
lain bertindak sebagai konsultan pajak “bay- undang-undang perpajakan tersebut diper­
angan” atau terjadi interaksi “damai” antar- parah dengan minimnya edukasi dan sosi­
mereka. AR dalam hal ini telah melepaskan alisasi tentang ketentuan undang-undang
independensi mereka dalam menghadapi perpajakan untuk wajib pajak.
wajib pajak. Situasi tersebut memungkinkan wajib
Independensi petugas pajak dan kon- pajak menghadapi perilaku negatif petugas
sultan pajak pada saat melaksanakan tugas pajak sehingga terjadi negosiasi-negosiasi
dan tanggung jawab mereka akan mempe­ antarmereka untuk mengurangi pajak ter-
ngaruhi perilaku kepatuhan wajib pajak. Me- hutang. Negosiasi-negosiasi itu mungkin
mang tidak mudah bagi mereka yaitu para terjadi karena petugas pajak mempunyai
AR dan konsultan pajak mempertahan­ kan kekuasaan diskresi yang memberikan kebe-
independensi di antara dua kepentingan. Ti- basan petugas pajak untuk mengambil kepu-
dak hanya petugas pajak, konsultan pajak tusan sendiri dalam setiap situasi. Kekua-
pun dihadapkan pada dualisme kepentin- saan diskresi tersebut akan memberikan
gan, yaitu kepentingan ekonomi dan kepent- kesempatan kepada oknum petugas pajak
ingan kolektif sebagai agent of compliance mengambil keuntungan dari sifat kompleks
yaitu kepanjangan tangan atau mitra pemer- dan ambigunya ketentuan undang-undang
intah untuk meningkatkan kepatuhan wajib perpajakan.
pajak. Konsultan pajak dalam konteks ini Lemahnya penguasaan ketentuan un-
perlu menyeimbangkan perannya, tidak bo- dang-undang perpajakan oleh wajib pajak
leh memberikan keberpihakan kepada klien menandakan adanya kondisi yang menye-
karena ketergantungan terhadap kontrak babkan terjadinya asimetri informasi atau
ekonomis. Hal tersebut diperlukan seba­ gai penguasaan informasi yang tidak seimbang
antisipasi pelemahan kepatuhan wajib pajak sehingga wajib pajak tidak mampu melak-
yang dapat berujung pada reduksi terhadap sanakan kewajiban pajaknya dengan baik.
Mangoting, Sukoharsono, Nurkholis, Menguak Dimensi Kecurangan Pajak 287

Untuk mengantisipasi minimnya pengeta- yang melakukan penyimpangan secara ti-


huan perpajakan, wajib pajak menggantung- dak sengaja, bukan berarti tidak menaati
kan harapan mereka kepada konsultan pajak norma yang berlaku, melainkan dapat dise-
untuk menunaikan kewajiban perpajakan. babkan keterpaksaaan, keteledoran, atau
Namun, persoalan yang kemudian timbul ketidaktahuan.
adalah wajib pajak dapat saja menekan kon- Pemaknaan wajib pajak mengenai ke-
sultan pajak untuk melakukan penghinda- curangan pajak adalah representasi dari ke-
ran pajak agresif. Demikian pula sebaliknya, sadaran wajib pajak yang diwujudkan dalam
untuk kepentingan ekonomi, konsultan pa- tindakan. Makna kecurangan pajak tidak
jak dapat bertindak agresif melalui tawaran serta merta dihasilkan tanpa melibatkan
skema-skema penghindaran pajak agresif situasi dan kondisi yang menyertai pada saat
kepada wajib pajak. keputusan atas tindakan kecurangan pajak
Selain konsultan pajak, persoalan lain- itu dilakukan. Bagi wajib pajak kecurangan
nya adalah wajib pajak dihadapkan pada pajak yang mereka lakukan tidak disertai
maraknya kasus korupsi yang justeru di- oleh niat melainkan adanya suatu dorongan
lakukan oleh para pejabat publik. Melalui atau perlawanan psikologis yang tidak dapat
kondisi tersebut, wajib pajak membawa dihindari oleh wajib pajak sehingga mereka
pesan kepada pemerintah berkaitan den- terpaksa curang, sengaja curang, tidak rela
gan kinerja akuntabilitas pengelolaan dana membayar pajak, dan merasionalkan ke-
publik masih lemah. Belum lagi persoalan curangan pajak sebagai dampak keagresifan
dilema yang dihadapi oleh wajib pajak kare- konsultan pajak dan oknum petugas pajak.
na ketidakpatuhan wajib pajak lain yang Penelitian ini mengidentifikasi bahwa
cende­ rung dapat memengaruhi perilaku kecurangan pajak dalam pemahaman wajib
kepatuhan pajak mereka. pajak tidak semata-mata berorientasi pada
Realitas inilah yang memengaruhi kepentingan ekonomi seperti dalam peneli-
kerelaan wajib pajak untuk melaksanakan tian-penelitan mengenai kecurangan pajak,
kewajiban pajak mereka. Dalam benak wa- misalnya penelitian Allingham & Sandmo
jib pajak, korupsi para pejabat publik akan (1972) yang terinspirasi dari economics-of-
mereduksi kualitas pelayanan publik se- crime approach dari Becker (1974) yang be-
hingga membentuk ketidakrelaan wajib pa- rangkat dengan asumsi bahwa seseorang
jak. Situasi-situasi tersebut di atas antara akan melakukan kejahatan jika tindakan
lain menjadi topik-topik dalam penelitian tersebut akan memberikan utilitas yang le­
mengenai perilaku kepatuhan wajib pajak bih besar dari yang diharapkan sebelumnya.
telah banyak dilakukan. Penelitian terse- Dalam melukiskan pemaknaannya,
but bersandar pada sebuah asumsi bahwa wajib pajak tidak lagi menganggap bahwa
kecurangan pajak dapat dibenarkan atau motivasi ekonomi melatarbelakangi ke-
“...tax evasion is sometimes justified..”(Onu, curangan pajak yang mereka lakukan. Inilah
2016, p. 186). yang menegaskan bahwa perilaku manusia
Mengimplementasikan Self Assessment dipengaruhi oleh banyak faktor ekstenal dan
dalam kondisi-kondusi yang tidak kondusif internal dari dimensi masa lalu, saat ini, dan
di atas sama halnya dengan memancing masa datang. Faktor eksternal dan internal
wajib pajak memanfaatkan kelemahan Self yang muncul sebagai stimulus tersebut telah
Assessment untuk melakukan tindakan ke- mendorong wajib pajak untuk berperilaku
curangan pajak baik karena kealpaan mau- curang dalam melaksanakan kewajiban pa-
pun kesengajaan. Implementasi Self Assess- jaknya (Azwar, 1995)
ment juga menuntut terciptanya hubungan Membayar pajak adalah sebuah ke-
harmonis antara wajib pajak dan petugas wajiban yang diatur secara hukum sehingga
pajak atau hubungan yang simbiosis mu- mempunyai kekuatan untuk memaksa me-
tualisme. Deskripsi situasi relevan dengan lalui pemberian sanksi. Akan tetapi, pemer-
pendapat Waluya (2007) yang mengatakan intah harus memahami bahwa sebagai pem-
bahwa dalam masyarakat tindakan penyim- bayar pajak, wajib pajak perlu mendapatkan
pangan adalah suatu bentuk pelanggaran pelayanan yang baik atau perlakuan yang
terhadap norma-norma kelompok atau ma- lebih hormat bukan perlakuan yang lebih
syarakat. Tindakan penyimpangan ini dapat bersifat pencegahan melalui sanksi dan
dilakukan dengan sengaja dan penuh kesa­ denda administrasi (Alm, Cherry, Jones, &
daran dengan motif-motif tertentu. Namun, McKee, 2010). Perlakuan hormat yang meng-
dalam masyarakat ada pula orang tertentu hargai wajib pajak meluas sampai kepada
288 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 2, Agustus 2017, Hlm. 274-290

antara lain penciptaan kebijakan-kebijakan kewajiban pajaknya sendiri meskipun DJP


perpajakan, penciptaan fasilitas publik se- menyediakan bantuan melalui keberadaan
bagai kompensasi atas pembayaran pajak, AR. Oleh karena itu ketergantungan wajib
dan transparansi pemerintah dalam meng­ pajak dengan keberadaan konsultan pajak
elola keuangan publik. Responsif petugas masih sangat tinggi.
dalam menanggapi kesulitan dan lemahnya Kecurangan pajak adalah realitas so-
deteksi petugas pajak terhadap kesalahan sial yang sebenarnya diproduksi oleh wajib
wajib pajak antara lain merupakan indikasi pajak sendiri sehingga pemaknaan wajib
wajib pajak melakukan penghindaran pajak pajak mengenai fenomena kecurangan pajak
(Alleyne & Harris, 2017; Prasetyo, 2016). adalah representasi berdasarkan pengala-
Pendapat di atas mengajak otoritas man wajib pajak itu sendiri. Kontribusi terh-
yang berwenang untuk mengevaluasi se­ adap penciptaan tindakan kecurangan pajak
cara menyeluruh pendekatan-pendekatan sebagai realitas sosial tidak saja melibatkan
kepatuhan yang selama ini dijadikan cara diri wajib pajak itu sendiri tetapi merupakan
untuk mengungkit kepatuhan wajib pajak. hasil interaksi sosial wajib pajak dengan
Detterence effect tidak lagi menjadi pendeka- unsur-unsur dalam sistem perpajakan yaitu
tan utama dalam rangka meningkatkan kebijakan dan ketentuan undang-undang
kepatuhan wajib pajak, karena wajib pa- perpajakan, interaksi wajib pajak dengan
jak menyadari bahwa keberhasilan mereka petugas pajak, interaksi wajib pajak dengan
melaksanakan kewajiban pajak berdasarkan konsultan pajak, serta interaksi wajib pa-
Self Assessment juga bergantung pada ban- jak dengan wajib pajak lainnya. Konstruksi
yaknya variabel termasuk perilaku konsul- makna kecurangan pajak yang dipahami
tan pajak dan petugas pajak itu sendiri. oleh wajib pajak tergambar dalam empat di-
mensi kecurangan pajak yaitu kecurangan
SIMPULAN pajak adalah keterpaksaan, kesengajaan,
DJP sebagai wakil pemerintah seka- ketidakrelaan, dan keagresifan konsultan
dan oknum petugas pajak.
ligus otoritas yang berwenang melakukan
Secara teoritis penelitian ini menghasil-
pemungutan pajak seharusnya menyadari
kan konsep dimensi kecurangan pajak yang
bahwa terdapat perbedaan kepentingan
akan memberikan kontribusi bagi pengem-
antara wajib pajak dan pemerintah. Wajib
bangan ilmu pengetahuan di bidang akun-
pajak cenderung mengecilkan pembayaran
tansi perilaku untuk memahami perilaku
pajak karena bagi mereka pembayaran pajak
kecurangan wajib pajak. Untuk penelitian
akan mengurangi kemampuan ekonomis wa-
selanjutnya, dimensi-dimensi kecurangan
jib pajak. Namun, pemerintah memerlukan
pajak hasil penelitian ini dapat ditindaklan-
dana yang bersumber dari penerimaan pajak
juti secara kuantitatif dengan menguji pe­
untuk membiayai penyelenggaraan peme­ ngaruh dimensi-dimensi tersebut terhadap
rintah. Perbedaan kepentingan inilah yang kepatuhan wajib pajak.
akan memengaruhi pemaknaan wajib pajak Hasil penelitian juga memberikan
mengenai kecurangan pajak. Oleh karena kontribusi bagi otoritas yang berwenang
itu, perlu menciptakan relasi harmonis anta- melakukan pemungutan pajak yaitu DJP
ra wajib pajak dan pemerintah melalui pen- untuk merumuskan kebijakan antisipatif,
ciptaan kebijakan dan peraturan perpajakan preventif, dan kondusif, sehingga dapat men-
yang dapat meningkatkan kepatuhan pajak ciptakan kepatuhan wajib pajak yang tinggi
sehingga kepatuhan pajak tidak lagi karena bukan karena implementasi detterence efect
pemaksaan atau voluntary enforcement. semata. Keterbatasan dalam penelitian ini
Selain itu, pengujian, pengawasan, dan berkaitan dengan subjektifitas peneliti yang
pembinaan terhadap tiga pihak yang terlibat dapat memunculkan bias interpretasi.
dalam sistem perpajakan, yaitu wajib pajak,
petugas pajak, dan konsultan pajak senan- DAFTAR RUJUKAN
tiasa ditingkatkan dalam rangka siner­ gi Alleyne, P., & Harris, T. (2017). Antecedents
kepatuhan wajib pajak. Ketiga pihak ini di- of Taxpayers’ Intentions to Engage in
harapkan bisa saling memberikan manfaat Tax Evasion: Evidence from Barbados.
dan dampak positif sehingga terjadi simbio- Journal of Finance Reporting and Ac-
sis mutualisme melalui interkasi yang sal- counting, 15(1), 2-21.
ing bersinergi demi meningkatkan voluntary Allingham, M. G., & Sandmo, A. (1972).
compliance atau kepatuhan sukarela. Wajib Income Tax Evasion: A Theorethical
pajak belum dapat sepenuhnya menjalankan Analy­sis. Journal of Public Economics,
Mangoting, Sukoharsono, Nurkholis, Menguak Dimensi Kecurangan Pajak 289

1, 323-338. and Management, 56(1), 50-65.


Alm, J., Cherry, T., Jones, M., & McKee, M. Kamayanti, A. (2016). Metodologi Penelitian
(2010). Taxpayer Information Assis- Kualitatif Akuntansi: Pengantar Reli-
tance Services and Tax Compliance Be- giositas Keilmuan. Jakarta: Yayasan
havior. Journal of Economic Psychology, Rumah Peneleh.
31, 577–586. Khlif, H., & Achek, I. (2015). The Determi-
Anwar, Y., & Adang. (2013). Kriminologi. nants of Tax Evasion: A Literature Re-
Bandung: Refika Aditama. view. International Journal of Law and
Azwar, S. (1995). Sikap Manusia, Teori dan Management, 57(5), 486-497.
Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Khlif, H., Guidara, A., & Hussainey, K.
Pelajar. (2016). Sustainability Level, Corrup-
Carley, K. M., & Maxwell, D. T. (2006). Un- tion and Tax Evasion: a Cross-Country
derstanding Taxpayer Behavior and Analysis Journal of Financial Crime,
Assessing Potential IRS Interventions 23(2), 328-348.
Using Multiagent Dynamic-Network Levaggi, R., & Menoncin, F. (2013). Optimal
Simulation. In Internal Revenue Service Dynamic Tax Evasion. Journal of Eco-
Research Conference. Washington DC. nomics Dynamics and Control, 37 (11),
Cule, M., & Fulton, M. (2009). Business Cul- 2157-2167.
ture and Tax Evasion: Why Corruption Mansury, R. (1994). Panduan Konsep Utama
and The Unofficial Economy Can Per- Pajak Penghasilan Indonesia: Uraian
sist. Journal of Economic Behavior & Or- Umum dan tentang Siapa-Siapa yang
ganization, 72, 811- 822. Dituju untuk Dikenakan Pajak. Jakarta:
Devos, K. (2012). The impact of Tax Profe-
Bina Rena Pariwara.
sionals upon the Compliance Behav-
Mohamad, A., Zakaria, M. H., & Hamid, Z.
ior of Australian Individual Taxpayers.
(2016). Cash Economy: Tax Evasion
Revenue Law Journal, 22(1), 1-26.
amongst SMEs in Malaysia. Journal of
Epstein, G. S., & Gang, I. N. (2009). Why Pay
Financial Crime, 23(4), 974-986.
Taxes When No One Else Does? IZA Dis-
cussion Paper, 4153, 2-19. Moleong, L. J. (2005). Metodologi Penelitian
Eryanto. (2012). Analisis Wacana, Pengantar Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda-
Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS. karya.
Feld, L. P., & Frey, B. S. (2007). Tax Compli- Moohr, G. S. (2009). Introduction: Tax Eva-
ance as The Result of a Psychological sion as White Collar Fraud. Houston
Tax Contract: The role of Incentives and Business and Tax Journal, 9, 207-219.
Responsive Regulation. Law & Policy, Onu, D. (2016). Measuring Tax Compliance
29(1), 102-120. Attitudes: What Surveys Can Tell Us
Frecknall-Hughes, J., & Kirchler, E. (2015). about Tax Compliance Behaviour. Ad-
Towards a General Theory of Tax Prac- vances in Taxation, 23, 173-190.
tice. Social & Legal Studies, 24(2), 289- Pickhardt, M., & Prinz, A. (2014). Behavioral
312. Dynamics of Tax Evasion - A Survey.
Gangl, K., Hofmann, E., & Kirchler, E. (2015). Journal of Economic Psychology, 40,
Tax Authorities’ Interaction with Tax- 1-19.
payers: A Conception of Compliance in Prabhakar, R. (2012). What do The Public
Social Dilemmas by Power and Trust. Think of Taxation? Evidence from a Fo-
New Ideas in Psychology, 37, 13-23. cus Group Study in England. Journal
https://doi.org/10.1016/j.newidea- of European Social Policy, 22(1), 77-89.
psych.2014.12.001 Prasetyo, W. (2016). Penerbitan Surat Tagihan
Hashimzade, N., Huang, Z., & Myles, G. D. Pajak (STP) dan Tindakan Penagihan
(2010). Tax Fraud by Firms and Opti-
dengan Tingkat Pelunasan Kewajiban
mal Auditing. International Review of
Perpajakan. Jurnal Akuntansi Multipa-
Law and Economics, 30, 10-17.
radigma, 7(3), 399-418. http://dx.doi.
Ilyas, A. (2012). Asas-Asas Hukum Pidana,
Memahami Tindak Pidana dan Pertang- org/10.18202/jamal.2016.12.7029
gungjawaban Pidana Sebagai Syarat Prebble, Z. M., & Prebble, J. (2010). The Mo-
Pemidanaan. Yogyakarta: Rangkang rality of Tax Avoidance. Creighton Law
Education. Review, 43 (3), 693-745.
Isa, K. (2014). Tax Complexities in the Malay- Rablen, M. D. (2010). Tax Evasion and Ex-
sian Corporate Tax System: Minimise to change Equity Approach. Public Fi-
Maximise. International Journal of Law nance Review, 38(3), 282-305. https://
290 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 2, Agustus 2017, Hlm. 274-290

doi.org/10.1177/1091142110367858 1239 -1270.


Raco, J. R. (2010). Metode Penelitian Kualita- Townsend, J. A. (2013). Federal Tax Crimes.
tif, Jenis, Karakteristik, dan Keunggul­ Houston, Texas: University of Houston.
annya: Grasindo. Tusubira, F. N., & Nkote, I. N. (2013). Income
Ritsatos, T. (2014). Tax Evasion and Compli- Tax Compliance among SMEs in Ugan-
ance: From the Neo Classical Paradigm da: Taxpayers’ Proficiences Perspective.
to Behavioural Economics, a Review International Journal of Business and
Journal of Accounting & Organizational Social Science, 4(11), 133-143.
Change, 10(2), 244-262. Waluya, B. (2007). Sosiologi: Menyelami
Shafer, W. E., Simmons, R. S., & Yip, R. W. Fenomena Sosial di Masyarakat. Ban­
Y. (2016). Social Responsibility, Pro- dung: Setia Purna Inves.
fessional Commitment and Tax Fraud. Weber, T. O., Fooken, J., & Herrmann, B.
Accounting, Auditing & Accountability (2014). Behavioural Economics and
Journal, 29(1), 111-134. Taxation. Taxation Papers, European
Simanjuntak, T. H., & Mukhlis, I. (2012). Di- Commission, 41, 1-41.
mensi Ekonomi dan Perpajakan dalam William, S. E., & Simmons, R. S. (2008). So-
Pembagunan Ekonomi. Depok: Raih Asa cial Responsibility, Machiavellianism
Sukses. and Tax Avoidance: A Study of Hong
Siqueira, R. B. D., & Nogueira, J. R. B. Kong Tax Professionals. Accounting,
(2014). Taxation, Inequality, and The Auditing & Accountability Journal 21(5),
Illusion of The Social Contract in Bra- 695-720.
zil World Economics Association Confer- Winerungan, O. L. (2013). Sosialisasi Per-
ences, 1-18. pajakan, Pelayanan Fiskus dan Sanksi
Suci, A. (2011). 151 Konspirasi Dunia, Paling Perpajakan terhadap Kepatuhan WPOP
Gila & Mencengangkan. Jakarta: Wa- di KPP Manado dan KPP Bitung. Jurnal
hyu Media. EMBA, 1(3), 960-970.
Syakura, M. A., & Baridwan, Z. (2014). Deter- Yee, C. P., Moorthy, K., & Soon, W. C. K.
minan Perencanaan Pajak dan Perilaku (2017). Taxpayers’ Perceptions on Tax
Wajib Pajak Badan. Jurnal Akuntansi Evasion Behaviour: An Empirical Study
Multiparadigma, 5(2), 185-201. in Malaysia. International Journal of
Torgler, B. (2008). What do We Know about Law and Management, 59(3), 413-429.
Tax Fraud? An Overview of Recent De-
velopments. Social Research, 75 (4),

Anda mungkin juga menyukai