DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr. Nizarul Alim, S.E., M.Si., Ak., CA
Dr. Prasetyono, S.E., M.Si., Ak., CFrA., CSRS
Alexander Anggono, S.E., M.Si., PhD., CFrA., CSRS., CRP
Oleh :
Nurul Kamariah (220251100006)
Dapat di lihat pada Tabel 1 bahwa realisasi penerimaan pajak terus mengalami
peningkatan dari tahun 2019 hingga tahun 2022. Puncaknya, realisasi penerimaan
pajak tembus hingga 115,6% dan hal ini tentu membuat Menteri Keuangan Sri
Mulyani “full senyum”. Tidak hanya Menteri Keuangan, seluruh petugas dan pejabat
di bawah naungan Dirjen Pajak juga turut berbahagia dengan pencapaian tersebut
karena sesuai janji yang dituangkan dalam Perpres No. 37/2015 apabila target
mencapai 95% atau lebih, mereka akan mendapatkan tunjangan sesuai dengan apa
yang sudah disampaikan dalam Perpres tersebut.
Target penerimaan pajak tidak hanya berlaku di Indonesia saja. Pemerintah India
menetapkan target pendapatan per wilayah geografis untuk petugas pajak, hal ini
tidak didasarkan pada volume dan sifat transaksi perbankan dan tidak didasarkan
pada data analitik apapun (Deb, 2021).
Para petugas pajak India diberdayakan untuk menyampaikan pemberitahuan dalam
diskresi mereka karena berbagai alasan mulai dari kecurigaan penggelapan pajak,
ketidaksesuaian dalam catatan resmi hingga kesalahan artimatika dan wajib pajak
diharapkan untuk menanggapi dalam waktu 30 hari (Deb, 2021). Sistem ini tidak jauh
berbeda dengan yang berlaku di Indonesia. Dimana wajib pajak yang memiliki nilai
transaksi PPN yang tinggi di masukkan ke dalam ranking 10 besar wajib pajak atau
yang disebut wajib pajak prioritas. Tidak jarang juga, demi mencapai target, para
account representative acap kali menjadikan mereka “langganan” untuk diteliti
SPTnya dan jika nantinya ditemukan ketidakcocokan data ataupun hal yang
mencurigakan, penelitian SPT akan berlanjut ke ranah pemeriksaan SPT. Karena
berbagai alasan, transaksi wajib pajak diteliti seperti setoran bank di atas INR 10
lakh, transaksi bernilai tinggi melalui kartu kredit melebihi INR 2 lakh, investasi
reksa dana di atas INR 2 lakh dan bahkan pelepasan property rumah dengan nilai INR
20 lakh ke atas (Deb, 2021).
UU KUP memberikan kewenangan kepada Dirjen Pajak untuk melakukan
pemeriksaan guna melakukan evaluasi kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak
sekaligus menjalankan fungsi pengawasan kepatuhan pelaksanaan kewajiban
perpajakan. Namun, hal ini menimbulkan potensi timbulnya kecurangan perpajakan
dimana pada saat proses pemeriksaan, “oknum” petugas pajak dapat memberikan
penawaran kepada wajib pajak untuk meminimalkan atau mengurangkan hutang
pajak hasil pemeriksaan sebelum ditetapkannya Surat Ketetapan Pajak atau SKP saat
melakukan Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan (PHAP) (Mangoting et al., 2017).
Intensitas pertemuan wajib pajak dan petugas pajak juga menimbulkan “hubungan
istimewa” yang disebut dengan hubungan “tahu sama tahu”. Petugas pajak tahu
bahwa wajib pajak tidak sepenuhnya jujur atas data pajak yang disampaikan dalam
SPTnya. Walaupun pembayar pajak menghindari risiko dan bersikap rasional, para
petugas pajak memperlakukan mereka sebagai penghindar potensial (Yitzhaki, 1974).
Sehingga, “oknum” petugas pajak memanfaatkan situasi tersebut didasarkan
hubungan “tahu sama tahu” dengan harapan wajib pajak membantu mereka dalam
mencapai “reward” yang dijanjikan dalam Perpres No. 37/2015 sebagai imbalan atas
kebaikan mereka dalam membantu merealisasikan kemauan wajib pajak untuk
meminimalkan hutang pajaknya. Wajib pajak sengaja membiarkan kesalahan
pajaknya agar nantinya saat dilakukan pemeriksaan, mereka akan menemukan
kesalahan yang sebenarnya telah disiapkan dan berharap agar petugas pajak tidak
berupaya untuk mencari-cari kesalahan (Mangoting et al., 2017).
Kisah pajak India dan Indonesia tidak jauh berbeda. Penetapan target yang
dianggap tidak realistis menyebabkan timbulnya terror pajak. Pemerintah
memberikan tekanan berlebihan kepada petugas pajak dan pada gilirannya mereka
melakukan pemerasan (Deb, 2021). Istilah teror di sini tidak mengarah pada spektrum
politik melainkan diarahkan pada kejahatan keuangan dimana aktivitas berbasis target
telah berubah menjadi “teror”. Terorisme pajak telah disebut sebagai memberikan
tekanan ilegal kepada wajib pajak oleh otoritas untuk mengumpulkan pendapatan
tambahan atau untuk menciptakan hambatan dalam cara mereka dengan menegakkan
ketentuan yang berbeda dari undang-undang yang keras karena kemungkinan besar
bentuk ketidakpatuhan pajak atau penghindaran pajak dapat terjadi (Blaufus et al.,
2016).
Tulisan ini mencoba untuk menggali fenomena kecurangan pajak dari perspektif
yang berbeda. Dimana target penerimaan pajak dianggap sebagai unsur tekanan yang
menyebabkan otoritas pajak melakukan segala macam cara guna memenuhi target
tersebut dan menyebabkan teror, baik pembayar pajak maupun petugas pajak. Di
akhir tulisan, peneliti berharap agar nantinya ada perbaikan sistem dan administrasi
perpajakan demi terciptanya iklim yang sinergis, dimana pembayar pajak tidak lagi
dipandang sebagai penghindar potensial melainkan sebagai klien, dan kisah dalam
kitab Mahabarata tentang memungut pajak bagai mengumpulkan nektar dari bunga
dapat terealisasi di Indonesia.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Alm, J. (2012). Measuring, explaining, and controlling tax evasion: lessons from theory,
experiments, and field studies. International Tax and Public Finance, 19(1), 54–77.
https://doi.org/10.1007/s10797-011-9171-2
Alm, J., Martinez-vazquez, J., & Schneiderb, F. (2004). Taxing the hard-to-tax: lessons
from theory and practice. Taxing the Hard-to-Tax, 121–158.
http://books.google.co.uk/books?id=fWGoPYH-OnoC
Anonim. (2023). Menkeu : Kinerja Penerimaan Negara Luar Biasa Dua Tahun Berturut-
turut. Diakses 01 April 2023 dari https://www.kemenkeu.go.id/informasi-
publik/publikasi/berita-utama/Kinerja-Penerimaan-Negara-Luar-Biasa.
Baldry, J. C. (1986). Tax evasion is not a gamble. Economics Letters, 22(4), 333–335.
https://doi.org/10.1016/0165-1765(86)90092-3
Bani-Mustafa, A., Al Qudah, A., Damrah, S., & Alameen, M. (2020). Does culture
influence whether a society justifies tax cheating? Journal of Financial Crime.
https://doi.org/10.1108/JFC-03-2020-0031
Becker, G. S. (1968). Crime and Punishment: An Economic Approach. Economic
Analysis of the Law: Selected Readings, 255–265.
https://doi.org/10.1002/9780470752135.ch25
Blaufus, K., Hundsdoerfer, J., Jacob, M., & Sünwoldt, M. (2016). Does legality matter?
The case of tax avoidance and evasion. Journal of Economic Behavior and
Organization, 127, 182–206. https://doi.org/10.1016/j.jebo.2016.04.002
Chau, G., & Leung, P. (2009). A critical review of Fischer tax compliance model : A
research synthesis. Journal of Accounting and Taxation, 1(2), 034–040.
Cowell, F. A. (1990). Tax sheltering and the cost of evasion. Oxford Economic Papers,
42(1), 231–243. https://doi.org/10.1093/oxfordjournals.oep.a041937
Cressey, D. R. (1950). The Criminal Violation of Financial Trust. American Sociological
Review, 15(6), 738–743.
Cressey, D. R. (1953). Other people’s money; a study of the social psychology of
embezzlement. In Other people’s money; a study of the social psychology of
embezzlement. Free Press.
Deb, R. (2021). Limning India’s tax terrorism saga. Vilakshan - XIMB Journal of
Management, 18(2), 202–215. https://doi.org/10.1108/xjm-08-2020-0094
Dorminey, J., Scott Fleming, A., Kranacher, M. J., & Riley, R. A. (2012). The evolution
of fraud theory. Issues in Accounting Education, 27(2), 555–579.
https://doi.org/10.2308/iace-50131
Effenrin, S., Darmadji, S. H., & Tan, Y. (2018). Metode Penelitian Akuntansi :
Mengungkap Fenomena dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. In Graha
Ilmu (Vol. 53, Issue 9).
Fogarty, T., & Jones, D. A. (2014). Between a rock and a hard place: How tax
practitioners straddle client advocacy and professional responsibilities. In
Qualitative Research in Accounting and Management (Vol. 11, Issue 4).
https://doi.org/10.1108/QRAM-06-2013-0024
Hasseldine, J., & Hite, P. A. (2003). Framing, gender and tax compliance. Journal of
Economic Psychology, 24(4), 517–533. https://doi.org/10.1016/S0167-
4870(02)00209-X
Indonesia, R. (2011). Undang-undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
http://ridum.umanizales.edu.co:8080/jspui/bitstream/6789/377/4/Mu�oz_Zapata_A
driana_Patricia_Art�culo_2011.pdf
James, S., & Alley, C. (2002). Tax Compliance , Self-Assessment and Tax
Administration School of Business and Economics , University of Exeter. Journal
of Finance and Management in Public Services, 2(2), 27–42.
http://hdl.handle.net/10036/47458
Jerbashian, V., & Kochanova, A. (2016). The impact of doing business regulations on
investments in ICT. Empirical Economics, 50(3), 991–1008.
https://doi.org/10.1007/s00181-015-0953-8
Khalimi, K., & Iqbal, M. (2020). Hukum Pajak Teori Dan Praktik. In AURA CV. Anugrah
Utama Raharja (Vol. 1, Issue 69).
Kirchler, E., Hoelzl, E., & Wahl, I. (2008). Enforced versus voluntary tax compliance:
The “slippery slope” framework. Journal of Economic Psychology, 29(2), 210–225.
https://doi.org/10.1016/j.joep.2007.05.004
Korndörfer, M., Krumpal, I., & Schmukle, S. C. (2014). Measuring and explaining tax
evasion: Improving self-reports using the crosswise model. Journal of Economic
Psychology, 45, 18–32. https://doi.org/10.1016/j.joep.2014.08.001
Levaggi, R., & Menoncin, F. (2013). Optimal dynamic tax evasion. Journal of Economic
Dynamics and Control, 37(11), 2157–2167.
https://doi.org/10.1016/j.jedc.2013.06.007
Manan, A. (2021). METODE PENELITIAN ETNOGRAFI (C. I. Salasiyah (ed.)). AcehPo
Publishing.
Mangoting, Y., Sukoharsono, E. G., Rosidi, & Nurkholis. (2017). Menguak Dimensi
Kecurangan Pajak. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 121, 274–290.
https://doi.org/10.18202/jamal.2017.08.7054
Mansury, R. (1994). Panduan Konsep Utama Pajak Penghasilan Indonesia, Uraian
Umum dan Tentang Siapa-siapa yang Dituju untuk Dikenakan Pajak. Bina Rena
Pariwara.
Marshall, R., Smith, M., & Amstrong, R. W. (1997). Self‐assessment and the tax audit
lottery : The Australian experience. Managerial Auditing Journal, 12(1), 9–15.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1108/02686909710155957
Rablen, M. D. (2010). Tax evasion and exchange equity: A reference-dependent
approach. Public Finance Review, 38(3), 282–305.
https://doi.org/10.1177/1091142110367858
Richardson, G. (2008). The relationship between culture and tax evasion across countries:
Additional evidence and extensions. Journal of International Accounting, Auditing
and Taxation, 17(2), 67–78. https://doi.org/10.1016/j.intaccaudtax.2008.07.002
Ritsatos, T. (2014). Tax evasion and compliance; From the neo classical paradigm to
behavioural economics, a review. Journal of Accounting and Organizational
Change, 10(2), 244–262. https://doi.org/10.1108/JAOC-07-2012-0059
Seltman, C. (1953). Theseus and the Minotaur of Knossos. The South African
Archaeological Bulletin, 8(32), 98. https://doi.org/10.2307/3887320
Shafer, W. E., & Simmons, R. S. (2011). Effect of Organizational Ethical Culture on the
Ethical Decision of Tax Practitioners in Mainland China. The Eletronic Library,
24(5), 647–668. https://doi.org/10.1108/0913571111139193
Sinnasamy, P., Bidin, Z., & Ismail, S. S. S. (2015). A Proposed Model of Non-
compliance Behaviour on Excise Duty: A Moderating Effects of Tax Agents.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 211(September), 299–305.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.038
Sinnot, R. W. (1993). The Boston Tea Party.
Tabandeh, R., Jusoh, M., Nor Ghani, N. G. Bin, & Zaidi, M. A. S. (2013). Causes of tax
evasion and their relative contribution in malaysia: An artificial neural network
method analysis. Jurnal Ekonomi Malaysia, 47(1), 99–108.
Tsakumis, G. T., Curatola, A. P., & Porcano, T. M. (2007). The relation between national
cultural dimensions and tax evasion. Journal of International Accounting, Auditing
and Taxation, 16(2), 131–147. https://doi.org/10.1016/j.intaccaudtax.2007.06.004
Turner, J. C. (2005). Explaining the nature of power: A three-process theory. European
Journal of Social Psychology, 35(1), 1–22. https://doi.org/10.1002/ejsp.244
VOGEL, J. (1974). Taxation and Public Opinion in Sweden: an Interpretation of Recent
Survey Data. National Tax Journal, 27(4), 499–513.
https://doi.org/10.1086/ntj41861983
Watanabe, S. (1986). Income Tax Evasion : A Theoretical Analysis. 201–202.
Yitzhaki, S. (1974). A Note on Income Tax Evasion : A Theorical Analysis. Journal of
Public Economics, 3, 201–202. https://doi.org/10.1007/bf02298834