Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari
persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Cebongan
Kota Salatiga
Disusun Oleh:
dr. Rinda Yanuarisa
Topik:
EVALUASI PROGRAM OPEN DEFECATION FREE
Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip sekaligus sebagai
bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas
Cebongan Kota Salatiga
Mengetahui,
Dokter Internship, Dokter Pendamping
2
jamban sehat semi permanen, dan 8,14% menggunakan jamban sharing (menumpang).
Setelah mendapat bantuan, 3 kelurahan yang dinaungi Puskesmas Cebongan, yaitu Kelurahan
Ledok, Cebongan, dan Noborejo pada tahun 2018 sudah ODF.
Meskipun sudah dinyatakan ODF, akan tetapi masih diperlukan adanya evaluasi lebih
lanjut untuk mempertahankan kebiasaan masyarakat yang tidak buang air besar sembarangan.
Maka dari itu, perlu diadakan pertemuan antara kader agar dapat memantau program ODF
yang terus berjalan.
C. PELAKSANAAN
Kegiatan evaluasi dilaksanakan di Aula Puskesmas Cebongan pada hari Jumat, 30
November 2018. Kegiatan dimulai pukul 08.30 dan berakhir pada pukul 10.30. Kegiatan
dibuka oleh kepala Puskesmas Cebongan. Selanjutnya dilakukan kegiatan evaluasi program
meliputi:
1. Pendahuluan mengenai STBM
2. Pemaparan hasil verifikasi ODF Kecamatan Argomulyo
3. Pemaparan hasil verifikasi ODF Per Kelurahan
3
mendukung berjalannya program ODF. Acara berjalan dengan baik dan lancar. Para
peserta menyimak dengan baik dan berperan aktif pada diskusi terbuka.
4. Evaluasi :
Di Kelurahan Cebongan, Ledok, dan Noborejo sudah tidak ada warga yang buang air
besar sembarangan. Sebagian besar warga sudah memiliki jamban sehat permanen.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk mencapai outcome tersebut, STBM memiliki 6 (enam) strategi nasional yang
pada bulan September 2008 telah dikukuhkan melalui Kepmenkes
No.852/Menkes/SK/IX/2008. Dengan demikian, strategi ini menjadi acuan bagi petugas
kesehatan dan instansi yang terkait dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi terkait dengan sanitasi total berbasis masyarakat. Pada tahun 2014,
5
naungan hukum pelaksanaan STBM diperkuat dengan dikeluarkannya PERMENKES Nomor
3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Dengan demikian, secara otomatis
Kepmenkes No.852/Menkes/SK/IX/2008 telah tidak berlaku lagi sejak terbitnya Permenkes
Nomor 3 tahun 2014.
2. Tujuan STBM
Penyelenggaraan STBM bertujuan untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang
higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
6
d. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PSRT)
Masyarakat dapat melakukan kegiatan pengolahan sampah di rumah tangga dengan
mengedepankan prinsip 3R yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (memakai ulang), dan
Recycle (mendaur ulang)
e. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLCRT)
Masyarakat melakukan kegiatan pengolahan limbah cair di rumah tangga yang berasal
dari sisa kegiatan mencuci, kamar mandi dan dapur yang memenuhi standar baku mutu
kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan yang mampu memutusan mata rantai
penularan penyakit serta mengurangi pencemaran terhadap lingkungan.
B. JAMBAN
1. Pengertian
Jamban adalah suatu fasilitas pembuangan tinja manusia. Jamban terdiri atas
tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung)
yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.
Jamban keluarga adalah suatu fasilitas pembuangan tinja bagi suatu keluarga.
7
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2014 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, jamban sehat adalah
suatu fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan
penyakit. Sementara pengertian kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak
dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja, air seni dan CO2.
8
4. Angsa trine (Water Seal Latrine)
Di bawah tempat jongkok jamban ini ditempatkan atau dipasang suatu alat yang
berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi mencegah
timbulnya bau. Kotoran yang berada di tempat penampungan tidak tercium baunya,
karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang melengkung. Dengan
demikian dapat mencegah hubungan lalat dengan kotoran.
5. Jamban di Atas Balong (Empang)
Membuat jamban di atas balong (yang kotorannya dialirkan ke balong) adalah cara
pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan, tetapi sulit untuk menghilangkannya,
terutama di daerah yang terdapat banyak balong.
6. Jamban Septic Tank.
Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara anaerobik. Nama
septic tank digunakan karena dalam pembuangan kotoran terjadi proses pembusukan
oleh kuman-kuman pembusuk yang sifatnya anaerob. Septic tank dapat terdiri dari dua
bak atau lebih serta dapat pula terdiri atas satu bak saja dengan mengatur sedemikian
rupa (misalnya dengan memasang beberapa sekat atau tembok penghalang), sehingga
dapat memperlambat pengaliran air kotor di dalam bak tersebut. Dalam bak bagian
pertama akan terdapat proses penghancuran, pembusukan dan pengendapan. Dalam bak
terdapat tiga macam lapisan yaitu:
a. Lapisan yang terapung, yang terdiri atas kotoran-kotoran padat
b. Lapisan cair
c. Lapisan endap
9
3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah
di sekitarnya.
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna.
6. Cukup penerangan
7. Lantai kedap air
8. Ventilasi cukup baik
9. Tersedia air dan alat pembersih
4. Pemeliharaan Jamban
Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara
pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI 2004 adalah sebagai berikut:
1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering
2. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air
3. Tidak ada sampah berserakanan
4. Rumah jamban dalam keadaan baik
5. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat
6. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada
7. Tersedia alat pembersih
8. Bila ada yang rusak segera diperbaiki
9. Selain itu ditambahkan juga pemeliharaan jamban keluarga dapat dilakukan dengan:
a. Air selalu tersedia dalam bak atau dalam ember
b. Sehabis digunakan, lantai dan lubang jongkok harus disiram bersih agar tidak bau
dan mengundang lalat.
c. Lantai jamban diusahakan selalu bersih dan tidak licin, sehingga tidak
membahayakan pemakai.
d. Tidak memasukkan bahan kimia dan detergen pada lubang jamban.
e. Tidak ada aliran masuk kedalam lubang jamban selain untuk membilas tinja.
10
C. PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN
1. Pengertian
Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar
sembarangan. Perilaku SBS diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa
jamban sehat (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014
Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi
yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan yaitu:
a. tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi
manusia akibat pembuangan kotoran manusia; dan
b. dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada pemakai dan lingkungan
sekitarnya.
1. Buang Air Besar di tangki septic, adalah buang air besar yang sehat dan dianjurkan oleh
ahli kesehatan yaitu dengan membuang tinja di tangki septic yang digali di tanah dengan
syarat-syarat tertentu. Buang air besar di tangki septik juga digolongkan menjadi:
11
a. Buang Air Besar dengan jamban leher angsa, adalah buang air besar menggunakan
jamban model leher angsa yang aman dan tidak menimbulkan penularan penyakit akibat
tinja karena dengan model leher angsa ini maka tinja akan dibuang secara tertutup dan
tidak kontak dengan manusia ataupun udara.
b. Buang Air Besar dengan jamban plengsengan, adalah buang air besar dengan
menggunakan jamban sederhana yang didesain miring sedemikian rupa sehingga
kotoran dapat jatuh menuju tangki septic setelah dikeluarkan. Tetapi tangki septiknya
tidak berada langsung di bawah pengguna jamban.
c. Buang Air Besar dengan jamban model cemplung/cubluk, adalah buang air besar
dengan menggunakan jamban yang tangki septiknya langsung berada di bawah jamban.
Sehingga tinja yang keluar dapat langsung jatuh ke dalam tangki septic. Jamban ini
kurang sehat karena dapat menimbulkan kontak antara septic tank dengan manusia yang
menggunakannya.
2. Buang Air Besar tidak di tangki septic atau tidak menggunakan jamban. Buang Air Besar
tidak di tangki septic atau tidak dijamban ini adalah perilaku buang air besar yang tidak
sehat. Karena dapat menimbulkan dampak yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Buang
Air Besar tidak menggunakan jamban dikelompokkan sebagai berikut:
a. Buang Air Besar di sungai atau di laut : Buang Air Besar di sungai atau di laut dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan dan teracuninya biota atau makhluk hidup yang
berekosistem di daerah tersebut. Buang air besar di sungai atau di laut dapat memicu
penyebaran wabah penyakit yang dapat ditularkan melalui tinja.
b. Buang Air Besar di sawah atau di kolam : Buang Air Besar di sawah atau kolam dapat
menimbulkan keracunan pada padi karena urea yang panas dari tinja. Hal ini akan
menyebakan padi tidak tumbuh dengan baik dan dapat menimbulkan gagal panen.
c. Buang Air Besar di pantai atau tanah terbuka, buang air besar di Pantai atau tanah
terbuka dapat mengundang serangga seperti lalat, kecoa, kaki seribu, dsb yang dapat
menyebarkan penyakit akibat tinja. Pembuangan tinja di tempat terbuka juga dapat
menjadi sebab pencemaran udara sekitar dan mengganggu estetika lingkungan.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
14
15