BRONKITIS
Disusun Oleh :
PUPUT INDRIANY
N 111 17 117
Pembimbing :
dr. I Nyoman Widajadnja, M.Kes
dr. H. Erwin K. Putra
1.2.Tujuan
Adapun tujuan penyusunan laporan refleksi kasus ini meliputi :
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir di bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat
2. Sebagai gambaran penyebaran penyakit dan beberapa faktor resiko
penyebarannya di wilayah kerja Puskesmas Lembasada
3. Sebagai upaya pencegahan oleh meningkatnya kasus pada tahun 2018
dibanding tahun sebelumnya
BAB II
KASUS
2.2 Kasus
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Batuk Berdahak
Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan dirasakan sejak ± 2 minggu yll. Keluhan batuk terutama
dikeluhkan pasien saat pasien beraktivitas di kebun atau membersihkan
rumah serta saat udara dingin. Keluhan batuk muncul hilang timbul. Dahak
yang keluar menurut pasien berwarna putih kadang kekuningan. Pasien
juga mengeluhkan sesak napas. Serta pasien juga mengeluhkan sering
merasa mudah lelah. Demam tidak dikeluhkan pasien. Pasien mengatakan
merupakan perokok aktif sejak iya berumur 12 tahun. BAB lancar, BAK
Normal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
o Pasien mulai menderita keluhan serupa sejak 5 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Keluarga :
Istri pasien tidak ada yang mengeluhkan keluhan serupa. Tetapi anak
pasien sering batuk – batuk dan beringus.
Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:
o Pasien tinggal di desa Lumbulama bersama 7 orang lainnya yaitu
pasien, istri pasien, ketiga anak pasien, dan 2 adik pasien. Rumah pasien
berukuran luas ± 60x40 m2. Dinding dan lantai pasien terbuat dari kayu
dan juga atap rumah pasien terbuat dari rumbia. Jumlah ventilasi cukup,
penyinaran cahaya matahari cukup, kelembapan rumah cukup. Rumah
pasien memiliki 1 kamar, pasien tidur di kamar bersama istri dan 3
orang anak, dan adiknya tidur di dekat dapur. Selain itu terdapat ruang
tengah, dapur, tempat mencuci piring. Pasien biasanya tidur di kebun 2
hari 2 malam lalu tidur di rumah selang 2 hari dikarenakan akses ke
rumah dan kebun sangatlah jauh.
o Pasien merupakan perokok aktif
o Kedua adik pasien juga merupakan perokok aktif.
o Tetangga di lingkungan pasien juga merupakan perokok aktif.
o Pasien makan 2 kali sehari.
o Kebiasaan pasien mandi mendekati malam dan menggunakan baju
basah saat bekerja.
o Pola tidur pasien tidak teratur.
o Pasien membersihkan rumah seminggu dua kali. Sampah di rumah
dikumpulkan dan kemudian dibakar di depan rumah.
o Sumber air yang dipakai untuk sehari-hari adalah air sungau.
Sedangkan untuk minum, pasien menggunakan air sungai tersebut yang
telah dimasak.
o Sumber listrik dari PLN.
RESUME
Pasien laki – laki umur 36 tahun datang ke tepat pemeriksaan dengan
Keluhan dirasakan sejak ± 2 minggu yll. Keluhan batuk terutama dikeluhkan pasien
saat pasien beraktivitas di kebun atau membersihkan rumah serta saat udara dingin.
Keluhan batuk muncul hilang timbul. Dahak yang keluar menurut pasien berwarna
putih kadang kekuningan. Pasien juga mengeluhkan sesak napas. Serta pasien juga
mengeluhkan sering merasa mudah lelah. Demam tidak dikeluhkan pasien. Pasien
mengatakan merupakan perokok aktif sejak berumur 12 tahun. BAB lancar, BAK
Normal.
Pada pemeriksaan fisik pada tanda vital TD 130/90, RR 24x/m, kemudian
pada pemeriksaan thoraks pada auskultasi didapatkan ronkhi pada kedua lapang
paru.
DIAGNOSIS KERJA
Bronkitis akut
DIAGNOSIS BANDING
Bronkitis kronik, Pneumonia, TB Paru
Terapi
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
Ambroxol 30mg 2 x 1
Paracetamol 500 mg 3x1
Amoxicilin 500mg 3x1
Salbutamol 1,5 mg
Nonmedikamentosa
1. Menjelaskan pada pasien bahwa penyakit ini bisa disembuhkan, tetapi pasien
harus menghindari penyebabnya seperti berhenti merokok, kemudian
menggunakan masker saat membersihkan rumah ataupun saat berpergian.
2. Membatasi aktifitas/kegiatan yang memerlukan tenaga yang banyak.
3. Tidur di kamar menggunakan baju hangat kalau bias hingga sampe leher.
4. Hindari makanan yang merangsang batuk seperti: gorengan, minuman dingin
(es), dll.
5. Jangan mandi terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandi dengan air hangat serta
tidak menggunakan baju yang basah saat kerja.
6. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
7. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
PROGNOSIS
Quo Ad vitam : ad bonam
Quo Ad functionam : dubia ad bonam
Quo Ad cosmeticam : dubia ad bonam
Quo Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB III
PEMBAHASAN
2. Faktor perilaku
Faktor perilaku yang mempengaruhi pada kasus ini yaitu kebiasaan
pasien merupakan seorang perokok kemudian pasien jarang menggunakan
masker pada saat membersihkan rumah. 4
3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pasien dengan bronkhitis yaitu
lingkungan yang tidak sehat, dalam kasus ini yaitu kepadatan hunian rumah yang
tidak sesuai sehingga memudahkan perkembagan dan penularan virus mapun
bakteri. tetapi paparan terhadap polusi juga erat hubungannya denga kejadian
bronkhitis, berupa asap rokok yang diama kontak dengan anggota keluarga dalam
hal ini, adik pasien dan tetangganya yang merupakan perokok aktif serta keadaan
rumah yang tidak sehat terutama masalah kebersihan yang kurang baik.
Kebiasaan yang dilakukan sehari hari seperti mandi menjelang malam dan
menggunakan baju basah saat bekerja di kebun, tidur di kebun dan tidur tanpaa
menggunakan pakaian yang hangat. 4
Menurut Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999:5
1. Bahan bangunan,
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut : 1) Debu Total
tidak lebih dari 150 µg m3; 2) Asbes bebas tidak melebihi 0,5
fiber/m3/4jam; 3) Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg.
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen.
Rumah pasien merupakan rumah yang terbuat dari kayu da lantai dari
paapan dan atapnya terbuat dari rumbia.
2. Komponen dan penataan ruang rumah. Komponen rumah harus memenuhi
persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut:
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
b. Dinding
Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana
ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara dan di kamar mandi dan
tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan
c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
d. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus
dilengkapi dengan penangkal petir
e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu,
ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi
dan ruang bermain anak
f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.
Rumah pasien tidak memiliki sarana pembuangan asap sehingga saat
memasak asap masuk ke rumah. Dinding rumah pasien terbuat dari
kayu sehingga kalau hujan bisa membuat lembab pada dinding rumah
pasien.
4. Pencahayaan
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat
menerangi seluruh bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak
menyilaukan.
Rumah pasien memiliki akses untuk pencahayaan alam yang telah
sesuai.
5. Kualitas Udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :
b. Suhu udara nyaman berkisar antara l8°C sampai 30°C
c. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%
d. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
e. Pertukaran udara
f. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8jam
g. Konsentrasi gas formaldehide tidak melebihi 120 mg/m3
6. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari
luas lantai
Ventilasi dalam rumah pasien telah sesuai standar.
7. Binatang penular penyakit
Tidak ada tikus bersarang dalam rumah
Dirumah pasien menurut ibu pasien tidak ada tikus dan binatang
peliharaan, namun beberapa tetangga disebelah rumahnya memelihara
anjing dan kambing.
8. Air
a. Tersedia air bersih dengan kapasitas minimal 60 lt/hari/orang
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air
minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Jumlah air dapat dikatakan cukup karena bersumber air dari sungai
yang terdapat di dekat rumah, tetapi untuk kualitasnya belum dapat
dinilai.
9. Tersediannya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene
Penyimpanan makanan pasien di atas meja makanan, dan tidak
menggunakan penutup makanan.
10. Limbah
a. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak
menyebabkan pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.
Jarak antara rumah pasien dan tempat sampah ±2 meter, dan keluarga
pasien selalu membuang limbah di tempat sampah tersebut, sehingga
pengelolaan limbah belum cukup baik.
11. Kepadatan hunian ruang tidur
Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari
dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun.
Ruang tidur dirumah pasien berjumlah 1 kamar berukuran 4x4 meter
yang dihuni 3 orang. Kebersihan kamar tidur dirumah pasien dapat
dikatakan kurang karena di kamar tidur tergabung dengan pakaian yang
tertata kurang rapi
A. Kesimpulan
ISPA masih termasuk dalam 10 penyakit terbanyak dan menduduki
peringkat pertama di Puskesmas Lembasada tahun 2016. Penyebab bronkitis
dibagi berdasarkan faktor lingkungan dan faktor host/penderita. Penyebab
terjadinya bronkitis pada pasien ini berkaitan dengan empat determinan
kesehatan, yaitu faktor faktor biologis/genetik, lingkungan, perilaku, dan
faktor pelayanan kesehatan masyarakat. Namun faktor yang paling berperan
dalam kasus ini adalah faktor lingkungan dan faktor perilaku.
B. Saran
1. Upaya preventif, promotif, dan kuratif perlu dilakukan untuk menurunkan
kejadian bronkitis.
2. Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan tentang bagaimana cara
diagnosis dan tatalaksana bronkitis.
3. Menjalin kerja sama antara keluarga, tokoh masyarakat, kader, dan
petugas kesehatan dalam penemuan dan tatalaksana pasien dengan infeksi
saluran pernapasan terutama bronkitis.
4. Koordinasi antara bagian konseling dengan bagian pelayanan kesehatan
agar lebih ditingkatkan terutama dalam melakukan sosialisasi berupa
penyuluhan yang berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS).
DAFTAR PUSTAKA