Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS SEPTEMBER 2018

BRONKITIS

Disusun Oleh :
PUPUT INDRIANY
N 111 17 117

Pembimbing :
dr. I Nyoman Widajadnja, M.Kes
dr. H. Erwin K. Putra

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia sebagai daerah tropis yang berpotensi menjadi daerah endemik
dari beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman
kesehatan bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh geografis dapat mendorong
terjadinya peningkatan kasus maupun kematian akibat ISPA, misalnya
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh asap karena kebakaran hutan,
gas buangan yang berasal dari sarana transportasi dan polusi udara dalam
rumah karena asap dapur,asap rokok, perubahan iklim global antara lain
perubahan suhu udara,kelembaban, dan curah hujan merupakan ancaman
kesehatan terutama pada penyakit ISPA.[1]
Bronkitis adalah suatu penyakit yand ditandai oleh adanya inflamasi
bronkus. Bronkitis adalah suatu infeksi akut saluran besar paru (yaitu trachea
dan bronchus) karena infeksi virus atau bakteri2. Bronkitis adalah suatu
penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus lokal yang bersifat
patologis dan berjalan kronik.3
Di Indonesia masih banyak keluarga yang setiap hari menghirup polutan
ini, kondisi ini menyebabkan angka kejadian penyakit bronkitis sangat tinggi.
Pada tahun 2007 di Negara berkembang seperti Indonesia infeksi saluran
pernafasan bawah masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting. Resiko penularan setiap tahun di Indonesia di anggap cukup tinggi.
Di Indonesia yang terinfeksi bronkitis sekitar 1.6 juta orang.2,3
Secara umum penyebab bronkitis dibagi berdasarkan faktor lingkungan
dan faktor host/penderita. Penyebab bronkitis berdasarkan faktor lingkungan
meliputi polusi udara, merokok dan infeksi. Infeksi sendiri terbagi menjadi
infeksi bakteri (Staphylococcus, Pertusis, Tuberculosis, mikroplasma),
infeksi virus (RSV, Parainfluenza, Influenza, Adeno) dan infeksi fungi
(monilia). Faktor polusi udara meliputi polusi asap rokok atau uap/gas yang
memicu terjadinya bronkitis. Sedangkan faktor penderita meliputi usia, jenis
kelamin, kondisi alergi dan riwayat penyakit paru yang sudah ada.2
Dari data-data tersebut di atas, maka perlu dilakukan usaha-usaha untuk
menurunkan angka kejadian bronkitis. Dalam hal ini, puskesmas sebagai
ujung tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat primer yang
bertanggung jawab terhadap kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat
memiliki peranan yang sangat penting demi tercapainya tujuan tersebut.
Terkait hal tersebut, salah satu program dari puskesmas untuk meningkatkan
upaya kesehatan masyarakat yaitu upaya pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular yang merupakan salah satu dari 6 upaya kesehatan wajib.
Kegiatan dari upaya pemberantasan penyakit menular termasuk dalam
kegiatan promotif dan preventif.

1.2.Tujuan
Adapun tujuan penyusunan laporan refleksi kasus ini meliputi :
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir di bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat
2. Sebagai gambaran penyebaran penyakit dan beberapa faktor resiko
penyebarannya di wilayah kerja Puskesmas Lembasada
3. Sebagai upaya pencegahan oleh meningkatnya kasus pada tahun 2018
dibanding tahun sebelumnya
BAB II
KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn. I
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Alamat : Lumbulama
Tanggal Pemeriksaan : 4 September 2018

2.2 Kasus
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Batuk Berdahak
Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan dirasakan sejak ± 2 minggu yll. Keluhan batuk terutama
dikeluhkan pasien saat pasien beraktivitas di kebun atau membersihkan
rumah serta saat udara dingin. Keluhan batuk muncul hilang timbul. Dahak
yang keluar menurut pasien berwarna putih kadang kekuningan. Pasien
juga mengeluhkan sesak napas. Serta pasien juga mengeluhkan sering
merasa mudah lelah. Demam tidak dikeluhkan pasien. Pasien mengatakan
merupakan perokok aktif sejak iya berumur 12 tahun. BAB lancar, BAK
Normal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
o Pasien mulai menderita keluhan serupa sejak 5 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Keluarga :
Istri pasien tidak ada yang mengeluhkan keluhan serupa. Tetapi anak
pasien sering batuk – batuk dan beringus.
Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:
o Pasien tinggal di desa Lumbulama bersama 7 orang lainnya yaitu
pasien, istri pasien, ketiga anak pasien, dan 2 adik pasien. Rumah pasien
berukuran luas ± 60x40 m2. Dinding dan lantai pasien terbuat dari kayu
dan juga atap rumah pasien terbuat dari rumbia. Jumlah ventilasi cukup,
penyinaran cahaya matahari cukup, kelembapan rumah cukup. Rumah
pasien memiliki 1 kamar, pasien tidur di kamar bersama istri dan 3
orang anak, dan adiknya tidur di dekat dapur. Selain itu terdapat ruang
tengah, dapur, tempat mencuci piring. Pasien biasanya tidur di kebun 2
hari 2 malam lalu tidur di rumah selang 2 hari dikarenakan akses ke
rumah dan kebun sangatlah jauh.
o Pasien merupakan perokok aktif
o Kedua adik pasien juga merupakan perokok aktif.
o Tetangga di lingkungan pasien juga merupakan perokok aktif.
o Pasien makan 2 kali sehari.
o Kebiasaan pasien mandi mendekati malam dan menggunakan baju
basah saat bekerja.
o Pola tidur pasien tidak teratur.
o Pasien membersihkan rumah seminggu dua kali. Sampah di rumah
dikumpulkan dan kemudian dibakar di depan rumah.
o Sumber air yang dipakai untuk sehari-hari adalah air sungau.
Sedangkan untuk minum, pasien menggunakan air sungai tersebut yang
telah dimasak.
o Sumber listrik dari PLN.

Data Psikososial dan ekonomi:


Pasien memiliki hubungan baik dengan keluarganya dan tetangga
sekitar. Pasien tergolong ekonomi sedang dengan penghasilan yang
didapatkan tidak menentu berkisar 1.000.000 - 1.500.000
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital:
 Tekanan darah : 130/90 mmHg
 Nadi : 86x/m
 Pernapasan : 24x/m
 Suhu : 36,6°C

Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata,


Mata : Konjungtiva tidak anemis
sklera tidak ikterik, alis mata hitam,
Telinga : Normotia, tidak ada kelainan kulit
Hidung : Normal, deviasi (-), sekret (-)
Mulut : bibir tidak kering, caries dentis (-), faring hiperemis (-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar
tiroid (-),
Thoraks
Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan simetris
Palpasi : pergerakan simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi napas brokovesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (+/+)
bunyi jantung I dan II murni, reguler, bising jantung (-).
Abdomen
Inspeksi : perut tampak datar
Auskultasi : peristaltik kesan normal
Perkusi : timpani
Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)
Ekstremitas atas : akral hangat, tidak ada edema
Ekstremitas bawah : akral hangat, tidak ada edema

RESUME
Pasien laki – laki umur 36 tahun datang ke tepat pemeriksaan dengan
Keluhan dirasakan sejak ± 2 minggu yll. Keluhan batuk terutama dikeluhkan pasien
saat pasien beraktivitas di kebun atau membersihkan rumah serta saat udara dingin.
Keluhan batuk muncul hilang timbul. Dahak yang keluar menurut pasien berwarna
putih kadang kekuningan. Pasien juga mengeluhkan sesak napas. Serta pasien juga
mengeluhkan sering merasa mudah lelah. Demam tidak dikeluhkan pasien. Pasien
mengatakan merupakan perokok aktif sejak berumur 12 tahun. BAB lancar, BAK
Normal.
Pada pemeriksaan fisik pada tanda vital TD 130/90, RR 24x/m, kemudian
pada pemeriksaan thoraks pada auskultasi didapatkan ronkhi pada kedua lapang
paru.

DIAGNOSIS KERJA
Bronkitis akut

DIAGNOSIS BANDING
Bronkitis kronik, Pneumonia, TB Paru

Terapi
PENATALAKSANAAN
 Medikamentosa :
Ambroxol 30mg 2 x 1
Paracetamol 500 mg 3x1
Amoxicilin 500mg 3x1
Salbutamol 1,5 mg
 Nonmedikamentosa
1. Menjelaskan pada pasien bahwa penyakit ini bisa disembuhkan, tetapi pasien
harus menghindari penyebabnya seperti berhenti merokok, kemudian
menggunakan masker saat membersihkan rumah ataupun saat berpergian.
2. Membatasi aktifitas/kegiatan yang memerlukan tenaga yang banyak.
3. Tidur di kamar menggunakan baju hangat kalau bias hingga sampe leher.
4. Hindari makanan yang merangsang batuk seperti: gorengan, minuman dingin
(es), dll.
5. Jangan mandi terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandi dengan air hangat serta
tidak menggunakan baju yang basah saat kerja.
6. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
7. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

PROGNOSIS
Quo Ad vitam : ad bonam
Quo Ad functionam : dubia ad bonam
Quo Ad cosmeticam : dubia ad bonam
Quo Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien laki – laki umur 36 tahun datang ke tepat pemeriksaan dengan


Keluhan dirasakan sejak ± 2 minggu yll. Keluhan batuk terutama dikeluhkan pasien
saat pasien beraktivitas di kebun atau membersihkan rumah serta saat udara dingin.
Keluhan batuk muncul hilang timbul. Dahak yang keluar menurut pasien berwarna
putih kadang kekuningan. Pasien juga mengeluhkan sesak napas. Serta pasien juga
mengeluhkan sering merasa mudah lelah. Demam tidak dikeluhkan pasien. Pasien
mengatakan merupakan perokok aktif sejak pasien berumur 12 tahun. BAB lancar,
BAK Normal. Pada pemeriksaan fisik pada tanda vital TD 150/100, RR 24x/m,
kemudian pada pemeriksaan thoraks pada auskultasi didapatkan ronkhi pada kedua
lapang paru.
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh adanya inflamasi
bronkus. Bronkitis adalah suatu infeksi akut saluran besar paru (yaitu trachea dan
bronchus) karena infeksi virus atau bakteri. Bronkitis adalah suatu penyakit yang
ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan
kronik.
Penyebab bronkitis berdasarkan faktor lingkungan meliputi polusi udara,
merokok dan infeksi. Infeksi sendiri terbagi menjadi infeksi bakteri
(Staphylococcus, Pertusis, Tuberculosis, mikroplasma), infeksi virus (RSV,
Parainfluenza, Influenza, Adeno) dan infeksi fungi (monilia). Faktor polusi udara
meliputi polusi asap rokok atau uap/gas yang memicu terjadinya bronkitis.
Sedangkan faktor penderita meliputi usia, jenis kelamin, kondisi alergi dan riwayat
penyakit paru yang sudah ada.
Gejala umum bronkitis akut maupun bronkitis kronik adalah sebagai
berikut:
a. Batuk dan produksi sputum adalah gejala yang paling umum biasanya
terjadi setiap hari. Intensitas batuk, jumlah dan frekuensi produksi sputum
bervariasi dari pasien ke pasien. Dahak berwarna yang bening, putih atau
hijau-kekuningan.
b. Dyspnea (sesak napas) secara bertahap meningkat dengan tingkat keparahan
penyakit. Biasanya, orang dengan bronkitis kronik mendapatkan sesak
napas dengan aktivitas dan mulai batuk.
c. Gejala sering merasa mudah lelah, sakit tenggorokan , nyeri otot, hidung
tersumbat, dan sakit kepala dapat menyertai gejala utama.
d. Demam dapat mengindikasikan infeksi paru-paru sekunder virus atau
Bakteri.
Pada bronkitis akut, batuk terjadi selama beberapa minggu. Sesorang
didiagnosis bronkitis kronik ketika mengalami batuk berdahak selama paling
sedikit tiga bulan selama dua tahun berturut-turut. Pada bronkitis kronik mungkin
saja seorang penderita mengalami bronkitis akut diantara episode kroniknya, dan
batu mungkin saja hilang namun akan muncul kembali.
Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan batuk berdahak yang
berlangsung selama 2 minggu, disertai sesak napas, sering mengalami sering
merasa mudah lelah. Serta pasien merupakan seorang perokok. Hal tersebut sudah
sesuai dengan teori. Kemudian pasien ini baru mengalami batuk berdahak yang
hilang timbul selama 5 bulan. Setiap terkena batuk berdahak berlangsung kurang
lebih 1 minggu. Jadi kasus diatas termasuk bronkitis akut.

Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat


Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena ketidakseimbangan faktor-faktor
utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup
sehat yang diperkenalkan oleh H.L. belum mencakup 4 faktor yaitu faktor
genetik/biologis (keturunan), faktor perilaku (gaya hidup) individu atau
masyarakat, faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan faktor pelayanan
kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya). Berdasarkan hasil penelusuran kasus di
atas, jika dilihat dari segi konsep kesehatan masyarakat, maka ada faktor yang
menjadi faktor risiko terjadinya penyakit bronkitis, yaitu :
1. Faktor genetik
Berdasarkan teori Bronkhitis bukanlah penyakit keturunan. 4

2. Faktor perilaku
Faktor perilaku yang mempengaruhi pada kasus ini yaitu kebiasaan
pasien merupakan seorang perokok kemudian pasien jarang menggunakan
masker pada saat membersihkan rumah. 4

3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pasien dengan bronkhitis yaitu
lingkungan yang tidak sehat, dalam kasus ini yaitu kepadatan hunian rumah yang
tidak sesuai sehingga memudahkan perkembagan dan penularan virus mapun
bakteri. tetapi paparan terhadap polusi juga erat hubungannya denga kejadian
bronkhitis, berupa asap rokok yang diama kontak dengan anggota keluarga dalam
hal ini, adik pasien dan tetangganya yang merupakan perokok aktif serta keadaan
rumah yang tidak sehat terutama masalah kebersihan yang kurang baik.
Kebiasaan yang dilakukan sehari hari seperti mandi menjelang malam dan
menggunakan baju basah saat bekerja di kebun, tidur di kebun dan tidur tanpaa
menggunakan pakaian yang hangat. 4
Menurut Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999:5
1. Bahan bangunan,
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut : 1) Debu Total
tidak lebih dari 150 µg m3; 2) Asbes bebas tidak melebihi 0,5
fiber/m3/4jam; 3) Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg.
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen.
 Rumah pasien merupakan rumah yang terbuat dari kayu da lantai dari
paapan dan atapnya terbuat dari rumbia.
2. Komponen dan penataan ruang rumah. Komponen rumah harus memenuhi
persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut:
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
b. Dinding
Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana
ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara dan di kamar mandi dan
tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan
c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
d. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus
dilengkapi dengan penangkal petir
e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu,
ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi
dan ruang bermain anak
f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.
 Rumah pasien tidak memiliki sarana pembuangan asap sehingga saat
memasak asap masuk ke rumah. Dinding rumah pasien terbuat dari
kayu sehingga kalau hujan bisa membuat lembab pada dinding rumah
pasien.
4. Pencahayaan
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat
menerangi seluruh bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak
menyilaukan.
 Rumah pasien memiliki akses untuk pencahayaan alam yang telah
sesuai.
5. Kualitas Udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :
b. Suhu udara nyaman berkisar antara l8°C sampai 30°C
c. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%
d. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
e. Pertukaran udara
f. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8jam
g. Konsentrasi gas formaldehide tidak melebihi 120 mg/m3
6. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari
luas lantai
 Ventilasi dalam rumah pasien telah sesuai standar.
7. Binatang penular penyakit
Tidak ada tikus bersarang dalam rumah
 Dirumah pasien menurut ibu pasien tidak ada tikus dan binatang
peliharaan, namun beberapa tetangga disebelah rumahnya memelihara
anjing dan kambing.
8. Air
a. Tersedia air bersih dengan kapasitas minimal 60 lt/hari/orang
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air
minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Jumlah air dapat dikatakan cukup karena bersumber air dari sungai
yang terdapat di dekat rumah, tetapi untuk kualitasnya belum dapat
dinilai.
9. Tersediannya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene
 Penyimpanan makanan pasien di atas meja makanan, dan tidak
menggunakan penutup makanan.
10. Limbah
a. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak
menyebabkan pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.
 Jarak antara rumah pasien dan tempat sampah ±2 meter, dan keluarga
pasien selalu membuang limbah di tempat sampah tersebut, sehingga
pengelolaan limbah belum cukup baik.
11. Kepadatan hunian ruang tidur
Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari
dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun.
 Ruang tidur dirumah pasien berjumlah 1 kamar berukuran 4x4 meter
yang dihuni 3 orang. Kebersihan kamar tidur dirumah pasien dapat
dikatakan kurang karena di kamar tidur tergabung dengan pakaian yang
tertata kurang rapi

4. Faktor pelayanan kesehatan


Pelayanan kesehatan masyarakat terkait kinerja puskesmas untuk
menanggulangi Bronkithis mulai dari pelayanan UKP berbasis pelayanan,
melakukan pengukuran TB, BB, menilai status gizi serta penyuluhan terkait
diagnosa penyakit pasien, polik dewasa melakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan diagnosa, apotik sebagai penyedia obat yang sesuai dengan diagnosa,
perlunya juga ditingkatan mengenai pelayanan kesehatan lingkungan yang
sangat berperan penting dalam mengendalikan masalah faringitis di lingkungan
kerja Puskesmas Lembasada, salah satunya program “Klinik Sanitasi” yang
merupakan program kesehatan lingkungan yang berupaya mengumpulkan
faktor resiko terkait lingkungan pasien dengan pelayanan mulai dari Konseling,
Inspeksi faktor resiko lingkungan serta intervensi lingkungan baik secara
pembinaan maupun secara pemenuhan kebutuhan dasar lingkungan fisik
pasien yang bersangkutan. Untuk program ini pada PKM Lembasada belum
berjalan dengan baik.3
Dari pelayanan UKM, berbasis pelayanan Kesling yang berhubungan
dengan ISPA melakukan kegiatan pokok pengawasan rumah yang berfungsi
meningkatan pengetahuan, keterampilan, kesadaran, kemampuan masyarakat
dalam mewujudkan perumahan dan lingkungan sehat. Menurut
penanggungjawab program kesehatan lingkungan program pengawasan rumah
turun lapangan setiap bulan pada tiap desa. Kunjungan rumah juga dilakukan
bila pasien dengan keluhan yang sama datang beberapa kali, ataupun terdapat
peningkatan angka kejadian di wilayah tersebut. Hal ini juga dikarenakan
kurangnya SDM dan juga jarak desa yang sulit di datangi untuk dapat
menjangkau pemukiman penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lembasada. 3
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
ISPA masih termasuk dalam 10 penyakit terbanyak dan menduduki
peringkat pertama di Puskesmas Lembasada tahun 2016. Penyebab bronkitis
dibagi berdasarkan faktor lingkungan dan faktor host/penderita. Penyebab
terjadinya bronkitis pada pasien ini berkaitan dengan empat determinan
kesehatan, yaitu faktor faktor biologis/genetik, lingkungan, perilaku, dan
faktor pelayanan kesehatan masyarakat. Namun faktor yang paling berperan
dalam kasus ini adalah faktor lingkungan dan faktor perilaku.
B. Saran
1. Upaya preventif, promotif, dan kuratif perlu dilakukan untuk menurunkan
kejadian bronkitis.
2. Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan tentang bagaimana cara
diagnosis dan tatalaksana bronkitis.
3. Menjalin kerja sama antara keluarga, tokoh masyarakat, kader, dan
petugas kesehatan dalam penemuan dan tatalaksana pasien dengan infeksi
saluran pernapasan terutama bronkitis.
4. Koordinasi antara bagian konseling dengan bagian pelayanan kesehatan
agar lebih ditingkatkan terutama dalam melakukan sosialisasi berupa
penyuluhan yang berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS).
DAFTAR PUSTAKA

1. Daroham, N.E. &Mutiatikum. 2014. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut


Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskerdas) di Indonesia, Jakarta: Puslitbang
Biomedis dan Farmasi.
2. World Health Organization (WHO). 2008. Infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi : Pencegahan dan
pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan. Available from
http://www.who.int/csr/resources/publications/ (di akses pada 6 September
2018).
3. Togap, Rinaldi & Jemadi, Rasmaliah. 2013. Karakteristik Penderita Bronkitis
yang Dirawat Jalan Berdasarkan Kelompok Umur ≥ 15 tahun Di RSU DR.
Ferdinan Lumban Tobing Sibolga Tahun 2010-2012. Departemen
Epidemiologi FKM USU. Medan.
4. Sutoyo, D.K. 2012. Bronkitis Kronis dan Lingkaran yang tak Berujung Pangkal
(Vicious Circle). Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi
FKUI – SMF Paru RSUP Persahabatan. Jakarta.
5. Mukono HJ. (2006). Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan (Edisi kedua).
Surabaya: Airlangga University Press.
DOKUMENTASI

BERSAMA PASIEN RUANG TAMU

KAMAR TIDUR DAPUR

Anda mungkin juga menyukai