Anda di halaman 1dari 3

Histologi 

atau anatomi mikroskopis adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang


struktur sel dan jaringan secara detail menggunakan mikroskop.[1][2] Kegiatan histologi dilakukan
pada sediaan jaringan yang dipotong tipis
Histologi amat berguna dalam mempelajari fungsi fisiologi sel-sel dalam tubuh,
baik manusia, hewan, serta tumbuhan, dan dalam bentuk histopatologi ia berguna dalam
penegakan diagnosis penyakit yang melibatkan perubahan fungsi fisiologi dan deformasi organ.
Sebagai contoh, di bidang kedokteran, kehadiran tumor memerlukan hasil pemeriksaan contoh
(sampel) jaringan. Di bidang pertanian, pemeriksaan kondisi jaringan pengangkut dapat
mendukung diagnosis serangan hawar daun tembakau.

Daftar isi

 1Pembuatan sediaan (preparat)


 2Klasifikasi histologis jaringan hewan
 3Klasifikasi histologis jaringan tumbuhan
 4Referensi
 5Pranala luar

Pembuatan sediaan (preparat)[sunting | sunting sumber]


Histologi sangat membutuhkan penggunaan mikroskop dan juga teknik penyediaan contoh
jaringan.
Cara pembuatan sediaan histologis disebut mikroteknik. Pembuatan sediaan dari suatu jaringan
dimulai dengan operasi, biopsi, atau autopsi. Jaringan yang diambil kemudian diproses
dengan fiksatif yang akan menjaga agar sediaan tidak akan rusak (bergeser posisinya,
membusuk, atau rusak). Fiksatif yang paling umum digunakan untuk jaringan hewan (termasuk
manusia) adalah formalin (10% formaldehida yang dilarutkan dalam air). Larutan Bouin juga
dapat digunakan sebagai fiksatif alternatif meskipun hasilnya tidak akan sebaik formalin karena
akan meninggalkan bekas warna kuning dan artefak. Artefak adalah benda yang tidak terdapat
pada jaringan asli, tetapi tampak pada hasil akhir sediaan. Artefak ini terbentuk karena kurang
sempurnanya pembuatan sediaan.
Sampel jaringan yang telah terfiksasi direndam dalam cairan etanol (alkohol) bertingkat untuk
proses menghilangkan air dalam jaringan (dehidrasi). Selanjutnya sampel dipindahkan ke
dalam toluena untuk menghilangkan alkohol (dealkoholisasi). Langkah terakhir yang dilakukan
adalah memasukkan sampel jaringan ke dalam parafin panas yang menginfiltrasi jaringan.
Selama proses yang berlangsung selama 12-16 jam ini, jaringan yang awalnya lembek akan
menjadi keras sehingga lebih mudah dipotong menggunakan mikrotom. Pemotongan dengan
mikrotom ini akan menghasilkan lapisan dengan ketebalan 5 mikrometer. Lapisan ini kemudian
diletakkan di atas kaca objek untuk diwarnai.
Pewarnaan perlu dilakukan karena objek dengan ketebalan 5 mikrometer akan terlihat
transparan meskipun di bawah mikroskop. Pewarna yang biasa digunakan
adalah hematoxylin dan eosin. Hematoxylin akan memberi warna biru pada nukleus, sementara
eosin memberi warna merah muda pada sitoplasma. Masih terdapat berbagai zat warna lain
yang biasa digunakan dalam mikroteknik, tergantung pada jaringan yang ingin diamati. Ilmu
yang mempelajari pewarnaan jaringan disebut histokimia.

Klasifikasi histologis jaringan hewan[sunting | sunting sumber]


 epitelium: melapisi kelenjar, saluran pencernaan, kulit, dan
beberapa organ seperti hati, paru-paru, ginjal
 endotelium: melapisi pembuluh darah dan pembuluh limfa
 mesotelium: melapisi rongga pleural, peritoneal, dan perikardial
 mesenkima: sel yang mengisi ruangan antarorgan, misal sel lemak, otot, dan tendon
sel darah: terdiri dari sel darah merah dan darah putih, baik di limfa maupun limpa
 neuron: sel-sel yang membentuk otak, saraf, dan sebagian kelenjar
seperti pituitari dan adrenal
 plasenta: organ terspesialisasi yang berperan dalam pertumbuhan fetus dalam rahim sang
ibu
 sel induk: sel-sel yang dapat berkembang menjadi satu atau beberapa jenis sel di atas.
Histologi atau anatomi mikroskopis adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
struktur sel dan jaringan secara detail menggunakan mikroskop.[1][2] Kegiatan histologi dilakukan
pada sediaan jaringan yang dipotong tipis
Histologi amat berguna dalam mempelajari fungsi fisiologi sel-sel dalam tubuh,
baik manusia, hewan, serta tumbuhan, dan dalam bentuk histopatologi ia berguna dalam
penegakan diagnosis penyakit yang melibatkan perubahan fungsi fisiologi dan deformasi organ.
Sebagai contoh, di bidang kedokteran, kehadiran tumor memerlukan hasil pemeriksaan contoh
(sampel) jaringan. Di bidang pertanian, pemeriksaan kondisi jaringan pengangkut dapat
mendukung diagnosis serangan hawar daun tembakau.

Daftar isi

 1Pembuatan sediaan (preparat)


 2Klasifikasi histologis jaringan hewan
 3Klasifikasi histologis jaringan tumbuhan
 4Referensi
 5Pranala luar

Pembuatan sediaan (preparat)[sunting | sunting sumber]


Histologi sangat membutuhkan penggunaan mikroskop dan juga teknik penyediaan contoh
jaringan.
Cara pembuatan sediaan histologis disebut mikroteknik. Pembuatan sediaan dari suatu jaringan
dimulai dengan operasi, biopsi, atau autopsi. Jaringan yang diambil kemudian diproses
dengan fiksatif yang akan menjaga agar sediaan tidak akan rusak (bergeser posisinya,
membusuk, atau rusak). Fiksatif yang paling umum digunakan untuk jaringan hewan (termasuk
manusia) adalah formalin (10% formaldehida yang dilarutkan dalam air). Larutan Bouin juga
dapat digunakan sebagai fiksatif alternatif meskipun hasilnya tidak akan sebaik formalin karena
akan meninggalkan bekas warna kuning dan artefak. Artefak adalah benda yang tidak terdapat
pada jaringan asli, tetapi tampak pada hasil akhir sediaan. Artefak ini terbentuk karena kurang
sempurnanya pembuatan sediaan.
Sampel jaringan yang telah terfiksasi direndam dalam cairan etanol (alkohol) bertingkat untuk
proses menghilangkan air dalam jaringan (dehidrasi). Selanjutnya sampel dipindahkan ke
dalam toluena untuk menghilangkan alkohol (dealkoholisasi). Langkah terakhir yang dilakukan
adalah memasukkan sampel jaringan ke dalam parafin panas yang menginfiltrasi jaringan.
Selama proses yang berlangsung selama 12-16 jam ini, jaringan yang awalnya lembek akan
menjadi keras sehingga lebih mudah dipotong menggunakan mikrotom. Pemotongan dengan
mikrotom ini akan menghasilkan lapisan dengan ketebalan 5 mikrometer. Lapisan ini kemudian
diletakkan di atas kaca objek untuk diwarnai.
Pewarnaan perlu dilakukan karena objek dengan ketebalan 5 mikrometer akan terlihat
transparan meskipun di bawah mikroskop. Pewarna yang biasa digunakan
adalah hematoxylin dan eosin. Hematoxylin akan memberi warna biru pada nukleus, sementara
eosin memberi warna merah muda pada sitoplasma. Masih terdapat berbagai zat warna lain
yang biasa digunakan dalam mikroteknik, tergantung pada jaringan yang ingin diamati. Ilmu
yang mempelajari pewarnaan jaringan disebut histokimia.

Klasifikasi histologis jaringan hewan[sunting | sunting sumber]


 epitelium: melapisi kelenjar, saluran pencernaan, kulit, dan
beberapa organ seperti hati, paru-paru, ginjal
 endotelium: melapisi pembuluh darah dan pembuluh limfa
 mesotelium: melapisi rongga pleural, peritoneal, dan perikardial
 mesenkima: sel yang mengisi ruangan antarorgan, misal sel lemak, otot, dan tendon
sel darah: terdiri dari sel darah merah dan darah putih, baik di limfa maupun limpa
 neuron: sel-sel yang membentuk otak, saraf, dan sebagian kelenjar
seperti pituitari dan adrenal
 plasenta: organ terspesialisasi yang berperan dalam pertumbuhan fetus dalam rahim sang
ibu
 sel induk: sel-sel yang dapat berkembang menjadi satu atau beberapa jenis sel di atas.

Anda mungkin juga menyukai