Anda di halaman 1dari 62

BAB 1

ELASTISITAS

Setiap benda memiliki kemampuan untuk menahan dan kembali ke bentuk semula dari
kejadian deformasi yang diakibatkan oleh gaya. Kemampuan ini disebut dengan elastisitas.
Elastisitas merupakan fondasi untuk semua aspek dalam mekanika batuan. Salah satu jenis respon
yang paling sederhana adalah hubungan linear antara gaya eksternal dan deformasi yang
berhubungan. Ketika perubahan gayanya cukup kecil, maka responnya hampir/selalu linear.
Dengan demikian teori elastisitas linier sangat penting untuk semua pembahasan mengenai
elastisitas.
Teori elastisitas terbagi menjadi dua bagian yaitu, stress dan strain. Pembahasan ini sudah
dijelaskan pada bagian 1.1 dan 1.2. Persamaan linier yang berhubungan dengan stress dan strain
akan dijelaskan pada bagian 1.3 untuk material isotropic, dan bagian 1.7 untuk material
anisotropic. Kemudian termoelastisitas linier akan ditemukan pada bagian 1.5.
Wilayah validasitas untuk elastisitas linier sering melampaui batas pada beberapa situasi.
Beberapa fitur umum untuk sifat nonlinier batuan dijelaskan pada bagian 1.8.
Pada bidang perminyakan, saat erat hubngannya dengan mekanisme batuan, hal yang
paling diperhatikan terfokuskan pada porositas yang signifikan sebagai permeabilitas yang bagus.
Teori elastisitas pada benda padat tidak dapat menjelaskan sepenuhnya sifat dari material tersebut,
dan konsep dari poroelastisitas perlu diperhitungkan. Respon elastis dari material batuan juga
dapat bergantung pada waktu, sehingga deformasi material akan berubah seiring waktu, walaupun
kondisi eksternalnya konstan. Sifat elastis dari bahan berpori dan efek bergantungnya waktu
dijelaskan pada bagian 1.6 dan 1.9 berturut-turut

1.1. Stress

Anggap pada situasi yang ditunjukkan pada gambar. 1.1. Sebuah berat bertumpu diatas
sebuah pilar. Karena ada berat, maka gaya bekerja pada pilar, sementara pilar bereaksi dengan
gaya yang sama tetapi dengan arah yang berbeda. Pilar tersebut ditanam di tanah. Oleh karena itu
gaya yang bekerja pada bagian atas pilar harus bekerja pada penampang pilar.
Luas penampag pada a) adalah A. Jika gaya bekerja pada pada penampang dinotasikan
sebagai F, maka stress σ pada penampang didefinisikan sebagai:
𝐹
𝜎=𝐴 (1.1)

Satuan SI untuk stress adalah Pa (= Pascal = N/m2). Di industry perminyakan, unit


ladangan minyak seperti psi (pound square inch) masih sering digunakan, sehingga orang-orang
perlu mengenalinya. Lihat lampiran B untuk referensi dari beberapa factor konversi.
Tanda stress σ tidak didefinisikan secara unik pada situasi fisika, sehingg harus
didefinisikan secara konversi. Pada mekanika batuan, tanda konversi menyatakan bahwa tekanan
berupa positif. Alasan historis untuk ini adalah tekanan yang dihadapi dalam mekanika batuan
kebanyakan bersifat kompresif. Tanda konversi tidak menyebabkan masalah ketika digunakan
secara konsisten, tetapi perlu diingat bahwa tanda konversi yang berlawanan adalah pilihan yang
lebih disukai dalam beberapa ilmu lain yang melibatkan elastisitas, dan terkadang digunakan
dalam mekanika batuan.

Gambar 1.1. Ilustrasi dari gaya dan stress

Pada persamaan (1.1) menunjukkan, stress didefinisikan oleh gaya dan penampang (lebih
umumnya, suatu permukaan), dimana gaya bekerja. Perhatikan pada penampang b). Gaya yang
bekerja pada penampang ini sebanding dengan gaya yang bekerja pada penampang a) (jika berat
pilar diabaikan). Daerah A’ dari penampang di b) begaimanapun lebih kecil dibandingkan A. oleh
karena itu stress σ = F/A’ pada b) lebih besar dibandingkan stress pada a) dimana stress bergantung
pada posisi dimana sampel stress berada. Selanjutnya, kita dapat membagi penampang di a)
menjadi subbagian ΔA yang tidak terhingga, dimana sebagian kecil bagian ΔF dari F bekerja
(Gambar. 1.2.). Gaya ΔF dapat bervariasi dari satu bagian ke subbagian lainnya. Bayangkan
subbagian I yang berisi titik P. Stress pada titik P didefinisikan sebagai nilai limit dari ΔFi/ΔAi
ketika ΔA menuju nol, yaitu:
∆𝐹𝑖
𝜎 = lim (1.2)
∆𝐴𝑖 →0 ∆𝐴𝑖

Persamaan (1.2) mendefinisikan tekanan (stress) local pada titik P dalam penampang a),
sementara pada persamaan (1.1) menggambarkan tekanan (stress) rata-rata pada penampang.
Ketika membahas tentang keadaan stress pada suatu titik, secara implisit bermaksud tekanan local.
Orientasi dari penampang relative terhadap arah gaya juga penting. Perhatikan pada
penampang c) pada gambar. 1.1. dengan area A’’. Pada bagian ini gaya ke penampang tidak lagi
normal. Kemudian kita dapat menguraikan gaya menjadi satu komponen Fn yang normal pada
penampang, dan satu komponen Fp yang sejajar (gambar 1.3). Dengan:
𝐹𝑛
𝜎= (1.3)
𝐴′′

Gambar 1.2. Stress local


Gambar 1.3. Penguraian gaya

Disebut sebagai normal stress, dengan:


𝐹𝑝
𝜏 = 𝐴′′ (1.4)

Disebut sebagai shear stress. Dengan demikian terdapat dua jenis stress yang bekerja pada
permukaan dan besarnya masing-masing bergantung pada orientasi permukaanya

1.1.1. Tensor stress

Untuk memberikan gambaran lengkap tentang keadaan stress pada titik P dalam sampel,
perlu diidentifikasi tekanan yang berhubungan dengan permukaan yang berorientasi pada tiga arah
orthogonal.
Tekanan yang berhubungan dengan permukaan normal terhadap sumbu-x dapat
dinotasikan σx, τxy dan τxz mewakili normal stress, shear stress berhubungan dengan gaya dalam
arah y dan shear stress yang berhubungan dengan gaya pada arah-z berturut-turut. Biasanya, hanya
ada satu shear stress yang berhubungan dengan permukaan. Namun, orientasi dari shear stress
harus diidentifikasi, dan cara yang paling mudah adalah dengan mengidentifikasi komponen y dan
z : τxy dan τxz. Demikian pula, tekana yang berhubungan dengan permukaan normal terhadap
sumbu-y dinotasikan σy, τyx dan τyz sedangkan yang berhubungan dengan permukaan normal pada
sumbu-z dinotasikan σz, τzx dan τzy. Sehingga ada Sembilan komponen stress yang berhubungan
dengan titik P
𝜎𝑥 𝜏𝑥𝑦 𝜏𝑥𝑧
(𝜏𝑦𝑥 𝜎𝑦 𝜏𝑦𝑧 ) (1.5)
𝜏𝑧𝑥 𝜏𝑧𝑦 𝜎𝑧

Persamaan (1.5) disebut sebagai tensor tegangan. Persamaan ini memberikan gambaran
lengkap mengenai keadaan stress pada titik P.
Keterkaitan antara indeks pertama dengan permukaan normal dan indeks kedua dengan
arah gaya, adalah mengenai masalah pilihan, mirip dengan konvensi tanda. Akibatnya, orang akan
melihat konvensi yang belawanan yang digunakan dalam beberapa kasus/pekerjaan, contohnya
Landau dan Lifshitz (1986). Selanjutnya, karena simetri dari tensor tegangan (lihat di bawah),
konvensi ini tidak memiliki kepentingan praktis.
Terkadang mudah untuk menunjukkan tensor tegangan dengan sebuah symbol, misalnya
𝜎⃗. Jadi secara implisit berarti pengumpulan komponen-komponen stress ditunjukkan pada
persamaan (1.5). Tensor tegangan juga memiliki defisini fisik yang berarti : jika 𝑟̂ adalah vector
satuan maka |𝜎⃗ . 𝑟̂ | mewakili stress total (normal dan shear) ke arah 𝑟̂
Namun, kesembilan komponen tensor tegangan tersebut independen. Bayangkan sebuah
kotak kecil dari sumbu-xy, seperti ditunjukkan pada gambar. 1.4. Stress yang bekerja pada kotak
ditunjukkan pada gambar tersebut. Ketika kotak tersebut diam, maka tidak ada gaya translasi atau
rotasi yang bekerja

Gambar 1.4. Komponen stress pada dua dimensi


Meskipun sudah dipastikan tidak ada gaya translasi yang bekerja, tidak ada gaya rotasi
yang bekerja pada
𝜏𝑥𝑦 = 𝜏𝑦𝑥 (1.6)
Sama juga seperti
𝜏𝑥𝑧 = 𝜏𝑧𝑥 (1.7)
Dan
𝜏𝑥𝑦 = 𝜏𝑦𝑥 (1.8)
Hubungan antara (1.6) hingga (1.8) bersifat umum, dan persamaan ini mengurangi jumlah
komponen independen tensor tegangan (1.5) menjadi enam
Meskipun bersifat praktis untuk tujuan apapun, notasi yang digunakan dalam persamaan
(1.5) tidak terlalu diperhitungkan untuk perhitungan teoritis. Untuk tujuan tersebut, notasi berikut
sering digunakan: kedua jenis stress (normal dan shear) dilambangkan 𝜎𝑖𝑗 . Subskrip i dan j dapat
berupa salah satu dari angka 1, 2, 3, yang masing-masing mewakili sumbu x, y dan z. Subskrip
pertama (i) mengidentifikasi sumbu normal ke permukaan sebenarnya, sedangkan subskrip kedua
(j) mengidentifikasi arah dari gaya yang bekerja. Jadi pada gambar. 1.4, kita dapat melihat bahwa
𝜎11 = 𝜎𝑥 , 𝜎13 = 𝜏𝑥𝑧 , dan seterusnya. Dalam notasi ini tensor tegangan (1.5) menjadi
𝜎11 𝜎21 𝜎31
𝜎⃗ = (𝜎12 𝜎22 𝜎32 ) (1.9)
𝜎13 𝜎23 𝜎33

Dimana kami secara eksplisit menggunakan simetri dari tensor tegangan. Lihat lampiran
C.4-C.7 untuk pembahasan mengenai bagaimana komponen tensor berubah akibat dari perubahan
koordinat

1.1.2. Persamaan ekuilibrium

Selain gaya yang bekerja pada permukaan tubuh, mungkin juga ada gaya yang bekerja pada
setiap bagian tubuh itu sendiri. Gaya ini disebut gaya tubuh (body forces). Contoh dari gaya tubuh
adalah gravitasi. Kita akan melambangkannya dengan fx, fy, dan fz sebagai komponen-komponen
dari gaya tubuh per satuan massa yang bekerja pada titik x, y, dan z dari suatu bagian tubuh.
Menurut konvensi tanda, fx positif jika bekerja pada arah x negative, dan berlaku untuk fy dan fz.
sebagai contoh, anggaplah sebagian kecil dari volume ΔV suatu material dengan densitas ρ. Jika z
adalah sumbu vertical, gaya tubuh akibat gravitasi yang bekerja pada sebagian kecil volume
tersebut adalah 𝜌𝑓𝑧 ∆𝑉 = 𝜌𝑔∆𝑉, di mana g adalah percepatan gravitasi
Gaya tubuh umumnya menimbulkan gradient tegangan. Misalnya, eleman dari suatu
formasi tidak hanya mengenai gaya gravitasi, tetatpi juga harus membawa bobot formasi di atas.
Dengan demikian total stress meningkat dengan bertambahnya kedalaman
Untuk bagian tubuh yang mengalami stress dapat berehnti, dibutuhkan penghentian semua
gaya yang bekerja pada tubuh tersebut. Persyaratkan ini menghasilkan satu set persyaratan simetri
untuk tensor tegangan (persamaan (1.6) hingga (1.8)). Selain itu, dihasilkan pula satu set
persamaan untuk gradient tegangan. Persamaan ini disebut persamaan ekuilibrium
Lihatlah paralelipip yang ditunjukkan pada gambar. 1.5. Gaya yang bekerja di tubuh pada
arah-x adalah

Gambar 1.5

Gaya normal:
𝜕𝜎𝑥
−𝜎𝑥 ∆𝑦∆𝑧 + (𝜎𝑥 + ∆𝑥) ∆𝑦∆𝑧 (1.10)
𝜕𝑥

Gaya shear:
𝜕𝜏𝑦𝑥
−𝜏𝑦𝑥 ∆𝑥∆𝑧 + (𝜏𝑦𝑥 + ∆𝑦) ∆𝑥∆𝑧 (1.11)
𝜕𝑦
𝜕𝜏𝑧𝑥
−𝜏𝑧𝑥 ∆𝑦∆𝑥 + (𝜏𝑧𝑥 + 𝜕𝑧
∆𝑧) ∆𝑦∆𝑥 (1.12)

Gaya tubuh:
𝜌𝑓𝑥 ∆𝑥∆𝑦∆𝑧 (1.13)

Menjumlahkan persamaan (1.10) hingga (1.13) dan membaginya dengan ΔxΔyΔz, kita
mendapatkan persyaratan untuk menghentikan gaya pada arah-x sebanding dengan

(1.14)
Untuk gaya pada arah-y dan arah-z adalah

(1.15)

(1.16)

Persamaan (1.14) hingga (1.16) adalahan persamaan ekuilibrium dalam hal tekanan. Perlu
diperhatikan bahwa dalam notasi alternative (pada persamaan 1.9) untuk stress, dan dengan x1 =
x, x2 = y, dan x3 = z). Persamaan ini memiliki bentuk yang sangan sederhana yaitu

(1.17)

1.1.4. Prinsip tegangan (stress) pada dua dimensi

Untuk orientasi khusus dari system koordinat, tensor tegangan memiliki bentuk yang
sangat sederhana. Untuk mengungkap bentuk ini, kita harus mempelajari stresses dalam dua
dimensi. Ini lebih dari sekedar latihan akademik; banyak masalah dari kepentingan praktis efektif
menggunakan dua dimensi

Perhatikan stress normal (σ) dan shear (τ) pada permukaan yang berorientasi normal yang
umumnya ke arah θ pada sumbu-xy, seperti yang ditunjukkan pada gambar. 1.6. Bentuk segitiga
pada gambar sedang berhenti/diam, sehingga tidak ada gaya total yang bekerja.
Pemberhentian/penghilangan gaya menyatakan bahwa

(1.18)
(1.19)

(1.20)

(1.21)
Dengan pemilihan θ yang tepat, maka memungkinkan untuk memperoleh τ = 0. Dari
persamaan (1.21) kita dapat melihat bahwa hal tersebut terjadi ketika

(1.22)

Gambar 1.6. Gaya ekuilibrium pada segitiga. Panah menunjukkan arah gaya pada segitiga,
dengan asumsi bahwa semua komponen stress positif.

Persamaan (1.22) memiliki dua solusi, θ1 dan θ2. Kedua solusi tersebut sesuai dengan dua
arah yang menyebabkan shear stress τ menghilang. Kedua arah ini disebut sebagai sumbu utama
dari stress
Stress normal yang sesuai σ1 dan σ2, disebut stress utama (tegangan utama), dan ditemukan
dengan memperkenalkan persamaan (1.22) menjadi (1.19)

(1.23)

(1.24)
Akan lebih mudah untuk memilih notasi seperti 𝜎1 ≥ 𝜎2 . Sehingga, pada arah θ1 yang
mengidentifikasi sumbu utama, tegangan normalnya adalah σ1 dan tegangan gesernya adalah nol.
Pada arah θ2 yang mengidentifikasi sumbu utama lainnya, tegangan normalnya adalah σ2 dan
tegangan gesernya adalah nol. Sumbu utama bersifat orthogonal

1.1.5. Lingkaran tegangan mohr (mohr’s stress circle)

Terkadang mudah untuk mengarahkan kembali system koordinat yang sedemikian


sehingga sumbu-x sejajardengan sumbu utama dan sumbu-y sejajar dengan sumbu lainnya.
Kemudian stress σ dan τ yang umumnya dalam arah θ menjadi relative terhadap sumbu-x, dari
persamaan (1.19) dan (1.20)

(1.25)

(1.26)
Dengan menghubungkan nilai dari σ dan τ yang ada pada diagram (gambar. 1.7a), kita
mendapatkan lingkaran yang disebut lingkaran Mohr. Jari-jari dari lingkaran tersebut adalah
(𝜎1 − 𝜎2 )/2 dan pusatnya berada pada titik (𝜎1 + 𝜎2 )/2 pada sumbu-σ.
Stress dari σ dan τ pada arah apapun θ (gambar. 1.7b) berhubungan dengan suatu titik di
lingkaran Mohr. Hal ini terlihat pada gambar. 1.7a bahwa nilai absolut terbesar untuk tegangan
𝜋 3𝜋
geser adalah (𝜎1 − 𝜎2 )/2 dan terjadi pada 𝜃 = 4 (= 45°) dan 𝜃 = (= 135°). Lingkaran Mohr
4

adalah alat yang sangat berguna dalam analisis kondisi rock failure seperti yang dilihat di Bab 2.

1.1.6. Prinsip tegangan (stress) pada tiga dimensi

Sekarang kita beranjak ke tiga dimensi, pertama-tama kita harus memutuskan bagaimana
mengidentifikasi arah dalam ruang. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh arah cosinus (lihat juga
lampiran C.6)

(1.27)

(1.28)

(1.29)
Gambar 1.7. Lingkaran Mohr

Gambar 1.8. Arah Kosinus

Sudut αx, αy, dan αz adalah sudut antara arah yang kita pilih dan sumbu x, y, dan z, berturut-
turut seperti pada (gambar. 1.8). Dimana vector 𝑟̂ = (𝑙𝑥 , 𝑙𝑦 , 𝑙𝑧 ) adalah vector satuan dalam arah
yang dipilih. Perlu diperhatikan bahwa kita selalu memiliki

(1.30)
Tegangan utaman dapat dicari dengan menyelesaikan persamaan determinan σ (lihat
lampiran C, khususnya lampiran C.2.12 pada halaman 499):
(1.31)
Tiga solusi utama dari persamaan ini adalah tegangan utama σ1, σ2, dan σ3. Solusinya diatur
sedemikian rupa secara konvensional sehingga σ1 ≥ σ2 ≥ σ3. Arah kosinus 𝑙1𝑥 , 𝑙1𝑦 , 𝑑𝑎𝑛 𝑙1𝑧
mengidentifikasi sumbu utama yang berhubungan dengan σ1 dapat ditemukan dengan
memecahkan persamaan:
(1.32)

(1.33)

(1.34)
Sumbu utama yang berhubungan dengan σ2 dan σ3 ditemukan dengan cara yang sama yaitu
deng mensubtitusi subskrip 1 oleh 2 dan 3 secara berturut-turut dalam persamaan (1.32) - (1.34)
Jika koordinat system berorientasi sedemikian rupa sehingga sumbu-x sejajar dengan yang
pertama, sumbu-y sejajar dengan yang kedua, dan sumbu-z sejajar dengan sumbu utama ketiga,
maka tensor tegangan memiliki bentuk sederhana:

(1.35)
Tegangan σ dan τ pada arah 𝑙1 , 𝑙2 , 𝑙3 yang relatif terhadap sumbu koordinat ini ditentukan
oleh persamaan

(1.36)

(1.37)

1.1.7. Invarian stress


Tensor stress merupakan tensor orde dua. Ketika mengubah ke dalam set sumbu koordinat
terotasi, komponen dari tensor stress tersebut berubah. Bagaimanapun, seperti yang sudah
didiskusikan pada Appendix C, beberapa bagian sisa dari tensor stress tidak berubah. Yang paling
sederhana dari ini disebut rerata stress normal

Yang mana setara dengan 1/3 dari trace matriks (lihat halaman 447). Rerata stress normal
ialah sebuah invarian dari stress (Invariant of stress).
Hal ini juga berlaku untuk kombinasi stress yang independen terhadap sumbu koordinat.
Kombinasi apapun dari invarian stress akan pasti menjadi sebuah invarian stress. Invarian stress
yang umum digunakan adalah :

(Lihat halaman 455 untuk informasi lebih lanjut mengenai invarian).

1.1.8. Stress deviatorik


Rerata stress normal σ ̅, telah terdefinisikan dalam Eq. (1.38), yang pada dasarnya
mengakibatkan kompresi atau ekstensi seragam. Sebaliknya, distorsi, pada dasarnya diakibatkan
oleh stress deviatorik. Deviatorik stress (juga disebut deviator stress atau deviasi stress–secara
terminologi tidak tetap dalam literatur) didapatkan dari penjumlahan nilai stress normal dari
komponen-komponen stress normal :

Invarian dari deviasi stress serupa dengan invarian dari stress yang terdefinisi dalam Eqs.
(1.39) – (1.41), diberikan oleh:

Invarian J1, J2, J3, dan kombinasinya, independen terhadap pemilihan sumbu koordinat.
Invarian dari deviasi stress muncul, contohnya dalam ukuran kerusakan, karena invarian ini harus
independen terhadap pemilihan sumbu koordinat (untuk material isotropik).

Banyak cara berbeda untuk menuliskan invarian dari deviasi stress. Lihat halaman 463
untuk beberapa pernyataan bermanfaat.

Berbagai variabel dari invarian stress akan banyak ditemui, khususnya parameter q dan r,
yang mana berhubungan dengan invarian dasar sebagai
Untuk sebuah keadaan stress yang mana dua dari stress utama adalah sama (σ2 = σ3),
ekspresinya dapat disederhanakan menjadi

Dan

q akan digunakan secara ekstensif dalam bab 2.

Interpretasi geometrik dari invarian stress deviatorik


Invarian stress deviatorik memiliki interpretasi geometrik yang mudah dalam ruang stress
utama, seperti yang diperlihatkan dalam Fig 1.10 Eq. (1.46) yang merupakan persamaan dari
lingkaran yang berpusat pada σ ̅, dengan titik normal sepanjang sumbu hidrostatik σ1 = σ2 = σ3.
Dengan demikian jarak dari sebuah titik (σ1, σ2, σ3) dalam ruang stress utama hingga sumbu
hidrostatik adalah

Hal tersebut selanjutnya dapat diperlihatkan bahwa sudut θ, yang disebut dengan sudut
Lode, ditandai dalam Fig. 1.10, diberikan oleh invarian sebagai
(Ingat bahwa arcos adalah fungsi multi-valued, sudut Lode yang terhitung dari Eq. (1.51) bersifat
tidak unik. Jika memilih cabang utama dari arcos, hasil akan berada pada rentang 0˚ sampai 60˚
bahkan jika keadaan stress sebenarnya berhubungan dengan nilai lain).

1.1.9. Stress oktahedral


Sebuah bidang normal pada arah (1, 1, 1) dalam ruang stress utama disebut dengan bidang
oktahedral, sebuah bidang π atau sebuah bidang deviatorik.

Stress normal dan stress geser pada bidang ini terkadang disebut dengan stress normal
octahedral dan stress geser octahedral, dan diberikan oleh

Ingat bahwa arah stress normal cenderung sama dengan sumbu stress utama yang nilainya
sama dengan rerata stress.

1.2. Strain
Anggaplah sebuah sampel seperti pada Fig. 1.11. Posisi dari sebuah partikel tertentu di
dalam sampel ialah berasal dari x, y, z. Setelah aksi dari sebuah gaya eksternal, posisi dari partikel
tersebut bergeser. Pergeseran pada arah x dapat kita tandai dengan u, pergeseran pada arah y
dengan v, dan pergeseran pada arah z dengan w.

Kuantitas u, v, dan w, disebut dengan perpindahan partikel. Untuk membuat tanda dari
perpindahan sesuai dengan tanda dari stress, seperti yang telah didefinisikan pada section 1.1,
nilai perpindahan dibawa menjadi positif ketika ia terletak pada sumbu di arah negatif. Oleh sebab
itu, posisi baru dari partikel yang berasal pada x, y, z menjadi

Jika perpindahan u, v, dan w konstan, artinya mereka sama untuk setiap partikel di dalam
sampel, maka perpindahannya secara sederhana merupakan sebuah translasi dari bodi rigid.
Bentuk sederhana lain dari perpindahan, yaitu rotasi dari bodi rigid. Untuk sebuah rotasi kecil
yang ditetapkan oleh 𝑤⃗⃗⃗, di mana besarnya adalah |𝑤
⃗⃗⃗|, ia memberikan sudut rotasi, sedangkan arah
dari 𝑤
⃗⃗⃗ memberikan sumbu dari rotasi, posisi baru dari partikel tersebut menjadi:

Dimana 𝑟⃗ = (𝑥, 𝑦, 𝑧), ⃗⃗⃗⃗


𝑟 ′ = (𝑥 ′ , 𝑦 ′ , 𝑧 ′ ), dan х (cross) menandakan produk dari vector.
Vektor ⃗⃗⃗⃗
𝑟0 merupakan pusat dari rotasi.

Jika posisi relatif dari partikel di dalam sampel berubah, maka posisi terbaru tidak dapat
didapatkan begitu saja oleh sebuah translasi rigid dan/atau rotasi dari sampel, sampel tersebut
dikatakan mengalami penegangan. Fig. 1.12 memperlihatkan contoh dari sebuah sampel yang
ditegangkan. Perpindahan yang berkaitan dengan posisi O dan P ini tidak sama. Ukurannya
didefinisikan sebagai

Yang disebut dengan elongasi, bersesuaian dengan titik dari O ke arah OP. Untuk
memenuhi ketentuan tanda untuk stress, kita menetapkan bahwa elongasi harus bernilai positif
untuk sebuah kontraksi.
Elongasi tersebut merupakan bentuk khusus dari jumlahan yang dikenal dengan strain.
Bentuk lain dari strain yang mungkin muncul dapat diungkapkan dengan perubahan dari sudut ψ
antara dua arah orthogonal asalnya (Fig. 1.13). Kuantitas ini

disebut dengan strain geser dari titik O ke OP.

Banyak aplikasi yang hanya akan berhadapan dengan strain infinitesimal, yang mana
berimplikasi bahwa strain ε dan Γ bernilai sangat kecil sehingga hasil dan kuadratnya dapat
diabaikan, dan kita akan membuat pendekatan pada tahap selanjutnya. Lihat Section 1.8 untuk
diskusi dari efek nonlinear.

Sekarang anggaplah sesaat bahwa terdapat strain dalam dua dimensi seperti yang ada pada
Fig. 1.14. Elongasi pada x, dalam arah x, diberikan oleh

Dalam limit ketika ∆𝑥 → 0, maka kita mendapatkan

Karena nilai strain kecil, kita mendapatkan strain geser yang berhubungan dengan arah x
Vektor ⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗
𝑃1 , 𝑃 ′ ⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗′
1 , 𝑃2 , 𝑃2 , ditemukan dalam Fig. 1.14. Ketika ∆𝑥 → 0, ∆𝑦 → 0 dan hasil
beserta kuadrat dari strain diabaikan, kita menemukan bahwa

Hal ini sudah jelas dari Eq. (1.63), bahwa strain geser berkaitan dengan arah 𝑦, Γ𝑦𝑥 bernilai
sama dengan Γ𝑥𝑦

Untuk memberikan penggambaran utuh dari strain yang berada pada sebuah titik dalam
bodi tiga dimensi, elongasi dan strain geser yang berkaitan dengan ketiga sumbu harus ditetapkan.
Agar sesuai dengan Eqs. (1.61) dan (1.63), strain ini didefinisikan sebagai berikut:
1.2.1. Tensor strain dan invarian strain
Serupa dengan Eq. (1.5), kita dapat mengatur strain (1.64)–(1.69) dalam tensor strain :

Trace dari tensor strain adalah

Yang mana identik dengan strain volumetrik, yakni penurunan relatif dalam volume.
Strain volumetrik independen dalam sumbu koordinat pilihan, sehingga hal ini merupakan
invarian dari stress.
Serupa dengan invarian stress pada Eqs. (1.40)–(1.41), dapat diperlihatkan bahwa kuantitas

Dan

Juga merupakan invarian dari stress.


Terdapat pula sebuah notasi matematika untuk strain, serupa dengan Eq. (1.9). Dalam
notasi ini semua strain didefinisikan oleh
Subscript i dan j bisa saja berisi oleh sembarang angka yaitu 1, 2, 3, berturut-turut mewakili
sumbu x-, y-, dan z-. Dengan demikian u1 = u, u2 = v, dan u3 = w, sementara x1 = x, x2 = y, dan x3
= z. Kita kemudian memiliki ε11 = εx, ε13 = Γxz dll.
Dalam notasi berikut tensor strain (1.70) menjadi

1.2.2. Keadaan sesuai


Kita tahu dari definisi umum strain (Eq. (1.74)) bahwa semua strain merupakan turunan
(dalam bermacam kombinasi) komponen dari vector perpindahan 𝑢 ⃗⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ). Beberapa
ekspresi yang berguna dapat diturunkan dari fakta ini. Misalnya, kita tinjau dari Eqs. (1.71) dan
(1.74) bahwa strain volumetrik εvol senilai dengan divergensi dari 𝑢
⃗⃗, yaitu

Tanda negatif ada sebagai konvensi tanda untuk strain. Hubungan lainnya dapat didapatkan
dengan membandingkan beberapa second derivative atau turunan kedua dari strain. Sebagai
contoh, kita menemukan

Ketiga hubungan differensial ini, bersama dengan ketiga lainnya yang mengespresikan
𝜕 𝜀𝑥 /(𝜕𝑦𝜕𝑧), 𝜕 2 𝜀𝑥 /(𝜕𝑥𝜕𝑧) dan 𝜕 2 𝜀𝑥 /(𝜕𝑥𝜕𝑦), dalam turunan kedua dari strain geser disebut
2

dengan compatibility conditions atau keadaan sesuai bagi strain.


1.2.3. Strain utama
Dalam section 1.1 kita melihat bahwa untuk beberapa arah khusus, stress geser
menghilang, sehingga untuk orientasi tertentu dari sistem koordinat (yang mana sumbunya parallel
dengan sumbu utama dari stress) tensor stress menjadi sederhana secara khusus. Situasi tersebut
akan serupa bagi strain.

Dalam dua dimensi, hal tersebut dapat ditunjukkan bahwa strain geser menghilang pada
arah θ relatif terhadap sumbu x, yang mana memenuhi persamaan:

Dengan demikian, dalam dua dimensi, terdapat dua arah orthogonal yang mana strain geser
menghilang. Arah ini disebut dengan sumbu utama dari strain. Elongasi pada arah dari sumbu
utama strain ini disebut dengan strain utama.

Dalam tiga dimensi, terdapat tiga sumbu utama dari strain. Strain utama ini ditemukan
dengan solusi dari persamaan determinan

Solusi tersebut ditandai dengan 𝜀1 , 𝜀2 , 𝜀3 . Kosinus arah 𝑙1𝑥 , 𝑙1𝑦 , 𝑙1𝑧 mencirikan sumbu
utama yang berhubungan dengan 𝜀1 yang ditemukan oleh persamaan dari solusi

Sumbu utama yang berkaitan dengan 𝜀2 dan 𝜀3 , ditemukan dengan cara yang sama dengan
mensubstitusikan subscript 1 dengan 2 dan 3 secara berurutan. Eqs. (1.81) dan (1.82)–(1.84)
terlihat ekuivalen dengan Eqs. (1.31) dan (1.32)–(1.34), mencirikan stress utama dan sumbu utama
dari stress.

1.2.4. Bidang strain dan bidang stress


Dalam beberapa aplikasi praktik, sebaiknya melakukan pendekatan dengan
mengasumsikan bahwa semua perpotongan sepanjang sumbu berada pada keadaan sama, dan
bahwa tidak terdapat perpindahan sepanjang sumbu. Keadaan strain yang demikian disebut dengan
bidang strain.
Berikut ini kita dapat mengasumsikan sumbu unik untuk menjadi sumbu z. Tensor strain
untuk bidang strain menjadi

Dimana semua konponen strain independen terhadap z. Istilah bidang tentunya merujuk
pada fakta bahwa strain dibatasi dalam bidang.
Jika kita hanya memiliki perpindahan sepanjang z, dan perpindahan ini independen
terhadap z, maka keadaan ini merujuk sebagai strain antiplane. Tensor strainnya ialah

Dimana sekali lagi semua komponen independen terhadap z.

Keadaan umum, yang mana perpindahan sepanjang sumbu z adalah independen terhadap z
dapat didekomposisi menjadi jumlahan dari bidang strain dan bidang antiplane. Keadaan strain
yang demikian merujuk sebagai generalized plane strain. Tensor strainnya ialah

Perlu dicatat, bagaimanapun juga, konsep dari generalized plane strain tidak secara unik
ditetapkan dalam literature. Terkadang istilah tersebut digunakan ketika 𝜀𝑧 daripada perpindahan
sepanjang z independen terhadap z. Ini merujuk pada tensor strain

Lihat Cheng (1998) untuk diskusi lebih lanjut.

Secara sekilas, jika semua komponen stress independen terhadap z dan 𝜎𝑧 = 𝜏𝑥𝑧 = 𝜏𝑦𝑧 =
0 (tetap membawa z sebagai sumbu unik), kita sebut keadaan tersebut dengan bidang stress.
Tensor strainnya adalah
Generalized plane strain digunakan ketika semua komponen stress independen terhadap z,
menuju pada tensor stress

1.3. Modulus elastisitas


Teori elastisitas linier berkaitan dengan situasi dimana ada hubungan linear antara
teganfgan yang diterapkan dan regangan yang dihasilkan. Sementara sebagian besar batuan
berperilaku nonlinear saat berada pada tegangan besar, perilaku ini biasanya dapat dijelaskan oleh
hubungan linear untuk perubahan tegangan yang cukup kecil. Suatu sampel dengan panjang L dan
luas cross-sectional A = D2 (Gambar 1.15). Ketika gaya F diterapkan pada ujung permukaan,
panjang sampel berkurang menjadi L. Teganganyang digunakan adalah σx = F / A dan yang
penambahan panjang adalah εx = (L - L) / L, menurut Persamaan. (1.1) dan (1.58). Jika sampel
bersifat linear, ada hubungan linear antara σx dan εz, yang dapat kita tulis

(1.91)

Persamaan (1.91) dikenal sebagai hukum Hooke, sedangkan koefisien E disebut modulus
Young atau cukup dengan E-modulus. Modulus Young termasuk dalam kelompok koefisien yang
disebut modulus elastisitas. Ini adalah ukuran kekakuan sampel, yaitu resistensi sampel jika
dikompresi oleh tekanan uniaxial.
Konsekuensi lain dari tegangan yang diterapkan σx (Gambar 1.15) adalah peningkatan
lebar D dari sampel. Penambahan panjang lateral adalah εy = εz = (D - D) / D. Secara umum D>
D, jadi ε y dan εz menjadi negatif. Rasio didefinisikan sebagai

(1.92)

Adalah parameter elastis lainnya, yang dikenal sebagai rasio Poisson. Ini adalah ukuran
ekspansi lateral relatif terhadap kontraksi longitudinal.
Persamaan (1.91) dan (1.92), yang menghubungkan satu komponen tegangan atau
regangan dengan yang lain, yaitu didefinisikan oleh tegangan tertentu, diamana σx ≠ 0, σy = σz =
0. Secara umum, masing-masing komponen regangan adalah fungsi linear dari semua komponen
tegangan.
Bahan isotropik adalah bahan yang responnya tidak tergantung pada orientasi tegangan
yang diterapkan. Untuk bahan-bahan seperti itu, sumbu utama tegangan dan sumbu utama dari
regangan selalu sama.

Gambar 1.15. Deformasi akibat tegangan uniaxial

Untuk bahan isotropik hubungan umum antara tegangan dan strain dapat ditulis
(1.93)

(1.94)

(1.95)

(1.96)

(1.97)

(1.98)

Koefisien λ dan G adalah modulus elastisitas, yang dikenal sebagai parameter Lamé. G
juga dikenal sebagai modulus kekakuan, atau modulus geser. G adalah ukuran resistensi sampel
terhadap deformasi geser.
Modulus elastis penting lainnya adalah modulus bulk K. Ini didefinisikan sebagai rasio
tegangan hidrostatik σp relatif terhadap tegangan volumetrik εvol (Persamaan (1.71)). Untuk
hidrostatik keadaan tegangan adalah σp = σx = σy = σz sementara τxy = τyz = τxz = 0. Dari
Persamaan (1.93) - (1.95) kemudian ditemukan

(1.99)
K adalah ukuran resistensi sampel terhadap kompresi hidrostatik. Berkebalikan dengan K,
yaitu 1 / K, dikenal sebagai kompresibilitas.
Dalam percobaan (Gambar 1.15) mendefinisikan modulus Young dan rasio Poisson,
tekanannya uniaksial, sebagai contoh σy = σz = τxy = τxz = τyz = 0. Dari Persamaan (1.93) - (1.95)
kemudian ditemukan

Dari hubungan (1.99) hingga (1.101), dapat dilihat bahwa ketika ada dua dari modulus E,
ν, λ, G dan K didefinisikan, sisanya ditetapkan oleh hubungan ini. Bergantung kepada kedua
modulus yang diketahui, kombinasi khusus dari Persamaan (1.99) - (1.101) mungkin dibutuhkan.
Beberapa kombinasi yang paling berguna tercantum dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1 juga mencakup beberapa hubungan yang melibatkan H = λ + 2G, pemadatan
uniaksial modulus atau modulus oedometer, yang berulang kali digunakan dalam Bab-bab
selanjutnya. Dalam konteksnya, H disebut sebagai modulus plane-wave atau modulus gelombang-
P.
Pada batuan, rasio Poisson biasanya 0.15-0.25. Untuk batuan yang lemah dan rapuh ν dapat
mendekati nol atau bahkan menjadi negatif. Untuk cairan, kekakuan G hilang, yang menurut
Persamaan (1.101) menyiratkan bahwa ν mendekati 1/2. Juga untuk pasir tak terkonsolidasi, ν
hingga 1/2. Beberapa batasan fisik untuk modulus elastisitas dibahas menjelang akhir Bagian 1.4.
Modulus elastis E, λ, G, H dan K diukur dalam satuan yang sama dengan tegangan,
misalnya Pa, psi atau bar. Ini mengikuti dari Persamaan (1.91), (1.93) dan (1.99), dan dari
Persamaan (1.58) yang mana menunjukkan bahwa regangan tidak berdimensi.
Tabel 1.1. Beberapa hubungan antara modulus elastisitas
Nilai-nilai khas untuk modulus elastisitas dari beberapa batuan diberikan dalam Lampiran
A. Catatan bahwa nilai-nilai yang diberikan dapat berubah dengan keadaan tegangan. Ini akan
dibahas lebih lanjut di Bagian 1.8.
Hubungan tegangan-regangan (1.93) - (1.98) adalah persamaan mendasar untuk deskripsi
dari isotropik, bahan elastis linier. Dalam banyak kasus, mudah untuk membuat persamaan pada
bentuk alternatif, mengekspresikan regangan sebagai fungsi dari tekanan. Pada persamaan (1.100)
dan (1.101) untuk E dan ν, bentuk alternatif ini menjadi:

Hubungan tegangan regangan (1.93) - (1.98) dapat ditulis pada bentuk yang lebih kompak
menggunakan notasi yang diperkenalkan dalam Pers. (1.9) dan (1.74) sebagai

Dimana δij adalah simbol Kronecker (lihat halaman 460). Lihat Lampiran D.1.4 di halaman
464 untuk beberapa cara lain yang berguna untuk menulis rumus.
Konsep regangan datar diperkenalkan pada Bagian 1.2.4. Pertimbangkan lagi situasinya
pada Gambar 1.15, tetapi mari kita asumsikan bahwa tubuh dibatasi sedemikian rupa sehingga
tidak ada regangan dalam arah-z, yaitu dalam keadaan regangan datar. Memperkenalkan εz = 0
dan σy = 0 di Persamaan (1.102) - (1.104) kita menemukan persamaan yang sesuai dengan
Persamaan (1.91):

E disebut modulus regangan datar karena sering muncul dalam masalah regangan datar.
Sebagai sebuah contoh, lihat Bagian 11.4. Perhatikan bahwa kita punya E ≪ E ≪ H, yang berarti
bahwa kekakuan sampel meningkat karena semakin terbatas pada arah lateral.
1.4. Energi Regangan
Tubuh yang tegang memiliki energi potensial yang mungkin dilepaskan selama
pembongkaran. Pertimbangkan kubus kecil dengan sisi a, dimuat secara uniaksial dengan
tegangan. Hasil pertambahan panjang adalah ε = σ / E. Usaha yang dilakukan dengan
meningkatkan tekanan dari 0 ke σ1 adalah:
Kerja = gaya · jarak

Dimana ε1 = σ1 / E. Sebagai tegangan dalam hal ini uniaksial, σ1 adalah tegangan utama
sementara ε1 adalah reganganutama. Ketika dua tekanan utama lainnya tidak nol, keadaan ini akan
menambah persamaan untuk usaha. Usaha per satuan volume (= energi potensial per satuan
volume) kemudian menjadi:

W disebut energi regangan.


Berbagai persamaan untuk energi regangan dapat diperoleh dengan substitusi yang sesuai
untuk tegangan utama dan / atau regangan utama. Menggunakan Persamaan (1.93) - (1.95) untuk
mengekspresikan tekanan dalam hal regangan, kami menemukan bahwa energi regangan (1.111)
sama dengan:

Membandingkan dengan Persamaan (1.71), (1.72) dan (1.73) untuk regangan invarian, kita
menemukan bahwa energi regangan juga dapat dinyatakan sebagai:

Hubungan yang berguna dapat dibentuk dengan analisis energi regangan. Mengambil
turunan dari Persamaan. (1.113) sehubungan dengan εx, dan menggunakan Persamaan. (1.93),
kami menemukan bahwa:

Ekspresi serupa yang menghubungkan σy ke εy, dll juga dapat dibuat dengan cara yang
sama. Kita sekarang amati, dengan mengambil turunan dari Persamaan. (1.114) sehubungan
dengan εy, untuk menetapkan serangkaian ekspresi dari jenis:
Persamaan ini menimbulkan pembatasan simetri umum pada modulus elastisitas, yang
akan dibahas nanti. (Lihat halaman 39.)
Kembali ke Persamaan (1.110), kami mengamati bahwa modulus Young E harus tidak
negatif, jika tidak sistem akan menjadi tidak stabil (E <0 menyiratkan bahwa ε1 → ∞ akan
memiliki energi tinggi). Dengan mempertimbangkan geometri tegangan lainnya, kami mungkin
juga menunjukkan bahwa modulus geser G dan modulus K harus positif. Ini mengikuti dari Tabel
1.1 bahwa rasio Poisson ν dibatasi untuk berada di wilayah −1 <ν <1/2. (Perhatikan pembatasan
ini berasal dengan asumsi bahwa material isotropik dan linear elastik.)

1.5. Termoelastisitas
1.5.1. Regangan thermal
Sudah diketahui dengan baik bahwa (kebanyakan) bahan meluas atau berkontraksi di
bawah perubahan suhu. Mari kita pertimbangkan suatu batang yang elastis. Suhu awal adalah To,
dan suhu diubah ke beberapa nilai T lainnya. Regangan termal aksial yang dihasilkan dari
perubahan suhu kemudian digambarkan oleh

Dimana αT adalah koefisien ekspansi termal linear. Tanda minus memastikan bahwa αT
adalah positif (untuk kasus normal dimana peningkatan suhu memberikan ekspansi). Beberapa
contoh nilai numerik untuk sifat termal batuan dapat ditemukan di Lampiran A.
Ketika membandingkan ekspansi termal untuk batuan dengan cairan, penting untuk
menyadari bahwa cairan dapat menentukan koefisien ekspansi panas volumetrik, αT, V = 3αT.

1.5.2. Tegangan thermal


Jika batangnya dibatasi ujungnya, sehingga tidak dapat mengubah panjangnya, tekanan
termal akan bertambah ketika suhu meningkat. Besarnya tegangan termal mungkin disimpulkan
dengan mensyaratkan bahwa tegangan termal harus memberi tanda yang berlawanan dan sama
besarnya dengan regangan termal yang dihitung dari Persamaan (1.116). Dari Persamaan (1.91)
kita lihat bahwa tegangan termal yang dihasilkan dari perubahan suhu T - To untuk batang yang
sepenuhnya dibatasi dalam satu arah
1.5.3. Hubungan tegangan regangan untuk termoelastisitas linier
Dalam rangka membahas efek termal menjadi pertimbangan, hubungan tegangan regangan
harus dimodifikasi untuk memperhitungkan tegangan dan regangan termal.
Menggunakan notasi kompak yang digunakan dalam Persamaan (1.108) kita bisa menulis

Dalam hal K dan ν, ini menjadi

Sementara dalam hal E dan ν yang kita miliki

Persamaan (1.118) - (1.120) dapat diturunkan dari satu sama lain menggunakan relasi
dalam Tabel 1.1. Hal ini lebih lugas untuk menunjukkan bahwa Persamaan (1.120) konsisten
dengan Persamaan (1.116) dan (1.117) dengan menetapkan tegangan dan kondisi tekanan yang
tepat. Untuk mendapatkan Persamaan (1.116) yang seharusnya dianggap semua tekanan menjadi
nol, sedangkan untuk Persamaan (1.117) diasumsikan nilai regangannya nol dan tegangan bukan
nol dalam satu arah, dan tegangan nol dan regangan bukan nol dalam dua arah lainnya.

1.5.4. Isotermal dan modulus adiabatik


Telah diketahui bahwa untuk menghitung kecepatan suara dalam gas, penting untuk
menggunakan adiabatik daripada kompresibilitas isotermal gas. Perbedaan dalam kecepatan
biasanya beberapa puluh persen.
Pada prinsipnya ada perbedaan serupa antara adiabatik dan modulus elastis isothermal
dalam padatan, tetapi perbedaan besarnya sangat kecil sehingga aman diabaikan. Karena itu kami
tidak akan membahas ini lebih lanjut di sini, tetapi jika tertarik membaca dapat merujuk a Landau
dan Lifshitz (1986).

1.5.5. Contoh: Tegangan termal dalam pelat persegi terbatas


Kami menganggap plat persegi yang kaku dibatasi dalam arah x dan y, tetapi bebas untuk
memperluas dalam arah z. Kami menulis hubungan tegangan-regangan, Persamaan (1.118) pada
bentuk diferensial, menggunakan pembatas ∆εx = ∆εy = ∆σz = 0. Hasilnya adalah
Sehingga didapatkan

Dan

Dimana K = λ + 2G / 3. Dalam hal E dan ν didapatkan

Untuk αT = 15 · 10−6 K−1, ν = 0,25 dan E = 5 GPa (nilai cukup umum untuk batu konsolidasi
yang lemah), didapatkan

Ini menunjukkan bahwa tekanan termal mungkin cukup signifikan, dan kita akan lihat di
bab-bab selanjutnya bahwa ada beberapa aspek mekanika minyak bumi di mana efek suhu bermain
peran penting.

1.6. Poroelastisitas
Sejauh ini, kami telah memperlakukan batu seolah-olah mereka adalah material yang
homogen dan padat. Namun, bebatuan umumnya material komposit, dan karenanya tidak homogen
pada skala mikroskopis. SIfat batuan, respons elastik, , dll., bergantung untuk sebagian besar pada
bagian yang tidak padat dari material. Di bagian ini kita akan mempertimbangkan kekosongan
ruang, yang tidak hanya penting untuk minyak yang akan diproduksi dari reservoir, tetapi juga
memainkan peran penting dalam perilaku batuan mekanik. Kami pertama akan
mempertimbangkan deskripsi makroskopik dari media berpori dan permeabel, yang
memungkinkan kita untuk belajar baik statis dan dinamis peralatan mekanis. Pendekatan ini
didasarkan pada teori Maurice A. Biot.
Pada bagian ini kami akan memberikan pengantar teori yang singkat dan praktis. Kami
akan membatasi diri kita untuk deskripsi bahan berpori ideal yang secara mikroskopis homogen
dan isotropik. Pendekatan ini kadang-kadang disebut sebagai batas Gassmann dari teori Biot.
Bagi mereka yang menginginkan penjelasan yang lebih menyeluruh, kami mengacu pada
buku oleh Wang (2000), makalah oleh Detournay dan Cheng (1993), Rice and Cleary (1976) dan
buku oleh Coussy (2004). Buku Zimmerman (1991) juga merupakan pengantar yang sangat
bermanfaat bagi sifat mekanik media berpori.

1.6.1. Suspensi partikel padat dalam cairan


Mari kita melihat medium berpori yang sangat sederhana yaitu di mana satu bagian yang
padat dan bagian lainnya fluida berubah secara independen satu sama lain. Dalam prakteknya, kita
mungkin berpikir media ini sebagai suspensi partikel padat dalam cairan, atau misalnya, air-jenuh,
pasir yang benar-benar tidak terkonsolidasi. Jika kita menempatkan campuran ini dalam wadah,
akan tersaring karena tekanan eksternal σp adalah:

Dimana Keff adalah modulus bulk dari campuran. Deformasi total harus sama dengan
jumlah deformasi dari masing-masing komponen, bobot volume masing-masing komponen.

Dimana tanda s dan f melambangkan solid dan fluid dan Vtot adalah total volume.
Sekarang, kami mendefinisikan porositas φ sebagai volume yang ditempati oleh cairan relatif
terhadap volume total, yaitu.:

Regangan εvol, s dan εvol, f diberikan oleh modulus bulk dari solid (Ks) dan fluida (Kf),
menurut Persamaan (1.99). Kemudian Persamaan (1.128) dapat ditulis sebagai

Dengan menggabungkan Persamaan (1.127) dan (1.131) kita sekarang menemukan bahwa
modulus efektif dari suspense diberikan oleh

Ini adalah contoh bahan berpori yang sangat sederhana. Kami sekarang akan
menggeneralisasi dengan fakta bahwa batu terdiri dari kerangka yang solid dan cairan pori yang
tidak bisa diperlakukan secara mandiri.
1.6.2. Teori poroelastik Biot untuk properti statis
Kami sekarang akan mempertimbangkan media isotropik, berpori dan permeabel, yang
terdiri dari dua komponen: bagian padat dan cair. Perpindahan dari padatan dinotasikan dengan ῡs
sedangkan cairan dilambangkan ῡf. Untuk elemen volume yang melekat pada padatan, regangan
digambarkan sebagai turunan dari komponen ῡs. Menggunakan Persamaan (1,76) yang kita
memiliki regangan volumetrik:

Untuk bagian fluida, kita akan mendefinisikan parameter regangan ζ, yang


menggambarkan deformasi volumetric cairan relatif terhadap yang padat:

Tensor tegangan σ merepresentasikan tegangan eksternal total pada elemen volume yang
terpasang ke kerangka kerja yang solid. Unsur volume menyeimbangkan tekanan ini sebagian oleh
tekanan dalam kerangka solid, dan sebagian oleh tekanan hidrostatik 1 dalam cairan, tekanan pori
pf. Sesuai dengan konvensi tanda, semua tekanan termasuk tekanan air adalah positif dalam
kompresi.
Perubahan massa cairan dalam elemen volume yang melekat pada padatan dapat dibagi
menjadi dua bagian: perubahan volume pori (karena perubahan tekanan eksternal dan / atau
tekanan pori), dan kompresi / dekompresi cairan sebagai tekanan pori perubahan. Ini berarti kita
bisa menulis

Dimana Vp adalah volume pori, yaitu volume yang ditempati oleh fluida, dan Kf adalah
modulus bulk cairan pori. Kami melihat bahwa ζ positif ketika jumlah cairan dalam volume elemen
menurun.
Kehadiran fluida pori menambahkan istilah tambahan pada energi regangan material.
Karenanya hubungan tegangan-regangan (Persamaan (1.93) - (1.98)) juga akan dimodifikasi. Biot
(1962) menunjukkan bagaimana hubungan tegangan-regangan linear untuk sistem dua fase ini
dapat dinyatakan dari parameter regangan εvol dan ζ, elemen tensor tegangan dan tekanan pori pf:
Ditulis pada formulir singkat sebagai Persamaan (1.108), Persamaan (1.136) - (1.141)
menjadi

λ dan G adalah parameter Lamé dari material berpori, sementara C dan M adalah tambahan
modulus elastisitas diperlukan untuk menggambarkan medium dua fase. Perhatikan bahwa C
muncul di dalam tegangan dan persamaan tekanan air pori. Biot (1941) menunjukkan bahwa ini
adalah konsekuensi dari prinsip termodinamika.
Dengan membiarkan ζ = 0 dalam Persamaan (1.143) kita mendapatkan Persamaan (1.108).
ζ = 0 berarti tidak ada cairan gerakan dalam materi, yaitu materi tidak terdrainase. Dengan
demikian λ dalam Persamaan (1.143) bukan λ dari media berpori kering, tetapi λ dari media yang
diisi cairan ketika cairan tidak dibiarkan bergerak. Ini dibahas lebih lanjut di bawah ini.
Untuk mendapatkan pemahaman tentang makna fisik M, kita dapat membiarkan εvol = 0
dalam Persamaan (1.142). Memasukkan Persamaan (1.134) kemudian ditemukan

Yang menunjukkan bahwa Mφ adalah ukuran seberapa besar tekanan pori meningkat
sebagai jumlah cairan dalam elemen volume meningkat. Jika padatan itu benar-benar kaku,
sehingga Mφ = Kf.
Ekspresi eksplisit untuk C dan M dalam modulus yang padat dan cair diberikan kemudian.
Penjumlahan Persamaan (1.136) - (1.138) didapat

Dimana σ¯ didefinisikan oleh Persamaan (1.38). K = λ + 2G / 3 adalah modulus bulk dari


batuan berpori dalam kondisi tidak terdrainase, yaitu dalam kondisi di mana cairan pori tidak
diizinkan untuk keluar. Sekarang kita akan menyelidiki bagaimana modulus elastisitas K, C dan
M berhubungan dengan modulus konstituen dari batu. Pertama, bayangkan bahwa kita melakukan
tes "berjaket" (lihat Gambar 1.16a): media berpori terbatas dalam jaket kedap air, dan dikenakan
tekanan hidrostatik eksternal σp.
Cairan pori dibiarkan keluar selama pemuatan, sehingga tekanan pori yang disimpan
konstan, dan karenanya tegangan sepenuhnya dilakukan oleh kerangka kerja yang solid. Dari
Persamaan (1.142) dan (1.145), kita dapatkan
Karena tes ini mencirikan kekakuan bagian padat dari batu, Kfr disebut modulus bulk dari
kerangka atau frame modulus. Karena tidak ada gaya geser yang terkait dengan fluida, kita dapat
langsung mengidentifikasi modulus geser dari sistem berpori sebagai modulus geser kerangka
kerja, yaitu

Gambar 1.16. Situasi tes a) “Jaket” b) “Tidak berjaket”


Modulus dari framework, yaitu :

Selanjutnya, kita melanjutkan ke tes "tidak berjaket", seperti digambarkan pada Gambar
1.16b. Sampel batuan yang sedang diselidiki di sini tertanam dalam cairan sedemikian rupa
sehingga tekanan hidrostatik pada sampel diimbangi oleh tekanan dalam pori-pori, yaitu pf = σp.
Menggabungkan Persamaan (1.142) dan (1.145) yang sekarang kita temukan:

Pemuatan pf = σp berarti bahwa ada tekanan yang seragam dalam sampel, yang berarti
kerangka batuan berubah bentuk secara seragam. Jadi, regangan volumetrik dari total sampel,
volume pori dan volume padat (butir) harus sama dengan:

Dari pf = σp = −Ks (? Vs / Vs) di mana Ks adalah modulus bulk dari butiran padat (1 / Ks)
sering disebut sebagai kompresibilitas butir) sehingga

Oleh karena itu respon tegangan-regangan sepenuhnya diberikan oleh sifat-sifat elastis
intrinsik dari bahan padat. Membandingkan Persamaan (1.150) ke Persamaan (1.148) kami
menyimpulkan
Dari Persamaan (1.135) dan (1.150) didapat

Di sisi lain, kombinasi Persamaan (1.142) dan (1.145) dengan pf = σp didapat

Dengan menggabungkan Persamaan (1.152) dan (1.153) diperoleh relasi

Meskipun persamaan ini diturunkan untuk pemuatan tertentu ("tes tidak berjaket"),
umumnya valid.
Persamaan (1.151) dan (1.154), dikombinasikan dengan definisi Kfr (Persamaan (1.146)),
memungkinkan kita untuk mengekspresikan konstanta elastis K, C dan M dalam hal modulus
elastis dari konstituen dari batu (Ks dan Kf), ditambah porositas φ dan kerangka modulus Kfr.
Hasilnya adalah

Persamaan (1.155), yang disebut persamaan Gassmann atau persamaan Biot-Gassmann,


dapat ditulis sebagai

Hubungan (1.155) - (1.157) tidak memberikan arti fisik yang jelas untuk setiap parameter.
Wawasan yang lebih baik dapat dicapai dengan melihat beberapa kasus batas, di mana hubungan
menjadi lebih sederhana.
Satu kasus adalah batu "keras", di mana kerangka itu mampat dibandingkan dengan cairan.
Sebagai Ks Kf secara umum, didapat persamaan untuk kasus "bingkai kaku" ini:
Untuk porositas yang tidak terlalu kecil (khusus φ (Kf / Ks2) (Ks − Kfr)), Persamaan
(1.155) - (1.157) lalu kurangi menjadi:

Kita melihat bahwa modulus K terbesar di sini diidentifikasi sebagai modulus bulk
kerangka batuan, sedangkan M konstan sepenuhnya diberikan oleh sifat-sifat fluida pori dan pori-
pori sistem.
Batas yang berlawanan adalah "bingkai lemah". Untuk kasus ini diasumsikan

Untuk porositas φ Kf / Ks, Persamaan (1.155) - (1.157) dikurangi menjadi:

Dalam hal ini, modulus bulk K dipengaruhi tidak hanya oleh kekakuan batuan, tetapi juga
oleh modulus bulk cairan Kf. Dalam kasus yang membatasi ketika Kfr → 0 (suspensi), K = C =
M ≈ Kf / φ semuanya diberikan terutama oleh sifat fluida. Mengesampingkan kondisi Ks Kf akan
dalam hal ini menghasilkan Persamaan (1.132), yang diperoleh dengan argumen fisik sederhana.
Perhatikan bahwa "frame kaku" dan batas "frame lemah" adalah kasus yang agak ekstrim
itu terutama cocok untuk tujuan ilustratif. Untuk perhitungan praktis, persamaan lengkap (1.155)
- (1.157) harus digunakan.
Teori yang diuraikan di atas mengandung dua parameter "tidak diketahui", yang tidak
diidentifikasi dalam hal sifat-sifat konstituen batuan. Ini adalah dua modulus elastis dari kerangka
kerja, Kfr, dan Gfr. Bab 6 akan dijelaskan bagaimana teori mikroskopis dapat digunakan untuk
memperkirakan modulus ini ketika informasi lebih lanjut tentang struktur batuan tersedia. Secara
empiris, frame modulus bulk Kfr ditemukan secara signifikan lebih kecil dari Ks, dan menurun
tajam dengan porositas.

1.6.3 Konsep Stress efektif


Dalam bagian 1.6.2, kita membahas sebuah percobaan dimana sampel batuan “Jaket”
dengan pori fluida bebas untuk melarikan diri, sehingga tekanan pori pori dipertahankan konstan
selama pemuatan (Gambar 1.16a). Tes semacam ini disebut juga drained test (tes yang
dikeringkan). Respon Stress-Strain dari tes ini diberikan oleh persamaan (1.146), yaitu :
𝜎𝑝 = 𝐾𝑓𝑟 𝜀𝑣𝑜𝑙 (1.163)
Sekarang bayangkan dengan tes serupa, tapi dengan pori fluida yang tertutup, sehingga
tidak ada aliran cairan (fluida) yang masuk atau keluar dari sampel batuan. Situasi ini disebut
Undrained (tes yang tidak terdrainase). Sampel yang dikompresi-akan masuk ke dalam ruang pori-
karena beban hidrostatik eksternal, manyebabkan peningatan tekanan pori. Kompresi sampel dan
tekanan pori dapat dihitung dengan mewajibkan ζ = 0 dalam persamaan (1.142) dan (1.145), yaitu
tidak ada perpindahan relatif antara pori berfluida dan yang padat selama pengujian. Tekanan pada
pori diberikan oleh persamaan (1.142) :
𝑃𝑓 = 𝐶𝜀𝑣𝑜𝑙 (1.164)

Sedangkan karakteristik Stress-Strain diberikan oleh persamaan (1.145) :


𝜎𝑝 = 𝐾𝜀𝑣𝑜𝑙 (1.165)

Menggunakan persamaan (1.146) dan (1.164), dapat kita tuliskan :


𝐶2 𝐶 𝑃𝑓
K = 𝐾𝑓𝑟 + = 𝐾𝑓𝑟 + 𝑀 𝜀 (1.166)
𝑀 𝑣𝑜𝑙

Dengan memperkenalkan ekspresi ini untuk K menjadi persamaan (1.165) dan


reorganisasi persamaan, kita dapatkan :
𝐶
𝜎𝑝 − 𝑝 = 𝐾𝑓𝑟 𝜀𝑣𝑜𝑙 (1.167)
𝑀 𝑓

Persamaan (1.167) memberitahukan kita bahwa deformasi sebanding dengan effective


stress 𝜎′𝑝 , didefinisikan sebagai :

𝜎′𝑝 = 𝜎𝑝 − 𝛼𝑝𝑓 (1.168)

Daripada Stress total 𝜎𝑝 , dan modulus yang sesuai adalah 𝐾𝑓𝑟 , yaitu sama dengan untuk
“drained test” (persamaan (1.163)). Secara fisika, ini berarti bahwa kerangka kerja yang solid
membawa sebagian 𝜎′𝑝 dari total stress eksternal 𝜎𝑝 , sementara bagian yang tersisa, 𝛼𝑝𝑓 , dibawa
oleh fluida. Tekanan pori yang tersisa, (1 – α)𝑝𝑓 , dilawan oleh stress internal dalam kepadatan.

Parameter α disebut sebagai koefisien Biot :


𝐶 𝐾𝑓𝑟
𝛼= = 1− (1.169)
𝑀 𝐾𝑠

Dengan identitas terakhir dari persamaan (1.151). Sebagaimana disebutkan diatas, 𝐾𝑓𝑟
selalu lebih kecil dari 𝐾𝑠 . Secara teoritis, batas atas untuk 𝐾𝑓𝑟 adalah (1 - ɸ) 𝐾𝑠 . (Lihat bagian 6.2
untuk informasi lebih lanjut tentang batas pada modulus elastis dari material komposit.) Batas
bawah untuk 𝐾𝑓𝑟 , tentu saja, nol. Dengan demikian, α terbatas pada wilayah ɸ < α ≤ 1. Dalam
batuan yang tidak terkonsolidasi atau lemah, α mendekati 1.
Secara umum, stress efektif ditentukan oleh :
𝜎′𝑖𝑗 = 𝜎𝑖𝑗 − 𝛿𝑖𝑗 𝛼𝑝𝑓 (1.170)

Dimana 𝛿𝑖𝑗 adalah simbol Kronecker, lihat Appendix C.11.2. Amati bahwa hanya stress
efektif normal yang bergantung pada tekanan air pori.
Satu yang dapat dicatat bahwa untuk 𝑝𝑓 = 0, persamaan (1.142) dan (1.169) memberi 𝛼 =
𝜁⁄
𝜀𝑣𝑜𝑙 . Kemudian dari persamaan (1.135) (dengan 𝑝𝑓 = 0), dan definisi 𝜀𝑣𝑜𝑙 yang kita dapat:
∆𝑉𝑝 ⁄𝑉𝑝 ∆𝑉𝑝
𝛼= ɸ = (1.171)
∆𝑉𝑡𝑜𝑡 ⁄𝑉𝑡𝑜𝑡 ∆𝑉𝑡𝑜𝑡

Yang menunjukkan bahwa α adalah ukuran perubahan volume pori relatif terhadap
perubahan volume bulk pada constant pore pressure (tekanan pori konstan).
Selain kompresibilitas massal yang berhubungan dengan tekanan yang terbatas pada
tekanan pori konstan, 1⁄𝐾 , kita dapat mendefinisikan kompresibilitas massal dengan
𝑓𝑟
memperhatikan tekanan pori yang konstan, 1⁄𝐾 , dengan membiarkan 𝜎𝑝 = 0 dalam persamaan
𝑏𝑝
(1.167) dapat kita tuliskan :
𝑝𝑓 𝑀 𝐾𝑓𝑟
𝐾𝑏𝑝 = − = 𝐾𝑓𝑟 = (1.172)
𝜀𝑣𝑜𝑙 𝐶 𝛼

Dan yang kita punya :


𝐾
𝛼 = 𝐾 𝑓𝑟 (1.173)
𝑏𝑝

Yang menunjukkan bahwa koefisien Biot α adalah rasio modulus bulk pada tekanan pori
yang konstan terhadapat modulus bulk pada tekanan confining yang constant.
Perlu dicatat bahwa menggunakan α, persamaan (1.155)-(1.157) dapat dirangkum sebagai:
1 𝛼 𝛼2 ɸ 𝛼− ɸ
= = = + (1.174)
𝑀 𝐶 𝐾− 𝐾𝑓𝑟 𝐾𝑓𝑟 𝐾𝑠

Yang mungkin merupakan bentuk paling sederhana untuk mengekspresikan persamaan.


Konsep Stress efektif pada awalnya diperkenalkan dalam mekanika tanah (soil mechanics)
oleh Terzaghi pada tahun 1923 secara empiris. Terzaghi berpendapat sebagai berikut:
1. Meningkatkan tekanan hidrostatik eksternal menghasilkan perubahan volume material
yang sama seperti mengurangi tekanan pori dengan jumlah yang sama.
2. Kekuatan geser hanya bergantung pada perbedaan antara stress normal σ dan tekanan pori
𝑝𝑓 .
Argument ini mengarah ke hukum stress efektif mirip dengan persamaan (1.168), dengan
α = 1. Untuk soil (tanah), ini adalahh asumsi yang masuk akal. Untuk batuan, bagaimanapun,
penyimpangan α dari 1 harus dihitung.
Pernyataan Terzaghi ii) diatas menyiratkan bahwa stress efektif, daripada stress total,
adalah menentukan apakah batuan gagal atau tidak kerena beban eksternal. Ini dibahas lebih lanjut
dalam bagian 2.6.1.

1.6.4. Kompresi Volume pori dan topik yang terkait


Perubahan volume pori sebagai akibat dari perubahan dalam tekanan pori atau stress yang
membatasi adalah minat yang jelas dalam mekanika batuan terkait minyak bumi.
Dengan menghilangkan 𝜀𝑣𝑜𝑙 dari persamaan (1.142) dan (1.145), memasukkan ekspresi
yang dihasilkan untuk ζ dalam persamaan (1.135), dan memasukkan untuk C, M, dan K dari
persamaan (1.155) – (1.157), kita dapatkan, setelah beberapa penjabaran :

1 1 1 1 1 1+ ɸ
∆𝑉𝑝 ⁄𝑉𝑝 = − (𝐾 − ) 𝜎𝑝 + (𝐾 − ) 𝑝𝑓 (1.175)
ɸ 𝑓𝑟 𝐾𝑠 ɸ 𝑓𝑟 𝐾𝑠

1 1 1 𝐾𝑓𝑟
= − (𝐾 − ) (𝜎𝑝 − ( 1 − ɸ ) 𝑝𝑓 ) (1.176)
ɸ 𝑓𝑟 𝐾𝑠 𝐾𝑠 − 𝐾𝑓𝑟

Hal ini memungkinkan kita untuk mendefinisikan kompresibilitas pori dengan


memperhatikan stress sebagai :
1 1 𝜕𝑉𝑝 1 1 1
= − = (𝐾 − ) (1.177)
𝐾𝑝 𝑉𝑝 𝜕𝜎𝑝 ɸ 𝑓𝑟 𝐾𝑠

Dan Kompresibilitas pori berhubungan dengan tekanan pori sebagai berikut :


1 1 𝜕𝑉𝑝 1 1 1+ ɸ 1 1
=𝑉 = (𝐾 − )= − (1.178)
𝐾𝑝𝑃 𝑝 𝜕𝑝𝑓 ɸ 𝑓𝑟 𝐾𝑠 𝐾𝑝 𝐾𝑠

Perhatikan tanda yang berbeda dalam mendefinisikan, yang memastikan bahwa


kompresibilitas adalah positif.
Zimmerman (1991) menunjukkan bahwa ekspresi kadang kadang diberikan untuk
kompresibilitas pori, berdasarkan rata rata tertimbang 1⁄𝐾𝑓𝑟 = ɸ⁄𝐾𝑝 + (1 − ɸ)⁄𝐾𝑠 , tidak
benar.
Kami mungkin menemukan ekspresi terkait untuk porositas dengan membedakan definisi
𝑉𝑃 = ɸ𝑉𝑡𝑜𝑡 , yang memberi :
∆ɸ ∆𝑉𝑝 ∆𝑉𝑡𝑜𝑡
ɸ
= 𝑉𝑝
− 𝑉𝑡𝑜𝑡
(1.179)
Dengan menggunakan Hukum Stress Efektif 𝐾𝑓𝑟 𝜀𝑣𝑜𝑙 = 𝜎𝑝 − 𝛼𝑝𝑓 (persamaan (1.167))
dan persamaan (1.175), kita dapatkan :
1−ɸ 1
∆ɸ = − ( − ) (𝜎𝑝 − 𝑝𝑓 ) (1.180)
𝐾𝑓𝑟 𝐾𝑠

Akhirnya, kita mungkin menggunakan relasi (dibandingkan dengan persamaan (1.128)-


(1.130))
∆𝑉𝑡𝑜𝑡 ∆𝑉𝑝 ∆𝑉𝑠
=ɸ + (1 − ɸ) (1.181)
𝑉𝑡𝑜𝑡 𝑉𝑝 𝑉𝑠

Untuk mendapatkan ekspresi berikut untuk deformasi bahan gandum (gunakan misalnya
persamaan (1.175) dan (1.167)).
∆𝑉𝑠 1
= − (1 − ɸ)𝐾 (𝜎𝑝 − ɸ𝑝𝑓 ) (1.182)
𝑉𝑠 𝑠

Perhatikan bahwa biji biji mengembang jika kita meningkatkan tekanan pori sementara
maka stress yang dihasilkan adalah konstan. Meningkatnya tekanan pori berarti bahwa fluida
membawa lebih banyak muatan eksternal, yang artinya biji bijian membawa lebih sedikit, dan
karenanya biji bijian mengembang.
Persamaan (1.182) menunjukkan bahwa rata rata stress dalam biji bijian adalah :
𝜎𝑝 − ɸ𝑝𝑓
𝜎̅𝑠 = − (1.183)
1−ɸ

Melihat Zimmerman (1991) untuk sketsa sederhana yang memberikan justifikas geometrik
dari hasil ini.
Perlu ditekankan bahwa persamaan (1.176), (1.180) dan (1.182) semua memberikan
koefisien tegangan efektif yang berbeda dari α yang didefinisikan Biot dalam persamaan (1.169).
ini mengarisbawahi bahwa hukum Stress yang efektif akan berbeda tergantung pada kuantitas
fisika yang sedang kita pelajari. Dengan demikian tidak ada alasan untuk mengharapkan bahwa
misalnya hukum stress efektif untuk kegagalan mekanika batuan atau permeabilitas harus sama
dengan yang diturunkan untuk deformasi elastis dasar, persamaan (1.168).

1.6.5. Koefisien Skempton (The Skempton Coefficients)


Karakteristik penting dari media berpori adalah bagaimana tekanan pori merespon
perubahan dalam tegangan rata rata dibawah kondisi tidak terdrainase (undrained).
Untuk kasus elastis, respon dapat diperhitungkan dari persamaan poroelastic. Kami
menambahkan persamaan (1.136)-(1.138), atur ζ = 0, dan hilangkan 𝜀𝑣𝑜𝑙 menggunakan persamaan
(1.142). hasilnya adalah
𝐶
∆𝑝𝑓 = ∆𝜎̅ (1.184)
𝐾

Koefisien Skompton B di definisikan sebagai :


𝐾𝑓 𝐾𝑓𝑟
∆𝑝𝑓 𝐶 (1 − )
ɸ 𝐾𝑠
𝐵= ̅
= = 𝐾𝑓 𝐾𝑓𝑟 𝐾𝑓 (1.185)
∆𝜎 𝐾 (1 − )+ 𝐾𝑓𝑟 (1− )
ɸ 𝐾𝑠 𝐾𝑠

Dimana penggambaran tangan kanan ditemukan dengan memperkenalkan K dan C dari


persamaan (1.155) dan (1.157). Jelas itu dari rumus B ≤ 1.
Awalnya, Skempton (1954) mendefinisikan parameter A dan B menurut :
Δ𝑝𝑓 = 𝐵[Δ𝜎3 + 𝐴(Δ𝜎1 − Δ𝜎3 )] (1.186)

Bentuk persamaan ini dipilih agar sesuai dengan tes triaxial (Lihat di Bab 2). Untuk uji
kompresi triaxial, perubahan tegangan rata rata dapat ditulis :
1 1
∆𝜎̅ = (Δ𝜎1 + 2Δ𝜎3 ) = Δ𝜎3 + (Δ𝜎1 − Δ𝜎3 ) (1.187)
3 3

Yang menunjukkan bahwa B dalam persamaan (1.186) sama dengan persamaan (1.185).

Gambar 1.17. contoh variasi B dengan 𝐾𝑓𝑟 , untuk dua porositas. Garis penuh
sesuai dengan 𝐾𝑓 = 2.5 GPa (“air”) dan garis putus putus ke 𝐾𝑓 = 1 GPa
(“minyak”). Dalam semua kamus, 𝐾𝑠 = 37.5 GPa.

Mengabaikan 𝐾𝑓 dibandingkan dengan 𝐾𝑠 dalam persamaan (1.185), dan memperkenalkan


α Boit, kita punya :
𝐾𝑓
𝐵= ɸ (1.188)
𝐾𝑓 + 𝐾
𝛼 𝑓𝑟

Dalam batas frame, dimana 𝐾𝑓𝑟 dapat diabaikan relative terhadap 𝐾𝑠 , kita dapatkan :
𝐾𝑓
𝐵= (1.189)
𝐾𝑓 + ɸ 𝐾𝑓𝑟

Beberapa contoh variasi B (sebagaimana dihitung dari persamaan (1.185)) yang


ditunjukkan pada gambar 1.17. Perhatikan bagaimana B menurun dengan peningkatan porositas
dan menurunnya fluida modulus Bulk. Gas sebagai cairan pori jelas akan memberi B yang rendah
kecuali untuk batuan yang sangat tidak konsolidasi.

1.1.6.The Correspondence to Thermoelasticity


Persamaan yang mengatur poroelastisitas sampai batas tertentu mirip dengan persamaan
yang mengatur termoelastisitas. Ini menyiratkan bahwa solusi spesifik untuk masalah dalam satu
bidang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang terkait di bidang yang lain.
Dengan menghilangkan ζ antara persamaan (1.142) dan (1.143) yang kita dapatkan :
𝐶2 𝐶
𝜎𝑖𝑗 = (𝜆 − ) 𝜀𝑣𝑜𝑙 𝛿𝑖𝑗 + 2𝐺𝜀𝑖𝑗 + 𝑀 𝑝𝑓 𝛿𝑖𝑗 (1.190)
𝑀

Memperkenalkan α dari persamaan (1.169) dan definisi (dibandingkan dengan persamaan


(1.146))
𝐶2
𝜆𝑓𝑟 = 𝜆 − (1.191)
𝑀

Kita dapatkan :
𝜎𝑖𝑗 = 𝜆𝑓𝑟 𝜀𝑣𝑜𝑙 𝛿𝑖𝑗 + 2𝐺𝜀𝑖𝑗 + 𝛼𝑝𝑓 𝛿𝑖𝑗 (1.192)

Persamaan (1.192) harus dibandingkan dengan persamaan yang sesuai dari


termoelastisitas, persamaan (1.118)
𝜎𝑖𝑗 = 𝜆𝛿𝑖𝑗 𝜀𝑣𝑜𝑙 + 2𝐺𝜀𝑖𝑗 + 3𝛼 𝑇 𝐾(𝑇 − 𝑇0 )𝛿𝑖𝑗

Ini berarti bahwa dengan memuat definisi yang jelas maka :


𝑝𝑓 ↔ 𝑇 − 𝑇0 (1.193)
𝐸
𝛼 ↔ 3𝐾𝛼𝑇 = 𝛼𝑇 (1.194)
1−2𝑣
Solusi masalah dalam termoelastisitas (dimana berbagai masalah telah dipecahkan) dapat
langsung diterapkan pada poroelastisitas. Metode ini digunakan misalnya oleh Haimson dan
Fairhurst (1967) dalam sebuah paper klasik tentang rekahan hidrolik.
Ada satu hal yang penting yang perlu diperhatikan. Karena stress atau strain tidak
menginduksi perubahan suhu yang signifikan, medan suhu diatur oleh persaman difusi
(dipisahkan). Tekanan pori, disisi lain tentu saja secara langsung digabungkan ke Stress
(persamaan (1.142)), yang mengarah pada persamaan gabungan. Namun, dalam beberapa kasus
penting dimana terjadi decaupling. Ini termasuk semua masalah steady state, masalah konsolidasi
yang mangarah ke persamaan (1.241), dan masalah lubang bor untuk permuatan axisymmetric
(lihat misalnya, Detournay dan Cheng (1988,1993), Wang (2000)).

1.6.7 Konvensi notasi lainnya (Other natation convertions)


Kita telah melihat bahwa poroelastisitas isotropic membutuhkan 4 modulus independen.
Di awal persamaan (1.136)-(1.142) kita gunakan λ, G = 𝐺𝑓𝑟 , M dan C. Kita juga telah menunjukkan
hal ini terkait dengan set yang lebih dimengerti secara fisika yang terdiri dari modulus Bulk K
yang tidak terdrainasi, terdrainasi atau modulus Bulk frame 𝐾𝑓𝑟 , padatan modulus Bulk 𝐾𝑠 dan
modulus geser G = 𝐺𝑓𝑟 .

Jelas ada banyak kemungkinan lain - kita dapat mengacu pada Detournay dan Cheng
(1993) untuk diskusi keseluruan.
Kita menyebutkan secara khusus alternatif yang digunakan oleh Rice dan Cleary (1976),
Detournay dan Cheng (1993) dan lainnya. Mereka menggunakan modulus geser, rasio drained dan
Undrained, notasi yang digunakan dalam buku ini akan dinotasikan 𝑣𝑓𝑟 dan 𝑣. Parameter keempat
adalah parameter B Skempton, atau sebgai alternative parameter Biot α.
Akhirnya, kita dapat menunjukkan bahwa kadang kadang parameter yang tidak terdrainase
diberikan subscript u, sementara yang tidak disubscript pada parameter drainase (dimana kita telah
menggunakan fr).

1.7. Anisotropy
Jika respon elastis suatu material tidak independen dari orientasi material untuk diberikan
pada konfigurasi stress tertentu, material tersebut dikatakan anisotropic. Jadi modulus elastis dari
bahan anisotropic berbeda untuk arah material yang berbeda.
Beberapa batuan tertentu memiliki batas anisotropik. Awalnya anisotropi selalu
heterogenitas pada skala yang lebih kecil dari volume yang dicari, mulai dari urutan jenis batuan
yang berlapis hingga konfigurasi molekul. Batuan sedimen terbentuk selama proses pengendapan
dimana biji bjian biasanya tidak disimpan secara acak. Misalnya, dilingkungan sungai, ada arah
yang lebih disukai (arah aliran air) sepanjang yang memanjang atau bidang butiran akan memiliki
kecenderungan untuk berorientasi. Variasi musiman dalam tingkat aliran fluida dapat
menyebabkan aliran aliran kecil yang mendistribusikan ukuran butir yang halus dan kasar.
Modulus elastis batuan yang dibuat dalam kondisi seperti itu akan bergantung pada orientasi
material, yaitu anisotropik. Karena asalnya, jenis anisotropi dapat dikatakan litologi atau intrinsic.

Gambar 1.18. Ilustrasi dari intrinsic (lotologi) dan stress induced anisotropy
Tipe penting lainnya yaitu anisotropic yang disebabkan oleh tekanan eksternal. Anisotropi
biasanya disebabkan oleh mikrocracks, yang dihasilkan oleh stress deviatorik dan dominan
berorientasi normal kearah bawah stress utama. Struktur kecil kecil yang menyebabkan
terdapatnya dua jenis anisotropic yang diilustrasikan pada gambar 1.18.
Dalam perhitungan elastisitas batuan, anisotropi sering diabaikan, penyederhanaan ini
mungkin diperlukan, karena – seperti yang kita lihat – deskripsi anisotropi membutuhkan lebih
banyak informasi tentang material – informasi yang dibutuhkan tidak tersedia. Namun, dengan
mengabaikan anisotripi, mungkin dalam beberapa kasus yang memperlihatkan eror eror yang akan
membuat perhitungan gagal atau tidak valid.
Untuk material anisotropik yang umum, masing masing komponen stress secara linear
berkaitan dengan setiap komponen strain oleh koefisien independen. Dalam notasi matematika
yang digunakan dalam persamaan (1.9) dan (1.75) ini dapat dinyatakan sebagai :
𝜎𝑖𝑗 = ∑𝑘,𝑙 𝑐𝑖𝑗𝑘𝑙 𝜀𝑘𝑙 (1.195)

Dimana untuk 𝑐𝑖𝑗𝑘𝑙 adalah konstanta elastis. Karena indeks 𝑖, 𝑗, 𝑘 dan 𝑙 masing masing
dapat mengambil nilai 1, 2 atau 3, semuanya ada bersama sama 81 dari konstanta 𝑐𝑖𝑗𝑘𝑙 . Beberapa
hilang dan lainnya simetri, sehingga jumlah konstanta independen jauh lebih sedikit. Dari
persamaan (1.6)-(1.8), (1.74) dan (1.195) dapat disimpulkan bahwa :
𝐶𝑖𝑗𝑘𝑙 = 𝐶𝑗𝑖𝑘𝑙 = 𝐶𝑖𝑗𝑙𝑘 = 𝐶𝑗𝑖𝑙𝑘 (1.196)

Yaitu menukar indeks pertama dengan yang kedua, atau yan ketiga dengan yang keempat
tidak mengubah nilai konstanta. Selanjutnya memenuhi persamaan dari tipe persamaan (1.115),
yang berasal dari pertimbangan energu, mensyaratkan bahwa :
𝐶𝑖𝑗𝑘𝑙 = 𝐶𝑘𝑙𝑖𝑗 (1.197)

Hubungan (1.196) dan (1.197) mengurangi jumlah konstanta independen menjadi 21.
1.7.1. Simetri Ortorombik (Orthorhombic Symmetry)
Batuan biasanya dapay dideskripsikan dengan cukup baik menggunakan asumsi bahwa
material memiliki tiga bidang simetri yang saling tegak lurus. Salah satunya adalah simetri
ortorombik.
Coba kita asumsikan bahwa bidang simteri tegak lurus terhadapat sumbu koordinat x,y,z.
Dari persamaan (1.195) dan (1.196) kita mendapatkan stress normal dalam arah x :
𝜎11 = 𝑐1111 𝜀11 + 𝑐1122 𝜀22 + 𝑐1133 𝜀33 + 𝑐1112 𝜀12 + 𝑐1113 𝜀13 + 𝑐1123 𝜀23 (1.198)
Karena simetri ortorombik, persamaan (1.198) harus terlihat sama persis ketika dijelaskan
dalam system koordinat yang didefinisikan oleh x’ = x, y’ = y, z’ = - z. Namun, dalam system
koordinat baru ini ada dua komponen strain yang telah berubah tanda (lihat pada halaman 455),
yaitu ε’13 = - ε13 dan ε’23 = - ε23. Ini mengimplikasikan :
𝑐1113 = 𝑐1123 = 0 (1.199)
Dengan menerapkan argument yang sama pada komponen stress yang tesisa, dan pada
orientasi lainnya dari system koordinat prima, nilai konstan dari indenpenden 𝑐𝑖𝑗𝑘𝑙 dikurangi
menjadi 9. Ini adalah 𝑐1111 , 𝑐2222 , 𝑐3333 , 𝑐1122 , 𝑐1133 , 𝑐2233 , 𝑐2323 , 𝑐1313 , 𝑐1212.
Dalam notasi yang diringkas, dimana 𝜎𝑥 digunakan sebagai penganti dari 𝜎11 dan lain lain.
Konstanta 𝑐𝑖𝑗𝑘𝑙 hanya memiliki dua indeks, I dan J. Ini disebut notasi Voigt, indeks ij berkaitan
dengan I sebagai berikut : 11 → 1, 22 → 2, 33 → 3, 23 → 4, 13 → 5 dan 12 → 6. Notasi Voigt
dibahas secara lebih rinci dalam Lampiran C, dihalaman 457.
Lalu konstanta konstanta ini dapat dituliskan sebagai :

(1.200)
Angka nol mewakili konstanta yang hilang oleh tipe argument simetri (1.199). mereka
dimasukkan untuk menekankan sifat matriks dari konstanta, dan juga sebagai pengingat bahwa
mereka ada : untuk material dengan simetri ortorombik mereka yang hanya menghilang ketika
bidang simetri tegak lurus terhadap sumbu koordinat.
Dengan menandakan bentuk matriks 6 x 6 (1.200) oleh C, dan mendefiniskan matrik 6 x
1, σ dan ε sesuai untuk :
𝜎𝑥 𝜀𝑥
𝜎𝑦 𝜀𝑦
𝜎𝑧 𝜀𝑧
𝜎 = 𝜏𝑦𝑧 , 𝜀 = 2Γ𝑦𝑧 (1.201)
𝜏𝑥𝑧 2Γ𝑥𝑧
(𝜏𝑥𝑦 ) (2Γ𝑥𝑦 )
Tipe persamaan (1.195) dapat dituliskan sebagai produk matriks :
𝜎 = 𝐶 .𝜀 (1.202)
Persamaan (1.202) sebenarnya memiliki enam persamaan. Dituliskan dalam bentuk
eksplisit dalam notas Voigt, Persamaannya seperti:
𝜎𝑥 = 𝐶11 𝜀𝑥 + 𝐶12 𝜀𝑦 + 𝐶13 𝜀𝑧 (1.203)

𝜎𝑦 = 𝐶12 𝜀𝑥 + 𝐶22 𝜀𝑦 + 𝐶23 𝜀𝑧 (1.204)

𝜎𝑧 = 𝐶13 𝜀𝑥 + 𝐶23 𝜀𝑦 + 𝐶33 𝜀𝑧 (1.205)

𝜏𝑦𝑧 = 2𝐶44 Γ𝑦𝑧 (1.206)

𝜏𝑥𝑧 = 2𝐶55 Γ𝑥𝑧 (1.207)


𝜏𝑥𝑦 = 2𝐶66 Γ𝑥𝑦 (1.208)

Relasi Stress-Strain ini umumnya mengambarkan sebagian besar jenis batuan.


Matriks C biasa disebut matriks kekakuan (stiffness matrix) dan komponen 𝐶𝐼𝐽 disebut
kontanta elastic. Kebalikan dari matriks kekakuan, 𝑆 = 𝐶 −1, disebut matriks patuh.
Ini diikuti dari persamaan (1.202) bahwa matriks patuh penghubung strain ke stress
dengan cara berikut:
𝜀 = 𝑆 .𝜎 (1.209)
Konstanta (1.200) menggambaran sifat elastic dari setiap bahan elastis yang linear dengan
orthorombik atau simetri yang lebih tinggi. Dengan demikian, mereka dapat menggambarkan
batuan isotropic. Membandingkan persamaan (1.93)-(1.98) ke (1.203)-(1.208) kita dapat
menemukan bahwa untuk material isotropik:
𝐶11 = 𝐶22 = 𝐶33 = 𝜆 + 2𝐺 (1.210)
𝐶12 = 𝐶13 = 𝐶23 = 𝜆 (1.211)
𝐶44 = 𝐶55 = 𝐶66 = 𝐺 (1.212)
Untuk material isotropik, sifat elastis linear sepenuhnya dijelaskan ketika dua modulus
λ, G, ν, E atau K diidentifikasikan. Untuk memberikan gambaran lengkap tentang batuan
anisotropik, kesembilan konstanta (1.200) harus diidentifikasikan. Ini tidak mudah dicapai dalam
situasi praktis.
Moduli elastis tidak lagi memiliki nilai unik untuk material anisotropik. Karena sifat
elastis yang berbeda dalam arah yang berbeda juga, nilai untuk E (Persamaan (1.100)) dan ν
(Persamaan (1.101)) jelas dapat bervariasi sesuai dengan arah tegangan yang diterapkan. Modulus
Bulk K adalah pengecualian, bagaimanapun, dalam tekanan hidrostatik 𝜎𝑝 dan volumetric strain
𝜀𝑣𝑜𝑙 bervariasi untuk orientasi material, modulus Bulk juga Invarian.
Sebagai contoh, pertimbangkan kondisi stres uniaksial yang mendefinisikan modulus
Young dan rasio Poisson (Gambar 1.15). Dalam contoh ini, σy = σz = 0 dan τxy = τxz = τyz = 0.
Hubungan stress-strain (1.203) - (1.208) menjadi:

𝜎𝑥 = 𝐶11 𝜀𝑥 + 𝐶12 𝜀𝑦 + 𝐶13 𝜀𝑧 (1.213)

0 = 𝐶12 𝜀𝑥 + 𝐶22 𝜀𝑦 + 𝐶23 𝜀𝑧 (1.214)

𝜎𝑧 = 𝐶13 𝜀𝑥 + 𝐶23 𝜀𝑦 + 𝐶33 𝜀𝑧 (1.215)

0 = 2𝐶44 Γ𝑦𝑧 (1.216)

0 = 2𝐶55 Γ𝑥𝑧 (1.217)


0 = 2𝐶66 Γ𝑥𝑦 (1.218)

Pemecahan persamaan (1.214) dan (1.215) untuk 𝑣 = − 𝜀𝑦 ⁄𝜀𝑥 , kita dapatkan :


𝜀𝑦 𝐶12 𝐶33 − 𝐶13 𝐶23
𝑣 = −𝜀 = 2 (1.219)
𝑥 𝐶22 𝐶33 − 𝐶23

Sedangkan untuk 𝑣 = − 𝜀𝑧 ⁄𝜀𝑥 kita dapatkan (dengan menukar indeks 2 dan 3) :


𝜀 𝐶13 𝐶22 − 𝐶12 𝐶23
𝑣 = − 𝜀𝑧 = 2 (1.220)
𝑥 𝐶22 𝐶33 − 𝐶23

Dengan demikian, nilai rasio Poisson tidak hanya bergantung pada arah tegangan yang
diterapkan, tetapi juga pada arah di mana ekspansi lateral diukur.

1.7.2. Transverse Isotropy


Jenis simetri khusus, yang relevan untuk banyak jenis batuan, ini adalah simetri rotasi
penuh di sekitar satu sumbu. Batuan yang memiliki simetri seperti ini dikatakan sebagai isotropik
melintang. Ini menyiratkan bahwa sifat elastis sama untuk semua arah dalam pesawat, tetapi
berbeda di arah lain. Unsur ekstra dari simetri ini mengurangi jumlah konstanta elastis independen
menjadi 5.
Dengan mengasumsikan bahwa arah x dan y ekivalen sementara arah z adalah berbeda,
kita dapat memutar sistem koordinat setiap sudut di sekitar sumbu z tanpa mengubah konstanta
elastis. Agar hal ini memungkinkan, maka C11 = C22, C13 = C23, C12 = C11 - 2C66, dan C44 = C55.
Matriks kekakuan untuk material isotropik melintang memiliki sumbu z sebagai sumbu yang unik
maka:

(1.221)
Isotropi transversal biasanya dianggap sebagai simetri representatif untuk batuan sedimen
yang berlapis secara horizontal. Stres yang disebabkan anisotropi sering dapat dijelaskan oleh
isotropi transversal juga. Jadi, bagi ahli geofisika, isotropi transversal mungkin merupakan tipe
simetri terpenting di setelah isotropi.

1.8 Elastisitas Nonlinier

1.8.1 Hubungan Antara Tegangan dan Regangan

Untuk material yang mempunyai elastisitas linier, selalu ada hubungan yang konstan antara
tegangan yang dikenakan dan regangan yang dihasilkan, tanpa memperhatikan besar magnitude
dari tekanan dan tegangan tersebut. Hubungan antara tegangan dan regangan untuk beberapa
material (rumus 1.91) membentuk garis lurus seperti pada gambar 1.91. Modulus elastisnya
merupakan kemiringan dari kurva hubungan stress dan strain.

Beberapa material yang tidak memenuhi kaidah liniaritas tegangan-regangan dapat


dikatakan bersifat nonlinier. Untuk hubungan stress strain yang tidak linier, dapat dituliskan
sebagai berikut :

  E1  E2 2  E3 3  ...


(1.222)

Ingat bahwa σ dan ε adalah tensor, maka elastisitas nonlinier merupakan penyelesaian
matematika yang sangat rumit.
Gambar 1.19 Hubungan tegangan dan regangan untuk : (a) material elastis linier , (b) material
elastis sempurna , (c) material elastis, dengan hysteresis, (d) material dengan deformasi
permanen

Selanjutnya, kita tidak bisa mengabaikan istilah orde tinggi pada tensor tegangan, seperti
yang diabaikan pada penurunan di halaman 15. Rumus lengkap untuk tensor tegangan,
menggantikan persamaan 1.74 ialah sebagai berikut (Landau dan Lhifshitz, 1986) :

1  u u 3
u u 
 ij   i  j   l l 
2  x j xi l 1 xi x j 
(1.223)

Sifat nonliniaritas ini bisa disebabkan oleh beragam faktor, dan muncul di banyak cara
(kasus). Gambar 1.19b menunjukkan satu contoh. Material ini memiliki hubungan tekanan dan
tegangan yang tidak linier, selama rasio antara tekanan dan tegangan tidak sama pada semua
tekanan.Relasi ini, bagaimanapun, identik untuk proses loading dan unloading. Material seperti itu
dikatakan bersifat elastis sempurna.

Untuk hubungan stress-strain yang tidak linier, modulus elastis tidak di definisikan secara
unik, bahkan tidak untuk lever stress tertentu. Seperti ditunjukkan pada gambar 1.19b, modulus
yang berhubungan dengan titik P pada kurva tidak didefinisikan sebagai kemiringan garis OP
(Secant Modulus), atau mungkin didefinisikan sebagai kemiringan dari tangen PT (Tangen
Modulus).
Apabila definisi yang tepat untuk modulus diterapkan, bentuk linier dari hubungan
tegangan-regangan dapat diterapkan lebih jauh dari wilayah linier awal. Sebagai contoh, Hukum
Hooke (persamaan 1.91) dapat dituliskan dalam bentuk asalnya sebagai berikut:

  Esec ( ) (1.224)

Dimana Esec(ε) adalah nilai secant dari Modulus Young. Hubungan tersebut bisa juga
dituliskan dalam bentuk yang berbeda :

  Etan  
(1.224)

   1  Eselisih
Esec mewakili
Dimana Δσ dan Δε masing-masing tan  ' diferensial dari stress dan strain. E
3 0
tan

merupakan nilai tangen dari Modulus Young. Catatan, bagaimanapun nilai dari Etan(ε) dan Esec(ε)
bergantung dari regangannya. Ini mempersulit penggunaan dari rumus-rumus. Dengan
membandingkan persamaan 1.224 dan 1.225, kita bisa mengamati hubungan antara Secant
Modulus dan Tangen Modulus adalah sebagai berikut:


Esec    Etan  'd '
1
3 0
(1.225)

Hubungan antara tegangan dan regangan seperti gambar 1.19c biasa diamati pada batuan.
Jalur uloading keluar tidak sama dengan jalur masuknya. Efek ini disebut hysteresis. Untuk
material yang mempunyai sifat seperti ini, pekerjaan selama pemuatan tidak sepenuhnya dirilis
selama pembongkaran, sebagian energi regangan menghilang dalam material. Modulus elastis
yang berhubungan dengan unloading path disebut Modulus Unloading.

Seperti pada Gambar 1.19c, regangan hilang ketika tegangan kembali ke nol, materialnya
dikatakan elastis. Jika tidak, seperti pada Gambar 1.19d, material mengalami deformasi permanen
selama siklus bongkar / muat. Untuk tekanan yang cukup besar, banyak batuan memasuki fase di
mana deformasi permanen terjadi, namun material masih mampu menahan pemuatan (yaitu
kemiringan kurva tegangan-regangan masih positif). Bahan tersebut kemudian dikatakan ulet
(ductile). Titik di mana transisi dari elastis ke ulet perilaku terjadi disebut titik luluh (yield point).

Pada persamaan 1.224 - 1.226 modulus elastisitas telah dinyatakan sebagai fungsi
regangan. Karena ada hubungan antara tegangan yang diberikan dan regangan yang dihasilkan,
kita bisa menyatakan modulus sebagai fungsi tegangan daripada ketegangan. Secara umum,
modulus elastisitas bergantung pada semua komponen stress (atau semua komponen regangan).
Misalnya, modulus Young dapat bergantung pada tekanan yang terbatas, seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.3.

1.8.2 Akibat dari Retakan

Retakan terjadi pada semua jenis batuan, dan umumnya memiliki dampak yang besar pada
sifat elastis material. Untuk beberapa material, seperti batuan sedimen yang terkonsolidasi buruk,
mungkin sulit membayangkan keberadaan retakan. Namun, kontak butir yang lemah atau gagal
memiliki banyak dampak yang sama pada parameter elastis seperti keretakan pada batuan, dan
mungkin untuk tujuan pemodelan sering dianggap seperti itu.

Terjadinya retakan pada batuan menghasilkan berbagai jenis perilaku nonlinier. Disini, kita
akan melihat beberapa contoh. Pertimbangkan dulu situasi yang ditunjukkan pada Gambar. 1.20a.
Sampel stres mengandung retak berorientasi dengan wajahnya normal terhadap σx stres. Karena
tidak ada stres yang dapat ditransfer melalui celah itu sendiri, modulus Eeff Young yang efektif
dari sampel akan berkurang:

x
 Eeff  E (1  Q)
x (1.227)

Disini E adalah modulus Young dari material tanpa retakan, ξ disebut densitas retakan dan
merupakan fungsi dari ukuran dan jumlah retakan, dan Q adalah koefisien tergantung pada bentuk
dan orientasi retakan. (Model mikromekanik untuk perhitungan Q dan parameter sejenisnya
dijelaskan dalam Bagian 6.4.) Ketika tegangan meningkat, regangan εx juga meningkat. Sebagian
dari peningkatan tegangan disebabkan karena penutupan retakan. Pada tingkat stres tertentu  xc
crack ditutup. Pada tekanan di atas titik ini ξ akan menghilang, dan Eeff → E berdasarkan
persamaan (1.227). Hubungan tegangan-regangan untuk sampel ini kemudian ditunjukkan pada
gambar 1.20b.

Untuk material yang mengandung banyak retakan dengan ukuran yang berbeda dan
tegangan penutupan, hubungan tegangan-regangan dapat terlihat pada gambar 1.19b. Penutupan
retakan sebagai peningkatan tegangan dapat menjelaskan ciri khas bahwa konstanta elastis batuan
biasanya meningkat dengan meningkatnya tekanan hidrostatik.

Gambar 1.20 Hubungan nonlinier antara tegangan-regangan pada penutupan rekahan

Gambar 1.22 Material dengan rekahan yang bergeser. (a) Tegangan normal vs Tegangan
geser sepanjang permukaan rekahan , (b) Hubungan tegangan-regangan untuk material.

Sekarang perhatikan material yang mengandung retak tertutup dengan permukaanya yang
berorientasi pada sudut relatif terhadap tegangan σx (Gambar 1.21a). Selama pergeseran, rekahan
yang tertutup mampu mentransfer tegangan geser τ hingga tingkat tertentu τc yang diberikan oleh:

τc = S0 + μσ (1.228) (1.228)

Di sini σ adalah tegangan normal pada permukaan retakan, S0 adalah kuat geser inherent
dari retakan tertutup dan μ adalah koefisien. Ketika tegangan geser τ melintasi celah melebihi  c
permukaan retakan tergelincir dan meluncur relatif satu sama lain. Kemudian τ direduksi, dan
dapat hilang (kerusakan lokal), atau permukaan retakan mungkin menempel satu sama lain dan τ
meningkat dari tingkat yang lebih rendah (titik A pada Gambar 1.22a). Geser permukaan retakan
akan menghasilkan regangan tambahan  (titik A pada Gambar 1.22b).

Setelah bongkar muat, τ dikurangi dan akhirnya bisa sama dengan −τc. Sebuah geser
sebaliknya akan terjadi (titik B pada Gambar. 1.22a dan 1.22b). Relasi tegangan-regangan untuk
seluruh sampel (Gambar 1.22b) terlihat memiliki histeresis. Juga, sampel terlihat mengalami
deformasi permanen, karena strain tidak pergi ke nol ketika stres hilang.

Batuan nyata biasanya mengandung retakan atau cacat seperti retak dengan banyak ukuran
dan orientasi yang berbeda. Relasi tegangan-regangan yang dihasilkan biasanya seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.19d.

Pada Gambar. 1.21b geser permukaan retakan disertai dengan pembukaan dua celah lain
yang berorientasi dengan wajah mereka normal ke arah tekanan kompresi σ.

Pembukaan celah dengan orientasi ini relatif terhadap tegangan uniaksial yang diterapkan adalah
fitur khas yang terjadi pada tegangan geser tinggi. Konsekuensi dari pembukaan celah tersebut
adalah peningkatan volume bahan yang ditekan secara inelastis. Fenomena ini dikenal sebagai
dilatancy. Konsekuensi lain adalah anisotropi mekanik yang diinduksi stres, seperti yang
dijelaskan pada bagian sebelumnya. Anisotropi misalnya dapat diamati dengan teknik akustik
(lihat Bagian 5.5).

1.9. Efek Ketergantungan Waktu

Sejauh ini, kita berasumsi bahwa setiap perubahan dalam stres yang diterapkan diikuti
secara instan oleh deformasi terkait. Cukup sering, bagaimanapun, diamati bahwa deformasi
batuan terus untuk waktu yang lama setelah perubahan dalam stres yang diterapkan. Efek
tergantung waktu dapat dibagi menjadi dua kelompok: konsolidasi dan creep. Konsolidasi terjadi
karena gradien tekanan pori yang disebabkan oleh perubahan dalam keadaan tegangan, dan fakta
bahwa dibutuhkan waktu untuk membangun kembali keseimbangan tekanan pori. creep terkait
dengan perilaku visko-elastis dari kerangka kerja yang solid. Berikut ini, konsolidasi dan creep
dibahas secara terpisah. Namun dalam prakteknya, terkadang sulit untuk membedakan antara efek
creep dan konsolidasi yang asli.
1.9.1. Konsolidasi

Teori konsolidasi menggambarkan proses sementara, di mana keseimbangan tekanan pori


dibangun kembali setelah perubahan dalam keadaan stres. Proses ini melibatkan aliran fluida pori
melalui batuan berpori. Aliran kental pada batuan berpori dijelaskan oleh hukum Darcy, yang
menyatakan bahwa laju aliran fluida Q (volume cairan per satuan waktu mengalir melalui
permukaan), sebanding dengan gradien tekanan pori ∇pf:

k
Q  A pf
f (1.229)

Di sini A adalah permukaan di mana cairan mengalir, dan ηf adalah viskositas dinamis
cairan. k adalah permeabilitas batuan. Normalnya, k diukur dalam satuan Darcy, yang
didefinisikan sebagai permeabilitas yang memberikan laju aliran satu sentimeter per detik cairan
dengan viskositas satu sentipoise untuk gradien tekanan satu atmosfer per cm. Ini berarti jika kita
memiliki 1 D = 0,9869 · 10−12 m2 karena 1 atmosfer sama dengan 101325 Pa.2 Permeabilitas batuan
reservoir dapat bervariasi dari zona milliDarcy rendah hingga beberapa Darcy.

Persamaan (1.229) pada dasarnya menggambarkan aliran stasioner cairan, dalam tekanan
pori homogen medan gradien. Namun, persamaan tersebut dapat dievaluasi lebih lanjut untuk

membuatnya berlaku untuk mendeskripsikan proses sementara. Laju aliran Q menyatakan


perbedaan antara laju perpindahan padat dan cair, yaitu

 u u f 
Q  A  s  
 t t 
  (1.230)

Dengan membandingkan Persamaan (1.230) dengan definisi (Persamaan (1.134)) dari

parameter regangan  , kami menemukan bahwa divergensi dari Q sebanding dengan turunan

waktu  , yaitu :


.Q  A
t (1.231)

Atau, dengan memperkenalkan Persamaan. (1.229),


 k
   2 pf
t f (1.232)

Persamaan (1.232) menggambarkan aliran fluida transient dalam batuan berpori, dan juga
mengalir dalam non-homogen bidang gradien tekanan pori.

Kita dapat menghilangkan  dari Persamaan (1.232) dengan menggunakan Persamaan.


(1.142), untuk menemukan persamaan yang melibatkan pf dan εvol

k 2 1 pf 
 pf    vol
f M t t (1.233)

Alternatifnya, kita dapat menemukan persamaan yang melibatkan pf dan ¯σ dengan


menggabungkan Persamaan (1.232), (1.142) dan (1.145)

k 2  pf  
 pf  
f K fr B t K fr t
(1.234)

Dimana B sudah didefinisikan dalam Persamaan (1.185).

Jelas bahwa persamaan secara umum melibatkan hubungan antara tekanan pori dan
regangan atau tekanan dari material padat. Hanya dalam kasus khusus tekanan pori akan mematuhi
persamaan yang tidak berhubungan. Untuk diskusi menyeluruh, lihat contoh Wang (2000) atau
Detournay dan Cheng (1993).

Kita sekarang akan membahas contoh konsolidasi terpisah dengan mempertimbangkan


percobaan sederhana: bahan berpori dibatasi dengan tidak ada gerakan lateral (ux = uy = 0) dalam
kolom vertikal dengan bagian dasar yang bersifat impermeabel (pada z = 0) dan piston yang sangat
permeabel. di atas (pada z = h). Bagian bawah sampel ditetapkan, yaitu uz (z = 0) = 0. Awalnya,
pada t = 0, tekanan vertikal σz = σ0 diterapkan oleh piston. Tekanan pori sekarang menjadi fungsi
dari kedua waktu t dan tinggi z, yaitu pf = pf (t, z). Kondisi batasnya adalah :

Pf = 0 pada z = h (1.235)

p f
0
z pada z =h (1.236)
Kondisi pertama adalah hasil dari permeabilitas piston yang menyebabkan tekanan pori
yang sama pada bagian dan bagian luar. Kondisi kedua adalah karena tidak ada aliran melewati
 u u 
bagian bawah  s  f  , lihat Persamaan (1.230)).
 t t 
 

Mengingat ux = uy = 0, dan menulis λ + 2G = H, kita menemukan persamaan tersebut


(1.138) sekarang menjadi:

 0  H z  C (1.237)

Sementara Persamaan. (1.142) menjadi:

p f  C z  M
(1.238)

Menggunakan Persamaan (1.237) dan (1.238) untuk menghilangkan  , kita memperoleh

ungkapan untuk regangan vertikal  z :

C
M 0  Cp f 0  p f   p
z   M 
0 f

HM  C 2 C 2
H fr
H
M (1.239)

Dimana Hfr = H - C2 / M didefinisikan dalam analogi dengan Persamaan (1.146).

Persamaan (1,239) menunjukkan bahwa regangan vertikal bergantung pada tekanan pori,
sehingga akan berubah selama waktu yang diperlukan untuk tekanan pori untuk mencapai
kesetimbangan. Sangat mudah untuk menemukan deformasi awal dan akhir dari kolom. Pada saat
beban diterapkan, sebelum fluida pori memiliki waktu untuk bergerak, kita mengamati kekakuan
yang tidak dikeringkan dari material. Membiarkan  = 0 dalam Persamaan (1.237), kita melihat

bahwa regangan langsung adalah  z = σ0 / H.

Pada saat-saat terakhir, ketika tekanan pori telah terdisipasi menjadi nol, kita mengamati
kekakuan yang terkuras, yang dari Persamaan (1.239) memberikan  z = σ0 / Hfr. Perbedaannya,
dan besarnya konsolidasi atau regangan tergantung waktu adalah
 1 1
 z   0   

 H fr H  (1.240)

Ketergantungan waktu dari tekanan pori diatur oleh persamaan (1.232 - 1.234).
Menurunkan persamaan (1.239) dan memasukkannya ke persamaan. (1.233), kita menemukan
persamaan diferensial pf sebagai berikut :

p f k HM  C  p f
2 2
2 p f
  CD
t f z 2 z 2 (1.241)

Persamaan ini merupakan persamaan difusi. Konstanta difusi CD adalah :

1
 
k HM  C 2 k H fr k     2 
CD   M     
f H f H f  K f Ks K fr  G fr 
4

 3  (1.242)

CD juga disebut koefisien konsolidasi.

2  1 1
u z (t )   0    CDt

  H fr H  (1.243)

Gambar 1.23. Penyelesaian yang disebabkan oleh konsolidasi sebagai fungsi waktu. Kurva padat
mewakili penyelesaian kolom dengan ketinggian terbatas, sementara kurva putus-putus
melambangkan penyelesaian untuk kolom yang sangat tinggi. (After Biot, 1941, dengan izin dari
AIP.)

Persamaan (1.241) dan kondisi batas (1.235) dan (1.236) sepenuhnya menentukan tekanan
pori pf (t, z). Biot (1941) mendiskusikan solusi masalah, dan menemukan bahwa penyelesaian
dapat ditulis dalam bentuk seri tak terbatas. Dia juga memberikan solusi perkiraan, yang berlaku
untuk penyelesaian kolom jauh lebih tinggi (h → ∞), atau ke pemukiman awal (t → 0) dari kolom
dengan ketinggian terbatas:

(1.243)

Hasilnya diilustrasikan pada Gambar 1.23

Dengan mengasumsikan Kfr, Gfr << Ks, kita menemukan bahwa konstanta difusi CD ialah
sebagai berikut :

(1.244)

Dalam "stiff frame" batas Kfr, Gfr >> Kf/ φ, dan kita menemukan bahwa aliran fluida
diatur oleh permeabilitas dan sifat elastis dari fluida:

(1.245)

Di sisi lain, jika Kfr, Gfr << Kf/ φ, aliran diatur lebih oleh sifat elastis dari kerangka:

(1.246)

Secara fisik, CD adalah ukuran seberapa jauh (lD ) gangguan tekanan pori dapat merambat

selama waktu tertentu (τD). Panjang (lD ) disebut panjang difusi dan berhubungan dengan τD dan
CD sebagai

(1.247)
Ini adalah hasil yang penting bahwa karakteristik aliran fluida — di sini diwakili oleh difusi
CD konstanta dan panjang difusi lD — umumnya tidak hanya bergantung pada parameter fluida,
tetapi juga pada sifat elastis batuan itu sendiri. Ini sangat penting untuk weak rocks, seperti yang
ditampilkan pada persamaan (1.246).

Konsolidasi yang dibahas di atas didasarkan pada teori elastis, yang berarti bahwa perilaku
tersebut bersifat reversible (bisa membalik). Ini sering tidak terjadi dalam situasi praktis,
khususnya tidak pada batuan sedimen pada tekanan tinggi. Dalam kasus seperti itu, inelastisitas
kerangka batuan harus diperhitungkan.

1.9.2 Creep

Creep adalah deformasi tergantung waktu yang mungkin terjadi dalam materi di bawah
tekanan konstan. creep berasal dari efek visko-elastis dalam kerangka yang solid, sehingga creep
dapat — tidak seperti konsolidasi — terjadi pada batuan kering dan jenuh.

Ada tiga tahap creep setelah perubahan dalam keadaan stres. Pertama, ada wilayah di mana
laju deformasi time-dependent menurun seiring berjalannya waktu (Gambar 1.24). Ini disebut
transient creep (atau primer). Proses ini mungkin terkait dengan penyebaran minor — pada laju
peluruhan — dari microfractures “stabil”. Jika tegangan yang diterapkan dikurangi menjadi nol
selama tahap creep utama, deformasi pada akhirnya akan turun menjadi nol juga.

Pada tahap selanjutnya, laju deformasi konstan. Ini disebut creep steady state (atau
sekunder). Jika tegangan yang diterapkan dikurangi menjadi nol selama tahap ini, deformasi tidak
akan menghilang sepenuhnya. creep steady state dengan demikian menyiratkan deformasi
permanen material.

Akhirnya, tingkat deformasi dapat meningkat seiring waktu. Ini disebut percepatan (atau
tersier) creep. Tahap ini mengarah cepat ke kegagalan. Proses ini mungkin terkait dengan
penyebaran cepat fraktur "tidak stabil".
Gambar 1.24 Reganngan vs Waktu untuk material creeping

Gambar 1.25 Perkembangan creep untuk nilai-nilai berbeda dari stres yang diterapkan

Gambar 1.26. Membuat elemen dalam model visko-elastis. a) Elemen pegas b) elemen
Dashpot.

Perilaku creep yang sebenarnya dari batu tergantung pada besarnya tegangan yang
diterapkan. Untuk tekanan rendah atau sedang, material dapat stabil setelah periode creep
transient. Untuk tekanan tinggi, material dapat dengan cepat melewati ketiga tahapan creep dan
akhirnya rusak.

Rezim tegangan menengah, di mana bahan sepenuhnya berkembang setiap tahap creep,
mungkin kecil dan sulit ditemukan dalam praktek (Gambar 1.25). Skala waktu tahap creep dapat
bervariasi dalam rentang yang luas — dalam beberapa kasus berlangsung selama beberapa menit,
dalam kasus lain selama bertahun-tahun. creep adalah proses molekuler, dan skala waktu
tergantung pada suhu; proses umumnya mempercepat dengan peningkatan suhu.

Kenyataan bahwa bahkan creep keadaan stabil akhirnya mengarah pada kerusakan, berarti
bahwa batu yang dimuat ke tingkat agak di bawah kekuatan utamanya, mungkin gagal setelah
beberapa waktu, jika beban dipertahankan. Ini secara efektif mengurangi kekuatan uniaksial
jangka panjang ke biasanya 50–70% dari kekuatan tertinggi (Farmer, 1983).

Ada berbagai model matematika, dengan berbagai tingkat kecanggihan, yang digunakan
untuk menggambarkan creep. Salah satu jenis model menggunakan kombinasi elemen linear
mematuhi hukum Hooke (Persamaan (1.91))

   elemen pegas, gambar 1.26a (1.248)

Gambar 1.27. Substansi Burgers. Substansi Burgers dapat dilihat sebagai terdiri dari
dua substansi yang lebih sederhana, substansi Maxwell (pegas dan dashpot dalam seri)
dan substansi Kelvin (pegas dan dashpot secara paralel).
Gambar 1.28. Tanggapan dari zat Burgers. a) Menerapkan stres terhadap waktu. b)
Strain versus waktu.

Dan elemen kental mematuhi hubungan tegangan-regangan


  elemen dashpot, gambr 1.26b (1.249)
t

Disini κ adalah konstanta pegas, sementara χ disebut koefisien viskositas.

Salah satu model ini ("substansi Burgers") ditunjukkan pada Gambar. 1.27. Model ini
memperhitungkan strain instan, transient creep, dan steady state creep . Pertimbangkan misalnya
jalur tegangan seperti ditunjukkan pada Gambar. 1.28a. Untuk t <0 sistem tidak dibatasi. Pada t =
0, tekanan dinaikkan menjadi Σ, sementara pada t = tc tegangan dilepaskan. Strain yang dihasilkan
(ditunjukkan pada Gambar 1.28b) ditemukan

(1.250)

Disini t1 = χ1 /  1 adalah konstanta waktu dari creep transien.

Strain seketika terlihat menjadi: Σ /  2, kecepatan creep keadaan stabil: Σ / χ2 dan


regangan permanen yang dihasilkan dari jalur tegangan: Σtc / χ2. Jadi strain permanen terlihat
muncul dari creep steady state. Karena istilah ini, sistem memiliki "memori" dari sejarah stresnya.

Secara umum diasumsikan bahwa creep sebanding dengan tekanan deviatorik dalam
material, sedangkan tekanan hidrostatik saja tidak akan menghasilkan efek creep. Jadi creep secara
efektif mengurangi modulus geser dan modulus Young dari suatu material, sedangkan modulus
bulk tidak terpengaruh olehnya. Ini mengikuti dari Tabel 1.1 bahwa rasio Poisson meningkat
karena creep. Namun perlu dicatat, bahwa mungkin ada tegangan geser lokal dalam subjek sampel
untuk pemuatan hidrostatik eksternal, karena inhomogeneities dalam material. Dalam hal ini
material dapat merayap di bawah beban eksternal hidrostatik. creep semacam itu telah diamati di
batupasir.

Anda mungkin juga menyukai