Ketergantungan terhadap energi fosil saat ini mengancam keuangan Negara karena harga minyak
yang sangat tinggi sehingga subsidi energi dalam APBN terus bertambah, memungkinkan
terhambatnya program-program pembangunan yang semestinya menjadi prioritas seperti
infrastruktur dan subsidi bidang pendidikan dan kesehatan. Isu perubahan iklim akibat
penggunaan energi fosil yang berlebihan juga menjadi pertimbangan. Energi alternative yang
menyimpan potensi paling besar adalah energi panas bumi. Potensi keseluruhan energi panas
bumi indonesi tercatat 29,038 MW yang merupakan 40% daripotensi energi panas bumi dunia-
menjadikan Indonesia sebagai Negara dengan potensi panas bumi terbesar namun baru 4,2%
potensi yang dimanfaatkan. Sehingga energi panas bumi sangat berpotensi untuk menyelesaikan
masalah kebutuhan energi baik skala nasional maupun internasional.
2. Konsepsi energi bersih dan terbaharukan adalah energi yang dapat diperbaharui apabila dikelola
dengan baik, sumber daya itu tidak akan habis dan merupakan energi yang ramah lingkungan atau
memiliki efek samping terhadap lingkungan sangat kecil. Berdasarkan konsepsi tersebut, energy
panas bumi dapat dikategorikan sebagai energi bersih dan terbaharukan.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebagai energy bersih dan terbaharukan :
3. Panas bumi terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya
yang terjadi secara konduksi ataupun konveksi. Perpindahan panas secara konveksi biasanya
melalui media batuan secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu
sumber panas. Syarat penting sistem panasbumi adalah adanya sumber panas yang sangat luas,
adanya reservoar untuk mengumpulkan panas, adanya penghalang untuk menjaga panas yang
telah terkumpul.
1. Sumber Panas
Sepanjang waktu panas dari dalam bumi ditransfer menuju permukaan dan seluruh muka
bumi menjadi tempat penampungan panas (heat sink). Namun di beberapa tempat energi
panas ini dapat terkonsentrasi dalam jumlah besar dan melebihi jumlah energi panas per
satuan luas yang rata-rata ditemui seperti pada gunung api atau daerah dengan tekanan
litostatik yang lebih besar dari normal (geospressured system) yang mengakibatkan kapasitas
panas tinggi akibat peluruhan radioaktif yang terkandung dalam batuan, dan daerah yang
memiliki magmatisme dangkal di dalam basemen menjadi sumber panas bagi sistem panas
bumi.
2. Reservoir
Formasi batuan bawah permukaan yang mampu menyimpan dan mengalirkan fluida termal
(uap atau air panas) dengan porositas dan permeabilitas yang baik dapat menjadi reservoir.
Porositas pada batuan akan berperan dalam menyimpan fluida termal sedangkan
permeabilitas berperan dalam mengalirkan fluida termal. Dicirikan dengan kandungan Cl yang
tinggi dengan pH mendekati normal. Reservoar ini biasanya ditudungi atau dikelilingi oleh
lapisan batuan yang memiliki permeabilitas rendah yang dikenal sebagai penudung atau cap
rock. Batuan penudung ini umumnya terdiri dari mineral-mineral lempung yang dapat
mengikat air namun sulit meloloskannya. Mineral-mineral lempung ini mengandung ikatan
hidroksil atau ion-ion Ka dan Ca sehingga menyebabkan lapisan tersebut menjadi sangat
konduktif.
3. Daerah Resapan
Daerah resapan merupakan daerah dimana arah aliran air tanah di tempat tersebut bergerak
manjauhi muka tanah atau air tanah di daerah resapan bergerak menuju ke bawah
permukaan bumi ditandai dengaan rata-rata resapan air tanah per tahun yang bernilai tinggi.
Daerah ini berperan dalam menopang tekanan di dalam formasi reservoir karena adanya
fluida yang mengisi pori dalam reservoir secara berkelanjutan.
4. Daerah Discharge dengan Manifestasi Permukaan
Daerah discharhe merupakan daerah dimana arah aliran air tanah di tempat tersebut
bergerak menuju permukaan tanah atau air tanah di daerah tersebut bergerak menuju ke atas
permukaan bumi, ditandai dengan hadirnya manifestasi di permukaan. Manifestasi
permukaan adalah tanda yang tampak di permukaan bumi yang menunjukkan adanya sistem
panas bumi di bawah permukaan di sekitar kemunculannya.
Manifestasi ini dapat keluar secara langsung seperti mata air panas atau fumarola. Fumarole
adalah uap panas yang keluar melalui celah-celah batuan dengan kecepatan tinggi yang
akhirnya berubah menjadi uap air.
Manifestasi permukaan juga bisa keluar secara terdifusi seperti kasus tanah beruap (steam
ground) dan tanah hangat (warm ground), juga bisa keluar secara intermittent seperti
manifestasi geyser
Tipe lain manifestasi permukaan adalah solfatara dan batuan teralterasi. solfatara yaitu uap
air yang keluar melalui rekahan batuan bercampur dengan H2S, CO2 dan mengendapkan sulfur
di sekitar rekahan tempatnya keluar. Batuan leralterasi adalah batuan yang terubahkan
karena adanya reaksi batuan tersebut dnegan fluida panas bumi.
Metode Pemanfaatan
Metode pemanfaatan energi panas bumi saat ini adalah secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung antara lain sebagai pengering hasil pertanian, sterilisasi media tanam jamur,
pemandian air panas untuk pariwisata.
Sedangkan pemanfaatan secara tidak langsung adalah konversi uap panas bumi menjadi energi
listrik dengan membangun PLTU. Dalam penerapannya terdapat tiga jenis generator energi panas
bumi antara lain Flash plants, Binary Geothermal Power Plant, Dry Steam, dan Hybrid
4. Penjalaran panas :
Konduksi
Penjalaran panas dari sumber panas bumi ke batuan dasar atau bagian bawah reservoir
Batuan dasar bagian bawa reservoir menjadi medium padat yang menghantarkan panas secara
konduktif dari sumber panas bumi ke dalam reservoir panas bumi.
𝑄 𝑘𝐴∆𝑇
=
𝑡 𝑙
Dimana
Q = kalor (joule)
k = koefisen konduksi (konduktivitas termal)
t = waktu (s)
A = luas penampang (m2)
L = panjang (m)
T = suhu (kelvin)
Konveksi
Penjalaran panas di dalam reservoir, karena medium sistem reservoir panas bumi biasanya
merupakan batuan berpori yang berisi fluida air dan uap air panas. Fluida tersebut bergerak
mengikuti pola konvektif dan pola ruang pri batuan yang berhubungan satu sama lain dengan
kecepatan sesuai dengan permeabilitas batuan berpori tersebut terhadap karakteristik fluida
reservoir.
𝑄
= ℎ𝐴∆𝑇
𝑡
Dimana
Q = kalor (joule)
h = koefisen konveksi
t = waktu (s)
A = luas penampang (m2)
T = suhu (kelvin)
Radiasi
(belum ketemu penjelasannya yang berkaitan dengan panas bumi)
𝑄
𝑃= = 𝑒𝜎𝐴𝑇 4
𝑡
P = daya radiasi/energi radiasi tiap waktu (watt)
Q = kalor (joule)
t = waktu (s)
e = emisivitas bahan
A = luas penampang (m2)
T = suhu (kelvin)
2. Oleh Kasbani
a. Vulkanik
Sistem vulkanik adalah sistem panas bumi yang berasosiasi dengan gunungapi api Kuarter
yang umumnya terletak pada busur vulkanik Kuarter yang memanjang dari Sumatra,
Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, sebagian Maluku dan Sulawesi Utara. Pembentukan sistem
panas bumi ini biasanya tersusun oleh batuan vulkanik menengah (andesit-basaltis)
hingga asam dan umumnya memiliki karakteristik reservoir sekitar 1,5 km dengan
temperature reservoir tinggi (~250 – ≤ 370°C). ada daerah vulkanik aktif biasanya memiliki
umur batuan yang relatif muda dengan kondisi temperatur yang sangat tinggi dan
kandungan gas magmatik besar. Ruang antar batuan (permeabilitas) relatif kecil karena
faktor aktivitas tektonik yang belum terlalu dominan dalam membentuk celah-celah /
rekahan yang intensif sebagai batuan reservoir. Daerah vulkanik yang tidak aktif biasanya
berumur relatif lebih tua dan telah mengalami aktivitas tektonik yang cukup kuat untuk
membentuk permeabilitas batuan melalui rekahan dan celah yang intensif. Pada kondisi
tersebut biasanya terbentuk temperatur menengah – tinggi dengan konsentrasi gas
magmatik yang lebih sedikit.
b. Vulkano-tektonik
Sistem Vulkano-tektonik merupakan sistem yang berasosisasi antara struktur graben dan
kerucut vulkanik, umumnya ditemukan di daerah Sumatera pada jalur sistem sesar
sumatera (Sesar Semangko).
c. Non Vulkanik
Sistem panas bumi Non vulkanik adalah sistem panas bumi yang tidak berkaitan langsung
dengan vulkanisme dan umumnya berada di luar jalur vulkanik Kuarter. Lingkungan non-
vulkanik didominasi oleh batuan yang merupakan penyusun kerak benua metamorf dan
sedimen granitik, metamorf dan sedimen laut.
3. Oleh Hochstein
a. Low Temperature Reservoir
Sistem panasbumi low temperature reservoir merupakan sistem yang rata-rata
temperatur reservoirnya adalah kurang dari 125oC
- Akuifer cekungan sedimen
Fluida spengisinya bersifat stagnan atau tidak bergerak, biasanya termineralisasi dan
saline (marine pore fluids). Perpindahan panasnya secara konduktif, suhu akuifer
dikontrol oleh terrestrical flux, koduktivitas panas batuan dan kedalaman akuifer,
dengan kisaran suhu reservoir 60-75oC.
- Akuifer dasar di bawah cekungan sedimen
Akuifer dengan permebilitas tinggi yang berada pada basement yang tertutup sekuen
batuan sedimen dengan permeabilitas rendah. Yang biasa terjadi adalah forced
convection dimana fluida bergerak dari tengah ke tepi cekungan. Suhu reservoir
biasanya berkisar 50-65oC
- Sistem mata air panas
Sistem ini umum dijumpai di kaki gunung, yang berasosiasi dengan deep reaching
fracture permeabilitas tinggi. Panas berasal dari terrestrial heat flow yang berpindah
secara forced convection, suhu reservoir 60-80oC.
- Sistem tekanan
Sistem ini terdapat pada bagian dalam cekungan sedimen. Panas terbentuk karena
pressure gradient sehingga menghasilkan anomalous temperature. Suhu sistem ini
mencapai 100-120oC pada kedalaman 2-3 km.
b. Intermediate Tempreature Reservoir
Merupakan sistem yang perpindahan panasnya biasanya konvektif dengan reservoir
jenuh air, kehilangan panas alamiah (natural heat loss) biasanya cukup besar (3-30MWt).
Bila tranfer panas pada reservoir >10 MWt dan dijumpai manifestasi boiling spring, maka
fluida dapat diproduksi langsung dari mataair tersebut. Sumber panas berupa intrusi
dalam atau hot upper crust (kerak bagian atas yang panas).
c. High Temperature Reservoir
Sistem ini hanya terdapat dalam tatanan tektonik lempeng active plate margin, yang
umumnya berasosiasi dengan vulkanisme dan deformasi kerak bumi
- Sistem air panas
Pada medan datar sistem ini ditemukan apabila sebagian besar panas yang
mengalami perpindahan di dalam sistem dikeluarkan kepermukaan. Reservoir yang
produktif berada di bawah zona manifestasi permukaan, dan pengendapan mineral
hidrotermal umumnya terjadi pada bagian atas reservoir dan pada bagian sistem di
mana fluida panas bertemu dengan air permukaan yang dingin
Pada medan terjal, perbedaan utama dengan hot water system pada medan datar
adalah pola aliran fluidanya (ingat gradien hidrologi, lihat gambar). Pengeluaran
panas alamiah umumnya terjadi melalui mekanisme “concealed lateral outflow”
(semacam seepage pada zona lateral). Pada sistem ini biasanya terdapat uap (minor)
hasil evaporasi pada bagian atas reservoir yaitu kondensasi uap dan oksidasi H2S yang
menghasilkan kondensat asam, dan batuan yang terdapat di atas reservoir utama
umumnya teralterasi oleh aktivitas uap tersebut.
- Sistem air asin
Terbentuk dari konveksi air pada hot water systemyang melarutkan evaporit, atau
juga adanya hypersaline brine yang mengalami advective rise. Pada sistem ini suhu
reservoir umumnya tinggi (di Salton Sea, Utah mencapai 300oC), dengan transfer
panas secara konduktif dan heat loss relatif kecil (< 30 MWt). Karena fluidanya
bersifat salin, maka sangat korosif.
- Sistem dominasi uap air
Dapat terbentuk apabila natural recharge sangat kecil karena permeabilitas di luar
reservoir rendah. Umumnya pada bagian atas reservoir terbentuk lapisan kondensat
yang tebal, di mana bagian atas kondensat bersifat asam. Heat loss lebih kecil
dibandingkan hot water system pada ukuran yang sama.
- Sistem panas bumi gunung api
Ciri khas dari sistem ini adalah adanya kondensat tebal di atas reservoir dengan
kandungan gas vulkanik yang reaktif misalnya HF dan HCl. System ini sering
dikatagorikan dalam sesumber yang sub-ekonomis.