Anda di halaman 1dari 3

Nama : Livia Ayu Erina

NIM : 16/394062/PA/17153

Radikalisme dan Intoleransi di Indonesia

Radikalisme dan intoleransi telah berkembang di Indonesia khususnya bagi kaum pemuda.
Secara epistimologi, Radikalisme yaitu kata radikal yang berarti “berakar atau mendalam”. Dalam
arti kata radikalisme lebih mengarah kepada kelompok agama yang suka dengan kekerasan.
Radikalisme bisa diartikan sebagai paham yang atau aliran agama yang menginginkan perubahan
baik sosial maupun politik secara drastis dengan kekerasan. Sedangkan Intoleransi adalah suatu
kondisi jika suatu kelompok (misalnya masyarakat, kelompok agama, atau kelompok non-agama)
secara spesifik menolak untuk menoleransi praktik-praktik, para penganut, atau kepercayaan yang
berlandaskan agama.

Jika kita membicarakan tentang radikalisme dan intoleransi. Maka radikalisme dan
intoleransi sangat berkaitan dengan terorisme. Nah, terorisme merupakan serangan yang
terkoordinasi bertujuan untuk menimbulkan teror atau perasaan takut dan menimbulkan korban
dengan melakukan hal-hal yang membahayakan seperti bom bunuh diri yang terjadi di Bali.
Terorisme dan radikalisme sebenarnya tidak beda jauh, keduanya sama-sama menggunakan
kekerasan dan tindakan yang ekstrim serta berusaha untuk mengubah keadaan sesuai dengan
tujuan yang dikehendaki dengan cara yang cepat

Adapun fakta-fakta radikalisme di Indonesia saat ini menunjukkan bagaimana bangsa


Indonesia telah mengalami ancaman besar dari sisi pemuda, yang bisa disebut sebagai “tulang
punggung bangsa”. Merebaknya fenomena radikalisasi Islam di kalangan pemuda terutama terjadi
di kampus-kampus besar merupakan sebuah dampak dari kecolongan besar bagi masa depan
bangsa, di mana mereka adalah calon-calon pemimpin masa depan. Jika hal tersebut terus terjadi
kemungkinan besar Pancasila sebagai Philosophische Grondslag atau dasar negara akan segera
tergantikan oleh syariat Islam atau khilafah melalui pemimpin-pemimpin yang berpaham
fundamental. Dan kemungkinan buruk selanjutnya sesuai premis awal tentang radikalisme,
Indonesia akan mengalami beberapa peperangan, benturan fisik, dan pembunuhan antaragama
yang ada. Hal ini bisa terjadi karena kondisi masyarakat Indonesia yang beragama, banyak agama
juga aliranya.
Dampak dari terorisme, radikalisme, dan intoleransi di Indonesia adalah memakan banyak
korban dari orang-orang yang tidak bersalah. Salah satu contohnya adalah bom Bali. Bom Bali ini
menelan ratusan korban baik orang asing dan orang dalam negeri yang tidak bersalah, rusaknya
fasilitas umum, dan masih banyak lagi.
Pandangan munculnya radikalisme adalah rasa penasaran dari kita karena dari SMA kurang
dikenalkan tentang agama secara lebih dalam sehingga muncul rasa keingintahuan yang tinggi.
Lalu, rasa keinginan tahu tersebut terjawab karena mencari tahu sendiridi internet baik dari media
sosial maupun media komunikasi lainnya sehingga terpikir untuk mencari komunitas untuk
menjawab semua pertanyaannya dengan masuk komunitas tersebut lebih dalam sehingga ada
penyimpangan dari komunitas tersebut untuk mendoktrin melakukan jihad tetapi dengan cara
yang salah. Mahasiswa dapat menjadi radikalisme karena rasa keingin tahuan yang tinggi terhadap
sesuatu yang menurut mereka belum terlaksana salah satu contohnya adalah masalah agama .
Kesalahan pandangan tersebut yang mendorong mereka bergabung dengan ISIS untuk
mendapatkan ekonomi yang lebih baik. Indikasinya, mereka membawa anak istri untuk turut
bergabung. Jika memang tujuan utamanya jihad, mereka tidak akan membawa perempuan dan
anak yang masih sangat kecil. Faktor kedua, adalah propaganda yang menyerang generasi muda
lewat internet. Dijelaskannya anak muda sekarang lebih mengandalkan internet untuk
mendapatkan informasi yang sangat luas. Kemudian, Mereka mencari informasi lewat internet
baik dari media sosial maupun media elektronik lainnya yang sangat rentan terhadap pengaruh
ISIS terutama kaum muda. Anak muda yang sudah semakin sedikit melihat informasi lewat media
cetak atau buku-buku pelajaran. Mereka memilih mendapatkan informasi lewat internet yang
dinilai ISIS sebagai kesempatan merekrut anggota lewat penyebaran video jihad dan pemahaman
sesat mereka. Lalu, ada dorongan dari organisasi masyarakat Islam yang salah mengarahkan
pengikutnya untuk mendukung gerakan jihad Alkaidah dan ISIS. Faktor dorongan dari ormas
yang menyerukan untuk mengikuti kelompok Alkaidah dan mendukung jihad ISIS di Suriah dan
Irak, juga tempat-tempat lain. Namun, mengaku diuntungkan dengan kondisi di Indonesia
yang masih banyak ulama besar berwibawa. Sehingga bisa menekan perkembangan radikalisasi
Islam dengan fatwa-fatwa yang masih diperhitungkan.
Selain itu, mahasiswa juga merupakan generasi penerus bangsa. Maka, penting bagi
mereka untuk mendapatkan pemahaman dan wawasan yang lebih tentang ilmu agama. Agar
mahasiswa juga bisa membantu mewujudkan kerukunan umat beragama. Tujuannya agar
mahasiswa tidak mudah terpengaruh oleh pemahaman yang menyimpang. Salah satu caranya
adalah melalui sosialisasi dan seminar anti radikalisme dan terorisme , setidaknya mahasiswa bisa
lebih tahu apa itu radikalisme. Oleh karena itu, mereka yang memegang paham radikalisme sering
kali tidak menyadari dampak dari perbuatannya. Dengan menambah pengetahuan dan wawasan
tentang radikalisme dan terorisme semoga mahasiswa mampu berkontribusi dalam menangkal jika
sewaktu-waktu itu terjadi. Dan juga penting bagi mereka untuk mendapatkan pemahaman
dan wawasan yang lebih tentang ilmu agama. Supaya mahasiswa juga bisa membantu
mewujudkan kerukunan umat beragama.

Referensi :

 Hardiman, Budi. 2012. Toleransi. Di akses pada Mei 2019.


(https://nasional.kompas.com/read/2012/05/30/02030461/Toleransi.atas.Intoleransi?page=all)

 GrupPPKN. 2016. Bahaya Radikalisme. Di akses pada Mei 2019 .


(https://guruppkn.com/bahaya-radikalisme-dan-terorisme)

Anda mungkin juga menyukai