Anda di halaman 1dari 24

BAB 8

SIFAT MEKANIK DAN TEKANAN IN SITU DARI DATA LAPANGAN

Pengetahuan tentang sifat mekanik dan tekanan in situ dari formasi permukaan penting
untuk hubungannya dengan masalah kestabilan galian sumur, patahnya eksploitasi, masalah surut
dan evaluasi produksi tanah.
Di dalam bab ini kita akan membahas metode untuk memperkirakan sifat mekanik dan
tekanan in situ dari tes dan data lapangan. Metode yang digunakan bisa dikelompokkan menjadi
tiga kategori: Pengukuran ketika membor, metode pencatan data dan tes sumur.
Kita akan memulai dengan mengingat kembali parameter mekanik dan tekanan in situ dari sebuah
formasi:
Parameter Elastik. Untuk sebuah medium yang isotrop, ada dua modul elastik yang independen.
Namun, kedua parameter ini memiliki bagian yang asli dan imajiner, dan keduanya bervariasi
dengan frekuensi dan dengan tingkat tekanan, yang meskipun di dalam kasus isotrop, penggunaan
kedua parameter tersebut sudah jelas merupakan penyederhanaan.
Parameter Kekuatan. Kita telah melihat bahwa kekuatan material adalah bergantung kepada
tingkat tekanan, dan kegagalan kriteria tersebut menjelaskan data biasanya memiliki 2-3 parameter
yang dapat diubah.
Tekanan in situ. Tekanan in situ ada dari tiga tekanan utama dan tiga parameter memberi orientasi
dari tekanan utama. Tingkat tekanan menetapkan apakah sebuah batu tertekan secara kritis atau
tidak. Tambahan lain, tekanan in situ mempengaruhi kedua parameter elastik dan kekuatan
parameter yang ada.

8.1. Perkiraan parameter elastis


Metode yang paling penting untuk memperkirakan parameter elastik adalah pencatatan
akustik, dan di dalam catatan data di kabel. Pencatatan data akustik sembari membor juga
tersedia, namun lebih jarang digunakan. Pencatatan data menghitung kecepatan gelombang
yang bersama dengan informasi dan rumus yang diperlukan di Bab 5 menyediakan dinamika
parameter elastik (Pers. (5.20) – (5.24)). Kita mengulangi di sini dengan persamaan dinamik
Modulus Young (Edyn) dan dinamika rasio Poisson (vdyn):
Setelah modulus dinamik telah diketahui, masalahnya sekarang adalah menghubungkan
mereka dengan parameter statis, yang biasanya diperlukan di kebanyakan aplikasi. Masalah
ini adalah masalah sulit yang tidak sepenuhnya terselesaikan. Perbedaan dengan Modulus
Young statis dan Modulus Young dinamis mungkin bisa signifikan, dalam level tekanan
rendah tertentu. Dinamik modulus bisa beberapa kali lebih besar dari modulus statis, sebagai
contoh batupasir yang lemah. Transisi statis – dinamis menjadi lebih rumit dengan fakta
bahwa tidak ada perubahan secara konstan, namun berubah-ubah sesuai dengan beban (Fjaer,
1999). Dengan kontribusi utama pada perbedaannya adalah amplitudo regangan, yang rendah
di dalam perhitungan dinamis dan besar di perhitungan statis. Dalam batu berpori, pori cairan
dan patahan keduanya bisa memberi kontribusi yang lebih besar di dalam perbedaan in.
Metode transisi statis – dinamis secara empiris validasinya terbatas, dan di situ terdapat pula
kekurangan metode berbasis teori.
Satu langkah menuju pendekatan dasar telah disediakan di Fjaer (1999). Pendekatan ini
dikembangkan terutama untuk batupasir lemah, memanfaatkan tes laboratorium yang
didesain khusus dengan jumlah yang besar (Kebanyakan pusat Laut Utara) dengan
perhitungan statis dan dinamis. Deskripsi berkelanjutan di dalam kuantitatif model ini
diberikan di Bagian 5.6.
Sisa dari bagian ini akan dikhususkan untuk beberapa tipe pengukuran akustik, terutama
perhitungan dari bawah lubang, namun juga berasal dari perhitungan dari pengeboran. Prinsip
dari penjalaran gelombang akustik di sekitar lubang bor dideskripsikan di Bagian 5.8.
Informasi tidak langsung mungkin bisa berguna untuk evaluasi parameter mekanik yang bisa
didapatkan dari alat pencatatan lain, semisal gamma, masa jenis, dan catatan neutron. Alat-
alat ini bisa digunakan untuk mendapatkan informasi litologis.

8.1.1. Catatan kabel akustik


Keluaran utama dari alat pencatatan akustik adalah kecepatan dan gelombang dari
beberapa gelombang yang berbeda, seperti tekanan-, pergeseran- dan gelombang Stoneley.
Perlu diingat bahwa alat pencatatan akustik bisa digunakan untuk menghasilkan informasi
tentang angka karakteristik lain dari formasi, seperti identifikasi litologis, perkiraan porositas,
pendeteksian gas, pendeteksian patahan natural, evaluasi kuantitatif dari variasi permeabilitas
dan terbentuknya seismogram sintetik untuk perbandingan dengan seismik permukaan.
Alat Gelombang Sonik yang Lengkap
Sebuah sketsa utama dari sebuah alat gelombang sonik lengkap ditunjukkan di
Gambar. 8.1. Di sini terdapat beberapa transmiter segala – arah dipisahkan dari kumpulan
penerima sinyal. Transmiter membuat tekanan pulsa dari cairan lubang bor. Tekanan pulsa
ini membuat sebuah gelombang tekanan dan pergeseran di formasi yang ada, tambahan dari
gelombang lubang bor seperti gelombang Stoneley. Alat-alat ini secara ideal akan memberi
kecepatan kompresi dan pergeseran dari formasi tambahan kepada gelombang Stoneley.
Namun, di dalam formasi yang lambat (gabungan yang buruk) kecepatan gelombang
pergeseran yang lebih lambat dari cairan yang pengeboran yang sudah ada. Yang
mengakibatkan, kecepatan pergeseran tidak bisa dihitung secara langsung.
Dari sudut pandang sifat mekanik, hal yang paling menarik dari kecepatan pergeseran
di formasi lambat, karena gelombang yang lambat mengindikasikan lambatnya kecepatan dan
menyebabkan potensi masalah dalam kestabilan. Pengukuran secara langsung dari kecepatan
kompresi dan pergeseran terdapat di formasi lambat yang mungkin menggunakan alat dipol
atau multipol.
Frekuensi tengah tipikal dari transmiter digunakan di gelombang sonik penuh adalah
15 kHz. Namun, untuk mengesankan mode Stoneley, penggunaan spektrum harus termasuk
dalam frekuensi di bawah 5 kHz. Ini dapat digunakan dengan menambah kecepatan data dari
sumber dan juga memvariasikan frekuensi ter eksitasi dari sumber, tergantung dari gelombang
mana yang diperlukan.

Alat Sonik Multipol


Konsep dasar dari alat ini adalah transduser sumber dipol. Sebuah dipol transduser
bisa dalam prinsip digambarkan sebagai dua monopol yang terpisah tidak terlalu jauh dengan
fase berlawanan. Efek seperti piston ini menimbulkan penambahan tekanan di dalam satu sisi
dari lubang bor dan mengurangi tekanan di sisi lain dari lubang bor. Gaya ini orientasi
normalnya menuju dinding lubang bor gerakan lentur dari sebuah lubang bor (lihat Gambar.
5.20).
Sebuah sumber dipol juga beroperasi dengan frekuensi rendah, biasanya dengan
frekuensi tengahnya merupakan 1 – 1.5 kHz. Dalam frekuensi rendah, mode lentur sangat
sedikit terpengaruh dari lubang bor dan bergerak dengan kecepatan yang sama dengan
gelombang geser. Alat dipol bisa memberikan sebuah perhitungan langsung dari kecepatan
pergeseran bahkan di dalam formasi yang lambat. Di frekuensi yang lebih tinggi, kecepatan
penjalaran menjadi lebih rendah.
Kemampuan dipol biasanya diintegrasikan dengan alat monopol. Dengan transmiter
dipol dekat dengan sumber monopol, lihat di gambar 8.1. Dengan menggabungkan kedua
transduser dipol terorientasi tegak lurus satu sama lain dan kedua penerima sinyal dengan
stasiun penerima sinyal masing-masing, pengukuran garis-dalam dan garis-berpotongan dapat
dilakukan. Perhitungan garis berpotongan dipol bisa memfasilitasi evaluasi dari tipe dari
anisotropik. Telah diketahui dengan jelas bahwa pengamatan dengan kecepatan akustik lebih
cepat di batuan dasar dari pada tegak lurus dengan dasar batuan. Ini telah diamati secara umum
bahwa ketika membandingkan kecepatan gelombang P dihitung dari lubang vertikal dengan
perhitungan di lubang yang sangat terdeviasi atau horizontal dalam formasi yang sama.
Pemindai Sonic Schlumberger adalah kombinasi dari 3 monopol dan 2 sumber dipol
yang terorientasi secara ortogonal, dan lebih dari ratusan penerima sinyal. Dengan sumber
dipol mungkin menyapu pita frekuensi dari 300 Hz hingga 8 kHz. Alat yang membantu alam
karakteristik secara mendetail dari kecepatan gelombang sekitar dari lubang bor, dan di situ
sensitif terhadap aksis dan azimut dan juga variasi radial.

8.1.2. Pencatatan Akustik Sembari Membor


Di beberapa tahun belakangan ini, alat untuk pencatatan akustik sembari pengeboran
menjadi tersedia. Konfigurasi dari alat mirip dengan yang ditunjukkan di gambar 8.1, dengan
transmiter terpisah beberapa kaki (biasanya 4-7 kaki) dari kumpulan penerima sinyal.
Gelombang lengkap biasanya terekam di memori bawah lubang untuk evaluasi lebih lanjut,
namun waktu transit bisa tertransmisikan ke atas lubang atau penggunaan dengan langsung:
Evaluasi litologi, Penentuan porositas, estimasi tekanan porositas dan hubungannya dengan
ujung bor di peta seismik.
Akses secara langsung bisa menjadi perkiraan yang bagus untuk sifat mekanik dari
batu yang sudah jelas berguna serta untuk kestabilan lubang bor ketika mengebor. Dengan
mencatat sembari dan setelah pengeboran juga bisa memonitor perubahan dari respons batu
ketika periode terbukanya tanah. Ini bisa memberi peringatan dini karena melemahnya
integritas batu dengan waktu yang pada akhirnya bisa menyebabkan masalah kestabilan
lubang bor. Perubahan konsisten antara kecepatan akustik yang terekam ketika pengeboran
dan dari pencatatan kabel yang telah diamati di dalam batu lempung (Boonen et al., 1998).
Namun, sebuah studi selang-waktu-yang-dipercepat yang mengamati hal ini untuk evaluasi
kestabilan lubang bor masih belum dipublikasikan.

8.1.3. Perhitungan akustik dari pemotongan dengan bor


Perhitungan akustik dari pemotongan menggunakan bor mewakili sebuah sumber
informasi yang berharga yang bisa digunakan untuk teknik pencatatan. Teknik alternatif juga
tersedia, yaitu teknik pulsa sonik (Santerelli et al., 1998) dan teknik gelombang kontinu (Nes
et al., 1998). Untuk deskripsi lebih lanjut, lihat juga bagian 7.3.12.
Pemotongan dengan bor mewakili sumber informasi yang sangat besar yang tersedia
tanpa adanya biaya tambahan. Jika digunakan dalam pengeboran, informasi akan tersedia
hampir di waktu yang sama. Namun, ada pula batasan dari teknik-teknik ini, yang biasanya
berhubungan dengan kualitas dan relevansi dari pemotongan. Bagaimana sebuah tekanan
memberi efek, efek dari ujung bor dan efek dari pengeboran cairan dan lain-lain. Perubahan
respons dibanding dengan formasi yang masih murni? Ketidakpastian lain juga berhubungan
dengan efek skala panjang (biasanya dalam ukuran mm untuk pemotongan namun biasanya
30 cm untuk pencatatan akustik) dan akurasi dari penentuan sumber pemotongan. Sebuah bias
dalam pemilihan sampel juga bisa disertakan, memberi perhitungan dari sampel yang
kompeten dalam jangka kelajuan-tinggi. Perbedaan di dalam kondisi tes (atmosfer untuk
perhitungan pemotongan dibandingkan dengan kondisi lubang bawah tanah untuk alat
pencatatan) juga mungkin berefek pada pemakaian.
Meskipun dengan seluruh kemungkinan ketidakpastian ini, persetujuan yang logis di
antara nilai tercatat dan nilai yang diambil dari perhitungan pemotongan juga telah
dipublikasikan (Santarelli et al., 1998; Nes et al., 1998), terutama mengingat kedalaman dari
tren. Perhitungan pemotongan juga merepresentasikan sebuah alternatif yang menjanjikan
namun tidak sepenuhnya dieksplorasi dan/atau suplemen untuk perhitungan yang lain.

8.2. Perkiraan kekuatan parameter


Tidak ada metode yang langsung bisa digunakan untuk penentuan kekuatan parameter in
situ. Karena itu kebanyakan dari upaya yang digunakan untuk memprediksi parameter
berbasis kepada korelasi empiris, terutama hubungan antara kelajuan akustik dan kekuatan
parameter. Di dalam bagian ini, akan didiskusikan keduanya dan hubungan lain yang
menjadi perkiraan kekuatan parameter.

8.2.1. Pencatatan data (kabel dan MWD)


Pencatatan data bisa menarik untuk prediksi sifat mekanik dari batuan karena pencatatan
adalah salah satu dari banyaknya pengukuran bawah lubang yang tersedia. Seperti yang telah
dipresentasikan, ada beberapa hubungan antara kelajuan akustik dan sifat elastik dinamis.
Namun, kekuatan data batuan tidak bisa diambil langsung dari catatan. Pendekatan tradisional
menjadi lebih atau kurang empiris, menggunakan catatan berasal dari kelajuan akustik
(terutama di dalam kelajuan pergeseran) dan porositas berasal dari catatan. Sebuah
kekurangan yang jelas dengan pendekatan tersebut adalah keperluan untuk kalibrasi yang
sering dan memeriksa kevaliditasan korelasi empiris ketika memasuki lapangan atau area
baru.
Model yang digunakan untuk mendiskusikan bagian 8.1 (Fjaer, 1999) bisa juga
digunakan untuk memprediksi kekuatan (Raaen et al., 1996). Model ini juga menggunakan
data catatan (Kelajuan akustik dan masa jenis), dan telah dikembangkan terutama untuk
prediksi terhadap lemahnya kekuatan batupasir. Fakta bahwa model ini lebih dari basis teoritis
menyebabkannya lebih kuat, dan hal tersebut bisa digunakan di sumur baru tanpa kalibrasi
yang berlebihan. Hal ini kemudian merepresentasikan sebuah langkah menuju jalan yang
benar. Namun, ada hal yang tidak valid yang tersedia yang bisa memprediksi kekuatan dari
beberapa litologis langsung dari catatan, tanpa perlu adanya kalibrasi.
Metode yang digunakan untuk memprediksi kekuatan batu disediakan dari perusahaan
jasa yang terikat dengan batasan yang telah didiskusikan di atas, namun menjadi kurang atau
lebih empiris dan memerlukan kalibrasi kurang atau lebih.

8.2.2. Perhitungan Pemotongan Bor


Beberapa tipe perhitungan dalam pemotongan menggunakan bor telah didiskusikan
sebelumnya, Perhitungan akustik (Bagian 7.3.12 dan bagian 8.1.3) dan perhitungan lekukan
(Bagian 7.5.3). Untuk mendapatkan besar kekuatan, hubungan telah dijelaskan (Santarelli et
al., 1998; Rignstad et al., 1998). Diberikan sebelumnya didiskusikan ketidakpastian
menggunakan pemotongan yang menggunakan bor ( bagian 8.1.3), metode-metode ini harus
ada sekarang meskipun agak kasar. Namun, beberapa hal tersebut menyediakan paling tidak
evaluasi perbandingan, atau klasifikasi tipe “kuat” melawan “lemah”.

8.2.3. Korelasi Empiris


Kurangnya kekuatan bawah lubang langsung dalam perhitungan atau teori yang
biasanya bisa diaplikasikan yang lain yang berhubungan dengan kekuatan batu untuk
mengukur kuantitas yang dapat diukur telah memberikan motivasi kepada usaha untuk
menghasilkan korelasi empiris untuk prediksi kekuatan batuan. Kebanyakan dari hal tersebut
biasanya berbasis kepada catatan-perhitungan atau sifat asal-catatan. Beberapa contohnya ada
di karya Edlman et al. (1998), Farquhar et al. (1994), Mason (1987), Onyia (1988). Korelasi
empiris telah menghasilkan banyak sekali hasil yang tidak bergantung untuk kebutuhan atau
aplikasi. Masalah produksi berhubungan dengan batupasir lemah namun masalah kestabilan
untuk pengeboran berurusan dengan batu lempung lemah.
Ada beberapa komentar umum yang harus dijadikan mengingat korelasi empiris:
 Korelasi biasanya berdasar kepada satu tipe spesifik dari batuan atau litologi. Sebuah korelasi
yang berasal dari batupasir mungkin tidak valid di batu lempung, atau korelasi yang berasal
dari empiris biasanya tidak bisa diaplikasikan secara universal.
 Kekuatan batuan bisa saja sangat langka untuk beberapa litologis. Seperti batu lempung,
karena batu lempung biasanya tidak memili inti dan telah dites. Korelasi spesifik batu
lempung biasanya langka (untuk pengecualian, lihat Lashkaripour dan Dusseault, 1993 dan
Hursrud, 2001).
 Kurangnya inti dari material yang digunakan untuk pemotongan material yang mungkin tidak
relevan untuk lubang bawah batu sedimen (perbedaan di sejarah sedimen, sejarah tekanan,
tekanan lingkungan, diagenesis dan lain-lain.).
 Laboratorium prosedur tes atau prosedur data interpretasi mungkin bervariasi, menghasilkan
hasil yang mungkin tidak kompatibel.
 Bahkan jika korelasi berbasis terhadap pusat batuan di satu area, hal tersebut mungkin tidak
dapat diaplikasikan di area geografis yang lain. Hal tersebut selalu direkomendasikan untuk
mengecek kevaliditasan korelasi ketika memasukkan area baru dan mengalibrasi mereka jika
diperlukan.
 Korelasi yang telah dipublikasikan biasanya ter-biaskan terhadap batu yang lebih kompeten,
hal tersebut mengurangi keakurasian mereka yang berhubungan dengan batu lemah yang
biasanya menjadi perhatian utama di semua tipe evaluasi stabilitas.
Untuk beberapa alasan ini, Tidak ada korelasi spesifik yang akan disediakan di sini.
Beberapa komentar harus juga mengingat ketika melihat atau menggunakan korelasi empiris
untuk prediksi kekuatan. Di dalam penggunaan umum, akan diketahui bahwa kekuatan batu
bertambah ketika batu dimampatkan dan disemenkan, seperti di kedalaman, umur, dan
keefektifan tekanan meningkat. Hal ini dicerminkan di tren normal atau porositas yang
berkurang dan bertambahnya kelajuan akustik.
Diskusi berkelanjutan dari sifat mekanik dari batuan sedimen (batupasir, kapur dan
batu lempung) telah diberikan di Bagian 3.4, termasuk beberapa contoh yang berhubungan
secara empiris.

8.2.4. Data Pengeboran


Secara intuitif, respons dari ujung bor harus direfleksikan dengan sifat mekanik dari
batuan, di bawah kondisi bawah lubang yang sebenarnya. Respons ujung bor pun, juga
bergantung kepada beberapa parameter. Secara tradisional, motivasi dari interaksi model
ujung bor dan batuan telah mengembangkan pemilihan ujung bor dan prosedur operasi ujung
bor. Proses dari pemotongan generasi dan pemotongan penghilangan biasanya sedikit rumit,
dan beberapa model ROP (rate of penetration/laju penetrasi) juga secara empiris atau semi-
empiris. Meskipun model ROP telah tersedia untuk beberapa model bor, kebanyakan dari
usaha memodelkan telah dijuruskan menuju ujung bor kerucut yang berputar. Sebuah versi
representatif dari model ROP adalah (Warren, 1987):

Di mana R adalah laju dari penetrasi, W adalah berat dari ujung bor, N adalah
kecepatan putar bor, S adalah kekuatan batuan, D adalah diameter bor, Fm adalah gaya
tabrakan jet yang telah diubah, ρ adalah masa jenis batuan, μ adalah viskositas batuan dan a,
b, c adalah konstan tanpa dimensi.
Beberapa efek tambahan yang berhubungan dengan ujung bor akan rusak dan cip
bertahan atau mungkin bisa juga terhitung. (contoh Hareland dan Hoberock, 1993).
Jadi satu bisa diselesaikan Pers. (8.3) untuk kekuatan batu di mana laju dari penetrasi
dan beberapa parameter lain dan fungsi lain telah diketahui (Hareland et al., 1996). Penentuan
semua parameter masukan dan model konstan mungkin tidak biasa, dan kalibrasi yang
melawan hasil dari tes di bawah kondisi terkontrol atau melawan kalibrasi ujung bor
sebelumnya berjalan dalam area yang mungkin diperlukan. Beberapa tidak tentunya yang
sangat berpengaruh di prediksi kuantitatif seharusnya dapat diduga. Hal tersebut sudah jelas
bahwa model tersebut tidak mudah untuk digunakan dalam pengukuran yang diprediksi.
Telah jelas bahwa proses pengeboran adalah respons terhadap sifat dari batuan dan
keadaan tekanan yang ada. Informasi tentang sifat mekanik batuan harusnya dapat didapatkan
dari data pengeboran, namun usaha berkelanjutan untuk memahami dan memodelkan proses
pengeboran pun diperlukan. Menggabungkan semua perhitungan ketika mengebor, data
pengeboran dan data pencatatan, kedaunya mungkin memberikan sebuah alat secara langsung
untuk mengikuti proses pengeboran. Ini akan menjadi dapat diaplikasikan di stabilitas
pengeboran dan efisiensi pengeboran, dan pada akhirnya kedua dari aspek mungkin bisa
digabungkan menjadi model pengeboran terintegrasi sepenuhnya dan teroptimasi.

8.3. Perkiraan dari Tekanan In Situ


Bagian ini akan menjelaskan metode yang telah tersedia untuk memperkirakan
tekanan in situ dari data lapangan. Metode berbasis dari pengukuran utama didiskusikan di
Bab 7 dan tidak akan diulangi di sini. Bagian ini akan lebih berfokus kepada data dari catatan
sumur dan tes sumur. Untuk deskripsi yang lebih mendetail tentang seluruh metode
pengukuran tekanan yang ada, lihat Amadei dan Stephansson (1997) dan Haimson dan Cornet
(2003). Ingat bahwa tidak semua dari seluruh metode ini cukup untuk aplikasi petroleum.
Penjelasan yang dijelaskan di sini berdasarkan kepada asumsi umum tentang medan
tekanan vertikal-horizontal, atau, satu tekanan utama adalah vertikal dan dua yang lainnya
adalah horizontal. Hal ini adalah valid secara tektonis area yang tidak aktif atau area yang
telah merenggang dari aktivitas tektonik sebelumnya. Di area aktif, asumsi ini mungkin tidak
valid, dan medan tekanan bisa secara signifikan terdistorsi. Lihat juga di Bab 3.
8.3.1. Catatan Masa Jenis (Tekanan Berlebihan)
Alat masa jenis adalah alat sinar gamma aktif yang menggunakan perpecahan
Compton dari sinar gamma untuk mengukur densitas elektron dari formasi yang ada. Dengan
beberapa koreksi litologi, densitas elektron kemudian dikonversi menjadi densitas masa
dengan akurasi yang masuk akal.
Densitas berguna untuk menentukan sifat mekanik di dua hal: pertama, densitas
digunakan untuk mengonversi dari kelajuan akustik menjadi modulus dinamik elastik (lihat
bagian 8.1). Kedua, densitas yang terintegrasi dengan kedalaman vertikal dari sumur
biasanya dipertimbangkan untuk memberi estimasi yang bagus dari tekanan vertikal, paling
tidak di area yang memiliki aktivitas tektonis yang rendah. Di area tersebut, tekanan vertikal
juga dipertimbangkan menjadi tekanan utama. Ketika catatan densitas telah tersedia, masalah
untuk menentukan medan in situ penuh kemudian dikurangi untuk menentukan besar dan
orientasi dari tekanan horizontal.
Namun, catatan tekanan densitas biasanya jarang tersedia di beberapa meter pertama
dalam sumur. Kemudian akan diperlukan perkiraan dari masa jenis untuk mendapatkan
tekanan vertikal. Di area yang tidak terkena aktivitas tektonik, akan umum untuk
mengasumsikan densitas dalam jangka 1.8 – 2.0 g/cm3.
Tengah Norwegia di lepas pantai, jumlah besar masa jenis di atas 2 g/cm3 telah dicatat
di kedalaman yang dangkal. Satu penjelasan yang masuk akal dari hal ini adalah masa jenis
yang tidak biasa tinggi ini adalah karena area tersebut juga terkena beban es. Jadi sejarah
geologis perlu dihitung juga ketika membuat sebuah perkiraan di interval yang tidak
memiliki catatan. Data geoteknik dari survei mungkin di beberapa kasus bisa tersedia dan
memberikan informasi tambahan.

8.3.2. Catatan Lubang Bor (Tekanan Horizontal)


Penentuan tekanan horizontal adalah berasal dari kemungkinan kegagalan di dalam
dinding lubang bor di mana bisa terdeteksi oleh catatan alat lubang bor. Agar dapat
terdeteksi, kegagalan harus terjadi di dalam periode setelah pengeboran dan sebelum
pencatatan. Di lubang bor vertikal yang menembus lapisan dari beberapa tekanan horizontal
yang signifikan, dua mode kegagalan dapat dideteksi: kegagalan kompresi dan tarikan. Arah
dari kedua mode kegagalan ini situasi yang diidealisasikan yang secara unik diberikan oleh
arah dari kedua tekanan utama horizontal, yang didapat diilustrasikan Gambar 8.2.
Kegagalan kompresi atau kegagalan pergeseran akan terjadi di arah yang paralel dengan
tekanan horizontal paling kecil (σh) jika tekanan sumur cukup rendah untuk menghasilkan
kegagalan pergeseran. Hal ini secara umum mengarah kepada kerusakan, di dalam konteks
ini dan akan menghasilkan sebuah perubahan menjadi oval dari lubang bor. Kegagalan
tarikan akan terjadi di arah yang paralel dengan tekanan horizontal paling besar (σH) jika
tekanan sumur cukup besar untuk menyebabkan patahan. Lihat juga Bab 4 untuk diskusi
lebih lanjut dari tekanan dari lubang bor.

Gambar 8.2. Ilustrasi dari arah untuk kegagalan kompresi dan tarikan di sekitar lubang bor.

Karena kegagalan tarikan terjadi di tekanan tinggi dan kegagalan kompresi terjadi di
tekanan rendah, Kegagalan ini tidak terukur di kedalaman yang sama. Beberapa
pengecualian adalah perbedaan variasi di perbedaan tekanan
Ingat bahwa di situasi dengan variasi yang besar di ECD (Perputaran Densitas
sama/Equivalent Circulating Density) dari pengeboran bisa menjadi mungkin untuk
mengamati kedua kegagalan yang ada di kedalaman yang sama.
Ketika kegagalan telah terjadi di tembok lubang bor, akan mudah mengasumsikan
untuk mencoba menghitung-kembali juga besar tekanan, terutama besar dari tekanan
horizontal dengan menggunakan teori elastis dan kriteria kegagalan yang diperlukan.
Namun, beberapa asumsi juga diperlukan untuk analisis tersebut, menerjemahkan hasil
menjadi tak tentu. Perkiraan yang seperti itu bisa dengan baik dipertimbangkan batas atas
dan bawah dari besar tekanan (lihat juga Bagian 8.3.4). Jumlah informasi yang besar bisa
didapatkan dengan alat yang baru, seperti Pemindai Sonic (Lihat bagian 8.1.1) mungkin
selanjutnya akan mengurangi beberapa tidak tentunya, dan memberikan beberapa perkiraan
tekanan in situ yang lebih baik.
Catatan Kaliper
Catatan Kaliper (empat-tangan) biasanya berhubungan dengan perkiraan tekanan
arah horizontal dari orientasi perpecahan. Alat ini menghasilkan dua diameter dari
perpotongan lubang bor. Agar dapat mengidentifikasikan tekanan yang dihasilkan dari
lubang bor, Beberapa set kriteria identifikasi telah diimplementasikan.
Kita mengutip kriterianya yang dipublikasikan oleh Plumb dan Hickman (1985):
1. Alatnya berputar di atas dan di bawah sebuah perpecahan lubang bor.
2. Kecepatan perputaran berhenti di sebuah tempat perpecahan.
3. Pemanjangan lubang bor bisa dilihat dengan jelas di catatan. Satu pasangan bantalan harus
menunjukkan kenaikan dan penurunan yang relatif tajam dari diameter lubang bor.
4. Semakin kecil pembacaan kaliper dekat dengan ujung bor, atau jika kaliper lebih kecil
pembacaannya lebih besar dari ukuran bor yang harus menghasilkan variasi lebih kecil dari
kaliper yang lebih besar.
5. Arah dari pemanjangan harus tidak secara konsisten bertemu dengan area tinggi dari lubang
bor ketika lubang telah terdeviasi dari arah vertikal.
Item terakhir dalam daftar ini mencerminkan masalah membedakan antara jeda dan
keyseats.1 Ini adalah masalah utama, karena tidak mungkin membedakan antara jerawat
dan kunci kursi ketika menggunakan data caliper empat lengan. Umumnya, elongasi
dianggap sebagai kunci kunci jika arahnya dalam ± 10 ° –15 ° dari lubang azimuth.
Namun, ini bias mengkategorikan sebagian besar perpanjangan sebagai kuncinya, bahkan
pada penyimpangan kurang dari 6 °(Fejerskov dan Bratli, 1998). Ini menyiratkan bahwa
sebagian besar titik data salah ditolak, atau sebagian besar pekerjaan sebelumnya pada
analisis breakout harus ditolak.
Masalah ini dengan log caliper agak berkurang sebagai alat enam lengan menjadi
standar industri. Namun, hasil terbaik diperoleh dengan alat yang dapat menyediakan
gambar lebih lengkap dari lubang bor.
Log gambar
Log gambar mencakup pencatatan log boros listrik (resistivitas) dan akustik. Itu
gambar listrik log beroperasi dengan sejumlah besar elektroda dalam kontak dengan
formasi, biasanya didistribusikan ke beberapa bantalan pada lengan independen (empat
atau enam). Ini dangkal penyelidikan listrik cocok untuk penyelidikan struktur halus
seperti bidang tempat tidur, fraktur alami dan juga menyebabkan fraktur diinduksi.
Alat pencitraan akustik (sering disebut sebagai televiewer lubang bor, BHTV)
didasarkan pada refleksi dari gelombang akustik dari dinding lubang bor, merekam waktu
perjalanan dan amplitude dari pulsa yang dipantulkan. Pulsa dihasilkan oleh kristal piezo-
listrik berputar cepat, sehingga menciptakan jalur penebangan berbentuk helix dengan
jarak pendek antara setiap revolusi. Ini alat ini paling cocok untuk mendeteksi pelarian
lubang bor, karena fraktur yang diinduksi pengeboran tidak membuat perubahan
signifikan dalam radius lubang bor atau reflektifitas.
Karena alat-alat ini menyediakan gambar penuh dari dinding lubang bor, adalah
mungkin untuk membedakan antara terobosan yang dipicu stres dan gantungan kunci.
Contoh gambar lubang bor listrik log ditunjukkan pada Gambar. 8.3. Contoh penggunaan
log gambar untuk penentuan horizontal arah tekanan dan besaran diberikan oleh Brudy
(1998).
Jika fraktur diinduksi pengeboran ditemukan pada kemiringan sehubungan
dengan sumbu borehole, ini menyiratkan bahwa tidak ada tekanan utama yang sejajar
dengan sumbu lubang bor. Ini bias menjadi situasi di lubang bor yang cenderung, atau di
lubang bor vertikal di mana tekanan vertikal bukan stres utama, seperti misalnya dekat
dengan kesalahan (Brudy et al., 1997).
8.3.3. Uji fraktur (besaran tegangan horizontal)
Satu-satunya metode yang sepenuhnya dapat diandalkan untuk menentukan
tegangan horizontal terkecil (σh) adalah untuk fraktur formasi dan catat tekanan di mana
fraktur menutup. Ini membutuhkan bahwa fraktur telah menembus cukup jauh ke dalam
formasi untuk hanya merasakan resistensi tekanan horisontal in situ. Dalam sumur
vertikal, ini dicapai 2-3 kali diameter lubang sumur dari lubang bor. Dalam lubang sumur
yang menyimpang, fraktur mungkin harus berjalan lebih jauh dari lubang bor,
Gambar 8.3. Gambar resistivitas bagian dinding lubang bor 10 m yang direkam dengan 4
lengan di sumur Laut Utara.
Gelap daerah mewakili resistivitas rendah. Jejak gelap yang terputus-putus pada
lengan 1dan 3 menunjukkan fraktur yang diinduksi pengeboran. Perhatikan bahwa fraktur
yang diinduksi pengeboranini terpisah 180 ° pada dinding lubang bor dan tidak saling
berhubungan lubang bor seperti jejak rekahan alam atau bidang tempat tidur.
karena memutar dari fraktur dan tekanan utama dekat lubang bor yang menyimpang.
Prinsip dasar dari fase inisiasi fraktur yang berbeda, pertumbuhan dan penutupan akan
dibahas dalam Bab 11.
Penentuan tegangan horizontal terbesar (σH) bukan hal sepele, dan tidak ada yang
langsung metode tersedia untuk ini. Dalam situasi elastis linear yang ideal, horizontal
terbesar stres dapat ditentukan dari tes fraktur berulang. Namun, dalam praktiknya, itu
tekanan inisiasi fraktur dapat sangat bervariasi, sehingga pendekatan semacam ini sangat
tidak pasti (lihat juga Bagian 11.2). Biasanya, tekanan inisiasi fraktur lebih rendah dari
yang diperkirakan dari teori elastis linear. Investigasi Persamaan. (11.11) menunjukkan
bahwa jika ini kasusnya, tekanan horizontal terbesar terlalu tinggi. Ini mungkin alasan
mengapa studi lapangan memanfaatkan pendekatan semacam itu secara konsisten
memprediksi rezim stres strike-slip (σH> σv> σh).
Bagian ini akan fokus pada metode rekah yang digunakan untuk penentuan yang
terkecil tekanan horisontal.
Tes kebocoran dan uji kebocoran yang diperpanjang
Tes kebocoran (BAK) dilakukan selama fase pengeboran sumur, dalam formasi
tepat di bawah setiap sepatu casing. Tujuan dari tes ini adalah untuk menentukan maksimal
tekanan sumur bagian lubang bor baru dapat mempertahankan tanpa retak dan kehilangan
pengeboran cairan. Oleh karena itu, tes kebocoran tradisional tidak dirancang untuk
menentukan horizontal terkecil stres, tetapi untuk mendapatkan nilai desain untuk
kerapatan lumpur di bagian lubang bor berikutnya yang akan dibor.
Setelah tali casing disemen, sepatu casing dibor keluar dan beberapa meter formasi
baru ditembus. Uji kebocoran kemudian dilakukan dengan menekan ini bagian lubang
terbuka. Prinsip uji kebocoran ditunjukkan pada siklus pertama pada Gambar 8.4. Tekanan
di dalam lubang meningkat dengan memompa pada tingkat volume konstan, biasanya 50
250 l / mnt. Ini menghasilkan garis lurus tekanan terhadap volume (waktu), dengan
kemiringan garis yang diberikan oleh kompresibilitas sistem (terutama cairan pengeboran).
Inti nya di mana respons tekanan mulai menyimpang dari garis lurus ini didefinisikan
sebagai kebocoran titik. Ini sebenarnya titik di mana fraktur mulai memulai. Biasanya,
kebocoran Tes dihentikan segera setelah ini, bahkan jika tekanan terus meningkat di atas
tekanan bocor.
Kemiringan dan bentuk tekanan terhadap garis volume dapat dipengaruhi oleh angka
aspek operasional (kinerja peralatan, saluran semen, laju pompa, dll.). Untuk sebuah
diskusi tentang bagaimana faktor-faktor ini dapat mempengaruhi interpretasi LOT, lihat
misalnya Postler (1997).
Sebagaimana dibahas dalam Bab 11, titik kebocoran atau titik inisiasi fraktur ini,
bagaimanapun, tidak selalu terkait langsung dengan tegangan horizontal terkecil, dan
karena itu tidak ada perkiraan σh. Penting juga untuk dicatat bahwa jika tes dihentikan
segera setelah titik kebocoran, fraktur yang dihasilkan sangat pendek, dan bahkan jika fase
shut-in dicatat (lihat Gambar 8.4), ini Tekanan shut-in dapat secara signifikan melebih-
lebihkan tegangan horizontal terkecil. Contoh diberikan oleh Raaen dan Brudy (2001) dan
Raaen dkk. (2006) menunjukkan bahwa menggunakan kebocoran

Gambar 8.4. Contoh uji kebocoran konvensional (siklus pertama) diikuti oleh tiga siklus
uji bocor-lepas yang diperpanjang pada 9 5/8 sepatu casing pada kedalaman 2550 m.
Siklus pertama ditutup setelah 14 menit memompa pada 75 l / menit (1050 l dipompa).
Siklus berikut ditutup setelah 4.8 menit pemompaan pada 250 l / menit (1200 l dipompa).
Vertikal garis menunjukkan titik shut-in, setelah itu kurva adalah fungsi waktu, seperti
yang ditunjukkan oleh total shut-in periode setiap kurva.
tekanan sebagai perkiraan tegangan horizontal terkecil dapat menyebabkan kesalahan
yang signifikan. Di yang terbaik, tegangan horizontal terkecil akan menjadi batas bawah
bagi populasi besar tekanan bocor (Addis et al., 1998).
Untuk membuat tes bocor juga berlaku untuk penentuan tekanan, modifikasi
harus dilakukandibuat. Ini mengarah pada apa yang disebut uji kebocoran yang diperluas
(XLOT, ELOT) (mis. Kunze dan Steiger, 1992). Perbedaan utama dari uji kebocoran
standar adalah pemompaan berlanjut jauh melampaui titik kebocoran dan juga di luar
tekanan kerusakan. Mendapatkan perkiraan tegangan yang dapat diandalkan, pemompaan
harus berlanjut sampai pertumbuhan fraktur yang stabil diperoleh (lihat siklus pompa
ketiga dan keempat pada Gambar 8.4). Setelah shut-in, fase shut-in / decline seharusnya
direkam. Seperti yang diilustrasikan oleh Gambar. 8.4, dianjurkan untuk memompa
beberapa siklus untuk mendapatkan hasil tes berulang.
Karena tes sepatu casing ini biasanya dilakukan dalam formasi permeabilitas
rendah seperti shale, dan dengan lumpur pengeboran di lubang, sangat sedikit kebocoran
dari fraktur diharapkan. Ini berarti bahwa penutupan fraktur mungkin lambat dalam tes
shut-in / decline, menghasilkan sebuah hampir tekanan datar terhadap respon waktu.
Tekanan tercatat sebagai tekanan penutupan Dengan demikian masih merupakan
perkiraan batas atas dari tegangan horizontal terkecil. Perkiraan yang lebih baik bias
kemudian diperoleh dengan memasukkan fase flowback dalam ujian.
Ilustrasi skematik uji kebocoran yang diperluas dengan flowback diberikan pada
Gambar 8.5. Angka ini menggambarkan bagaimana seseorang dapat mempertahankan
catatan volume selama yang berbeda tahapan tes. Ini dapat memberikan informasi tentang
kapan dan apakah fraktur memiliki sebenarnya ditutup selama tes.
Garis tebal dan padat mewakili respons volume-tekanan selama pompa masuk.
Vcin mewakili volume berubah karena kompresi volume cairan di dalam sumur. Vfrac
mewakili volume dipompa ke fraktur. Volume ini dihabiskan untuk membuat volume
fraktur, tetapi juga termasuk volume yang hilang untuk formasi.

Gambar 8.5. Ilustrasi skematis uji kebocoran yang diperluas dengan fase pompa-
Volume ini dapat digunakan untuk memeriksa panjang fraktur dan apakah ini
cukup dalam (tebal,garis padat) dan fase shut-in / decline dan flowback (garis putus-
putus). Volume selama fase yang berbeda ditunjukkan, dan sebuah estimasi tegangan
horizontal terkecil dari fase flowback disertakan.
Gambar 8.6. Tekanan versus volume untuk uji aliran balik dua siklus dengan
lumpur.
Siklus pertama (garis putus-putus) disertakan fase shut-in, sedangkan dalam siklus
kedua (garis penuh) flowback dimulai segera setelah memompa. Abu-abu garis
horizontal menunjukkan tingkat stres yang disimpulkan. Courtesy of Statoil.
untuk menembus wilayah dekat-baik dan ke dalam batu stres perawan. Saat pemompaan
berhenti dan sumur tertutup, tekanan menurun dari pshut ke tekanan penutupan akhir
(pfsip). Penurunan tekanan ini dihasilkan dari penghapusan kerugian gesekan, kehilangan
cairan untuk pembentukan dan / atau pertumbuhan volume fraktur.
Garis putus-putus dari pfsip ke pref merepresentasikan fase flowback. Jika fraktur
belum tertutup selama fase shut-in, pemantauan fase flowback dapat memberikan
perkiraan tekanan horizontal terkecil seperti yang ditunjukkan pada gambar. Ini terjadi
ketika kemiringan Perubahan kurva flowback, mencerminkan perbedaan besar dalam
kepatuhan antara sistem dengan fraktur terbuka dan dengan fraktur tertutup. Kemiringan
linier terakhir dari kurva flowback dengan demikian harus dekat dengan kemiringan awal
selama pompa masuk, mencerminkan kompresibilitas cairan di lubang bor. Volume ini
dilambangkan sebagai Vcout. Jika seluruh kurva flowback memiliki kemiringan yang
sama dengan fase awal pompa-dalam, fraktur telah tertutup selama shut-in tahap. Vreturn
demikian volume sebenarnya kembali dari fraktur, sementara Vlost adalah volume kalah
dari formasi selama tes.
Contoh lapangan yang menggambarkan prinsip-prinsip yang diuraikan pada
Gambar 8.5 ditunjukkan pada Gambar 8.6 (Raaen, 2006). Perhatikan bahwa pada siklus
pertama dari tes ini (garis putus-putus) tidak ada perubahan dalam kemiringan terlihat
sebelum kerusakan formasi. Pada siklus kedua (garis penuh), perubahan kemiringan
terjadi di tekanan yang jauh lebih rendah. Dengan demikian, tekanan membuka kembali
fraktur jauh lebih rendah dari tekanan kerusakan formasi awal.
Garis putus-putus menunjukkan bahwa lereng tertutup-fraktur yang sama diamati
selama pemompaan dan flowback di kedua siklus. Dalam siklus 2, periode fraktur
terbuka awal selama flowback adalah juga didekati dengan garis lurus (garis putus-garis).
Dalam prakteknya, akan lebih mudah untuk melakukan flowback dengan choke tetap,
yang mengarah ke tingkat flowback yang bervariasi waktu. Karena laju aliran melalui
choke kira-kira sebanding dengan akar kuadrat dari penurunan tekanan, itu mudah
ditunjukkan (Raaen dan Brudy,2001) bahwa plot akar kuadrat tekanan terhadap waktu
harus memberikan garis lurus jika kekakuan sistem adalah konstan. Ini dikonfirmasi oleh
Gambar 8.7, yang menunjukkan plot data

Gambar 8.7. Akar persegi tekanan terhadap waktu untuk siklus kedua dari tes
pada Gambar. 8.6. Courtesy of Statoil.
dari siklus 2 dari tes pada Gambar. 8.6. Kedua periode buka-fraktur awal dan yang
tertutup periode fraktur didekati dengan baik oleh garis lurus putus-putus, dan intercept
masuk sesuai dengan yang disimpulkan dari data tekanan versus volume.
Untuk contoh bidang lain, lihat Bagian 11.5, di mana juga alternatif lain untuk
meningkatkan interpretasi tes fraktur disertakan. Untuk meningkatkan kualitas uji
kebocoran yang diperluas, ada beberapa rekomendasi yang harus diikuti:
 Sirkulasikan lumpur untuk memastikan bahwa kolom lumpur memiliki kerapatan
seragam dan tidak ada udara dalam sistem.
 Kalibrasikan pembacaan permukaan tekanan lumpur, atau sebaiknya gunakan
tekanan downhole mengukur.
 Periksa bahwa kemiringan sebelum kebocoran sudah sesuai dengan yang
diharapkan kepatuhan cairan. Kemiringan yang jauh lebih rendah dapat
menunjukkan bahwa ada kebocoran dalam sistem atau integritas semen yang
buruk. Pengukuran langsung dari kompresibilitas diperoleh dengan melakukan tes
casing (yaitu menekan casing tertutup sebelum mengebor sepatu casing). Pastikan
volume yang dipompa ke dalam fraktur cukup besar untuk membuat fraktur
panjangnya cukup (biasanya 0,5-1 m3). Perkiraan volume yang diperlukan bias
diperoleh dengan informasi tentang lebar fraktur, panjang fraktur dan fraktur
tinggi (panjang rathole). Lebar fraktur dapat diperkirakan dari Persamaan.
(11,19). Panjang setiap sayap fraktur harus cukup panjang untuk menembus ke
dalam formasi perawan, misalnya 10 diameter lubang sumur. Perhatikan bahwa
fraktur yang lebih panjang mungkin diperlukan dalam menyimpang dengan baik.
Volume total yang diperlukan untuk pengujian diberikan oleh volume fraktur
selain volume yang diperlukan untuk mengompres cairan di lubang bor sebelum
inisiasi fraktur.
 Mempertahankan catatan volume yang dipompa dan dikosongkan kembali selama
flowback, dan catat volume sebagai fungsi waktu selama flowback jika
memungkinkan.
Kualitas tes juga harus diperiksa terhadap kemungkinan masalah operasional
seperti saluran semen. Jika cairan dapat bocor ke formasi yang lebih dangkal, pengujian
tidak akan relevan untuk formasi di bawah sepatu casing. Keengganan untuk melakukan
tes kebocoran diperpanjang sebagian didasarkan pada waktu tambahan yang diperlukan
untuk menjalankan tes ini dibandingkan dengan uji kebocoran konvensional. Namun, ini
mungkin saja hanya kemungkinan untuk mendapatkan data tegangan yang dapat
diandalkan dalam pengembangan suatu bidang. Stress data yang mana dapat menjadi
penting ketika merancang sumur yang menyimpang pada tahap selanjutnya.
Ketika menggunakan lumpur berbasis air, patah tulang cenderung menyembuhkan
dan akhirnya mengembalikan yang asli tekanan bocor. Ketika menggunakan lumpur
berbasis minyak, sering diklaim bahwa penyembuhan tidak terjadi. Namun, tidak ada
karya yang dipublikasikan tentang hal ini yang diketahui oleh penulis. Perbedaan seperti
itu bisa terjadi paling tidak sebagian disebabkan oleh perbedaan sifat filtrat dari dua
sistem lumpur. Berbasis air lumpur biasanya memiliki kehilangan sentakan dan
kehilangan filtrat yang lebih tinggi. Ini membuat kue filter di dalamnya fraktur yang
menyegel ujung fraktur, sehingga membutuhkan tekanan yang lebih tinggi untuk
menyebarkan fraktur (Onyia, 1991). Perbedaan ini dapat dikurangi dengan mengubah
sifat filtrate lumpur berbasis minyak (Morita et al., 1996). Perhatikan bahwa argumentasi
ini bersandar pada kemampuan batu untuk menerima filtrat, maka ini tidak dapat
menjelaskan perbedaan serupa di antara keduanya sistem lumpur dalam batuan
permeabilitas rendah seperti serpih.
Dalam prakteknya, sering disarankan untuk tidak melakukan tes kebocoran yang
diperpanjang lumpur berbasis minyak jika margin antara tekanan bocor dan tekanan
horizontal terkecil diperlukan untuk operasi yang sukses. Ini mungkin penting dalam
sumur dengan margin yang sempit antara batas bawah dan lapisan lumpur atas.
Ketika beberapa sumur telah dibor di ladang, tidak jarang menjalankan formasi
tes integritas (FIT) bukan tes kebocoran. Tes ini hanya terdiri dari peningkatan tekan
dengan baik hingga level yang ditentukan sebelumnya yang dianggap cukup untuk
pengeboran berikutnya bagian. Pemompaan kemudian dihentikan, dan tekanan konstan
dalam fase shut-in diamati. Oleh karena itu tes ini biasanya berhenti di bagian linier,
sebelum kebocoran tercapai. FIT Oleh karena itu tidak dapat digunakan untuk penentuan
stres.
Tes mini-frac
Seperti namanya, tes mini-frac adalah tes fraktur di mana volume yang relatif
kecil disuntikkan (biasanya sekitar 10 m3). Kecil dalam pengertian ini berhubungan
dengan fraktur konvensional pekerjaan stimulasi yang biasanya melibatkan ratusan atau
bahkan ribuan meter kubik. Tes mini-frac biasanya berjalan sebelum pekerjaan stimulasi
fraktur, untuk mendapatkan nilai untuk tekanan rekah, tekanan penutupan, parameter
kehilangan cairan, dll. yang kemudian digunakan dalam desain perawatan rekah (mis.
Tan et al., 1990). Ini berarti mini-frac tes biasanya dijalankan di bagian reservoir yang
membutuhkan stimulasi. Karena waduk Bagian mungkin sudah selesai, itu tidak jarang
untuk menjalankan tes mini-frac di casing dan sumur berlubang.
Sekali lagi dianjurkan untuk menggunakan pengukur tekanan downhole untuk
meningkatkan akurasi. Cairan khas yang digunakan dalam tes mini-frac adalah 2% KCl
air garam. Gel dapat ditambahkan untuk mengurangi cairan kehilangan dan membuat tes
lebih mirip dengan perawatan utama.
Alat Wireline
Alat Wireline juga tersedia untuk melakukan tes fraktur di lubang terbuka
(Kuhlman et al., 1993; Thiercelin et al., 1996; Desroches dan Kurkjian, 1999). Prinsip
dasarnya di sini adalah untuk mengisolasi bagian kecil dari lubang, biasanya 1 m, dengan
menggembungkan dua pengepakan karet melawan formasi. Volume yang relatif kecil
(biasanya kurang dari 400 l) dari cairan digunakan selama memompa pada tingkat dalam
kisaran 1 l / menit hingga 100 l / menit. Karena volume kecil, tes ini sering disebut
sebagai tes micro-frac. Tekanan diukur dengan pengukur downhole. Seperti halnya tes
fraktur lainnya, beberapa siklus biasanya dilakukan.
Saat berjalan di lubang terbuka, kualitas lubang yang baik sangat penting, yaitu
permukaan lubang yang halus dan dekat dengan bentuk lingkaran. Kalau tidak, akan
bermasalah untuk mendapatkan penyegelan yang baik oleh pengepakan. Untuk
memberikan penyegelan, tekanan packer harus melebihi tekanan dalam isolasi selang. Ini
menyiratkan bahwa dalam kondisi tertentu fraktur akan dibangkitkan terlebih dahulu
pengepak. Mengacu pada Persamaan. (11.6), ini tergantung pada respon dari tekanan pori
di sekitarnya lubang bor. Dalam formasi yang dapat diresapi, dimungkinkan untuk
mempertahankan penyegelan perbedaan tekanan. Namun, dalam formasi permeabilitas
rendah, fraktur dapat dihasilkan pertama di belakang packer (fraktur lengan). Prosedur
alternatif dalam situasi ini harus dilakukan ini dengan sengaja dan kemudian
memindahkan pengepakan sehingga fraktur yang dihasilkan berada di dalam zona
terisolasi dan kemudian dilanjutkan seperti dalam tes standar (Desroches dan Kurkjian,
1999).
Arah azimut fraktur dan karenanya juga arah horizontal tekanan juga dapat
diperkirakan, asalkan pengujian dilakukan dalam sumur vertikal. Itu metode yang
digunakan untuk mendapatkan arah fraktur bervariasi agak dengan jenis alat, baik
menggunakan alat pencitraan setelah rekah atau kembali menghitung dari pengukuran
lubang bor deformasi selama rekah.
Alat-alat tersebut tentu saja dapat digunakan dalam lubang berlubang dan
berlubang. Masalah dengan lubang kualitas, packer sealing dan fraktur lengan tidak lagi
menjadi perhatian. Penggunaannya adalah Namun kemudian terbatas pada zona produksi
di waduk.
Hubungan empiris
Breckels dan van Eekelen (1982) mengembangkan korelasi empiris untuk
estimasi tegangan horizontal terkecil (lihat juga Bagian 3.1) sebagai fungsi kedalaman.
Hubungan ini didasarkan pada data rekahan hidrolik dari berbagai daerah di seluruh
dunia. Hubungan untuk Pantai Teluk AS adalah:
σh = 0,0053D1,145 + 0,46 (pf - pfn) (D <3500 m) (8,4)
σh = 0,0264D - 31,7 + 0,46 (pf - pfn) (D> 3500 m) (8,5)
dimana D adalah kedalaman dalam meter, pf adalah tekanan pori dalam MPa, pfn adalah
tekanan pori normal dan σh adalah tegangan horizontal terkecil dalam MPa.
Istilah terakhir dalam hubungan ini mencerminkan tekanan pori yang abnormal.
Prediksi horizontal Oleh karena itu stres akan mencerminkan perubahan dalam gradien
tekanan air pori.
Breckels dan van Eekelen berpendapat bahwa hubungan ini dapat digunakan
dengan adil kepercayaan diri juga di daerah-daerah lain yang tektonik di dunia seperti
Laut Utara. Perhatikan bahwa hubungan ini dikembangkan pada kedalaman air nol atau
dangkal. Penulis ini pengalaman adalah bahwa hubungan untuk kedalaman hingga 3500
m memberikan perkiraan yang cukup baik di sebagian besar Laut Utara (turun ke sekitar
2500–3000 m), bahkan pada kedalaman air hingga sekitar 300 m. Saat kedalaman air
meningkat, prediksi di kedalaman formasi dangkal harus dihindari. Dengan demikian
hubungan ini dapat memberikan perkiraan yang masuk akal, tetapi hanya seharusnya
dianggap sebagai perkiraan pertama dan harus selalu diperiksa dan / atau dikalibrasi data
uji yang tepat dari masing-masing bidang.
8.3.4. Metode lainnya
Kami akan menyelesaikan bagian ini dengan menyebutkan secara singkat
beberapa metode lain yang belum dibahas sebelumnya (dalam bab ini atau di Bab 3).
Pembalikan data uji kebocoran telah disarankan untuk menghitung kembali horizontal
tekanan (Aadnøy, 1990). Metode ini menggunakan data dari sejumlah tes kebocoran yang
dilakukan di lubang bor di kecenderungan yang berbeda dan azimuth. Dengan asumsi
tekanan vertikal dan tekanan pori diketahui, besarnya dan arah tegangan horizontal
kembali dihitung dari teori elastis linier.
Karena metode ini didasarkan pada tekanan bocor, ia menderita kelemahan dasar
yang sama sebagai uji kebocoran standar, terutama ketidakpastian besar tekanan bocor
dalam kaitannya dengan tekanan kerusakan retak seperti yang didefinisikan oleh teori
elastis.
Sumber ketidakpastian lainnya adalah variasi spasial potensial dalam tekanan
horizontal di lapangan. Ketika harus menggunakan data uji dari beberapa sumur yang
juga bisa mencakup lebar rentang kedalaman, tes mungkin termasuk kompartemen rezim
stres yang berbeda secara signifikan. Diskusi lebih lanjut dari ketidakpastian ini dapat
ditemukan di Gjønnes et al. (1998).
Daripada mencoba memberikan angka yang tepat untuk tekanan, seseorang dapat
mencoba untuk membatasi tekanan (lihat misalnya Wiprut et al., 1997). Metode ini
menggunakan pengamatan rinci lubang bor kegagalan (breakout lubang bor, fraktur tarik
yang diinduksi pengeboran), terutama mencoba untuk membatasi besarnya dan arah
tegangan horizontal terbesar. Terutama ketika membatasi besarnya tegangan, penting
untuk memiliki informasi pada kedua yang terkecil tegangan horisontal dan sifat
kekuatan batuan.
Data pengeboran juga telah diusulkan sebagai sumber potensial untuk membatasi
tekanan, terutama tekanan horizontal terkecil (Hareland dan Hoberock, 1993). Dasar
untuk ini metode adalah model penetrasi drill bit dari jenis yang dibahas dalam Bagian
8.2.4. Ini digunakan untuk memprediksi kekuatan batuan yang lebih lanjut terkait dengan
rasio tegangan vertikal ke horizontal dalam proses berulang.
Data stres diprediksi dari tes lubang bor dan informasi lubang bor adalah data titik
di sebuah massa batu besar. Oleh karena itu sering berguna untuk menempatkan ini ke
dalam kerangka skala besar tekanan in situ (lihat juga Bab 3).

Anda mungkin juga menyukai