DISUSUN OLEH :
LITA NUARNI
INDAH DWI WAHYUNI
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan karuniah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah fisika ini yang berjudul ‘’Hukum Gravitasi”.
Adapun makalah fisika yang berjudul hukum gravitasi ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak
lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa
ada kekurangan baik dari segi penulisan, penyusun bahasanya, maupun segi
lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami
membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik
kepada kami, sehingga kami dapat memperbaiki makalah Fisika ini.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
- Hukum Newton tentang Gravitasi Universal
di mana:
• F adalah besarnya gaya gravitasi antara dua massa tersebut,
• G adalah konstante gravitasi,
• m1 adalah massa dari benda pertama
• m2 adalah massa dari benda kedua, dan
• r adalah jarak antara dua massa tersebut.
Teori ini kemudian dikembangkan lebih jauh lagi bahwa setiap benda angkasa
akan saling tarik-menarik, dan ini bisa dijelaskan mengapa bumi harus berputar
mengelilingi matahari untuk mengimbangi gaya tarik-menarik gravitasi bumi-
matahari. Dengan menggunakan fenomena tarik menarik gravitasi ini juga, meteor
yang mendekat ke bumi dalam perjalanannya di ruang angkasa akan tertarik jatuh
ke bumi.
- Jenis-jenis Hukum Kepler
Hukum-Hukum Keppler
Karya Keppler sebagian di hasilkan dari data – data hasil pengamatn yang di kumpulkan
Ticho Brahe mengenai posisi planet – planet dalam geraknya di luar angkasa . Hukum ini
telah di cetuskan Keppler setengah abad sebelum Newton mengajukan ketiga hukumnya
tentang gerak dan hukum gravitasi universal . Penerapan hukum gravitasi Newton dapat
diterapkan untuk menjelaskan gerak benda-benda angkasa. Hukum hukum ini menjabarkan
gerakan dua badan yang mengorbit satu sama lainnya. Massa dari kedua badan ini bisa
hampir sama, sebagai contoh Charon—Pluto (~1:10), proporsi yang kecil, sebagai contoh.
Bulan—Bumi(~1:100), atau perbandingan proporsi yang besar, sebagai contoh Merkurius—
Matahari (~1:10,000,000).
Dalam semua contoh di atas, kedua badan mengorbit mengelilingi satu pusat massa,
barycenter, tidak satu pun berdiri secara sepenuhnya di atas fokus elips. Namun, kedua
orbit itu adalah elips dengan satu titik fokus di barycenter. Jika rasio massanya besar,
sebagai contoh planet mengelilingi Matahari, barycenternya terletak jauh di tengah obyek
yang besar, dekat di titik massanya. Di dalam contoh ini, perlu digunakan instrumen presisi
canggih untuk mendeteksi pemisahan barycenter dari titik masa benda yang lebih besar.
Jadi, hukum Kepler pertama secara akurat menjabarkan orbit sebuah planet mengelilingi
Matahari.
Karena Kepler menulis hukumnya untuk aplikasi orbit planet dan Matahari, dan tidak
mengenal generalitas hukumnya, artikel ini hanya akan mendiskusikan hukum di atas
sehubungan dengan Matahari dan planet-planetnya.
1. Hukum I Kepler
“Lintasan setiap planet mengelilingi matahari merupakan sebuah elips dengan
matahari terletak pada salah satu titik fokusnya.”
Hukum I ini dapat menjelaskan akan lintasan planet yang berbentuk elips, namun
belum dapat menjelaskan kedudukan planet terhadap matahari, maka muncullah hukum II
Kepler. Keplpler tidak mengetahui alasan mengapa planet bergerak dengan cara demikian .
Ketika mulai tertarik dengan gerak planet – planet , Newton menemukan bahwa ternyata
hukum – hukum Keppler ini bisa diturunkan secara matematis dari hukum gravitasi universal
dan hukum gerak Newton . Newton juga menunjukkan bahwa di antara kemungkinan yang
masuk akal mengenai hukum gravitasi , hanya satu yang berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak yang konsisten dengan Hukum Keppler.
2. Hukum II Kepler
“ Setiap planet bergerak sedemikian sehingga suatu garis khayal yang ditarik dari
matahari ke planet tersebut mencakup daerah dengan luas yang sama dalam waktu yang
sama “.
Suatu garis khayal yang menghubungkan matahari dengan planet, menyapu luas juring
yang sama dalam selang waktu yang sama. Hal yang paling utama dalam hukum II Keppler
adalah kecepaan sektor mempunyai harga yang sama pada semua titik sepnjang orbit yang
berbemtuk elips.
Bagaimana para ilmuwan bisa mengetahui tentang jari-jari bumi ataupun massa bumi.
alat ukur apa yang digunakan. Masih kelanjutan tentang gaya gravitasi yang menjadi dasar
keilmuwan kita sebelumnya, para ilmuwan bisa memecahkan persoalan tersebut yang
mungkin pernah ada dalam benak kita.
Berdasarkan hukum gravitasi Newton, data-data tersebut digunakan untuk menghitung
besaran lain tentang benda ruang angkasa yang tidak mungkin diukur dalam laboratorium.
Rasa penasarannya mendorong newton untuk melakukan penelitian, dari hasil penelitiannya
Newton mendapat kesimpulah ‘besarnya gaya gravitasi atau gaya tarik-menarik di antara
dua benda bermassa dipengaruhi oleh jarak kedua benda tersebut, maka gaya gravitasi
bumi akan berkurang sebanding dengan kuadrat jarak benda terhadap bumi.
Hukum gravitasi Newton “setiap partikel akan mengalami gaya tarik antara partikel satu
dengan partikel yang lain. Besar gaya tarik-menarik antara dua partikel sebanding dengan
massa kedua partikel dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak kedua partikel. Hukum
gravitasi Newton dapat dirumuskan sebagai berikut:
dimana :
F : gaya tarik-menarik diantara kedua partikel (N)
M1 : massa partikel 1 (kg)
m2 : massa partikel 2 (kg)
r : jarak kedua partikel (m)
G : tetapan gravitasi (6,672 × 10-11 N.m2 /kg2)
BAB II
PENDAHULUAN
Dengan izin Alláh, subhaana–hu wa ta’aala, wa ’azza wa jalla, Tuhan Yang Maha-Esa,
seri pemaparan TESQ™ mengangkat lebih daripada 1.000 ayat Al Qur`án yang selama ini
dianggap sebagai ayat-ayat tersamar atau mutasyábiháh kedalam suatu penjelasan ilmiah
dan logik berdasarkan pada data dan fakta penemuan sains dan teknologi terkini dan hasil
ijtihad para ilmuwan di berbagai bidang pengetahuan. Sebagian besar adalah merupakan
upaya kami selama lebih 22 tahun untuk menafsirkan Al Qur`án secara ilmiah.
Dari 6.235 ayat Al Qur`án Yang Mulia, yang mencakup sekitar 77.439 lafazh arabiya,
termasuk diantaranya 9.408 lafazh berulang, yang terdiri dari lebih-kurang sebanyak
325.345 – 340.740 huruf arabik dan tanda-bacanya, bergantung cara penulisan mushhafnya,
selama lebih 14 abad lamanya, oleh para-penterjemah dan ahli tafsir dianggap hanya ada
sekitar 300an ayat berhikmah atau muhkamáh.
Pemaparan ini hanyalah satu bagian dari serangkaian penjelasan yang dipecah dalam
beberapa topik tersendiri. Karena cakupan Al Qur`án sangat luas sekali maka pemaparan
dipisah dalam beberapa bagian, namun masih saling berkaitan antara satu dengan yang lain.
Saat ini kami sudah menyiapkan 30 bagian, dan masing-masing mencakup sekitar 10 ayat
untuk pemaparan singkat sampai 100 ayat untuk pemaparan lengkap, mencakup bidang
matematika, informatika, fisika, kimia, biologi, genetika, antropologi, geologi, astronomi,
kosmogeni, kosmologi, dan lainnya.
Tulisan latin dalam bahasa arabiya, disertakan dibawah kutipan ayat Al Qur`án dalam
huruf arabik, bukanlah cara pengejaan (speeling) atau cara membacanya, tapi transliterasi
harfiýah (letter-look or literal translation), atau pemetaan aljabar linier satu ke satu (one to
one correspondence onto mapping), namun dengan qa`idah dan tadjwid bisa digunakan
sebagai cara mengucapkannya.
Harap maklum, untuk alasan penekanan dan pemfokuskan pada konteks spesifik
lafazh, atau pada frasa kalimat, dan keterbatasan pagina, maka beberapa ayat-ayat Al
Qur`án ditampilkan dalam pemaparan ini, terutama ayat yang panjang, tak dipaparkan
seluruhnya, atau dipecah atas beberapa bagian dalam presentasi tersendiri.
Semua ayat Al Qur`án dikutip untuk pembahasan dalam tulisan ini, sepenuhnya
diterjemahkan secara ilmiah oleh penulis. Untuk rujukan baku dan pembanding, kami
persilahkan para pembaca membuka mushhaf Al Qur`án dan terjemahnya dalam bahasa
Indonesia terbitan dari Departemen Agama Republik Indonesia dan atau mushhaf Al Qur`án
dan terjemahannya dalam bahasa Inggris terbitan dari kerajaan Saudi Arabiya.
PEMBUKAAN
`auwdzu bi llaahi mina `alsy syaythaani `alr rajiymi.
wa maa min ghaa`ibatin fiy `als samaa`i wa `al `ardhi `illaa fiy kitaabin–mmubiynin.
Dan tiada dari suatu-kegaiban pun didalam sang langit dan sang-bumi, kecuali didalam
suatu-kitab–yang-jelas (in a-clear–scripture) [al Qur`an dan al 'aalamuwn].
[Q 27:75]
DALÍL NAQLÍ DAN NASHSH AL QUR`ÁN TENTANG GRAVITASI
Dalíl naqlí (transfer theorem) adalah dalil yang membutuhkan nashsh dalam pembuktiannya,
yaitu dalil yang bersumber pada kalimat Al Qur`án dan atau Al Hadíts.
Dalíl naqlí Al Qur`án tentang penciptaan rawaasiya atau gravitasi, gaya-berat, berat
(gravititation, gravitational force, gravity, weight) Bumi dan benda langit lainnya, terkandung
dalam 9 surah dan 9 ayat, sebagaimana dinyatakan dalam ayat-ayat [Q 13:3, 15:19, 16:15,
21:31, 27:61, 31:10, 41:10, 50:7, 77:27], dan tentang keseimbangan kosmik interaksi
gravitasional, antara lain dalam ayat-ayat 5:55 dan 6:96
Jika para pembaca merujuk ke mushhaf Al Qur`án dan terjemahnya dalam bahasa Indonesia
terbitan dari Departemen agama RI, dan terjemahan dalam bahasa apa pun, maka lafazh
rawaasiya atau gravitasi, yang penulis maksud disini, ternyata diterjemahkan sebagai
gunung-gunung, begitu pula lafazh thuwrun diterjemahkan sebagai gunung. Padahal gunung
(mountain) dalam bahasa arabik Al-Qur`án adalah jabalun (jamaa’: jibaalun), dan bukit
(hill) adalah thuwrun.
Dalam kamus Inggris, kata gravitation, graviton, gravity, berasal dari kata dalam bahasa
Latin, gravitas, gravis, berarti berat, beban, muatan (weight, heavy, burden, load). Kata
gravis ini sangat dekat bunyinya dengan kata rawaasiya.
Bisa jadi bahwa pembentukan kata gravis berasal dari kata rawaasiya, karena ubahan
bunyinya sangat dekat, antara ravis dan rawis. Perubahan mana terjadi seperti dalam bahasa
Indonesia, kata manusia berasal dari kata dalam bahasa Arab, `anaasiyya, bentuk jamak dari
`unaasun, yang artinya memang manusia.
Hal ini terjadi demikian karena, para ahli tafsir Al Qur`án yang bukan ahli ilmu pengetahuan
alam atau fisikawan, tak memahami maksudnya, dan arti yang paling mendekati adalah yang
demikian. Mereka sangat tak peka atau insensitiv terhadap banyak lafazh khusus atau
spesifik, sebagaimana halnya mereka menterjemahkan naasun, `insun, `insaanun, `unaasun,
dan basyarun, semuanya dalam satu kata saja, yaitu, manusia; padahal, naasun, berarti, jenis-
manusia (human-kind); `insun, berarti, ras-manusia (human-race); `insaanun, berarti,
manusia (human), `unaasun (jamaa': `anaasiyya), berarti, manusia (human-being); dan
basyarun, berarti, orang (people ), dan penggunaannya tak sama dengan rajulun (jamaa':
rijaalun, man, gentleman).
Begitu pula mereka menterjemahkan lafazh `iqra` dan `utlu, dengan satu kata, bacalah.
Mestinya adalah, kajilah (recite) dan bacalah (read), dan sangat jelas artinya berbeda.
Lebih jauh, terjemah Al Qur`án dalam bahasa Indonesia mengabaikan bentuk waktu (tense),
kata-sandang untuk kata-benda pratertentu (article for predefined noun), jamak (plural), dan
jenis-kelamin (gender). Hal ini sangat mengganggu untuk mengetahui secara pas apa
sebenarnya yang dimaksud suatu ayat.
Padahal Alláh menggunakan lafazh tertentu dengan maksud tertentu, bukan dalam konteks
sinonim atau subtitusi kata. Ada faktor ilmiah, hukum, hikam, dan hikmah terkandung
didalamnya, sebagai penjelasan (bayaanun, bayinaatun, clearification) dan pencerahan
(fushshilatun, explanation).
Kalimat-kalimat dalam ayat-ayat Al Qur`án dinyatakan dalam tatanan bahasa sangat
tinggi, dan dalam pandangan ilmiah penulis, ayat-ayat Al Qur`án itu sendiri tersusun sangat
cantik dalam kaidah mantik (qa`idatu `al manthiyqi) atau ikatan logik (logical relation),
mirip seperti sebuah program komputer, dan saling dihubungkan satu dengan yang lain
melalui operator logik (logical operator) dan operator pernyataan kondisional (conditional
statement) yang membentuk berbagai fungsi implikasi dengan anteseden dan preseden, atau
sebab dan akibat (cause and effect). Hal ini satu faktor mengapa kandungan Al Qur`án
berlaku sepanjang zaman dan berlaku pula untuk seluruh manusia, overal dan global.
Bahasa pemprograman komputer paling canggih, fleksibel dan portabel, hingga saat
ini adalah bahasa C (C language). Terdiri dari hanya 32 kata-kunci (keyword), tapi bisa
membuat program apa saja dan bisa dipasang di mesin komputer mana saja dan pada sistem
operasi komputer apa saja, serta bisa menghasilkan berbagai program tak terhingga jenis,
macam, dan banyaknya.
Satu hal penting yang penulis ingin kemukakan dalam kaitan dengan bahasa Al
Qur`án dalam konteks ini adalah bahwa bahasa pemprograman komputer ini peka-kasus
(case-sensitive), artinya ia membedakan huruf-besar (upper-case) dan (lower-case) dan tanda-
baca (punctuation-mark, command delimeter).
Tak satu pun program komputer dalam bahasa sumber atau sandi sumber (source
language, source code) dapat diterjemahkan menjadi bahasa sasaran atau sandi mesin (target
language, object code, machine code) bila ada galat tatanan-bahasa (syntax error), meski
hanya satu karakter atau huruf.
Meski analogi ini tak pas betul, namun sedikit-banyak bisa mewakili apa yang ingin
penulis sampaikan, bahwa bahasa canggih Al Qur`án justeru adalah bahasa sangat peka sekali
terhadap hal-hal kecil menyangkut ma’na lafazh atau arti kata.
Dalam mushhaf Al Qur`án, lafazh jabalun atau jibaalun diulang 39 kali dalam 32
ayat [Q:S 2:260. 7:74,143,143,171. 11:42,43. 13:31. 14:46. 15:82. 16:68,81. 17:37. 18:47.
19:90. 20:105. 21:79. 22:18. 24:43. 26:149. 27:88. 33:72. 34:10. 35:27. 38:18. 52:10. 56:5.
59:21. 69:14. 70:9. 73:14. 77:10. 78:7,20. 79:32. 81:3. 88:19. 101:5].
Tapi ada terjemahan yang tak konsisten, dimana jabalun atau jibaalun diterjemahkan
sebagai bukit atau bukit-bukit. Mestinya gunung dan gunung-gunung (gegunung), karena
bukit adalah terjemahan dari lafazh thuwrun.
Kekeliruan penterjemahan dan penafsiran ayat-ayat Al Qur`án sangat banyak ditemukan baik
dalam terjemahan Indonesia maupun Inggris dan bahasa lainnya. Hanya saja karena dalam
tim penterjemah tak ada penterjemah ahli di bidang bersangkutan.
Berikut adalah beberapa contoh bagaimana lafazh jabalun dan jibaalun dipergunakan.
[Q 59:21]
law `anzalnaa haadzaa `al qur`aana ‘alaa jabalin, lla ra`ayta–huu khaasyi’aan
mmutashaddi’aan mmin khasyyati `allaahi; wa tilka `al `amtsaalu, nadhribu–haa li `aln-
naasi, la‘alla–hum yatafakkaruwna.
[Q 13:31]
wa law `anna qur`aanan suyyirat bi–hi `al jibaalu, `aw quththi’at bi–hi `al `ardhu, `aw
kullima bi–hi `al mawtaa. bal li llaahi `al `amru jamiy’aan.
Dan kalau (andai) bahwasanya adalah suatu-kajian (a-recital) bergoncang sang gunung-
gunung karena–dia, atau berkeping sang Bumi karena–dia, atau berkalimat (berbicara) sang
para-orang-mati karena–dia, [tentulah Al Qur`án kajian itu]. Memang untuk Alláh sang
perintah (perkara, urusan) semuanya.
[Q 19:90]
Nyaris sang lelangit pecah karena–dia dan belah sang Bumi dan tersungkur sang gunung-
gunung sebagai-reruntuhan.
[Q 22:18]
`a lam tara, `anna `allaaha, yasjudu la–hu man fiy `als samaawaati wa man fiy `al
`ardhi, wa `alsy syamsu wa `al qamaru wa `aln nujuwmu wa `al jibaalu wa `alsy syajaru
wa `ald dawaabbu wa katsiyrun mmina `aln naasi.
[Q 17:37]
wa laa tamsyi fiy `al `ardhi marahaan; `inna–ka, lan takhriqa `al `ardha wa lan
tablugha `al jibaala thuwlaan.
Dalam tulisan ini, penulis menterjemahkan ayat-ayat secara apa adanya sebagaimana
yang dimaksud Alláh, tak ditambahi dan tak pula dikurangi, karena bisa merusak konteks
ilmiah terkandung didalamnya. Jika ada penjelasan lingusitik, maka ditulis didalam kurung.
[Q 27:88]
wa taraa `al jibaala, tahsabu–haa jaamidatan, wa hiya tamurru marra `als sahaabi.
[Q 78:6–7]
Berikut adalah hubungan lafazh jibaalun dan rawaasiya dalam bentuk kata-kerja `arsaa.
[Q 79:32]
______________________________
rasaa ― yarsuw, bercokol, berdiam, bertahan, menahan, tak-bergerak, to-stay, to-hold, to-fix
`irsaa`an, bertancap, berlabuh, bersauh, parkir [pesawat, kapal, mobil], to-port, to-park
mirsaatun (jamaa’: maraasin), pemberat, penahan, pasak, sauh, jangkar, anker, toggle, anchor
[Q 13:3]
[Q 15:19. 50:7]
[Q 16:15. 31:10]
[Q 21:31]
[Q 77:27]
[Q:S 41:10]
Dan Dia-telah-menjadikan didalam-dia [sang Bumi] gravitasi dari atas–dia [sang langit].
[Q 27:61]
`am man ja’ala `al `ardha qaraaraan, wa ja’ala khilaala–haa `anhaaraan, wa ja’ala la–
haa rawaasiya.
Atau siapakah-yang Dia-telah-menjadikan sang Bumi sebagai-hunian, dan Dia-telah-
menjadikan rekahan–nya sebagai-sungai-sungai, dan Dia-telah-menjadikan bagi–dia
gravitasi.
Perlu dicatat bahwa meski gunung (jabalun) atau gunung-gunung (jibaalun) memiliki
kaitan erat dengan gravitasi (rawaasiya), tapi gunung bukan asal (origin), sumber (source),
atau sebab (cause) utama timbulnya gravitas
Dalam fisika, asal, sumber, atau sebab utama keberadaan gravitasi adalah bobot atau
masa material (material mass). Karena gunung adalah himpunan atau tumpukan masa
(aggregation of mass), maka secara tak langsung, dalam geologi, gunung adalah biang utama
gravitasi di Bumi, dan geofisika menggabung dua penjelasan ini. Namun, secara alamiah,
meski tak ada gunung, asalkan ada material berbobot (massive material), disana ada gravitasi,
seperti halnya di Matahari.
Semua benda langit (heavenly body), seperti bintang, planet, satelit, komet, meteorid,
dan lainnya, masing-masing memiliki masa, sehingga memiliki gravitasi. Besarnya ukuran
percepatan jatuh-bebas gravitasional satu benda langit terhadap benda pada atau dekat
permukaannya berbanding langsung dengan kuantitas masa dikandungnya dan jaraknya dari
pusat masa (center of mass).
g = G . m / r2
dimana :
r, radius, jejari, atau jarak dari pusat masa benda langit, dalam m
Keberadaan benda-benda langit yang berbobot (massive) dan mengisi ruang atau
angkasa atau langit, membuat ruang menjadi lengkung (curve). Sementara benda-benda langit
tersebut dalam rotasi atau perputaran pada poros dan juga revolusi atau peredaran dalam
orbit, gerakan ini membuat kelengkungan ruang (curvature of space) yang beriak dan
menghasilkan gelombang yang disebut gelombang gravitasional (gravitational wave) atau
partikel gravitasional (gravitational particle) yang dinamakan graviton.
Efek gravitasi di angkasa melenturkan cahaya, karena benturan graviton dan photon,
baik sebagai partikel materi maupun sebagai gelombang energi, sehingga rambatan cahaya
yang semestinya lurus menjadi lengkung, dan hal ini membuat pandangan kita terhadap
benda-benda langit yang jauh, seperti bintang dan planet, dibiaskan oleh medan gravitasional
Matahari. Efek pembiasan cahaya oleh medan gravitasional ini dinamakan lensa gravitasional
(gravitational lens).
Dalam fisika, interaksi gravitasional antara dua benda langit dinyatakan dengan
formula hukum interaksi gravitasional universal Newton (Newton law of universal
gravitational interaction formula), dimana kekuatan interaksi gravitasional antara dua benda
masiv berbanding langsung dengan perkalian kuantitas masa mereka, dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak antara mereka.
Fg = G . (m1 . m2) / d2
Dimana :
[Q 31:10]
[Q 13:2–3]
[Q 22:65]
wa yumsiku `als samaa`a `an taqa’a ’alaa `al `ardhi, `ilaa bi `idzni–hii.
Dan [Alláh] Dia-menahan sang langit bahwa dia-jatuh atas sang Bumi. kecuali dengan izin–
Nya.
B. HUKUM GRAVITASI YANG BERHUBUNGAN DENGAN
MAHKLUK SOSIAL
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis menyimpulkan :
Gaya gravitasi atau gaya tarik-menarik dapat berlaku secara universal dan sebanding
oleh massa masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak kedua
benda. Hukum tarik-menarik gravitasi Newton dalam bidang fisika berarti gaya tarik untuk
saling mendekat satu sama lain. Dalam bidang fisika tiap benda dengan massa m1 selalu
mempunyai gaya tarik menarik dengan benda lain (dengan massa m2 ). Misalnya partikel
satu dengan partikel lain selalu akan saling tarik-menarik. Contoh yang dikemukakan oleh Sir
Isaac Newton dalam bidang mekanika klasik bahwa benda apapun di atas atmosfer akan
ditarik oleh bumi, yang kemudian banyak dikenal sebagai fenomena benda jatuh.
Semua benda di alam semesta menarik semua benda lain dengan gaya sebanding
dengan hasil kali massa benda-benda tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak antara benda-benda tersebut. Penerapan hukum gravitasi Newton dapat diterapkan
untuk menjelaskan gerak benda-benda angkasa. Salah seorang yang memiliki perhatian
besar pada astronomi adalah Johannes Kepler. Dia terkenal dengan tiga hukumnya tentang
pergerakan benda-benda angkasa, yaitu:
a) Hukum I Kepler
b) Hukum II Kepler
c) Hukum III Kepler
Berdasarkan hukum gravitasi Newton, data-data tersebut digunakan untuk menghitung
besaran lain tentang benda ruang angkasa yang tidak mungkin diukur di laboratorium.
B. Saran