Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH FISIKA

DISUSUN OLEH :

LITA NUARNI
INDAH DWI WAHYUNI

SMAN 1 PARIGI TENGAH


TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan karuniah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah fisika ini yang berjudul ‘’Hukum Gravitasi”.

Adapun makalah fisika yang berjudul hukum gravitasi ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak
lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa
ada kekurangan baik dari segi penulisan, penyusun bahasanya, maupun segi
lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami
membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik
kepada kami, sehingga kami dapat memperbaiki makalah Fisika ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Fisika tentang


hukum gravitasi ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Avolua, 20 Oktober 2015

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

COVER i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

BAB II. PEMBAHASAN

A. Hukum Gravitasi Yang Berhubungan Dengan Tuhan Yang Maha Esa


B. Hukum Gravitasi Yang Berhubungan Dengan Mahkluk Sosial
C. Hukum Gravitasi Yang Berhubungan dalam kehidupan Sehari-hari
D. Hukum Gravitasi Yang berhubungan Dengan Mata pelajaran Lain

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
- Hukum Newton tentang Gravitasi Universal

Hukum gravitasi universal yang dirumuskan oleh Newton, diawali dengan


beberapa pemahaman dan pengamatan empiris yang telah dilakukan oleh
ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copernicus memberikan landasan pola
berfikir yang tepat tentang pergerakan planet-planet, yang semula dikira planet-
planet tersebut bergerak mengelilingi bumi, seperti pada konsep Ptolemeus.
Copernicus meletakkan matahari sebagai pusat pergerakan planetplanet, termasuk
bumi, dalam gerak melingkarnya. Kemudian dari data hasil pengamatan yang teliti
tentang pergerakan planet, yang telah dilakukan Tycho Brahe, Kepler merumuskan
tiga hukum empiris yang dikenal sebagai hukum Kepler mengenai gerak planet,
yang ajan dibahas pada pokok bahasan kedua.
Hukum tarik-menarik gravitasi Newton dalam bidang fisika berarti gaya tarik
untuk saling mendekat satu sama lain. Dalam bidang fisika tiap benda dengan
massa m1 selalu mempunyai gaya tarik menarik dengan benda lain (dengan massa
m2 ). Misalnya partikel satu dengan partikel lain selalu akan saling tarik-menarik.
Contoh yang dikemukakan oleh Sir Isaac Newton dalam bidang mekanika klasik
bahwa benda apapun di atas atmosfer akan ditarik oleh bumi, yang kemudian
banyak dikenal sebagai fenomena benda jatuh.
Gaya tarik menarik gravitasi ini dinyatakan oleh Isaac Newton melalui
tulisannya di journal Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica pada tanggal 5
Juli 1687 dalam bentuk rumus sebagai berikut:

di mana:
• F adalah besarnya gaya gravitasi antara dua massa tersebut,
• G adalah konstante gravitasi,
• m1 adalah massa dari benda pertama
• m2 adalah massa dari benda kedua, dan
• r adalah jarak antara dua massa tersebut.
Teori ini kemudian dikembangkan lebih jauh lagi bahwa setiap benda angkasa
akan saling tarik-menarik, dan ini bisa dijelaskan mengapa bumi harus berputar
mengelilingi matahari untuk mengimbangi gaya tarik-menarik gravitasi bumi-
matahari. Dengan menggunakan fenomena tarik menarik gravitasi ini juga, meteor
yang mendekat ke bumi dalam perjalanannya di ruang angkasa akan tertarik jatuh
ke bumi.
- Jenis-jenis Hukum Kepler
Hukum-Hukum Keppler

Karya Keppler sebagian di hasilkan dari data – data hasil pengamatn yang di kumpulkan
Ticho Brahe mengenai posisi planet – planet dalam geraknya di luar angkasa . Hukum ini
telah di cetuskan Keppler setengah abad sebelum Newton mengajukan ketiga hukumnya
tentang gerak dan hukum gravitasi universal . Penerapan hukum gravitasi Newton dapat
diterapkan untuk menjelaskan gerak benda-benda angkasa. Hukum hukum ini menjabarkan
gerakan dua badan yang mengorbit satu sama lainnya. Massa dari kedua badan ini bisa
hampir sama, sebagai contoh Charon—Pluto (~1:10), proporsi yang kecil, sebagai contoh.
Bulan—Bumi(~1:100), atau perbandingan proporsi yang besar, sebagai contoh Merkurius—
Matahari (~1:10,000,000).

Dalam semua contoh di atas, kedua badan mengorbit mengelilingi satu pusat massa,
barycenter, tidak satu pun berdiri secara sepenuhnya di atas fokus elips. Namun, kedua
orbit itu adalah elips dengan satu titik fokus di barycenter. Jika rasio massanya besar,
sebagai contoh planet mengelilingi Matahari, barycenternya terletak jauh di tengah obyek
yang besar, dekat di titik massanya. Di dalam contoh ini, perlu digunakan instrumen presisi
canggih untuk mendeteksi pemisahan barycenter dari titik masa benda yang lebih besar.
Jadi, hukum Kepler pertama secara akurat menjabarkan orbit sebuah planet mengelilingi
Matahari.

Karena Kepler menulis hukumnya untuk aplikasi orbit planet dan Matahari, dan tidak
mengenal generalitas hukumnya, artikel ini hanya akan mendiskusikan hukum di atas
sehubungan dengan Matahari dan planet-planetnya.

1. Hukum I Kepler
“Lintasan setiap planet mengelilingi matahari merupakan sebuah elips dengan
matahari terletak pada salah satu titik fokusnya.”
Hukum I ini dapat menjelaskan akan lintasan planet yang berbentuk elips, namun
belum dapat menjelaskan kedudukan planet terhadap matahari, maka muncullah hukum II
Kepler. Keplpler tidak mengetahui alasan mengapa planet bergerak dengan cara demikian .
Ketika mulai tertarik dengan gerak planet – planet , Newton menemukan bahwa ternyata
hukum – hukum Keppler ini bisa diturunkan secara matematis dari hukum gravitasi universal
dan hukum gerak Newton . Newton juga menunjukkan bahwa di antara kemungkinan yang
masuk akal mengenai hukum gravitasi , hanya satu yang berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak yang konsisten dengan Hukum Keppler.

2. Hukum II Kepler
“ Setiap planet bergerak sedemikian sehingga suatu garis khayal yang ditarik dari
matahari ke planet tersebut mencakup daerah dengan luas yang sama dalam waktu yang
sama “.
Suatu garis khayal yang menghubungkan matahari dengan planet, menyapu luas juring
yang sama dalam selang waktu yang sama. Hal yang paling utama dalam hukum II Keppler
adalah kecepaan sektor mempunyai harga yang sama pada semua titik sepnjang orbit yang
berbemtuk elips.

3. Hukum III Kepler


“Kuadrat periode planet mengintari matahari sebanding dengan pangkat tiga rata-rata
planet dari matahari.”
Newton menunjukkan bahwa hukum III Keppler juga bisa diturunkan secara matematis
dari hukum Gravitasi Universal dan hukum Newton tentang gerak dan gerak melingkar.

- Implementasi Hukum Gravitasi Newton

Bagaimana para ilmuwan bisa mengetahui tentang jari-jari bumi ataupun massa bumi.
alat ukur apa yang digunakan. Masih kelanjutan tentang gaya gravitasi yang menjadi dasar
keilmuwan kita sebelumnya, para ilmuwan bisa memecahkan persoalan tersebut yang
mungkin pernah ada dalam benak kita.
Berdasarkan hukum gravitasi Newton, data-data tersebut digunakan untuk menghitung
besaran lain tentang benda ruang angkasa yang tidak mungkin diukur dalam laboratorium.

1. Menghitung Massa Bumi


Massa bumi dapat dihitung dengan menggunakan nilai G yang telah diperoleh dari percobaan
Cavendish. Anggap massa bumi M dan jari-jari bumi R = 6,37 × 106 m (bumi dianggap bulat
sempurna). Berdasarkan rumus percepatan gravitasi bumi, Anda bisa menghitung besarnya massa
bumi.
2. Menghitung Massa Matahari
Telah Anda ketahui bahwa jari-jari rata-rata orbit bumi rB = 1,5 × 1011 m
dan periode bumi dalam mengelilingi matahari TB = 1 tahun = 3 × 107 s.
Berdasarkan kedua hal tersebut serta dengan menyamakan gaya matahari
dan gaya sentripetal bumi, maka dapat diperkirakan massa matahari.

3. Menghitung Kecepatan Satelit


Suatu benda yang bergerak mengelilingi benda lain yang bermassa lebih besar
dinamakan satelit, misalnya bulan adalah satelit bumi. Sekarang banyak satelit buatan
diluncurkan untuk keperluan komunikasi, militer, dan riset teknologi. Untuk menghitung
kecepatan satelit dapat digunakan dua cara, yaitu hukum gravitasi dan gaya sentrifugal.

a. Menghitung Kecepatan Satelit Menggunakan Hukum Gravitasi


Anggap suatu satelit bermassa m bergerak melingkar mengelilingi bumi
pada ketinggian h dari permukaan bumi. Massa bumi M dan jari-jari bumi
R. Anda tinjau gerakan satelit dari pengamat di bumi. Di sini gaya yang
bekerja pada satelit adalah gaya gravitasi. Berdasarkan rumus hukum II Newton, Anda
dapat mengetahui kecepatan satelit
b. Menghitung Kecepatan Satelit Menggunakan Gaya Sentrifugal
Sebuah satelit memiliki orbit melingkar, sehingga dalam acuan ini, satelit
akan merasakan gaya sentrifugal (mv2/r2). Gaya sentrifugal muncul karena
pengamatan dilakukan dalam sistem non inersial (sistem yang dipercepat,
yaitu satelit). Gaya sentrifugal besarnya sama dengan gaya gravitasi.

4. Menghitung Jarak Orbit Satelit Bumi


Apabila satelit berada pada jarak r dari pusat bumi, maka kelajuan satelit saat mengorbit
bumi dapat dihitung dengan menyamakan gaya gravitasi satelit dan gaya Sentripentalnya.

Hukum Gravitasi Newton


Hukum Newton tentang Gravitasi
Hukum gravitasi Newton di ilhami dari buah apel yang jatuh dari pohonnya. Newton mulai
berpikir kenapa buah apel tersebut jatuh ke permukaaan bumi ? bukan jatuh ke atas ?

Rasa penasarannya mendorong newton untuk melakukan penelitian, dari hasil penelitiannya
Newton mendapat kesimpulah ‘besarnya gaya gravitasi atau gaya tarik-menarik di antara
dua benda bermassa dipengaruhi oleh jarak kedua benda tersebut, maka gaya gravitasi
bumi akan berkurang sebanding dengan kuadrat jarak benda terhadap bumi.

Hukum gravitasi Newton “setiap partikel akan mengalami gaya tarik antara partikel satu
dengan partikel yang lain. Besar gaya tarik-menarik antara dua partikel sebanding dengan
massa kedua partikel dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak kedua partikel. Hukum
gravitasi Newton dapat dirumuskan sebagai berikut:

dimana :
F : gaya tarik-menarik diantara kedua partikel (N)
M1 : massa partikel 1 (kg)
m2 : massa partikel 2 (kg)
r : jarak kedua partikel (m)
G : tetapan gravitasi (6,672 × 10-11 N.m2 /kg2)
BAB II
PENDAHULUAN

A. HUKUM GRAVITASI YANG BERHUBUNGAN DENGAN TUHAN


YANG MAHA ESA
HUKUM GRAVITASI

SEBAGAIMANA ALLAH NYATAKAN DALAM AL QUR`ÁN

A SCIENTIFIC EVIDENCE OF THE QUR`ÁN

MENGANGKAT SAINS TERKINI DARI DAN KE DALAM AL -QUR`ÁN

Dengan izin Alláh, subhaana–hu wa ta’aala, wa ’azza wa jalla, Tuhan Yang Maha-Esa,
seri pemaparan TESQ™ mengangkat lebih daripada 1.000 ayat Al Qur`án yang selama ini
dianggap sebagai ayat-ayat tersamar atau mutasyábiháh kedalam suatu penjelasan ilmiah
dan logik berdasarkan pada data dan fakta penemuan sains dan teknologi terkini dan hasil
ijtihad para ilmuwan di berbagai bidang pengetahuan. Sebagian besar adalah merupakan
upaya kami selama lebih 22 tahun untuk menafsirkan Al Qur`án secara ilmiah.

Dari 6.235 ayat Al Qur`án Yang Mulia, yang mencakup sekitar 77.439 lafazh arabiya,
termasuk diantaranya 9.408 lafazh berulang, yang terdiri dari lebih-kurang sebanyak
325.345 – 340.740 huruf arabik dan tanda-bacanya, bergantung cara penulisan mushhafnya,
selama lebih 14 abad lamanya, oleh para-penterjemah dan ahli tafsir dianggap hanya ada
sekitar 300an ayat berhikmah atau muhkamáh.

Pemaparan ini hanyalah satu bagian dari serangkaian penjelasan yang dipecah dalam
beberapa topik tersendiri. Karena cakupan Al Qur`án sangat luas sekali maka pemaparan
dipisah dalam beberapa bagian, namun masih saling berkaitan antara satu dengan yang lain.
Saat ini kami sudah menyiapkan 30 bagian, dan masing-masing mencakup sekitar 10 ayat
untuk pemaparan singkat sampai 100 ayat untuk pemaparan lengkap, mencakup bidang
matematika, informatika, fisika, kimia, biologi, genetika, antropologi, geologi, astronomi,
kosmogeni, kosmologi, dan lainnya.

Sebagai tambahan, seluruh ayat-ayat Al Qur`án dikutip disini selalu menyertakan


teks naskah aslinya dalam arabiyan, sebagai prosedur standar, dan diterjemahkan
sebagaimana adanya secara lafzhiýah (word-look or word-based translation), tanpa diubah,
ditambah atau dikurangi, dan tanpa interpretasi subyektiv, justeru sebaliknya, dengan
interpretasi obyektiv dalam transkripsi kalimah (sentence transcription).

Tulisan latin dalam bahasa arabiya, disertakan dibawah kutipan ayat Al Qur`án dalam
huruf arabik, bukanlah cara pengejaan (speeling) atau cara membacanya, tapi transliterasi
harfiýah (letter-look or literal translation), atau pemetaan aljabar linier satu ke satu (one to
one correspondence onto mapping), namun dengan qa`idah dan tadjwid bisa digunakan
sebagai cara mengucapkannya.

Untuk memudahkan partisipasi pembaca dalam memahami interpretasi, ayat-ayat Al


Qur`án disertakan dalam presentasi ini, maka pemaparan ini kami lengkapi dengan
kházanah lafazh Al Qur`án yang termaktub dalam ayat-ayat yang diangkat kepermukaan.
Kosakata ini kami anggap penting untuk menghindari kesalahpahaman makna lafazh atau
arti kata, dan kami harap penampilan perbendaharaan kata ini tidak mengganggu
konsentrasi pada isi.

Harap maklum, untuk alasan penekanan dan pemfokuskan pada konteks spesifik
lafazh, atau pada frasa kalimat, dan keterbatasan pagina, maka beberapa ayat-ayat Al
Qur`án ditampilkan dalam pemaparan ini, terutama ayat yang panjang, tak dipaparkan
seluruhnya, atau dipecah atas beberapa bagian dalam presentasi tersendiri.

Semua ayat Al Qur`án dikutip untuk pembahasan dalam tulisan ini, sepenuhnya
diterjemahkan secara ilmiah oleh penulis. Untuk rujukan baku dan pembanding, kami
persilahkan para pembaca membuka mushhaf Al Qur`án dan terjemahnya dalam bahasa
Indonesia terbitan dari Departemen Agama Republik Indonesia dan atau mushhaf Al Qur`án
dan terjemahannya dalam bahasa Inggris terbitan dari kerajaan Saudi Arabiya.

PEMBUKAAN
`auwdzu bi llaahi mina `alsy syaythaani `alr rajiymi.

Aku-berlindung kepada Alláh dari sang setan yang dirajam.

bi smi llaahi `alr rahmani `alr rahiymi.

Dengan nama Alláh Maha Pengasih Maha Penyayang.

`als salaamu 'alay–kum, wa rahmatu–`allaahi, wa barakaatu–huu.

Sang salam atas–kalian dan rahmat–Alláh dan barkat–Nya

wa maa min ghaa`ibatin fiy `als samaa`i wa `al `ardhi `illaa fiy kitaabin–mmubiynin.

Dan tiada dari suatu-kegaiban pun didalam sang langit dan sang-bumi, kecuali didalam
suatu-kitab–yang-jelas (in a-clear–scripture) [al Qur`an dan al 'aalamuwn].

[Q 27:75]
DALÍL NAQLÍ DAN NASHSH AL QUR`ÁN TENTANG GRAVITASI

Dalíl naqlí (transfer theorem) adalah dalil yang membutuhkan nashsh dalam pembuktiannya,
yaitu dalil yang bersumber pada kalimat Al Qur`án dan atau Al Hadíts.

Dalíl naqlí Al Qur`án tentang penciptaan rawaasiya atau gravitasi, gaya-berat, berat
(gravititation, gravitational force, gravity, weight) Bumi dan benda langit lainnya, terkandung
dalam 9 surah dan 9 ayat, sebagaimana dinyatakan dalam ayat-ayat [Q 13:3, 15:19, 16:15,
21:31, 27:61, 31:10, 41:10, 50:7, 77:27], dan tentang keseimbangan kosmik interaksi
gravitasional, antara lain dalam ayat-ayat 5:55 dan 6:96

Jika para pembaca merujuk ke mushhaf Al Qur`án dan terjemahnya dalam bahasa Indonesia
terbitan dari Departemen agama RI, dan terjemahan dalam bahasa apa pun, maka lafazh
rawaasiya atau gravitasi, yang penulis maksud disini, ternyata diterjemahkan sebagai
gunung-gunung, begitu pula lafazh thuwrun diterjemahkan sebagai gunung. Padahal gunung
(mountain) dalam bahasa arabik Al-Qur`án adalah jabalun (jamaa’: jibaalun), dan bukit
(hill) adalah thuwrun.

Dalam kamus Inggris, kata gravitation, graviton, gravity, berasal dari kata dalam bahasa
Latin, gravitas, gravis, berarti berat, beban, muatan (weight, heavy, burden, load). Kata
gravis ini sangat dekat bunyinya dengan kata rawaasiya.

Bisa jadi bahwa pembentukan kata gravis berasal dari kata rawaasiya, karena ubahan
bunyinya sangat dekat, antara ravis dan rawis. Perubahan mana terjadi seperti dalam bahasa
Indonesia, kata manusia berasal dari kata dalam bahasa Arab, `anaasiyya, bentuk jamak dari
`unaasun, yang artinya memang manusia.

Hal ini terjadi demikian karena, para ahli tafsir Al Qur`án yang bukan ahli ilmu pengetahuan
alam atau fisikawan, tak memahami maksudnya, dan arti yang paling mendekati adalah yang
demikian. Mereka sangat tak peka atau insensitiv terhadap banyak lafazh khusus atau
spesifik, sebagaimana halnya mereka menterjemahkan naasun, `insun, `insaanun, `unaasun,
dan basyarun, semuanya dalam satu kata saja, yaitu, manusia; padahal, naasun, berarti, jenis-
manusia (human-kind); `insun, berarti, ras-manusia (human-race); `insaanun, berarti,
manusia (human), `unaasun (jamaa': `anaasiyya), berarti, manusia (human-being); dan
basyarun, berarti, orang (people ), dan penggunaannya tak sama dengan rajulun (jamaa':
rijaalun, man, gentleman).

Begitu pula mereka menterjemahkan lafazh `iqra` dan `utlu, dengan satu kata, bacalah.
Mestinya adalah, kajilah (recite) dan bacalah (read), dan sangat jelas artinya berbeda.

Lebih jauh, terjemah Al Qur`án dalam bahasa Indonesia mengabaikan bentuk waktu (tense),
kata-sandang untuk kata-benda pratertentu (article for predefined noun), jamak (plural), dan
jenis-kelamin (gender). Hal ini sangat mengganggu untuk mengetahui secara pas apa
sebenarnya yang dimaksud suatu ayat.

Padahal Alláh menggunakan lafazh tertentu dengan maksud tertentu, bukan dalam konteks
sinonim atau subtitusi kata. Ada faktor ilmiah, hukum, hikam, dan hikmah terkandung
didalamnya, sebagai penjelasan (bayaanun, bayinaatun, clearification) dan pencerahan
(fushshilatun, explanation).
Kalimat-kalimat dalam ayat-ayat Al Qur`án dinyatakan dalam tatanan bahasa sangat
tinggi, dan dalam pandangan ilmiah penulis, ayat-ayat Al Qur`án itu sendiri tersusun sangat
cantik dalam kaidah mantik (qa`idatu `al manthiyqi) atau ikatan logik (logical relation),
mirip seperti sebuah program komputer, dan saling dihubungkan satu dengan yang lain
melalui operator logik (logical operator) dan operator pernyataan kondisional (conditional
statement) yang membentuk berbagai fungsi implikasi dengan anteseden dan preseden, atau
sebab dan akibat (cause and effect). Hal ini satu faktor mengapa kandungan Al Qur`án
berlaku sepanjang zaman dan berlaku pula untuk seluruh manusia, overal dan global.

Bahasa pemprograman komputer paling canggih, fleksibel dan portabel, hingga saat
ini adalah bahasa C (C language). Terdiri dari hanya 32 kata-kunci (keyword), tapi bisa
membuat program apa saja dan bisa dipasang di mesin komputer mana saja dan pada sistem
operasi komputer apa saja, serta bisa menghasilkan berbagai program tak terhingga jenis,
macam, dan banyaknya.

Satu hal penting yang penulis ingin kemukakan dalam kaitan dengan bahasa Al
Qur`án dalam konteks ini adalah bahwa bahasa pemprograman komputer ini peka-kasus
(case-sensitive), artinya ia membedakan huruf-besar (upper-case) dan (lower-case) dan tanda-
baca (punctuation-mark, command delimeter).

Tak satu pun program komputer dalam bahasa sumber atau sandi sumber (source
language, source code) dapat diterjemahkan menjadi bahasa sasaran atau sandi mesin (target
language, object code, machine code) bila ada galat tatanan-bahasa (syntax error), meski
hanya satu karakter atau huruf.

Meski analogi ini tak pas betul, namun sedikit-banyak bisa mewakili apa yang ingin
penulis sampaikan, bahwa bahasa canggih Al Qur`án justeru adalah bahasa sangat peka sekali
terhadap hal-hal kecil menyangkut ma’na lafazh atau arti kata.

Dalam mushhaf Al Qur`án, lafazh jabalun atau jibaalun diulang 39 kali dalam 32
ayat [Q:S 2:260. 7:74,143,143,171. 11:42,43. 13:31. 14:46. 15:82. 16:68,81. 17:37. 18:47.
19:90. 20:105. 21:79. 22:18. 24:43. 26:149. 27:88. 33:72. 34:10. 35:27. 38:18. 52:10. 56:5.
59:21. 69:14. 70:9. 73:14. 77:10. 78:7,20. 79:32. 81:3. 88:19. 101:5].

Tapi ada terjemahan yang tak konsisten, dimana jabalun atau jibaalun diterjemahkan
sebagai bukit atau bukit-bukit. Mestinya gunung dan gunung-gunung (gegunung), karena
bukit adalah terjemahan dari lafazh thuwrun.

Sedangkan lafazh rawaasiya, raasiyaatun, `arsaa, mursaa, diulang 14 kali dalam 14


ayat, dimana rawaasiya, gravitasi, gaya-berat, berat, (gravitation, gravitational force, weight)
diulang 9 kali, [Q 13:3. 15:19. 16:15. 21:31. 27:61. 31:10. 41:10. 50:7. 77:27], raasiyaatun,
kokoh, mantap, tahan (fix, stable, durable) [34:13], `arsaa, memancangkan, menancapkan,
memantapkan; melabuhkan, memarkirkan (to-fix, to-stabilize; to-port, to-park) [Q:S 79:32],
mursaa, perlabuhan, perparkiran; kedatangan, tiba, (porting, parking; coming, arrival) [Q:S
7:87. 11:41. 79:42].

Dari semua terjemahan Al Qur`án, penulis temukan bahwa rawaasiya diterjemahkan


sebagai gunung-gunung, padahal semestinya gravitasi.
Meski lafazh thuwrun, jabalun atau jibaalun, dan rawaasiya saling berhubungan dan sangat
dekat kaitannya, tapi arti katanya tak bisa dipertukarkan (not interchangable), karena definisi
saintifik dan bedanya sangat jelas, dan secara linguistik bukan sinonim. Jika dipertukarkan,
maka kasusnya seperti mempertukarkan Bulan, Bumi, dan Matahari.

Kekeliruan penterjemahan dan penafsiran ayat-ayat Al Qur`án sangat banyak ditemukan baik
dalam terjemahan Indonesia maupun Inggris dan bahasa lainnya. Hanya saja karena dalam
tim penterjemah tak ada penterjemah ahli di bidang bersangkutan.

Kasus sederhana lainnya adalah seperti diterjemahkannya lafazh kawkabun atau


kawkabatun, (jamaa’: kawaakibun, kawkabuwna, kawkabaatun ) sebagai bintang, padahal
mestinya planet, karena bintang dalam bahasa Al Qur`án adalah najmun, (jamaa’:
nujuwmun, najmaatun, star, aster, stela); dan para penterjemah tak tahu persis terjemahan
untuk lafazh sidrun atau sidratun, (jamaa’: suduwrun, sidraatun, sideral system, stellar
sytem) yang artinya tata bintang. Demikian juga, ditemukan terjemahan tak konsisten untuk
lafazh burjun (jamaa’: buruwjun, `abraajun, galaxy, star-cluster) yang artinya galaksi atau
gugus-bintang.

Berikut adalah beberapa contoh bagaimana lafazh jabalun dan jibaalun dipergunakan.

[Q 59:21]

law `anzalnaa haadzaa `al qur`aana ‘alaa jabalin, lla ra`ayta–huu khaasyi’aan
mmutashaddi’aan mmin khasyyati `allaahi; wa tilka `al `amtsaalu, nadhribu–haa li `aln-
naasi, la‘alla–hum yatafakkaruwna.

Kalau (andai) Kami-telah-menurunkan ini Al Qur`án diatas suatu-gunung, sungguh kamu-


akan-telah-menampak–dia ambruk-berantakan oleh karena gemetar-akan Alláh; dan itulah
sang misal, Kami-merujuk–dia untuk sang jenis-manusia, agar–mereka mereka-berulang-
pikir [bahwa Al Qur`án adalah sinergi ayat-ayat Alláh yang Maha Dahsyat].

[Q 13:31]

wa law `anna qur`aanan suyyirat bi–hi `al jibaalu, `aw quththi’at bi–hi `al `ardhu, `aw
kullima bi–hi `al mawtaa. bal li llaahi `al `amru jamiy’aan.

Dan kalau (andai) bahwasanya adalah suatu-kajian (a-recital) bergoncang sang gunung-
gunung karena–dia, atau berkeping sang Bumi karena–dia, atau berkalimat (berbicara) sang
para-orang-mati karena–dia, [tentulah Al Qur`án kajian itu]. Memang untuk Alláh sang
perintah (perkara, urusan) semuanya.

[Q 19:90]

takaadu `als samaawaatu yatafaththarna min–hu wa tansyaqqu `al `ardhu wa takhirru


`al jibaalu hadaan.

Nyaris sang lelangit pecah karena–dia dan belah sang Bumi dan tersungkur sang gunung-
gunung sebagai-reruntuhan.

[Q 22:18]

`a lam tara, `anna `allaaha, yasjudu la–hu man fiy `als samaawaati wa man fiy `al
`ardhi, wa `alsy syamsu wa `al qamaru wa `aln nujuwmu wa `al jibaalu wa `alsy syajaru
wa `ald dawaabbu wa katsiyrun mmina `aln naasi.

Apakah tak-pernah kalian-telah-menampak (memperhatikan), bahwasanya Alláh, bersujud


kepada–Dia, siapa-saja-yang didalam sang lelangit dan siapa-saja-yang didalam sang Bumi,
dan sang Mentari dan sang Bulan dan sang bintang-bintang, dan sang gunung-gunung dan
sang pohon-pohon dan sang -binatang-binatang, dan banyak dari sang jenis-manusia (the
human-kind).

[Q 17:37]

wa laa tamsyi fiy `al `ardhi marahaan; `inna–ka, lan takhriqa `al `ardha wa lan
tablugha `al jibaala thuwlaan.

Dan janganlah kamu-melangkah di sang-Bumi dengan-keangkuhan; sesungguhnya–


kamu, tak-akan-pernah kamu-bisa-menembus sang Bumi dan tak-akan-pernah kamu-
sesampai sang-gunung-gunung dalam-ketinggian.

Dalam tulisan ini, penulis menterjemahkan ayat-ayat secara apa adanya sebagaimana
yang dimaksud Alláh, tak ditambahi dan tak pula dikurangi, karena bisa merusak konteks
ilmiah terkandung didalamnya. Jika ada penjelasan lingusitik, maka ditulis didalam kurung.

[Q 27:88]
wa taraa `al jibaala, tahsabu–haa jaamidatan, wa hiya tamurru marra `als sahaabi.

Dan kalian-telah-menampak sang gunung-gunung, dengan-samar-berulang-samar-


akan–dia [seolaholah dia] tengah-mandak [diam, statik], dan [padahal] dia dia-tengah-
beranjak [bergerak, dinamik] bagai-telah-beranjak sang awan.

[Q 78:6–7]

`a lam naj’ali `al `ardha mihaadaan, wa `al jibaala `awtaadaan.

Apakah telah-tidak Kami-telah-menjadikan sang Bumi sebagai-bentangan, dan sang-gunung-


gunung sebagai pancangan.

Berikut adalah hubungan lafazh jibaalun dan rawaasiya dalam bentuk kata-kerja `arsaa.

[Q 79:32]

wa `al jibaala `arsanaa–haa.

Dan sang gunung-gunung Kami-telah-memancangkan–dia.

______________________________

rasaa ― yarsuw, bercokol, berdiam, bertahan, menahan, tak-bergerak, to-stay, to-hold, to-fix

raasiyaatun, kokoh, mantap, tahan, fix, stable, durable [Q:S 34:13]

raswun, masa, bobot, tancapan, ketahanan, kemantapan, mass, resistance, stabilization

rawaasiya, gravitasi, gaya-berat, berat, gravitation, gravitational force, weight

`arsaa, mengokohkan, memantapkan, memancangkan, menancapkan, to-fix, to-stablize

`arsaa–haa, memancangkan-nya, menancapkan-nya [Q:S 79:32]

`irsaa`an, bertancap, berlabuh, bersauh, parkir [pesawat, kapal, mobil], to-port, to-park

mirsaatun (jamaa’: maraasin), pemberat, penahan, pasak, sauh, jangkar, anker, toggle, anchor

marsun, stasiun, pelabuhan, bandar, station, port

mursaa–haa, [1] perlabuhan-nya, perparkiran-nya, its-porting, its-parking. [2] kedatangan-


nya, tiba-nya, its-coming [Q:S 7:87. 11:41. 79:42]
Berikut adalah pemaparan masing-masing ayat terkait dengan lafazh rawaasiya,
secara tekstual dan kontekstual, berikut dengan penjelasan isinya.

[Q 13:3]

wa huwa `alladziy madda `al `ardha,

wa ja’ala fiy–haa rawaasiya.

Dan Dia yang telah-menghamparkan sang Bumi,

dan Dia-telah-menjadikan didalam–dia gravitasi.

[Q 15:19. 50:7]

wa `al `ardha madadnaa–haa,

wa `alqaynaa fiy–haa rawaasiya.

Dan sang Bumi Kami-telah-menghamparkan–dia,

dan Kami-telah-memancangkan didalam–dia gravitasi.

[Q 16:15. 31:10]

wa `alqaa fiy `al `ardhi rawaasiya,

`an tamiyda bi–kum.


Dan Dia-telah-mematok (meletakkan, memikulkan, membebani, memberati, membenamkan,
menanamkan) didalam sang Bumi gravitasi,

sehingga [sang Bumi] dia-menjadi-sangat-mantap [berat, menarik, membetot] terhadap–


kalian.

[Q 21:31]

wa ja’alanaa fiy `al `ardhi rawaasiya,

`an tamiyda bi–him.

Dan Kami-telah-menjadikan didalam sang Bumi gravitasi,

sehingga [sang Bumi] dia-menjadi-sangat-mantap [berat, menarik, membetot] terhadap–


mereka.

[Q 77:27]

wa ja’alanaa fiy–haa rawaasiya.

Dan Kami-telah-menjadikan didalam–dia [sang Bumi] gravitasi.

[Q:S 41:10]

wa ja’ala fiy–haa rawaasiya min fawqa–haa.

Dan Dia-telah-menjadikan didalam-dia [sang Bumi] gravitasi dari atas–dia [sang langit].

[Q 27:61]

`am man ja’ala `al `ardha qaraaraan, wa ja’ala khilaala–haa `anhaaraan, wa ja’ala la–
haa rawaasiya.
Atau siapakah-yang Dia-telah-menjadikan sang Bumi sebagai-hunian, dan Dia-telah-
menjadikan rekahan–nya sebagai-sungai-sungai, dan Dia-telah-menjadikan bagi–dia
gravitasi.

Dalam ayat-ayat diatas, Alláh menggunakan kata-ganti diri (dhammiyrun syakhyatin,


personal pronoun) berganti-ganti. Ada ayat-ayat dimana Alláh menggunakan kata-ganti
'kami' dan ada ayat dimana Alláh menggunakan kata-ganti 'dia', baik tersurat (explicite)
maupun tersirat (implicite) atau dimana fa'ilun (pelaku, doer, subject) terkandung dalam
fi'ilun (laku, doing; kata-kerja, verb).

Berdasarkan pada penelaahan dan penafsiran penulis terhadap ayat-ayat sedemikian,


bilamana Alláh menggunakan kata-ganti diri `anaa, `a―, ―tu, ―i, ―ya (aku, I) atau huwa,
y―, ―hu (dia, he), berarti pelakunya adalah Alláh sendiri. Tapi bilamana menggunakan
kata-ganti nahnu, n―, ―naa (kami, we), berarti Alláh melibatkan makhluk dalam suatu
rangkaian proses alamiah kejadian sesuatu berdasarkan pada hukum sebab dan akibat (cause
and effect), malá`ikat, jin, manusia, dan atau benda seperti alam, energi dan materi, cahaya,
api, gas, air, tanah, dan lain sebagainya; termasuk bumi dan gunung.

Perlu dicatat bahwa meski gunung (jabalun) atau gunung-gunung (jibaalun) memiliki
kaitan erat dengan gravitasi (rawaasiya), tapi gunung bukan asal (origin), sumber (source),
atau sebab (cause) utama timbulnya gravitas

Dalam fisika, asal, sumber, atau sebab utama keberadaan gravitasi adalah bobot atau
masa material (material mass). Karena gunung adalah himpunan atau tumpukan masa
(aggregation of mass), maka secara tak langsung, dalam geologi, gunung adalah biang utama
gravitasi di Bumi, dan geofisika menggabung dua penjelasan ini. Namun, secara alamiah,
meski tak ada gunung, asalkan ada material berbobot (massive material), disana ada gravitasi,
seperti halnya di Matahari.

Semua benda langit (heavenly body), seperti bintang, planet, satelit, komet, meteorid,
dan lainnya, masing-masing memiliki masa, sehingga memiliki gravitasi. Besarnya ukuran
percepatan jatuh-bebas gravitasional satu benda langit terhadap benda pada atau dekat
permukaannya berbanding langsung dengan kuantitas masa dikandungnya dan jaraknya dari
pusat masa (center of mass).

g = G . m / r2

dimana :

g, aselerasi gravitasi, percepatan jatuh-bebas, dalam m.s-2

m, masa benda langit: bintang, planet, satelit, . . . dalam kg

r, radius, jejari, atau jarak dari pusat masa benda langit, dalam m

G, konstanta gravitasional universal Newton = 6,673.2.E-11 N.m2.kg-2 atau m3.kg-1.s-

Keberadaan benda-benda langit yang berbobot (massive) dan mengisi ruang atau
angkasa atau langit, membuat ruang menjadi lengkung (curve). Sementara benda-benda langit
tersebut dalam rotasi atau perputaran pada poros dan juga revolusi atau peredaran dalam
orbit, gerakan ini membuat kelengkungan ruang (curvature of space) yang beriak dan
menghasilkan gelombang yang disebut gelombang gravitasional (gravitational wave) atau
partikel gravitasional (gravitational particle) yang dinamakan graviton.

Ilustrasi 1. Pelengkungan angkasa karena efek gravitasional

Efek gravitasi di angkasa melenturkan cahaya, karena benturan graviton dan photon,
baik sebagai partikel materi maupun sebagai gelombang energi, sehingga rambatan cahaya
yang semestinya lurus menjadi lengkung, dan hal ini membuat pandangan kita terhadap
benda-benda langit yang jauh, seperti bintang dan planet, dibiaskan oleh medan gravitasional
Matahari. Efek pembiasan cahaya oleh medan gravitasional ini dinamakan lensa gravitasional
(gravitational lens).

Ilustrasi 2. Pembiasan cahaya karena efek lensa gravitasional

Di antariksa, benda-benda langit saling melakukan pertukaran graviton (exchange of


graviton), sehingga timbul gaya tarik-menarik atau atraksi antar mereka yang disebut
interaksi gravitasional (gravitational interaction). Hipotesa ini cocok dengan keterangan ayat
[Q:S 41:10], . . . rawaasiya min fawqa–haa = gravitasi dari atas–nya.

Dalam fisika, interaksi gravitasional antara dua benda langit dinyatakan dengan
formula hukum interaksi gravitasional universal Newton (Newton law of universal
gravitational interaction formula), dimana kekuatan interaksi gravitasional antara dua benda
masiv berbanding langsung dengan perkalian kuantitas masa mereka, dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak antara mereka.
Fg = G . (m1 . m2) / d2

Dimana :

Fg, gaya gravitasional, dalam N (Newton) atau m.kg.s-2

m1, masa benda-1, dalam kg

m2, masa benda-2, dalam kg

d, jarak antara benda-1 dan benda-2, dalam m

G, konstanta gravitasional universal Newton = 6,673.2.E–11 N.m2.kg-2 atau m3.kg-1.s-2

[Q 31:10]

khalaqa `als samaawaati bi–ghayri ’amadin tarawna–haa;

wa `alqaa fiy `al `ardhi rawaasiya,

`an tamiyda bi–kum.

[Alláh] Dia-telah-menciptakan sang lelangit tanpa tiang [sebagaimana] kalian-telah-


menerawang–dia;

dan Dia-telah-mematok (meletakkan, memikulkan, membebani, memberati, membenamkan,


menanamkan) didalam sang Bumi gravitasi,

sehingga dia-menjadi-sangat-mantap [berat, menarik, membetot] terhadap–kalian.

[Q 13:2–3]

`allaahu `alladziy rafa'a `als samaawaati bi–ghayri ’amadin tarawna–haa;


wa huwa `alladziy madda `al `ardha,

wa ja’ala fiy–haa rawaasiya.

Alláh adalah Dia-yang Dia-telah-meninggikan sang lelangit tanpa tiang [sebagaimana]


kalian-telah-menerawang–dia;

dan Dia yang telah-menghamparkan sang Bumi,

dan Dia-telah-menjadikan didalam–dia gravitasi.

[Q 22:65]

wa yumsiku `als samaa`a `an taqa’a ’alaa `al `ardhi, `ilaa bi `idzni–hii.

Dan [Alláh] Dia-menahan sang langit bahwa dia-jatuh atas sang Bumi. kecuali dengan izin–
Nya.
B. HUKUM GRAVITASI YANG BERHUBUNGAN DENGAN
MAHKLUK SOSIAL
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis menyimpulkan :
Gaya gravitasi atau gaya tarik-menarik dapat berlaku secara universal dan sebanding
oleh massa masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak kedua
benda. Hukum tarik-menarik gravitasi Newton dalam bidang fisika berarti gaya tarik untuk
saling mendekat satu sama lain. Dalam bidang fisika tiap benda dengan massa m1 selalu
mempunyai gaya tarik menarik dengan benda lain (dengan massa m2 ). Misalnya partikel
satu dengan partikel lain selalu akan saling tarik-menarik. Contoh yang dikemukakan oleh Sir
Isaac Newton dalam bidang mekanika klasik bahwa benda apapun di atas atmosfer akan
ditarik oleh bumi, yang kemudian banyak dikenal sebagai fenomena benda jatuh.
Semua benda di alam semesta menarik semua benda lain dengan gaya sebanding
dengan hasil kali massa benda-benda tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak antara benda-benda tersebut. Penerapan hukum gravitasi Newton dapat diterapkan
untuk menjelaskan gerak benda-benda angkasa. Salah seorang yang memiliki perhatian
besar pada astronomi adalah Johannes Kepler. Dia terkenal dengan tiga hukumnya tentang
pergerakan benda-benda angkasa, yaitu:
a) Hukum I Kepler
b) Hukum II Kepler
c) Hukum III Kepler
Berdasarkan hukum gravitasi Newton, data-data tersebut digunakan untuk menghitung
besaran lain tentang benda ruang angkasa yang tidak mungkin diukur di laboratorium.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang di peroleh maka disarankan :


1. Saran untuk pembaca :
Disarankan kepada pembaca untuk mendalami penerapan hukum gravitasi Newton dan
tergerak untuk mengetahui lebih dalam.
2. Saran untuk penulis selanjutnya :
Disarankan kepada penulis selanjutnya untuk lebih melengkapi data-data valid untuk lebih
menyempurnakan karya tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai