Oleh:
Kelompok 2
RIAU
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat,
karunianya dah hidayah-Nyasehingga penulis dapat meyelesaikan penyusunan Asuhan
Keperawatan Dengan Gangguan Konsep Diri. Makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan oleh dosen mata kuliah dalam rangka pencapaian target belajar yang efektif, dengan
cara memberikan tugas kepada mahasiswa untuk menyusun suatu makalah yang berkaitan
dengan Keperawatan Jiwa. Dalam penyusunan makalah ini, tidak jarang penulis mengalami
kendala dan hambatan baik itu berupa waktu, pikiran maupun tenaga. Namun penulis selalu
percaya akan satu hal, bahwa tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan, tentunya dengan
kerja yang sungguh-sungguh serta doa yang serta menyertai.
Makalah ini dapat terselesaikan berkat kerja keras dengan penuh rasa tanggung jawab.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis meminta maaf apabila dalam makalah ini
terdapat kekeliruan, karena sebagai manusia biasa penulis tak pernah luput dari kesalahan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Konsep Diri adalah pngetahuan individu tentang diri (mis; “saya kuat dalam matematika”)
(wigfield dan Karpathian, 1991).
Konsep Diri adalah citra subjectif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan,
sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri memberikan kita kerangka acuan
yang mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain.
Kita mulai membentuk konsep diri saat usia muda.
Konsep Diri dikembangkan melalui proses yang sangat kompleks yang melibatkan banyak
variabel. Keempat komponen konsep diri adalah identitas, citra tubuh, harga diri, dan peran.
Stressor menantang kapasitas adaptif seseorang. Selye (1956) menyatakan bahwa stress
adalah kehilangan dan kerusakan normal pada kehidupan, bukan hasil spesifik tindakan
seseorang atau respon khas terhadap sesuatu. Proses normal dari kematangan dan
perkembangan itu sendiri adalah stressor. Perubahan yang terjadi dalam kesehatan fisik,
spritual, emosional, seksual, kekeluargaan dan sosiokultural dapat menyebabkan stress.
1. Stressor Identitas
Identitas didefenisikan sebagai “pengorganisasian prinsip dari sistem kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kontinuitas, keunikan, dan konsistensi dari
kepribadian” (Stuart dan Sundeen 1991). Identitas dipengaruhi oleh stressor sepanjang
waktu.
2. Stressor Citra Tubuh
Perubahan dalam penampilan, struktur, atau fungsi bagian tubuh akan membutuhkan
perubahan dalam citra tubuh. Perubahan dalam penampilan tubuh, seperti amputasi atau
perubahan penampilan wajah adalah stressor yang sangat jelas mempengaruhi citra
tubuh. Seseorang dengan perubahan citra tubuh, seperti mereka yang mengalami
perubahan wajah. Sering merasa tolak dan terasing.
3. Stressor Harga Diri
Harga diri adalah rasa dihormati, diterima, kompeten, dan bernilai. Orang dengan harga
diri rendah sering merasa tidak dicintai dan sering mengalami depresi dan ansietas.
Harga diri berfluktuasi sesuai dengan kondisi sekitarnya.
4. Stressor Peran
Peran membentuk pola prilaku yang diterima secara sosial yang berkaitan dengan
fungsi seseorang individu dalam berbagai kelompok sosial.
a. Konflik Peran
Konflik peran adalah tidak adanya kesesuaian harapan peran. Terdapat tiga jenis dasar
konflik peran : interpersonal, antar-peran, dan peran personal.
b. Ambiguitas Peran
Mencakup harapan peran yang tidak jelas. Ketika terdapat ketidakjelasan harapan,
maka orang menjadi tidak pasti apa yang dilakukan, bagaimana harus melakukan atau
keduanya.
c. Ketegangan Peran
Ketegangan peran perpaduan antara konflik peran dan ambiguitas peran. Ketegangan
peran dapat diekspresikan sebagai perasaan fruktasi ketika seseorang merasakan tidak
adekuat atau merasa tidak sesuai dengan peran. Ketegangan peran sering berkaitan
dengan streotip peran jender.
a. Identitas : “jika anda tidak mengetahui diri anda, bagaimana mungkin anda akan
menggambarkan tentang diri anda kepada saya?”
b. Citra Tubuh : “ apakah ada sesuatu tentang tubuh anda yang anda ubah? Jika ada
perubahan apa?
c. Harga Diri :”bagaimana perasaan anda tentang diri anda?”
d. Peran : “apakah anada berfikir anda telah mampu menjadi seorang ayah dalam keluara
anda?”
2. Diagnosa Keperawatan
Klien dengan batasan karakteristik untuk gangguan konsep diri mungkin menunjukkan
diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan defisinsi identitas, citra tubuh, harga diri,
da kinerja peran.
a. Perubahan menjadi orang tua yang berhubungan dengan kebingungan identitas setelah
konflik sebelumnya dengan orangtua sendiri, kurang persiapan peran.
b. Perubahan penampilan peran yang berhubungan dengan tuntutan tepat waktu akibat
masuk sekolah tinggi, persepsi tentang sikap dewasa yang dihadapi ditempat kerja
c. Ansietas yang berhubungan dengan persepsi tentang penuaan usia baya dan dampaknya
terhadap keamaan pekerjaan, konflik peran perkawinan, kekhawatiran tentang
seksualitas.
d. Gangguan Citra Tubuh yang berhubungan dengan persepsi negatif tentang diri setelah
mastektomi kerusakan penglihatan
e. Ketakutan yang berhubungan dengan perasaan tidak berdaya akibat baru mengalami
perampokan rumah
f. Gangguan penyesuaian yang berhubungan dengan ansietas tentang citra tubuh
g. Konflik peran orang tua b.d perasaan kehilangan kontrol akibat kelahiran anak dengan
defek kongenital.
h. Ganguan identitas pribadi b.d penurunan BB yang sangat cepat
i. Gangguan harga diri b.d ansietas tentang wawancara pekerjaan
3. Perencanaan
Diagnosa Keperawatan : gangguan citra tubuh b.d persepsi negatif tentang diri setelah
menjalani mastektomi.
Definisi : gangguan citra tubuh adalah gangguan dalam cara seseorang menyerap citra
tubuhnya.
4. Implementasi
Menciptakan lingkungan dan hubungan yang terapeutik dan mendukung penggalian diri
penting untuk mengintervensi klien yang mempunyai masalah konsep diri. Banyak variabel
yang mempengaruhi pandangan klien tentang diri bersifat pribadi dan personal. Perawat harus
jelas dan tulus menunjukkan perawatannya kepada klien. Kemudian akan berkembang rasa
saling percaya untuk memberdayakan perawat bermitra dengan klien dalam menetapkan
intervensi yang sangat berguna.
5. Evaluasi
Wigfield A, Karpathian M : Who am I and what can i do? Children’s self-concepts and
motivation in achievement situation : 233. 1991.
Selye H : The stress of life. New York.1956, McGraw Hill.
Stuart GW, Sundeen SJ : Principles and practice of psychiatric nursing, ed 5, St Louis. 1995.