Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem perpajakan di Indonesia menganut sistem self assesment. Dengan sistem tersebut Wajib Pajak diberikan
kepercayaan untuk menghitung sendiri besarnya pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak. Perhitungan
Pajak Penghasilan (PPh) terutang dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan.
Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai kepentingan umum yang
akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti kepentingan rakyat, pendidikan, kesejahteraan
rakyat, kemakmuran rakyat dan sebagainya. Sehingga pajak merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan
Negara. PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan
kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.

1.2 Rumusan masalah


Dalam perumusan masalah ini penulis akan merumuskan tentang:
1. Pengertian pajak penghasilan Pph pasal 21
2. Menjelaskan dasar pengenaan dan pemotongan Pph pasal 21
3. Menjelaskan cara penghitungan pajak penghasilan pph pasal 21
4. Pemotong pph pasal 21
5. Penerima penghasailan yang di potong pph pasal 21
6. Penghasilan yang di potong pph pasal 21
7. Yang tidak termasuk penghasilan yang di potong pph pasal 21

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. mengetahui pengertian pajak penghasilan pph pasal 21
2. menambah wawasan kepada pembaca tentang dasar pengenaan dan pemotongan pasal pph 21
3. penghitungan pajak penghasilan pasal 21

1|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PPh Pasal 21


PPh Pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan atau sebagai imbalan
atas jasa. Subjek Pajak PPh Pasal 21 (Wajib Pajak PPh Pasal 21) Wajib pajak yang dipotong PPh pasal 21
adalah orang pribadi yang merupakan:
1. Pegawai, karyawan atau karyawati tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja dan
atas jasanya itu ia memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala.
2. Pegawai, karyawan atau karyawati lepas adalah orang pribadi yang berkeja untuk pemberi kerja dan
hanya menerima upah jika ia bekerja.
3. Penerima honorarium adalah orang pribadi atau sekelompok orang pribadi yang memberikan jasanya,
dan atas jasanya ia memperoleh imbalan tertentu sesuai dengan jasa yang diberikan.
4. Penerima upah adalah orang pribadi yang atas jasanya ia memperoleh upah, seperti upah harian,
upah borongan, upah satuan dll.

Yang tidak termasuk Wajib Pajak PPh Pasal 21 yaitu:


1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari Negara asing dan orang– orang
yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka,
dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta Negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik.
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) huruf c Undang–
Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan
warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 Pemotong PPh pasal
21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 17 tahun 2000 dan terakhir UU No 36 tahun
2008 untuk memotong PPh Pasal 21. Termasuk pemotong PPh Pasal 21 dalam peraturan Menteri
Keuangan No. 252/KMK.03/2008 adalah: Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik
merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
2|Page
3. Bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk bendahara atau pemegang kas yang
membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan.

2.2 Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21


Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 terbaru adalah sebagai berikut:
1. Penghasilan kena pajak yang berlaku bagi:

 Pegawai tetap.

 Penerima pensiun berkala.

 Pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau jumlah kumulatif
penghasilan yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihi Rp 3.000.000,00 (tiga juta
rupiah).

 Bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, yang menerima imbalan bersifat
berkesinambungan.
2. Jumlah penghasilan yang melebihi Rp 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) sehari, yang berlaku
bagi pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang menerima upah harian, upah mingguan, upah
satuan atau upah borongan, sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan
kalender telah melebihi Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
3. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto yang berlaku bagi bukan pegawai
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-32/PJ/2015 Pasal 3 huruf
c yang menerima imbalan yang tidak bersifat berkesinambungan.
4. Jumlah penghasilan bruto yang berlaku bagi penerima penghasilan selain penerima penghasilan di
atas.
5. Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 26 adalah jumlah penghasilan bruto.

2.3 Pemotong PPh Pasal 21


Pemotong pajak yang memotong PPh Pasal 21 adalah:
1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan.

2. Bendahara pemerintah baik Pusat maupun Daerah.


3. Dana pensiun atau badan lain seperti Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), PT Taspen, PT
Asabri.
4. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain kepada jasa tenaga ahli, orang pribadi
subjek pajak luar negeri, dan peserta pendidikan, pelatihan, dan magang.
5. Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
6. Penyelenggara kegiatan.

3|Page
Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 adalah:
1. Pegawai tetap.

2. Tenaga lepas (seniman, olahragawan, penceramah, pemberi jasa, pengelola proyek, peserta
perlombaan, petugas dinas luar asuransi), distributor MLM/direct selling dan kegiatan sejenis.
3. Penerima pensiun, mantan pegawai, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima
Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua.
4. Penerima honorarium.
5. Penerima upah.
6. Tenaga ahli ( Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter, Konsultan, Notaris, Penilai, dan Aktuaris ).
7. Peserta Kegiatan.

2.4 Penerima Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21


1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang
diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan
syarat:
a. Bukan warga negara Indonesia dan
b. Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau
pekerjaannya tersebut serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan
sepanjang bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan
lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.

2.5 Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21


1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima pensiun secara teratur berupa gaji,
uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau
anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti
rugi, tunjangan isteri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus,
tunjangan transpot, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa,
premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apa pun.
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima pensiun atau mantan pegawai secara
tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan
tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap.

4|Page
3. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan yang diterima atau diperoleh pegawai
tidak tetap atau tenaga kerja lepas, serta uang saku harian atau mingguan yang diterima peserta
pendidikan, pelatihan, atau pemagangan yang merupakan calon pegawai.

4. Uang tebusan pensiun, uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, uang pesangon, dan
pembayaran lain sejenis sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja.
5. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apa pun, komisi,
beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan
yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri, terdiri atas:
a. Tenaga ahli (Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter, Konsultan, Notaris, Penilai, dan Aktuaris).
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan,
sutradara, crew film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis,
dan seniman lainnya.
c. Olahragawan.
d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah.
f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinya,
telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial.
g. Agen iklan.
h. Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan, dan peserta
sidang atau rapat.
i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan.
j. Peserta perlombaan.
k. Petugas penjaja barang dagangan.
l. Petugas dinas luar asuransi.
m. Peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan bukan pegawai atau bukan sebagai calon
pegawai.
6. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya.
7. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji dan honorarium atau imbalan
lain yang bersifat tidak tetap yang diterima oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil serta uang
pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh
pensiunan termasuk janda/duda atau anak-anaknya.

5|Page
2.6 Yang Tidak Termasuk Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
1. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa.

2. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apa pun yang diberikan oleh Wajib
Pajak atau Pemerintah, kecuali diberikan oleh bukan Wajib Pajak selain Pemerintah, atau Wajib Pajak
yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan
berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed profit).
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua kepada badan penyelenggara Jamsostek yang dibayar oleh
pemberi kerja.
4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk
atau disahkan oleh Pemerintah.
5. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu (Pasal 3 ayat 1 UU PPh). Ketentuannya diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 246/PMK.03/2008:
Penerima harus memenuhi dua syarat, yaitu:
a. Penerima adalah Warga Negara Indonesia, dan
b. Pendidikan berada di Indonesia.

Ketentuan Lainnya :
1. Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 baik diminta maupun tidak pada
saat dilakukannya pemotongan pajak kepada orang pribadi bukan sebagai pegawai tetap, penerima
uang tebusan pensiun, penerima Jaminan Hari Tua, penerima uang pesangon, dan penerima dana
pensiun.

2. Pemotong PPh Pasal 21 wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 tahunan (form 1721-A1
atau 1721-A2) kepada pegawai tetap, termasuk penerima pensiun bulanan dalam waktu dua bulan
setelah tahun takwim berakhir.
3. Apabila pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun pada bagian tahun takwim, maka Bukti
Pemotongan (form 1721-A1 atau 1721-A2) diberikan oleh pemberi kerja selambat-lambatnya satu
bulan setelah pegawai yang bersangkutan berhenti bekerja atau pensiun.
4. Penerima penghasilan wajib menyerahkan surat pernyataan kepada Pemotong Pajak PPh Pasal 21
yang menyatakan jumlah tanggungan keluarga pada permulaan tahun takwim atau pada permulaan
menjadi Subyek Pajak dalam negeri.

6|Page
2.7 PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
Tarif dan Penerapannya:
1. Pegawai tetap, penerima pensiun bulanan, pegawai tidak tetap, pemagang dan calon pegawai, serta
distributor MLM/direct selling dan kegiatan sejenis, dikenakan tarif Pasal 17 Undang-undang PPh
dikalikan dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP). PKP dihitung berdasarkan sebagai berikut:
a. Pegawai Tetap: Penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan (5% dari penghasilan bruto,
maksimum Rp 6.000.000 setahun atau Rp 500.000 sebulan); dikurangi iuran pensiun/iuran
jaminan hari tua, dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
b. Penerima Pensiun Bulanan: Penghasilan bruto dikurangi biaya pensiun (5% dari penghasilan
bruto, maksimum Rp 2.400.000 setahun atau Rp 200.000 sebulan); dikurangi PTKP.
c. Pegawai tidak tetap, pemagang, calon pegawai: Penghasilan bruto dikurangi PTKP yang
diterima atau diperoleh untuk jumlah yang disetahunkan.
d. Distributor MLM/direct selling dan kegiatan sejenis: penghasilan bruto tiap bulan dikurangi
PTKP per bulan.
2. Penerima honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan, komisi, bea siswa, dan pembayaran lain
sebagai imbalan atas jasa dan kegiatan yang jumlahnya dihitung tidak atas dasar banyaknya hari yang
diperlukan untuk menyelesaikan jasa atau kegiatan; mantan pegawai yang menerima jasa produksi,
tantiem, gratifikasi, bonus; peserta program pensiun yang menarik dananya pada dana pensiun;
dikenakan tarif berdasarkan Pasal 17 Undang-undang PPh dikalikan dengan penghasilan bruto.
3. Tenaga Ahli yang melakukan pekerjaan bebas (pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris,
penilai dan aktuaris) dikenakan tarif berdasarkan Pasal 17 Undang-undang PPh x 50% dari perkiraan
penghasilan bruto dikurangi PTKP perbulan.
4. Pegawai harian, pegawai mingguan, pemagang, dan calon pegawai, serta pegawai tidak tetap lainnya
yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan dan uang saku harian
yang besarnya melebihi Rp 150.000 sehari tetapi dalam satu bulan takwim jumlahnya tidak melebihi
Rp 1.320.000 atau tidak dibayarkan secara bulanan, maka PPh Pasal 21 yang terutang dalam sehari
adalah dengan menerapkan tarif 5% dari penghasilan bruto setelah dikurangi Rp 150.000. Bila dalam
satu bulan takwim jumlahnya melebihi Rp 1.320.000, maka besarnya PTKP yang dapat dikurangkan
untuk satu hari adalah sesuai dengan jumlah PTKP sebenarnya dari penerima penghasilan yang
bersangkutan dibagi 360.

5. Penerima pesangon, tebusan pensiun, Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang dibayarkan
sekaligus dikenakan tarif PPh final sebagai berikut:
a. 5% dari penghasilan bruto di atas Rp 25.000.000 s.d. Rp 50.000.000.
b. 10% dari penghasilan bruto di atas Rp 50.000.000 s.d. Rp 100.000.000.
c. 15% dari penghasilan bruto di atas Rp 100.000.000 s.d. Rp 200.000.000.

7|Page
d. 25% dari penghasilan bruto di atas Rp 200.000.000.
6. Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/Polri yang menerima honorarium dan imbalan lain yang sumber
dananya berasal dari Keuangan Negara atau Keuangan Daerah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif
15% dari penghasilan bruto dan bersifat final, kecuali yang dibayarkan kepada PNS Gol. II/d ke
bawah, anggota TNI/Polri berpangkat Peltu atau Aiptu ke bawah.

2.8 Contoh Soal

1. Bapak Ahmad bekerja di PT. Trans Retail dengan gaji sebulan Rp. 4.000.000,- Perusahaan ikut
program BPJS sebesar 1% yang dibayar oleh perusahaan setiap bulannya. Bapak Ahmad membayar
iuran pensiun sebesar Rp. 100.000,-. Dalam tahun yang bersangkutan menerima THR sebesar 1 bulan
gaji. Berapa PPh Pasal 21 yang dipotong setiap bulannya dan hitunglah PPh Pasal 21 bila menerima
THR?
Jawab:
PPh Pasal 21 atas gaji dan THR
Gaji setahun (12 x 4.000.000) 48.000.000
THR 4.000.000
BPJS (1% x 4.000.000)
40.000 x 12 480.000 +
Penghasilan Brutto setahun 52.480.000

Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x 52.480.000 2.624.000
Iuran Pensiun
12 x 100.000 1.200.000 +
3.824.000 –
Penghasilan Netto setahun 48.656.000

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


Untuk WP Sendiri 36.000.000 –
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 12.656.000

PPH Pasal 21 Terhutang


5% x 12.656.000 = 632.800 =52.733
12

8|Page
2. PPH Pasal 21 atas gaji setahun
Gaji setahun (12 x 4.000.000) 48.000.000
BPJS (12 x 40.000) 480.000 +
Penghasilan Brutto Setahun 48.480.000

Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x 48.480.000 2.424.000
Iuran Pensiun
12 x 100.000 1.200.000 +
3.624.000 –
Penghasilan Netto Setahun 44.856.000

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


Untuk WP Sendiri 36.000.000 –
Pengghasilan Kena Pajak (PKP) 8.856.000

PPH Pasal 21 terhutang


5% x 8.856.000 = 442.800 = 36.900
12

PPH Pasal 21 atas THR


632.800 – 442.800 = 190.000

3. Bapak Raden memperoleh uang pensiun setiap bulan sebesar Rp. 3.000.000,- Hitunglah berapa PPH
Pasal 21 dari setiap bulannya
Jawab :
PPh Pasal 21 Dana Pensiun
Penghasilan 3.000.000

Pengurang:
Biaya Pensiun 5% x 3.000.000 150.000 -
2.850.000

Penghasilan Setahun (12 x 2.850.000) 34.200.000


PTKP 36.000.000
PPh Pasal 21 tidak dipotong karena penghasilan setahun kurang dari PTKP
9|Page
4. PT ABC membayar Konsultan Manajemen sebesar Rp. 60.000.000 kepada Veronica (tidak mempunyai
NPWP). Berapa PPh Pasal 21 yang dipotong oleh PT ABC?
Jawab :
Penghasilan Brutto
50% x 60.000.000 = 30.000.000
PPh Pasal 21
5% x 30.000.000 = 1.500.000
Jika tidak memiliki NPWP
120% x 1.500.000 = 1.800.000

10 | P a g e
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa: PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi
dalam negeri. Pemotong PPh pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh UU No. 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 17 tahun 2000 dan terbaru
pada tahun 2013 untuk memotong PPh Pasal 21.

3.2 Saran
Dari uraian pembahasan di atas penulis menyarankan kepada pembaca sekalian agar manfaat dari
pembahasan mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21 dapat memberikan wawasan positif. Dimana sisi positif dari
uraian tersebut bisa dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan tentang Pajak Penghasilan Pasal 21
tersebut dan sisi kurang baiknya bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi. Untuk
itu, penulis sangat mengharapkan saran dari pembaca.

11 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Supramono, SE., MBA., DBA & Theresia Woro Damayanti SE, Perpajakan Indonesia- Mekanisme dan
Perhitungan , 2010, Yogyakarta :CV. Andi Offset

Safri Nurmantu, Pengantar Perpajakan, 2005, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

http://www.pajak.go.id/content/article/cara-penghitungan-pph-pasal-21-terbaru

https://sites.google.com/site/referensipajak/Contoh-cara-menghitung-pajak-penghasilan-PPh-pasal-21-Pegawai-
Tetap-berNPWP-TidakberNPWP-Dengan-Gaji-Bulanan/Contoh-Cara-Menghitung-Pajak-Penghasilan-PPh-Pasal-
21-Pegawai-Tetap-Penerima-Uang-Pensiun-Manfaat-Pensiun-Tunjangan-Jaminan-Hari-Tua-Pesangon-Diterima-
Bertahap-Sekaligus

12 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai