Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hemoglobin
1. Pengertian
Hemoglobin(Hb) adalah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung
besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul Hb terdiri
dari globin, apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu
atom besi. Hb adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya
gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di
dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru
paru ke jaringan-jaringan.
2. Kadar Hemoglobin Ibu Hamil
Pada ibu hamil cenderung memiliki kandungan hemoglobin yang rendah,
sehingga mengindikasikan anemia. Gejala yang ditemukan pada anemia adalah
kurang nafsu makan, badan lemah, konsentrasi menurun, kurang energi, sakit kepala,
mudah terinfeksi penyakit, mata berkunang-kunang, kelopak mata, bibir, dan kuku
juga terlihat pucat. Anemia pada ibu hamil dapat diberikan tablet besi serta
meningkatkan kualitas makanan sehari-hari. Ibu hamil umunya mendapatkan tablet
besi dan juga asam folat.
3. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
Terdapat berbagai cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang
sering dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual cara
Sahli dan fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara Sahli
kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam
misalnya karboksi-hemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin. Selain itu alat
untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan, sehingga
ketelitian yang dapat dicapai hanya ±10%.
Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar
hemoglobin di laboratorium karena larutan standar sianmethemoglobin sifatnya
stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini hamper semua hemoglobin terukur kecuali
sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ± 2%.
Dengan berkembangnya teknologi alat kesehatan yang semakin canggih
selain kedua cara pemeriksaan tersebut, kini telah banyak digunakan pemeriksaan
darah lengkap dengan menggunakan alat otomatik yang di kenal dengan nama
hematology analyser.
Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian hasil
sebaiknya diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin
tergantung dari umur dan jenis kelamin.Perempuan hamil terjadi hemodilusi sehingga
batas terendah nilai rujukan ditentukan 10 g/dl.
D. Anemia Ibu Hamil
1. Definisi
Anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan hemoglobin, hematokrit dan
jumlah eritrosit dibawah normal. Pada penderita anemia lebih sering disebut kurang
darah, kadar sel darah merah atau hemoglobin di bawah normal. Penyebabnya bisa
karena kekurangan zat besi, asam folat dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi
adalah anemia yang disebabkan karena kekurangan zat besi dalam tubuh, sehingga
kebutuhan zat besi untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel
darah merah hipokrom mikrositer, kadar besi serum dan jenuh transferin menurun,
kapasitas ikat besi total meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta
ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali.
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada trimester 2, nilai
batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena
hemodilusi, terutama pada trimester 2. Anemia yang paling sering dijumpai dalam
kehamilan adalah anemia akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur
besi dalam makanan. Gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau
karena terlampau banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh, misalnya pada
perdarahan. Wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg perhari atau 2 kali lipat
kebutuhan kondisi tidak hamil. Jarak kehamilan sangat berpengaruh terhadap
kejadian anemia saat kehamilan. Kehamilan yang berulang dalam waktu singkat akan
menguras cadangan zat besi ibu. Pengaturan jarak kehamilan yang baik minimal dua
tahun menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk menerima
janin kembali tanpa harus menghabiskan cadangan zat besinya .

2. Tanda dan Gejala Anemia


Tanda dan gejala anemia biasanya tidak khas dan sering tidak jelas,seperti
pucat, mudah lelah, berdebar dan sesak napas. Kepucatan bias diperiksa pada telapak
tangan, kuku dan konjungtiva palbera. Tanda yang khas meliputi anemia, angular
stomatitis, glositis, disfagia, hipokloridia, koilonikia dan patofagia. Tanda yang
kurang khas berupa kelelahan, anoreksia, kepekaan terhadap infeksi meningkat,
kelainan perilaku tertentu, kinerja intelektual serta kemampuan kerja . Gejala awal
anemia zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu makan, daya
konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, stamina tubuh
menurun, dan pandangan berkunang-kunang terutama bila bangkit dari tempat duduk.
Selain itu, wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir, dan kuku penderita tampak
pucat. Kalau anemia sangat berat, dapat berakibat penderita sesak napas bahkan
lemah jantung.
3. Diagnosis
Pada ibu hamil, anemia dapat ditentukan dengan menggunakan pemeriksaan
darah. Pada pemerikaan darah ini dapat ditentukan jumlah hematokrit dan
hemoglobin. Pemeriksaan ini merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit.
Pemeriksaan darah lengkap merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan
menghitung seluruh komponen pembentuk darah. Pemeriksaan darah lengkap dapat
dihitung dengan menggunakan mesin khusus. Komponen pembentuk darah terdiri
dari : sel darah merah, hemoglobin, hematokrit, sel darah putih, komponen sel darah
putih, dan juga trombosit.
4. Derajat
Klasifikasi derajat anemia terdiri dari:
Tidak anemia : Hb 11,00 gr %
Anemia ringan : Hb 9,00-10,00 gr %
Anemia sedang : Hb 7,00-8,00 gr%
Anemia berat : Hb <7,00 gr %
5. Etiologi
Penyebab anemia ibu hamil adalah sebagai berikut:
a. Malabsorbsi
b. Kehilangan darah yang banyak
c. Kurangnya zat besi dalam makanan
d. Malnutrisi
6. Klasifikasi anemia pada ibu hamil
a. Anemia defisiensi besi sebanyak 62,3%
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat
besi dalam darah. Pengobatannya adalah pemberian tablet besi yaitu keperluan zat
besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan. Untuk
menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnese.
Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-
kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan metode sahli, dilakukan
minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.

Anemia Megaloblastik sebanyak 29%.


Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteryglutamic acid) dan
defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang. Tablet asam folat
diberikan dalam dosis 15-30 mg, apabila disebabkan oleh defisiensi vitamin B12
dengan dosis 100-1000 mikrogram sehari, baik per os maupun parenteral.

b. Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak %


Anemia disebabkan karena sum-sum tulang belakang kurang mampu
membuat sel-sel darah baru.
c. Anemia Hemolitik sebanyak 0,7%
Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung
lebih cepat daripada pembuatannya. Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia
paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan viamin
B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada dasarnya
ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam
folat, dan vitamin B12.

7. Komplikasi
Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal : berat badan
kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia pada masa intranatal
dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan intranatal, shock, dan masa
pascanatal dapat terjadi subinvolusi. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada
neonatus : premature, apgar skor rendah, gawat janin. Bahaya pada Trimester II dan
trimester III, anemia dapat menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan
ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai
kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga
kematian ibu. Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan
gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan
tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan
perlu tindakan operatif.

8. Penatalaksanaan Anemia pada Ibu Hamil


Pada saat hamil kebutuhan tubuh ibu terhadap besi meningkat untuk
memenuhi kebutuhan fetal, plasenta dan pertambahan massa eritrosit. Bila cadangan
besi ibu tidak mencukupi pada waktu belum dan sesudah kehamilan serta asupan
gizi yang tidak adekuat selama kehamilan maka mengakibatkan ibu mengalami
anemia defesiensi besi. Oleh karena itu perlu segera dilakukan terapi anemia dengan
tujuan untuk mengoreksi kurangnya massa hemoglobin dan mengembalikan
simpanan besi. Terapi yang dilakukan yaitu:
a. Diet kaya zat besi dan Nutrisi yang adekuat.
Diet yang dianjurkan pada pasien yang anemia adalah diet kaya zat besi. Pada
dasarnya zat besi dari makanan didapat dalam dua bentuk yaitu zat besi heme (pada
hati, daging, ikan) zat besi non heme (yang didapati pada padi-padian, buncis, kacang
polong yang dikeringkan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau seperti bayam,
daun ubi dan kangkung). Zat besi heme menyumbangkan sejumlah kecil zat besi
(hanya sekitar 10-15%). Namun demikian zat besi heme diserap dengan baik dimana
10-35% yang di makan akan masuk kedalam peredaran darah. Zat besi non heme
atau zat besi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan merupakan bagian terbesar yang
dikonsumsi sehari-hari, namun diserap dengan buruk (hanya sekitar 2-8%). Makanan
yang dapat mengganggu penyerapan zat besi seperti the dan kopi sebaiknya
dihindari. Sedangkan makanan yang mengandung vitamin C seperti buah-buahan
sebaiknya diberikan untuk membantu peningkatan penyerapan zat besi .

b. Pemberian zat besi oral


Preparat zat besi oral yang biasa diberikan pada ibu hamil adalah : Ferrous
sulfonat, glukonat dan fumarat. Prinsip pemberian terapi zat besi oral ini tidak hanya
untuk mencapai nilai hemoglobin yang normal tetapi juga memperbaiki cadangan
besi didalam tubuh. Cara pemberian zat besi oral ini berbeda-beda pendapat. Maurer
menganjurkan pemberian zat besi selama 2-3 bulan setelah hemoglobin menjadi
normal. Beutler mengemukakan bahwa yang penting dalam pengobatan dengan zat
besi adalah agar pemberiannya terus dilakukan sampai morfologi darah tepi menjadi
normal dan cadangan besi dalam tubuh terpenuhi. Pendapat yang lain mengatakan
biasanya dalam 4-6 minggu perawatan hematokrit meningkat sampai nilai yang
diharapkan, peningkatan biasanya dimulai minggu kedua. Peningkatan retikulosit 5-
10 hari setelah pemberian terapi besi bisa memberikan bukti awal untuk peningkatan
produksi sel darah merah. Sebelum dilakukan pengobatan harus dikalkulasikan
terlebih dahulu jumlah zat besi yang dibutuhkan. Misalnya hemoglobin sebelumnya
adalah 6 gr/dl, maka kekurangan hemoglobin adalah 12 – 6 = 6gr/dl, sehingga
kebutuhan zat besi adalah : 6 x 200 mg. kebutuhan besi untuk mengisi cadangan
adalah 500 mg, maka dosis Fe secara keseluruhan adalah 1200 + 500 = 1700 mg.
maka pemberian dapat berupa Fero sulfat : 3 tablet / hari, @ 300 mg mengandung
600 mg Fe atau Fero glukonat: 5 tablet/hari, @ 300 mg mengandung 37 mg Fe atau
bisa juga Fero Fumarat : 3 tablet / hari, @ 200 mg mengandung 67 mg Fe. Maka
respon hasil yang tercapai adalah Hb meningkat 0,3-1 gr perminggu. Pemberian zat
besi oral ini juga member efek samping berupa konstipasi, berak hitam, mual dan
muntah

c. Pemberian zat besi par-enteral


Metode sederahana 250 mg besi elemental sebanding dengan 1 gram Hb.
Pemberian zat besi secara parenteral jarang dilakukan karena mempunyai efek
samping yang banyak seperti; nyeri, inflamasi, phlebitis ,demam,atralgia,
hipotensi,dan reaksi analfilaktik. Indikasi dari pemberian parenteral yaitu anemia
devfisiensi berat ,mempunyai efek samping pada pemberian oral ,gangguan
absorbs.mempunyai efek samping pada pemberian oral ,gangguan adsorbsi
.pemberiannya dapat diberikan secara intramuscular maupun intravena .

9. Pencegahan
Pencegahan anemia pada ibu hamil antara lain :
a) Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran warna hijau,
kacang-kacangan, protein hewani, terutama hati.
b) Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk, tomat, mangga
dan lain–lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi.
Suplemen zat besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu, wanita hamil
dan anemia berat misalnya. Manfaat zat besi selama kehamilan bukan untuk
meningkatkan atau menjaga konsentrasi hemoglobin ibu, atau untuk mencegah
kekurangan zat besi pada ibu. Ibu yang mengalami kekurangan zat besi pada awal
kehamilan dan tidak mendapatkan suplemen memerlukan sekitar 2 tahun untuk
mengisi kembali simpanan zat besi dari sumber-sumber makanan sehingga suplemen
zat besi direkomendasikan sebagai dasar yang rutin. Penderita anemia ringan
sebaliknya tidak menggunakan suplemen zat besi. Lebih cepat bila mengupayakan
perbaikan menu makanan. Misalnya dengan konsumsi makanan yang banyak
mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tahu,
oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran berwarna hijau, sayuran berwarna hijau tua
(kangkung, bayam) dan buah-buahan (jeruk, jambu biji dan pisang). Selain itu
tambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi seperti vitamin C, air
jeruk, daging ayam dan ikan. Sebaliknya substansi penghambat penyerapan zat besi
seperti teh dan kopi patut dihindari

Anda mungkin juga menyukai