Anda di halaman 1dari 4

Nama : Hendri Wahyu Lestari

NIM : 17104163081
Kelas : HTN 6 C

Di Balik Tabir Si Kriminal

S
eorang pelaku kriminal identik Dimana seorang pelaku kriminal tentunya
dengan tindak kejahatan, kelakuan memiliki alasan dalam melakukan
yang buruk dan merugikan orang perbuatan kriminalnya. Salah satu faktor
lain. Tindakan seperti pencurian, yang berperan besar dalam kehidupan
perampokan, pelecehan seksual bahkan manusia adalah kondisi psikologis
sampai pemerkosaan seseorang begitupun
hingga pembunuhan seorang pelaku kriminal
tentunya merupakan yang notabene juga
kelakuan negatif yang seorang manusia biasa.
sangat meresahkan Lalu faktor-faktor apa
masyarakat. Stigma saja yang memicu hingga
buruk sudah melekat dimungkinkan seseorang
pada mereka, bahkan melakukan kriminalitas?
sekalipun mereka telah
Ada banyak
menjalani hukuman
sekali faktor-faktor yang
dibalik jeruji sekalipun,
menyebabkan seseorang
sanksi sosial masyarakat tak mudah tuk
melakukan tindakan kriminal, mulai dari
dihilangkan. Namun dibalik semua itu
faktor genetis, lingkungan, kecerdasan,
seolah tak ada yang mau memahami dan
hingga kondisi kejiwaan pelaku.
mengerti bahkan sekedar tahu, alasan
Disamping pengaruh lingkungan sekitar
mengapa mereka melakukan tindak
yang mendukung perbuatan kriminal,
kriminalitas tersebut. Padahal pada
tentunya faktor utama dari seseorang untuk
dasarnya setiap orang bisa, mampu dan
melakukan tindakan kriminal ada dalam
memungkinkan untuk menjadi jahat sampai
dirinya sendiri yaitu kesalahan berpikir.
pun melakukan kejahatan.
Mengapa kesalahan berpikir?
Berangkat dari teori sebab akibat, Penyimpangan perilaku didasari oleh
begitupun tindakan kriminal ini dilakukan. pemahaman yang keliru tentang cara

1
memenuhi kebutuhan dasar dan nalurinya. baik dari lingkungan sampai kondisi
Misalnya dalam kasus perampokan atau kejiwaan telah terpupuk dan menjadi subur
penjambretan, dimungkinkan seorang dalam diri seseorang yang pada akhirnya
pelaku kriminal menganalogikan perbuatan menyebabkan kondisi mental dan tindakan
mereka bukan merupakan sebuah tindakan buruk menjadi kebiasaan.
negatif ataupun kesalahan yang merugikan
Yochelson dan Samenow
orang lain. Mereka menganggap bahwa
mengemukakan perilaku kriminal yang
orang miskin sah-sah saja untuk mengambil
didasari oleh pola pikir kriminal. Pola pikir
milik orang kaya toh hanya sedikit dan
yang keliru atau cenderung kriminil,
mereka tak akan kekurangan.
mendorong memunculkan perilaku
Pemahaman yang keliru tersebut kriminal dengan serangkaian pilihan, entah
merupakan hasil proses berpikir itu perampokan, pencurian bahkan
berdasarkan informasi dari lingkungan pembunuhan sekalipun. Akan tetapi pelaku
yang buruk. Lingkungan merupakan salah kriminal tidak bisa semata-mata disalahkan
satu pemicu utama dalam membentuk begitu saja atas kesalahan yang
kepribadian sesorang. Seseorang tak diperbuatnya. Ada pertimbangan psikologis
mungkin langsung lahir memiliki sifat atau yang harus disertakan sebagai alasan
pemikiran dan tingkah laku yang buruk, diantaranya terbentuknya pemikiran yang
disamping faktor genetika tentunya keliru pada pelaku kejahatan seperti
perilaku tersebut juga terbentuk dari lingkungan sosial, pendidikan, ekonomi,
kondisi lingkungan sekitar. Pemikiran dan adanya kesempatan.
yang irasional dan desktruktif dapat
Yochelson dan Samenow juga
mendorong timbulnya gangguan emosi-
mengidentifikasi 10 kesalahan cara berpikir
tingkah laku. Ketidakmampuan
pada pelaku kriminal diantaranya
mengendalikan emosi cenderung
berpikiran tertutup, menganggap diri benar,
menyebabkan perbuatan yang tidak
menganggap dirinya adalah korban,
terkontrol melahirkan pemikiran-pemikiran
menyerah saja (pesimis), pamrih, tidak
yang bahkan tak bisa dicerna oleh akal
berpikir panjang, ketakutan pada diri
sehat dan akhirnya mengawali terjadinya
sendiri, percaya hukum rimba, merasa diri
perbuatan-perbuatan tidak terpuji.
istimewa, dan kepemilikan (iri). Inti dari
Kriminalitas merupakan hasil dari
semua poin tersebut adalah pembenaran
kebiasaan buruk dari pikirannya. Ketika
pada setiap tindakan kriminalnya,
semua faktor pemicu tindakan kriminal
meniadakan rasa bersalah terutama ketika

2
sikap dan sifat buruk tersebut telah menjadi modern, Kriminologi diartikan sebagai
kebiasaan. Namun tentunya pasti terbesit ilmu yang mengkaji dan membahas
bahwa perbuatan amoral merupakan sebuah kejahatan dan penyimpangan tingkah laku
kesalahan pada hati kecil mereka namun hal manusia baik sebagai sebuah gejala sosial
lain yang lebih mendesak serta dokrin- maupun Psikologi. Oleh karena itu, dunia
doktrin yang terkadung keliru itulah hukum membutuhkan disiplin ilmu lain
problem utama yang mendorong perilaku yang mampu menjelaskan setiap
menyimpang tersebut. penyimpangan, kaitannya dengan perilaku,
serta situasi psikologis tertentu yang
Penghakiman sepihak atas dasar
memotivasi perilaku kejahatan (terdesak,
tindakan amoral dan melanggar hukum dan
panik, marah, cemburu, depresi, gangguan
menyerang personal, sudahkah mampu
jiwa). Jika lebih dikerucutkan lagi maka
meredam tindakan kriminal? Tak ada
yang diperlukan guna memahami si pelaku
jaminan tentunya. Kebanyakan dari kita
kriminal adalah disiplin ilmu psikologi
hanya menghakimi tanpa mau mengerti dan
hukum/kriminal dimana didefinisikan
memahami apa yang mereka rasakan. Tak
sebagai ilmu pengetahuan yang
menerima alasan apapun dengan judgement
mempelajari dan meneliti kejahatan dari
dan asumsi sendiri yang cenderung
sudut kejiwaan/aspek psikologis si pelaku.
menyakiti. Padahal sumber utama dari
Dimana mendasari pemikirannya dengan
seorang pribadi manusia adalah aspek
asumsi bahwa adanya hubungan perbuatan
psikologis. Sudah seharusnya aspek
atau tindakan kejahatan dengan kondisi
psikologis ini menjadi salah satu
kejiwaan pelakunya serta adanya aspek-
pertimbangan utama dalam pelaksanaan
aspek psikologis yang mendasari sebuah
hukum yang berlaku. Hukum tak melulu
tindak kriminalitas serta semua komponen
hanya lembaran-lembaran kertas berisi
yang terlibat didalamnya (Pelaku, Saksi,
pasal-pasal tapi kata kunci ‘memahami’
Korban, Hakim, Jaksa, Polisi, Lapas).
sang terhukum pun harus menjadi referensi.
Berangkat dari kata ‘memahami’ itu, maka Akan tetapi, kontroversi seputar
disini ilmu psikologi diperlukan dalam sumber penyebab munculnya kesalahan
memahami karakter, perilaku sampai pada berpikir masih diperdebatkan oleh para
kejiwaan si pelaku kriminal. ilmuwan, dikarenakan tentunya ada
kemungkinan faktor-faktor lain yang
Berasal dari hukum, kriminalitas
memang aspek psikologis seseorang
dan psikologi yang pada akhirnya
tentunya sangat sulit untuk diukur. Namun
melahirkan ilmu kriminologi. Pada era

3
dengan adanya usaha untuk memahami dan hanya mampu menyalahkan serta
mempelajari sikap tentunya sudah menghakimi tapi harusnya mampu
merupakan sebuah terobosan yang patut memberi solusi. Oleh karena itu, sudahkah
diapresiasi. Oleh karena itu, program anda bertanya ‘mengapa’ kepada mereka?
psikologi yang terkait dengan aplikasinya
didalam bidang hukum berperan
melakukan Restrukturisasi kognitif
(memperbaiki cara berpikir yang keliru).
Bukan hanya penerapan hukum positif
semata namun pembenahan cara berpikir
dan penekanan aspek moralitas perlu
diaplikasikan terhadap si pelaku kriminal.

Kondisi psikis seseorang tentunya


berbeda-beda, kemampuan untuk menahan
beban kehidupan serta masalah yang
dihadapi antara satu orang dengan orang
yang lain tidaklah sama. Begitupun cara
mengatasinya ada yang mampu
menyelesaikan dengan cara positif namun
tidak jarang pula yang tak mampu
mengatasinya dengan baik hingga pada
akhirnya menempuh jalan yang salah.
Kriminalitas memang bukan untuk
dimaklumi dan pelakunya memang
seharusnya mendapatkan sanksi. Namun
tidak ada manusia yang luput dari
kesalahan begitupun pelaku kriminal.
Disamping sanksi hukum yang
diberlakukan harusnya kita sebagai sesama
manusia setidaknya ada usaha untuk
memahami atau bahkan sekedar tahu
alasan-alasan si pelaku melakukan
kriminalitas. Sikap lebih kritis dan tidak

Anda mungkin juga menyukai