TINJAUAN KASUS
1.1.2 Etiologi
Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis
di tempat lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik
(2/3 dari tipe human dan 1/3 dari tipe bovin) dan 5-10% oleh mikobakterium
tuberkulosa atipik. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu
tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil
Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi
dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam
jaringan tubuh kuman ini dapat dorman, tertidur lama selama beberapa tahun.
1.1.3 Patofisiologi
Spondilitis tuberkulosa merupakan suatu tuberkulosis tulang yang sifatnya
sekunder dari TBC tempat lain di tubuh. Penyebarannya secara hematogen, di
duga terjadinya penyakit tersebut sering karena penyebaran hematogen dari
infeksi traktus urinarius melalui pleksus Batson. Infeksi TBC vertebra di tandai
dengan proses destruksi tulang progresif tetapi lambat di bagian depan (anterior
vertebral body). Penyebaran dari jaringan yang mengalami pengejuan akan
menghalangi proses pembentukan tulang sehingga berbentuk "tuberculos
squestra". Sedang jaringan granulasi TBC akan penetrasi ke korteks dan terbentuk
abses para vertebral yang dapat menjalar ke atas / bawah lewat ligamentum
longitudinal anterior dan posterior. Sedang diskus Intervertebralis oleh karena
avaskular lebih resisten tetapi akan mengalami dehidrasi dan terjadi penyempitan
oleh karena dirusak jaringan granulasi TBC. Kerusakan progresif bagian anterior
vertebra akan menimbulkan kiposis.
1.1.6 Penatalaksanaan
Pada prinsipnya pengobatan tuberkulosis tulang belakang harus
dilakukan sesegera mungkin untuk menghentikan progresivitas penyakit
serta mencegah paraplegia.
a. Prinsip pengobatan paraplegia Pott sebagai berikut :
1. Pemberian obat antituberkulosis
2. Dekompresi medulla spinalis
3. Menghilangkan/menyingkirkan produk infeksi
4. Stabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone graft)
a. Pengobatan terdiri atas :
1. Terapi konservatif berupa:
- Tirah baring (bed rest)
- Memberi korset yang mencegah gerakan vertebra /membatasi
gerak vertebra
- Memperbaiki keadaan umum penderita
- Pengobatan antituberkulosa
2. Terapi operatif Indikasi operasi
yaitu:
- Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan
paraplegia atau malah semakin berat.
- Biasanya tiga minggu sebelum tindakan operasi dilakukan,
setiap spondilitis tuberkulosa diberikan obat tuberkulostatik.
- Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses
secara terbuka dan sekaligus debrideman serta bone graft.
- Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos,
mielografi ataupun pemeriksaan CT dan MRI ditemukan
adanya penekanan langsung pada medulla spinalis.
2. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah klien
yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan, yang
pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat untuk
melakukannya.
Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien Spondilitis tuberkulosa
adalah:
a. Gangguan mobilitas fisik
b. Gangguan rasa nyaman ; nyeri sendi dan otot.
c. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.
3. Perencanaan Keperawatan.
Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan
yang akan di laksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang telah di tentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan klien Adapun perencanaan masalah yang penulis susun sebagai
berikut :
a. Diagnosa Perawatan Satu
Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan muskuloskeletal
dan nyeri.
Tujuan
Klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal
Kriteria hasil
a) Klien dapat ikut serta dalam program latihan
b) Mencari bantuan sesuai kebutuhan
c) Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal
Rencana tindakan
a) Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan
kerusakan.
b) Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai
toleransi.
c) Memelihara bentuk spinal yaitu dengan cara :
a. Mattress
b. Bed Board ( tempat tidur dengan alas kayu, atau kasur busa
yang keras yang tidak menimbulkan lekukan saat klien tidur
c. mempertahankan postur tubuh yang baik dan latihan
pernapasan ;
1) Latihan ekstensi batang tubuh baik posisi berdiri (bersandar
pada tembok ) maupun posisi menelungkup dengan cara
mengangkat ekstremitas atas dan kepala serta ekstremitas
bawah secara bersamaan.
2) Menelungkup sebanyak 3 – 4 kali sehari selama 15 – 30 menit.
3) Latihan pernapasan yang akan dapat meningkatkan kapasitas
pernapasan.
4) monitor tanda –tanda vital setiap 4 jam.
5) Pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi, kemerahan
atau lecet – lecet.
6) Perbanyak masukan cairan sampai 2500 ml/hari bila tidak ada
kontra indikasi.
7) Berikan anti inflamasi sesuai program dokter. Observasi
terhadap efek samping : bisa tak nyaman pada lambung atau
diare.
Aditama Y. T., Kamao S., Baari C., Surya A. Tuberkulosis dan Permasalahannya.
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2 Cetakan
Pertama. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: 2009; 3-4.
Brunner & Suddarth, 2012, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa
Waluyo
Doengoes, Marilynn E & Moorehouse, Mary Frances & Geissler, Alice. (2000).
Nursing Care Plans Guidelines for Planning and Documenting Patien
Care. Edisi III. F. A Davis Company: Philadelphia.