Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Congestive Hearth Failure dan CHF merupakan suatu keadaan patologis


dimana kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhi kebutuhan
jaringan dengan meningkatkan tekanan pengisian (McPhee & Ganong, 2010).
Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut usia (lansia) karena penurunan
fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik apabila disertai
dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi, penyakit katub jantung,
kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi kondisi akut dan
berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark.

Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah


kesehatan utama di negara maju maupun berkembang. Penyakit ini menjadi
penyebab nomor satu kematian di dunia dengan diperkirakan akan terus
meningkat hingga mencapai 23,3 juta pada tahun 2030 (Yancy, 2013, Depkes RI,
2014). Masalah tersebut juga menjadi masalah kesehatan yang progresif dengan
angka mortalitas dan mordibitas yang tinggi di Indonesia (Perhimpunan Dokter
Kardiovaskuler 2015). Hasil Riset Kesehatan Dasar kementrian RI tahun 2013,
prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia mecapai 0,13 % dan yang
terdiagosis dokter mencapai 0,3 % dari total penduduk usia dari 18 tahun keatas

Saat ini (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung kongestif merupakan
satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden dan
prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10%
pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada
gagal jantung berat. Selain itu, gagal jantung merupakan penyakit yang paling
sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit (readmission) meskipun
pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal (Suryadipraja, 2013).

Udjianti (2011) menyatakan bahwa insiden CHF sulit ditentukan karena


CHF adalah suatu simtom atau gejala dan bukan suatu diagnosis. Data pada
simtom ini biasanya berhubungan dengan penyebab yang mendasari masalah
kesehatan. Masalah kesehatan dengan gangguan system kardiovaskuler termasuk
CHF masih menduduki peringkat tertinggi, Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh
Darah Harapan Kita Jakarta melaporkan sekitar 400-450 kasus infark miokard
setiap tahunnya (Irnizarifka, 2011).

Peran perawat sebagai care giver pada pasien CHF biasanya hanya terbatas
pada monitor tanda – tanda vital, memotivasi pasien dalam menjalani pengobatan
dan membatu dalam adl pasien di rumah sakit.

Fenomena berdasarkan fenomena tersebut penulis tertarik untuk


menggambarkan dan mendokumentasikan asuhan keperawatan dalam sebuah
makalah dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada Ny. K dengan gangguan
system kardiovaskuler : Congestive Hearth Failure (CHF)”

1.1 Rumusan masalah

1. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit


Congestive Heart Failure (CHF) ?

1.3. Tujuan penulisan

1. Tujuan Praktis

a. Untuk Institusi dan Rumah Sakit


Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai
bahan pengajaran di bidang pendidikan maupun di bidang
penelitian

2. Tujuan teoritis

a. Untuk mengkaji pasien dengan gangguan system


kardiovaskuler : CHF

b. Untuk menegakkan diagnose pada pasien dengan gangguan


system kardiovaskuler : CHF

c. Untuk menyusun rencanan asuhan keperawatan pada pasien


dengan gangguan system kardiovaskuler : CHF

d. Untuk melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan


gangguan system kardiovaskuler : CHF

e. Untuk melakukan evaluasi pada pasien dengan gangguan


system kardiovaskuler : CHF

1.4. Manfaat penulisan

Dalam pembuatan makalah ini penulisan menggunakan metode observasi,


pemeriksaan fisik, dokumentasi, dan metode perpustakaan yakni pengutipan
dan pengumpulan data-data pada buku dan internet yang berkaitan dengan
pembahasan makalah yang dibuat.

1.5 Sistematika Penulisan

Penyusunan makalah ini, secara garis besar dibagi menjadi 5 bab. Adapun
sistematikanya adalah sebagai berikut : BAB I yaitu pendahuluan yang
menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. BAB II yaitu
mencakup teoritis mengenai penyakit CHF (Congestive Heart Failure)
meliputi definisi, etiologi, factor predisposisi, patofisiologi, tanda dan gejala,
komplikasi, penatalaksanaan, dan pemeriksaan penunjang. BAB III yaitu
tinjauan kasus yang mencakup pengkajian terhadap pasien, diagnose
keperawatan, perencanaan yang akan dilakukan pada pasien berhubungan
dengan diagnose yang didapat, pelaksanaan yang dilakukan terhadap pasien
sesuai dengan perencaan yang sudah dibuat, serta evaluasi terhadap pasien.
BAB IV berisi tentang pembahasan berdasarkan kesenjangan yang didapat
antara tinjauan teori dan tinjauan kasus. BAB V bersisi tentang penutup.
Kesimpulan, dan saran berhubungan dengan kasus yang didapat serta yang
terakhir daftar pustaka.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP TEORI Congestive Heart Failure

1. Pengertian

Gagal jantung adalah syndrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala),


ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat beraktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat
disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan
pengisian ventrikel (disfungsi diastolic) dan atau kontraktilitas miokardial
(disfungsi sistolik). (SudoyoAru,dkk2009)

2. Etiologi

a. Kelainan otot jantung, gagal jantung sering terjadi pada penderita


kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung.
Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung
mencakup ateroslerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit
degeneratif atau inflamasi

b. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena


terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan
asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak
serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
c. Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load)
meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.

d. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan


dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

e. Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang


sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung.
Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang
masuk jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung
untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif
atau stenosis AV), peningkatan mendadak after load

f. Faktor sistemik

Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam perkembangan


dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (missal :
demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi juga dapat menurunkan
suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolic dan
abnormalita elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung.

Grade gagal jantung menurut New York Heart Association,


terbagi dalam 4 kelainan fungsional :

I. Timbul sesak pada aktifitas fisik berat

II. Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang

III. Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan

IV. Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan / istirahat


3. Faktor predisposisi

a. Kelebihan Na dalam makanan

b. Kelebihan intake cairan

c. Tidak patuh minum obat

d. Iatrogenic volume overload

e. Aritmia : flutter, aritmia ventrikel

f. Obat-obatan: alkohol, antagonis kalsium, beta bloker

g. Sepsis, hiper/hipotiroid, anemia, gagal ginjal, defisiensi vitamin B, emboli


paru.

Setiap penyakit yang mempengaruhi jantung dan sirkulasi darah dapat


menyebabkan gagal jantung.

Beberapa penyakit dapat mengenai otot jantung dan mempengaruhi


kemampuannya untuk berkontraksi dan memompa darah.

Penyebab paling sering adalah penyakit arteri koroner, yang menyebabkan


berkurangnya aliran darah ke otot jantung dan bisa menyebabkan suatu
serangan jantung.

Kerusakan otot jantung bisa disebabkan oleh:

a. Miokarditis (infeksi otot jantung karena bakteri, virus atau


mikroorganisme lainnya)

b. Diabetes

c. Kelenjar tiroid yang terlalu aktif

d. Kegemukan (obesitas).
Penyakit katup jantung bisa menyumbat aliran darah diantara ruang-
ruang jantung atau diantara jantung dan arteri utama. Selain itu, kebocoran
katup jantung bisa menyebabkan darah mengalir balik ke tempat asalnya.
Keadaan ini akan meningkatkan beban kerja otot jantung, yang pada akhirnya
bisa melemahkan kekuatan kontraksi jantung.

Penyakit lainnya secara primer menyerang sistem konduksi listrik jantung


dan menyebabkan denyut jantung yang lambat, cepat atau tidak teratur,
sehingga tidak mampu memompa darah secara efektif.

Jika jantung harus bekerja ekstra keras untuk jangka waktu yang lama,
maka otot-ototnya akan membesar; sama halnya dengan yang terjadi pada
otot lengan setelah beberapa bulan melakukan latihan beban. Pada awalnya,
pembesaran ini memungkinkan jantung untuk berkontraksi lebih kuat; tetapi
akhirnya jantung yang membesar bisa menyebabkan berkurangnya
kemampuan memompa jantung dan terjadilah gagal jantung. Tekanan darah
tinggi (hipertensi) bisa menyebabkan jantung bekerja lebih berat. Jantung
juga bekerja lebih berat jika harus mendorong darah melalui jalan keluar
yang menyempit (biasanya penyempitan katup aorta).

Penyebab yang lain adalah kekakuan pada perikardium (lapisan tipis dan
transparan yang menutupi jantung). Kekakuan ini menghalangi
pengembangan jantung yang maksimal sehingga pengisian jantung juga
menjadi tidak maksimal. Penyebab lain yang lebih jarang adalah penyakit
pada bagian tubuh yang lain, yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan
akan oksigen dan zat-zat makanan, sehingga jatung yang normalpun tidak
mampu memenuhi peningkatan kebutuhan tersebut dan terjadilah gagal
jantung.

Penyebab gagal jantung bervariasi di seluruh dunia karena penyakit yang


terjadipun tidak sama di setiap negara. Misalnya di negara tropis sejenis
parasit tertentu bisa bersemayam di otot jantung dan menyebabkan gagal
jantung pada usia yang jauh lebih muda.

4. Patofisiologi

Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan kebutuhan


metabolisme dengan menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi
untuk mempertahankan kardiak output, yaitu meliputi :

a. Respon system saraf simpatis terhadap barroreseptor atau kemoreseptor

b. Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan terhadap


peningkatan volume

c. Vaskontriksi arterirenal dan aktivasi system rennin angiotensin

d. Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorbsi terhadap
cairan

Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume


darah sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi
vaskuler oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek
waktu pengisian ventrikel dari arteri coronaria. Menurunnya COP dan
menyebabkan oksigenasi yang tidak adekuat ke miokardium. Peningkatan
dinding akibat dilatasi menyebabkan peningkatan tuntutan oksigen dan
pembesaran jantung (hipertrophi) terutama pada jantung iskemik atau
kerusakan yang menyebabkan kegagalan mekanisme pemompaan.

5. Tanda dan Gejala

Tanda dominan :

a. Meningkatnya volume intravaskuler


b. Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat
penurunan curah jantung. Manifestasi kongesti berbeda tergantung pada
kegagalan ventrikel mana yang terjadi.

Gagal Jantung Kiri : Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri
karena ventrikel kiri tak mampu memompa darah yang dating dari paru.
Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :

1) Dispnea, Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan


mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnoe. Beberapa
pasien dapat mengalami ortopnoe pada malam hari yang dinamakan
Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND)

2) Batuk

3) Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang


menghambat jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi

4) karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan


insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk

5) Kegelisahan atau kecemasan, Terjadi karena akibat gangguan


oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan
bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik

Gagal jantung Kanan :

1) Kongestif jaringan perifer dan visceral

2) Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema


pitting, penambahan BB.

3) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen


terjadi akibat pembesaran vena hepar
4) Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena
dalam rongga abdomen

5) Nokturia

6) Kelemahan

6. Komplikasi CHF

a. Tromboemboli adaah resiko terjadinya bekuan vena ( thrombosis vena


dalam atau deep venous thrombosis dan emboli paru atau EP) dan emboli
sistemik tinggi. Terutama pada CHF berat.

b. Komplikasi fibrilasi atrium sering terjadi pada CHF yang biasa


menyebabkan perburukan dramatis. Hal tersebut indikasi pemantauan
denyut jantung

c. Kegagalan pompa progresif biasa terjadi karena penggunaan deutretik


dengan dosisi ditinggikan

d. Aritmia ventrikel sering dijumpai, bias menyebabkan sinkop atau sudden


cardiac death ( 25-50% kematian CHF).

7. Penatalaksanaan

Dasar penatalaksanaan pasien gagal jantung adalah :

a. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung

b. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan


bahan farakologis

c. Menghilangkan penimbunaan cairan tubuh berlebihan dengan terapi


deuretik diet dan istirahat
Terapi farmakologi :

1) Deuretik ( Deuretik tiazid dan loop deuretik) : Mengurangi


kongestif pulmonal dan edema perifer, mengurangi gejaa volume
berlebihan seperti ortopnea dan dipsnea noktrunal peroksimal,
menurunkan volume plasma selanjutnya menurunkan preload untuk
mengurangi beban kerja jantung dan kebutuhan oksiegan dan juga
menurunkan afterload agar tekanan darah menurun

2) Antagonis aldosteon : menurunkan mortalitas gagal jantung pasiean


dari sedang sampai berat

3) Obat inotropic : meningkatkan kontraksi otot jantung dan cueah


janung

4) Glikosida digitalis : meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung


menyebabkan penurunan volume distribusi

5) Vasodilator (Captropil, isosorbit dinitrat) : mengurangi preload dan


afterload yang berlebihan, dilatasi pembuluh vena menyebabkan
berkurangnya preload jantung dengan meningkatkan kapasitas vena.

6) Inhibitor ACE

Mengurangi kadar angiotensin II dalam sirkulasi dan mengurangi


sekresi aldosterone sehingga menyebabkan penurunan sekresi
natrium dan air. Inhibitor ini juga menurunkan retensi vaskuler vena
dan tekanan darah yang menyebabkan peningkatan curah jantung.

Terapi non-farmakologi

Penderita dianjurkan untuk membatasi aktifitas sesuai berat dan


keluhannya seperti : diet rendah garam, mengurangi berat badan,
mengurangi lemak, mengurangi tress psikis, menghindari rokok dan
olahraga teratur.

8. Pemeriksaan penunjang

a. Foto torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung,


oedema atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF

b. EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik


jantung dan iskemi (jika disebabkan AMI), Ekokardiogram

c. Pemeriksaan Lab meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan


kadar natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari
adanya kelebihan retensi air, K, Na, Cl, Ureum, gula darah

B. KONSEP ASUHAN TEORITIS

1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer

1) Airway

Data subjektif : pasien biasanya mengeluh batuk dengan atau


tanpa sputum, pasien mengatakan tidak mampu mengeluarkan
dahaknya

Data objektif : pasien tampak gelisah, pasien tampak bernafas


menggunakan bantuan otot pernafasan, pola nafas dan
frekuensi nafas berubah,

2) Breathing
Data subjektif : pasien mengatakan sesak, pasien mengatakan
tambah sesak saat beraktifitas,

Data objektif : pasien tampak menggunakan otot bantu nafas,


pola nafas abnormal (hiperventilasi, takipnea, bradipnea),

3) Circulation

Data objektif : Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya,


penyakit katub jantung, anemia, syok dll. Tekanan darah, nadi,
frekuensi jantung, irama jantung, nadi apical, bunyi jantung S3,
gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam denyutan nadi
juguralis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku pucat atau
sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi nafas krakles atau
ronchi, oedema

b. Pengkajian Sekunder

1) Aktifitas/istirahat

Data subjektif : pasien mengeluh susah tidur, sering terjaga,


tidak puas tidur, mengeluh pola tidur berubah, mengeluh
istirahat tidak cukup, dan pasien mengeluh kemampuan
beraktivitasnya menurun

2) Eliminasi

Data objektif : distensi kandung kemih, berkemih tidak tuntas,


mengompol, sering buang air kecil, diare

3) Makanan/cairan

Data objektif : berat badan menurun 10%, membrane mukosa


pucat, nafsu makan menurun, mual, muntah, pembengkakan
ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan diuretic
distensi abdomen, oedema umum, dll

4) Hygiene :

Data Objektif : pasien tidak mampu melakukan ADL’s

5) Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah


tersinggung.

6) Nyeri/kenyamanan

Data objektif : pasien tampak takut, pasien tampak cemas,


pasien tampak gelisah

Data subjektif : pasien merasa nyeri dada, nyeri abdomen,

7) Interaksi social : penurunan aktifitas yang biasa dilakukan

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a. Penurunan curah jantung

b. Ketidakefektifan pola nafas

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

d. Intoleransi aktifitas

e. Kelebihan volume cairan

f. Gangguan pertukaran gas

g. Kerusakan integritas kulit

h. Bersihan jalan nafas tidak efektif

i. Ansietas
3. Diagnosa prioritas

a. Penurunan curah jantung

Merupakan ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi


kebutuhan metabolisme tubuh. Gejala dan tanda mayor dan minor :
perubahan irama jantung (bradikardi atau takikardi, gambaran EKG
aritmia), perubahan preloat (edema, distensi vena jugularis, Central vena
prasure meningkat, hepatomegali), perubahan after load (tekanan darah
meningkat, nadi perifer terasa lemah, CRT lebih dari 3 detik, oliguria,
warna kulit pucat), prubahan kontraktilitas (terdengar suara jantung S2
atau S4), batuk, dyspnea, lelah. Gejala dan tanda minor: murmur
jantung, berat badan bertambah, pasien merasacemas dan gelisah.

b. Intoleransi aktivitas

Merupakan ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-


hari. Tanda mayor dan minor: pasien mengeluh lelah,sesak saat
beraktivitas, merasa tidak nyaman saat beraktivitas, merasa lemah,
gambran EKG menunjukan iskemia.

c. Anssietas

Merupakan kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap


objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman. Data mayor dan minor: pasien merasa bingung, khawatir
dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi, tampak
gelisah, tegang dan sulit tidur, pasien mengeluh pusing, frekuensi nafas,
nadi, tekanan darah meningkat, tremor, muka pucat, suara bergetar, dan
sering berkemih.
4. Renacana Asuhan Keperawatan

a. Penurunan curah jantung

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Perawatan jantung : Akut
keperawatan selama … x 24 jam
a) Monitor kecepatan denyut
diharapkan tidak terjadinya
jantung
penurunan curah jantung
b) Monitor ttv pasien
Dengan kriteria hasil :
c) Tunda memandikan jika
Keefektifan pompa jantung
memungkinkan
a) Tekanan darah sistol dalam
d) Hindari pasien terlalu
batas normal ( 100-130)
kepanasan atau kedinginan
b) Tekanan darah diastole
e) Pertahankan lingkungan yang
dalam batas normal (60-90)
kondusif untuk kenyamanan
c) Tidak terdpat suara jantung px
abnormal ( murmur)
f) Sediakan makan sedikit –
d) Tidak ada edema perifer sedikit tapi sering

g) Sediakan diet jantung yang


tepat ( batasi masukan kafein,
natrium, kolesterol dan
asupan yang berlemak)
b. Ketidakefektifan pola nafas

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan asuhan 2. Monitor pernafasan
keperawatan selama … x 24 jam
a) Monitor kecepatan, irama ,
diharapkan status pernafasan
kedalaman, dan kesulitan
ventilasi normal
bernafas
Dengan kriteria hasil :
b) Monitor suara nafas tambahan
1. Status pernafasan : ventilasi seperti ngorok atau mengi

a) Frekuensi pernafasan dalam c) Monitor pola nafas (misalnya


kisaran normal bradipneu, takipneu,
hiperventilasi, pernafasan
b) Tidak ada penggunaan otot
kusmaul, pernafasan 1 : 1,
bantu nafas
apneustik, respirasi biot, dan
c) Tidak ada suara nafas pola ataxic)
tambahan
d) Monitor saturasi oksigen pada
d) Tidak ada retraksi dinding pasien yang tersedasi seperti
dada (SaO2, SvO2, SpO2) sesuai
dengan protocol yang ada
e) Tidak ada dispneu saat
latihan e) Monitor keluhan sesak nafas
pasien, termasuk kegiatan
f) Tidak ada pernafasan
yang meningkatkan atau
dengan bibir mengerucut
memperburuk sesak nafas
tersebut

f) Berikan bantuan terapi nafas


jika diperlukan (misalnya,
nebulizer)

3. Manajemen jalan nafas

a) Posisikan pasien untuk


memaksimalkan ventilasi
b) Posisikan asien untuk
meringankan sesak nafas
c) Motivasi pasien untuk
bernapas pelan, dalam,
berputar dan batuk

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Manajemen nutrisi
a) Monitor kecenderungan
keperawatan selama … x 24 jam
terjadinya penurunan dan
diharapkan status nutrisi pada
kenaikan berat badan
asupan nutrisi adekuat
b) Anjurkan pasien untuk duduk
Dengan kriteria hasil : pada posisi tegak di kursi,
jika memungkinkan
1. Status nutrisi : asupan nutrisi c) Pastikan diet mencakup

Asupan kalori, protein, lemak, makanan tinggi kandungan

karbohidrat, serat, vitamin, serat untuk mencegah

mineral, zat besi, kalsium, konstipasi


d) Kolaborasi Beri obat – obatan
natrium sepenuhnya adekuat
sebelum makan (misalnya,
penghilang rasa sakit,
antiemetik), jika diperlukan
2. Manajemen gangguan makan
a) Monitor intake/ asupan dan
asupan cairan secara tepat
b) Observasi klien selama dan
setelah pemberian makan/
makanan ringan untuk
meyakinkan bahwa
intake/asupan makanan yang
cukup tercapai dan
dipertahankan
c) Rundingkan dengan ahli gizi
dalam menentukan asupan
kalori harian yang diperlukan
untuk mempertahankan berat
badan yang sudah ditentukan

d. Intoleransi aktifitas

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan jantung
a) Monitor toleransi pasien
keperawatan selama …x 24 jam
terhadap aktifitas
diharakan terjadinya toleransi
b) Instruksikan pasien dan
terhadap aktifitas
keluarga mengenai
Dengan kriteria hasil : pertimbangan khusus terkait
dengan aktifitas sehari-hari
1. Intoleransi terhadap aktifitas
(misalnya, pembatasan
a) Saturasi oksigen saat
aktifitas dan meluangkan
berajtifitas tidak
waktu istirahat ), jika
terganggu
b) Kekuatan tubuh bagian memang tepat
c) Monitor adanya kecemasan
bawah tidak terganggu
c) Frekuensi pernapasan pada pasien
d) Berikan dukungan dan
saat beraktifitas tidak
harapan pada pasien dan
terganggu
d) Jarak berjalan tidak keluarga
terganggu

e. Kelebihan volume cairan

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen hiperpolemia
keperawatan selama ... x24 jam
a) Monitor pola pernafasan
diharapkan volume cairan tubuh
seperti cemas, sesak nafas,
pasien seimbang.
produksi sputum nafas
Dengan kriteria hasil pendek.
b) Kolaborasi pemberian infus
1. Keseimbangan cairan IV
c) Posisikan pasien semi fowler
a) Tekanan darah tidak d) Tingkatkan integritas kulit
terganggu (mencegah gesekan)
e) Instruksikan pasien dan
b) Berat badan stabil keluarga mengenai intervensi

c) Turgor kulit tidak terganggu yang direncanakan.

d) Tidak ada edema perifer

e) Tidak ada distensi vena


leher

f. Gangguan pertukaran gas

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan 1. Terapi oksigen
a) Konsultasikan dengan tenaga
keperawatan selama …x 24 jam
kesehatan dalam penggunaan
diharakan pasien tidak mengalami
oksigen
gangguan pertukaran gas
b) Siapkan peralatan oksigen
c) Berikan oksigen tambahan
Dengan kriteria hasil :
seperti yang diperintahkan
d) Monitor aliran oksigen
1. Status pernapasan :
e) Ajarkan pasien dan keluarga
pertukaran gas
mengenai penggunaan
a) Tidak ada dispneu saat
oksigen
istirahat
b) Tidak ada disneu saat
beraktifitas
c) Tidak ada gangguan
kesadaran

g. Kerusakan integritas kulit

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan 1. Pengecekan kulit
a) Priksa kulit terkait dengan
keperawatan selama …x 24 jam
adanya kemerahan dan
diharakan pasien tidak mengalami
edema
kerusakan integritas kulit
b) amati warna dan bengkak
c) anjurkan pasien
Dengan kriteria hasil :
menggunakan pakaian
1. Integritas jaringan (kulit dan longgar
d) ajarkan keluarga mengenai
membrane mukosa ) dalam
tanda-tanda kerusakan
batas normal integritas kulit
a) Integritas kulit tidak
terganggu
b) Perfusi jaringan tidak
terganggu
c) Wajah pucat tidak ada

h. Bersihan jalan nafas tidak efektif

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan asuhan Monitor pernafasan
keperawatan selama ...x24jam
a) Monitor kecepatan, irama,
diharapkan terjadinya kepatenan
kedalaman dan kesulitan
jalan nafas
bernafas.
b) Catat pergerakan dada dan
ketidaksimetrisan dada.
Dengan kriteria hasil : c) Monitor keluhan sesak pada
pasien
1. Status pernapasan : kepatenan d) Posisikan pasien semi
jalan nafas fowler
a) Frekuensi pernafasan dalam e) Kolaborasi: Berikan
kisaran normal bantuan terapi nafas jika
b) Kemampuan pasien dalam
diperlukan (nebulizer)
mengeluarkan sekret.
c) Dyspnea pernafasan saat
istirahat tidak ada
d) Batuk tidak ada
e) Penggunaan otot nafas tidak
ada
i. Ansietas

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Terapi relaksasi
keperawatan selama ...x24jam
a) Gambarkan rasionalisasi dan
diharapkan tingkat kecemasan
manfaat relaksasi
pasien menurun
(mendengarkan musik,
Dengan kriteria hasil : berbicara, dll)
b) Intruksikan klien untuk
1. Tingkat kecemasan mengambil posisi nyaman
a. Istirahat pasien tercukupi c) Intruksikan klien untuk
b. Tidak ada perasaan gelisah
c. Tidak ada peningkatan mengenakan pakaian yang
tekanan darah nyaman
d. Pasien mudah dalam d) Lakukan aktivitas diluar
memahami suesuatu waktu istirahat klien.
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PADA PASIEN Ny. K DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHF + PPOK +


DYSPEPSIA DI RUANG CERMAI RSU KLUNGKUNG

TANGGAL 17 S/D 20 DESEMBER 2018

A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 17 Desember 2018 pukul
15.00 di Ruang Cermai RSU Klungkung dengan metode observasi,
wawancara, pemeriksaan fisik dan dokumentasi (rekam medis)

1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Pasien
Pasien Penanggung
(Anak)
Nama : Ny. K Tn. R
Umur : 72 tahun 40 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan Laki-laki
Status Perkawinan: Kawin Kawin
Suku /Bangsa: WNI WNI
Agama : Hindu Hindu
Pendidikan : Tidak sekolah SMA
Pekerjaan : Petani Swasta
Alamat : Tojan, Kab. KLungkung Tojan, Kab.
Klungkung
Nomor Telepon: - 08786133370
Nomor Register: -
Tanggal MRS : 16 Desember
2018

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama masuk rumah sakit
Nyeri ulu hati
2) Keluhan utama saat pengkajian
Pasien mengeluh sesak
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke UGD pada tanggal 16 Desember 2018 mengeluh
nyeri pada ulu hati setiap setelah makan, batuk-batuk sejak saat
lama tetapi tidak berdahak, pasien mual muntah, pasien merasa
lemas dan tidak enak badan, dari hasil pengkajian didapatkan TD :
180/80 mmHg, N : 92 x/menit, S : 36,3 0C, BB : 42 kg, GCS pasien
E4, V5, M6. Lalu pasien mendapatkan terapi di UGD dengan O2
nasal 4 lpm, IVFD RL 10 tpm, furosemide bolus 2 atp selanjutnya
2 x 1 atp, nebulizer combivent setiap 12 jam, spinorolakzeton 25
mg, candesartan 1 x 8 mg peroral, nevodio 5 mg 1 x ½ peroral,
injeksi omeprazole 2x1 vial IV, antasida sirup 3x1, acetylsystein
3x200 mg/oral. Pasien dibawa ke ruang cermai pada tanggal 17
Desember 2018. Dari hasil pengkajian di ruangan pasien mengeluh
sesak sejak kemarin, batuk, dan nyeri ulu hati dengan skala nyeri 3
dari skala nyeri 0-10 yang diberikan perawat,. Dari pengukuran
TTV didapatkan TD : 180/80, Nadi : 78 x/menit, RR : 24 x/menit,
SpO2 : 98% dan di leher terdapat JVP (Jugularis Vena Perifer (+2),
terdapat suara murmur di ICS 2 PSL dextra fase sistolik dan ICS 4
MCL sinistra pada fase sistolik). Pasien mendapatkan terapi O2
nasal kanul 4 lpm, IVFD RL 10 tpm, injeksi furosemide 2 atp lanjut
1 x1 atp, nebulizer combivent setiap 12 jam, candesartan 1x 8 mg,
nevodio 1x 2,5 mg, omeprazole 2x1 atm.
4) Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien tidak pernah dirawat di RS maupun melakukan operasi
5) Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien menagatakan ada keluaraganya yang memiliki
riwayat hipertensi.
c. . Pola Kebiasaan

1) Bernafas
Sebelum Pengkajian : pasien tidak memiliki masalah pada pola
pernafasannya
Saat Pengkajian : saat pengkajian pasien sesak saat menarik
nafas dan mengeluarkan nafas, batuk tetapi
tidak berdahak
Masalah keperawatan: ketidakefektifan pola nafas
2) Makan dan minum
Sebelum Pengkajian : Pasien tidak memiliki masalah pada makan
dan minumnya. Pasien biasa makan 3x sehari
dengan jenis lauk pauk (babi guling), buah
jarang, tipat atau bubur, telur dan sayur
bayam, buah pisang 1 minggu sekali tetapi
sedikit-sedikit. Pasien biasa minum 5 gelas
perhari, kopi 1 gelas pada pagi hari
Saat Pengkajian : pasien makan 3x sehari dengan jenis makanan
bubur tim yang diberikan oleh rumah sakit dan
pasien hanya bisa menghabiskan ½ porsi
makannanya (Energi : 1647 kkal, lemak : 36,6
gm, protein : 33,6 gm, karbohidrat : 247,05
gm), pasien mengatakan mual dan nafsu
makan pasien menurun. Pasien biasa minum
air putih 3 gelas tiap hari tetapi tidak menentu
Masalah keperawatan : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

3) Eliminasi
Sebelum Pengkajian : pasien tidak memiliki masalah pada
gangguan eleminasi, pasien biasa BAB 1x
sehari dan BAK 3x sehari
Saat Pengkajian : frekuensi BAB 1x sehari dengan konsistensi
sedikit padat berwarna kuning, bau seperti
feses, dan frekuensi BAK 2x sehari dengan
warna kuning jernih
Masalah keperawatan : -
4) Gerak dan aktivitas
Sebelum Pengkajian: pasien tidak memiliki masalah pada saat
melakukan aktivitas

Saat Pengkajian : pasien hanya berbaring di tempat tidur


karena sesak pasien akan bertambah bila
pasien melakukan aktivitas
Masalah keperawatan : intoleransi aktivitas

5) Istirahat dan tidur


Sebelum Pengkajian : pasien tidak memiliki masalah pada pola
tidur
Saat Pengkajian : pasien tidur 8 jam perhari
Masalah keperawatan : -

6) Kebersihan diri
Sebelum Pengkajian : pasien tidak memiliki masalah pada
kebersihan diri, pasien biasa mandi 3x sehari di kamar mandi
dengan menggunakan sabun dan pasien jarang mencuci rambut

Saat Pengkajian : pasien mandi hanya di lap di tempat tidur,


pasien belum sempat keramas dan aktivitas
pasien masih dibantu oleh keluarga
Masalah keperawatan :-

7) Pengaturan suhu tubuh


Sebelum Pengkajian : pasien tidak memiliki masalah pada suhu
tubuhnya
Saat Pengkajian : pasien berkeringat
Masalah keperawatan :-
8) Rasa nyaman
Sebelum Pengkajian : pasien tidak memiliki masalah pada rasa
nyaman
Saat Pengkajian : pasien merasa tidak nyaman akibat nyerinya,
nyeri yang dirasakan pasien skala 3 dengan
kualitas nyeri hilang timbul yang terletak di
ulu hati. Dan nyeri akan timbul setiap pasien
selesai makan
Masalah keperawatan : -

9) Rasa aman
Sebelum Pengkajian : pasien tidak memiliki masalah pada rasa
aman
Saat Pengkajian : pasien merasa cemas karena pasien tidak
tahu mengenai penyakitnya
Masalah keperawatan : ansietas

10) Data sosial


Sebelum Pengkajian : pasien tidak memiliki masalah social di
keluarga maupun masyarakat
Saat Pengkajian : jenis keluarga pasien harmonis, dengan
peran pasien sebagai ibu, hubungan dengan
tetangga baik, dan hubungan dengan pasien
lainnya baik

Masalah keperawatan :-

11) Prestasi dan produktivitas


Sebelum Pengkajian : pasien tidak memiliki prestasi
Saat Pengkajian : pasien tidak dapat bekerja akibat penyakit
yang diderita saat ini
Masalah keperawatan : -
12) Rekreasi
Sebelum Pengkajian : pasien biasa berbincang bincang dengan
keluarga dan tetangga
Saat Pengkajian : pasien hanya terbaring lemah, biasanya
untuk menghilangkan rasa bosan, pasien
berbincang-bincang dengan keluarga dan
pasien yang lainnya
Masalah keperawatan :-

13) Belajar
Sebelum Pengkajian: pasien tidak tamat sekolah
Saat Pengkajian : pasien tidak memahami mengenai
penyakitnya
Masalah keperawatan : defisiensi pengetahuan
14) Ibadah
Sebelum Pengkajian : pasien biasa sembahyang dirumah dan
pasien beragama hindu
Saat Pengkajian : pasien tidak bisa sembahyang karena
penyakitnya

d. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum
a) Kesadaran : compos mentis
b) Bangun Tubuh : kurus
c) Postur Tubuh : tegak
d) Cara Berjalan : pasien berjalan dengan pelan
e) Gerak Motorik : normal
f) Keadaan Kulit
Warna : normal
Turgor : kurang elastis
Kebersihan: kurang bersih
Luka : tidak ada
g) Gejala Kardinal : TD : 180/80 mmhg
N : 78 x/mnt
S : 36,5 oC
RR : 24 x/mnt
h) Ukuran lain : BB : 42 kg

2) Kepala
a) Kulit kepala : kotor
b) Rambut : terdapat uban
c) Nyeri tekan : tidak ada
d) Luka : tidak ada

3) Mata
a) Konjungtiva : merah muda
b) Sklera : putih
c) Kelopak mata : tidak terdapat oedema
d) Pupil : reflek pupil baik
4) Hidung
a) Keadaan : bersih
b) Penciuman : baik
c) Nyeri : tidak ada
d) Luka : tidak ada luka
5) Telinga
a) Keadaan : bersih
b) Nyeri : tidak ada
c) Pendengaran : terganggu
d) Pemeriksaan : tidak terkaji
6) Mulut
a) Mukosa bibir : kering
b) Gusi : tidak berdarah
c) Gigi : tidak lengkap
d) Lidah : kotor
e) Tonsil : normal
7) Leher
a) Inspeksi
Keadaan : distensi vena jugularis
b) Palpasi : tidak ada
8) Thorax
a) Inspeksi
 Bentuk : simetris
 Gerakan dada: retraksi dada
 Payudara : simetris
b) Palpasi
 Pengembangan dada : simetris
 Nyeri tekan: tidak ada
c) Auskultasi
 Suara paru : vesikuler/normal
 Suara jantung : Murmur
9) Abdomen
a) Inspeksi
 Pemeriksaan : tidak ada
 Luka : tidak ada
b) Auskultasi
 Peristaltic usus: 15 x/mnt
c) Palpasi : tidak ada hepatomegali
d) Perkusi :
10) Genetalia
a) Keadaan : tidak terkaji
b) Letak Uretra : tidak terkaji
c) Prosedur invasife : tidak terdapat
11) Anus
Keadaan : tidak terkaji
12) Ekstremitas
a) Ektremitas Atas
pergerakan bebas, tidak ada sianosis pada ujung kuku, CR <
2 detik, tidak terdapat luka dan terapasang infuse IVFD RL
20 tpm pada lengan sebelah kanan.
b) Ektremitas Bawah
pergerakan bebas, tidak teradapat luka, , tidak ada sianosis pada
ujung kuku, CR < 2 detik,
c) Kekuatan Otot
444 444
444 444
e. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium
Analisa gas darah
Hari/Tangga Jenis
No. Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
l/Jam Pemeriksaan Lab

Minggu / 16 PH 7,35-7,45
desember
pCO2 35-45
2018
pO2 70-100
Pukul :
11:52 WITA HCO3- 22-26

TCO2 23-29

BE(B) (-2)-(+2)

SO2c >94

NATRIUM 145 135-145

KALIUM 4,2 3.5-5.0

CHLORIDA 104 95-105

CALSIUM ION 4.6-5.1

1) Pemeriksaan Hematologi
No Hari/tanggal/jam Jenis Hasil Nilai
pemeriksaan pemeriksaan normal
1 Sabtu,15 Lekosit 7.5 4.6-10.2
desember 2018 Eritrosit 4.88 3.80-6.50
Hemoglobin 12.4 11.5-18.0
Hematocrit 37.2 37-54
MCV 76.2 80-100
MCH 25.4 27-32
MCHC 33.3 31-36
RDW-CV 15.5 11.5-14.5
Trombosit 351 150-400
MPV 8.5 7.8-11.0
Differential
Lymp% 21.5 20-40
MID% 7.8 1.7-9.3
Gran% 71 77-100
Lymp# 1.60 0.60-5.20
MID# 0.6 0.10-0.60
Gran# 5 2.0-6.5

2) Pemeriksaan kimia klinik

No Hari/tanggal / Jenis Hasil Nilai


jam pemriksaan pemeriksaan normal
1 Minggu, 16 Ureum 20 10-50
desember 2018 Creatinine 0.50 0,3-0.8
Gula darah
sewaktu 101 80-200

3) Pemeriksaan lain-lain
Hasil EKG : vent rate : 87 bpm
PR Interval : 206 ms
QRS : 100 ms
QT/QTC Interval : 393/477 ms
P/QRS/T Axis : 75/66/73
RV5/SV1 Amplitude : 2.58/2.23 mV
RV5+SV! Amplitude : 4.81 mV
Kesimpulan : irama sinus , RR 88 x/ menit, regular pulmonal, LVH,
VES
Hasil X-ray : cardiomegali, congestive pulmonal, PPOK

s
BAB IV

Pembahasan pada tinjauan teori dan tinjauan kasus antara penerapan teori dengan
praktik secara nyata mulai dari pengkajian asuhan keperawatan, diagnose
keperawatan, perencaaan, implementasi dan evaluasi keperawatan. Pada bab ini
penulis membahas tentang kesenjangan antara teori dengan kasus yang ditemukan
penulis serta solusi untuk mengatasi kesenjangan tersebut.

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan. Dari data
Penurunan curah jantung : pada kasus diatas didapatkan pasien mengeluh
sesak, pasien mengeluh lemas, dan mengeluh nyeri pada uluhati. Dari data
objektif didapatkan TD:180/80x/mnt, Nadi:110 x/mnt, dileher terdapat
jugularis vena perifer, terdapat suara murmur pada pasien. Sedangkan pada
tinjauan teori irama jantung bradikardi atau takikardi. Terjadi edema pada
pasien, terjadi distensi vena jugularis, TD meningkat, nadi melemah, warna
kulit pucat, batuk, sesak, dan lelah, ada berat badan bertambah, dan suara
murmur. Jadi pada tinjauan kasus terdapat kesenjangan dengan tinjauan teori
yaitu data edema, nadi perifer melemah, dan berat badan bertambah.

Intoleransi aktivitas : dari data intoleransi aktivitas pada tinjauan kasus


didapatkan pasien mengeluh lemah, sesak setelah melakukan aktivitas.
Sedangkan pada tinjauan teori didapatkan pasien mengeluh sesak saat
beraktivitas, merasa tidak nyaman, merasa lemah, dan gambaran EKG
menunjukan iskemia. Jadi pada tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
dengan tinjauan teoritis.

Ansietas: dari data ansietas pada tinjauan kasus didapatkan pasien


mengatakan cemas, khawatir terhadap penyakitnya, pasien tampak gelisah,
dan muka pasien tampak pucat. Jadi, pada tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan dengan tinjauan teori.

B. Diagnose

Dalam menyusun diagnose keperawatan penulis menggunakan Nursing


Intervention Clasification sebagai dasar perumusan diagnose keperawatan.
Diagnose yang muncul pada Ny. K dengan gangguan system kardiovaskular
atau CHF.penulis menemukan terdapat tiga diagnose yaitu penurunan curah
jantung, intoleransi aktivitas, dan ansietas. Sedangkan pada tinjauan teori
memunculkan diagnose Penurunan curah jantung , ketidakefektifan pola
nafas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, intoleransi
aktifitas, kelebihan volume cairan, gangguan pertukaran gas, kerusakan
integritas kulit, bersihan jalan nafas tidak efektif dan ansietas

C. Perencanaan
Dalam perencanaan diawali dengan memprioritaskan masalah keperawatan
berdasarkan yang paling keluhkan oleh pasien. Dalam tinjauan kasus,
penurunan curah jantung dijadikan prioritas utama karena jika tidak
ditanggulangi maka akan timbul banyak masalah keperawatan. Adapun
rencana keperawatan yang dibuat dalam tinjauan kasus diantaranya.
a. Monitor kecepatan denyut jantung
b. Monitor TTV pasien
c. Pertahankan lingkungan yang nyaman
d. Sediakanmakanan sedikit tapi sering
e. Sediakan diet jantung yang tepat ( batasi masukan kafein natrium,
kolesterol, dan lemak)

D. Pelaksanaan
Pelaksanaaan merupkan tahap keempat dalam proses keperawatan diamana
dalam pelaksanaannya pada rencana tindakan yang telah dibuat dalam
tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus ini semua rencana tindakan dapat
dilaksanakan karena didukung oleh situasi dan kondisi respon pasien dan
kerjasama yang baik antar tim kesehatan dan pasien sehingga pelaksanaan
tidak dapat menemukan hambatan.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk keberhasilan
tindakan keperawatan serta menyusun tindakan keperawatan. Evaluasi
dilakukan pada tanggal 20 Desember 2018. Dari pelaksanaan tindakan
keperawatan 3x24 jam didapatkan hasil semua rencana tujuan teratasi.

BAB V
PENUTUP

Bab ini akan memuat tentang kesimpulan dan saran, disini penulis akan
menyimpulkan hal-hal yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan
member I saran sesuai dengan kemampuan menulis.

A. Kesimpulan
Data pengkajian yang meliputi masalah kesehatan dan masalah keperawatan pada
Ny. K khususnya masalah medis CHF dengan masalah keperawatan penurunan
curah jantung. Setelah diberikan asuhan keperawatan keluarga dan pasien dapat
mengetahui segala tindakan dan procedural yang diberikan untuk penyakitnya.
Pasien telah memenuhi ………………………………………..
Masalah keperawatan yang dapat diidentifikasi dari data pengkajian milik Ny. K
terdapat beberapa ketidaknormalan, pada akhirnya kami menegakkan tiga
diagnose yaitu : penurunan curah jantung, intoleransi aktivitas, dan ansietas.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi rencana keperawatan penurunan
curah jantung ……………………………………………………..
Hasil proses asuhan keperawatan yang dilakukan adalah
…………………………….
Evaluasi yang kami dapatkan disini adalah pasien dapat memenuhi ……….

B. Saran
Dari proses keperawatan yang telah brlangsung selama 3x24 jam kami mnemukan
beberapa kekeliruan yang akan lebih optimal apabila diperbaiki. Berikut saran
yang dapat kami sampaikan kepada :
Perawat: perawat harus bertindak cepat dalam …………………
Pasien : bagi kami, pasien sudah cukup kooperatif dalam segala tindakan dan
pengobatan yang diberikan untuknya. Oleh karena itu, kami harapkan tetap
dipertahankan kekooperatifan dari pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth . 2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC

Bulechek, Butcher, Dochterman & Wagner. 2016. Nursing Intervention


Classification (NIC). Indonesia.

Bulechek, Butcher, Dochterman & Wagner. 2016. Nursing Outcomes


Classification (NOC). Indonesia.

Mansjoer, A. Kapita Selekta kedokteran. Edisi Ketiga Jilid 1, Media, 2000

Irnizarifka. 2011. Buku Saku Jantung Dasar. Bogor. Penerbit Ghalia Indonesia

McPhee, S. J., & Ganong, W. F . (2010). Patofisiologi penyakit : Pengantar


menuju kedokteran klinis. Jakarta : EGC

Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan NANDA. Jogjakarta : Media Action

Smeltzer, Bare, Buku Ajar keperawatan Medical Bedah, Bruner & Suddart, Edisi
8, Jakarta, EGC, 2011

Suryadipraja, R.M., 2013. Gagal Jantung dan Penatalaksanaannya, dalam


Moehadsjah., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi III. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI

Yancy, clyde W., et al 2013. ACCF/AHA Practice Guideline 2013 ACCF/ AHA
Guidence for the menagement of hearth failure Areport of the
American College of Cardiology Foundation / American Heart
Association Task Force on Practice Guidelines. ACCF/AHA Practice
Guidelines.;128:e240-e327.

Anda mungkin juga menyukai