Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DUKTUS ARTERIOSUS PATEN (PDA)

A. Definisi
Selama kehidupan janin, kebanyakan dari darah arterial pulmonal dialirkan
melalui duktus arteriosus ke dalam aorta. Penutupan fungsional duktus normalnya
terjadi segera sesudah lahir, tetapi jika duktus tetap terbuka ketika tahanan vaskuler
pulmonal turun, darah aorta dialirkan ke dalam arteri pulmonalis. Ujung aorta duktus
tepat sebelah distal keluarnya arteri subklavia dan duktus masuk arteria pulmonalis
pada percabangannya. Penderita wanita melebihi laki-laki dengan perbandingan 2:1.
PDA merupakan sebuah anomali kardiovaskuler konginetal yang paling sering akibat
infeksi rubella ibu selama awal kehamilan. PDA merupakan masalah yang sering
pada unit perawatan intensif neonates, dimana ia mempunyai beberapa sekuele besar
pada bayi premature.
PDA adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang
menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang
menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal
yang bertekanan rendah.
Bila bayi cukup bulan ditemukan menderita PDA, ada defisiensi lapisan
endothelial mukoid maupun media muskuler duktus. Namun, pada bayi premature,
duktus paten biasanya mempunyai susunan anatomi normal: pada bayi ini,
keterbukaan adalah akibat hipoksia dan imaturitas. Dengan demikian PDA yang
menetap sesudah umur beberapa minggu pertama pada bayi cukup bulan jarang
menutup secara spontan, sedang pada bayi premature, jika intervensi farmakologis
atau bedah awal tidak diperlukan, penutupan spontan akan terjadi pada kebanyakan
keadaan. PDA yang harus ada ditemukan pada 10% penderita dengan lesi jantung
konginetal lain. PDA mungkin juga lebih sering pada penderita yang dilahirkan di
daerah yang tinggi (pegunungan).
B. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti,
tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka
kejadian penyakit jantung bawaan :
1. Faktor Prenatal:
• Ibu menderita penyakit infeksi seperti rubella.
• Ibu alkoholisme, peminum obat penenang atau jamu
• Umur ibu lebih dari 35 tahun.
• Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
2. Faktor Genetik:
• Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
• Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
• Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
• Lahir dengan kelainan bawaan yang lain

C. Patofisiologi
Sebagai akibat tekanan aorta yang lebih tinggi, aliran darah melalui duktus
berjalan dari aorta ke arteri pulmonalis. Luasnya shunt tergantung pada ukuran dutus
dan rasio tahanan vaskuler pulmonal dan sistemik. Pada kasus yang ekstrim, 70% dari
curah ventrikel kiri dapat dialirkan melalui duktus ke sirkulasi pulmonal. Jika PDA
kecil tekanan dalam arteri pulmonalis, ventrikel kanan dan atrium kanan normal.
Namun jika PDA besar, tekanan arteri pulmonalis dapat naik ke tingkat sistemik
selama systole dan diastole. Penderita ini sangat beresiko terjadi penyakit vascular
pulmonal jika dibiarkan tidak dioperasi. Ada tekanan nadi yang lebar karena
kebocoran darah ke dalam arteria pulmonalis selama diastole.
Kelainan jantung bawaan pada umumnya dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut:
1. Peningkatan kerja jantung, dengan gejala: kardiomegali, hipertrofi, takhikardia
2. Curah jantung yang rendah, dengan gejala: gangguan pertumbuhan, intoleransi
terhadap aktivitas.
3. Hipertensi pulmonal, dengan gejala: dispnea, takhipnea
4. Penurunan saturasi oksigen arteri, dengan gejala: polisitemia, asidosis, sianosis.

D. Pathway

Duktus arteriosus terbuka


(Malformasi jantung)

Cardiac output menurun

Suplai darah ke lambung ↓ Odema paru Aktivitas meningkat

Gangguan fungsi mukosa Tekanan paru meningkat Kerja jantung


lambung meningkat

Proses difusi O2 + CO2


CO2 sampai turun
Asam lambung terganggu

meningkat
Kelemahan fisik
Gangguan pertukaran gas

Merangsang medulla
Intoleransi aktivitas
spinalis

Daya tahan
Intake nutrisi kurang Resiko infeksi
tubuh menurun

Gangguan pertumbuhan
Ketidakseimbangan nutrisi:
dan perkembangan
kurang dari kebutuhan
tubuh
E. Manifestasi Klinis
 PDA kecil: biasanya asimtomatik dengan tekanan darah dan tekanan nadi dalam
batas jantung tidak membesar. Kadang teraba getaran bising di sela iga II kiri
sternum. Terdapat bising kontinyu (continous murmur, machinery murmur) yang
khas untuk PDA di subklavia kiri
 PDA sedang: gejala biasanya timbul pada usia 2-5 bulan tetapi tidak berat. Pasien
mengalami kesulitan makanan, sering menderita infeksi saluran nafas, namun
biasanya berat badan masih batas normal. Frekuensi nafas sedikit lebih cepat
dibandingkan dengan anak normal. Terdapat getaran bising didaerah sela iga I-II
parasternal kiri dan bising kontinyu di sela iga II-III garis parasternal kiri yang
menjalar ke daerah sekitarnya
 PDA besar: gejala tampak berat sejak minggu-minggu pertama, pasien sulit
makan minum, berat badannya tidak bertambah semestinya, tampak dispnea dan
takipnea dan berkeringat bila minum. Pada pemeriksaan tidak terdapat getaran
bising sistolik dan auskultasi terdengar bising kontinyu atau hanya bising
sistolik. Gagal jantung mungkin terjadi dan biasanya didahului infeksi saluran
nafas bagian bawah.

F. Komplikasi
 Endokarditis
 Obstruksi pembuluh darah pulmonal
 CHF
 Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
 Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau
displasia bronkkopulmoner)
 Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
 Hiperkalemia (penurunan keluaran urin.
 Aritmia
 Gagal tumbuh
G. Pemeriksaan Penunjang
 EKG dapat dijumpai gambaran sebagai berikut:
1. Dalam batas normal (pada duktus kecil)
2. Hipertropi ventrikel kanan dan kiri (pada bayi)
3. Hipertropi ventrikel kiri (pada anak yang lebih besar)
4. Deviasi sumbu ke kanan, hipertropi ventrikel kanan dan kadang-kadang ada
hipertropi atrium kanan (pada tahanan paru yang tinggi)
 Foto thorax dapat dijumpai gambaran sebagai berikut:
1. Jantung dan paru normal pada duktus kecil)
2. Kardiomegali dengan tonjolan pulmonal promien, hipertropi atrium kiri,
aorta asenden membesar, corak pembuluh darah paru berambah pada duktus
sedang/ besar dengan tahanan paru normal)
3. Besar jantung normal atau sedikit mebesar, hipertropi ventrikel kanan dan
kiri, pembesaran arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya (pada duktus lebar
dengan tahanan paru meninggi
 Ekokardiografi, bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada
abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar. sangat
menentukan dalam diagnosis anatomik.
 Kateterisasi jantung untuk menentukan resistensi vaskuler paru.

H. Penatalaksanaan
Tanpa memandang umur, penderita dengan PDA memerlukan penutupan dengan
pembedahan. Pada penderita dengan PDA kecil, kebijaksanaan untuk menutup adalah
mencegah komplikasi lambat lain. Pada penderita PDA sedang sampai besar,
penutupan diselesaikan untuk menangani gagal jantung kongestif atau mencegah
terjadinya penyakit vaskuler pulmonal. Bila diagnosis PDA ditegakkan, penanganan
bedah jangan terlalu ditunda sesduah terapi medic gagal jantung kongestif telah
dilakukan dengan cukup.
Karena angka kematian kasus dengan penanganan bedah sangat kecil kurang dari
1% dan risiko tanpa pembedahan lebih besar, pengikatan dan pemotongan duktus
terindikasi pada penderita yang tidak bergejala. Lebih disukai sebelum umur 1 tahun.
Hipertensi pulmonal bukan merupakan kontraindikasi untuk operasi pada setiap umur
jika dapat diperagakan pada kateterisasi jantung bahwa aliran darah shunt masih
dominan dari kiri ke kanan dan bahwa tidak ada penyakir vaskuler pulmonal yang
berat
Sesudah penutupan, gejala-gejala gagal jantung yang jelas atau yang baru dengan
cepat menghilang. Biasanya ada perbaikan segera pada perkembangan fisik bayi yang
telah gagal tumbuh. Nadi dan tekanan darah kembali normal dan bising seperti mesin
menghilang.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA DUKTUS ARTERIOSUS PATEN (PDA)

A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas ( Data Biografi)
PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup
pada 24 jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara anatomic menutup
dalam 4 minggu pertama. PDA ( Patent Ductus Arteriosus) lebih sering insidens
pada bayi perempuan 2 x lebih banyak dari bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi
prematur diperkirakan sebesar 15 %. PDA juga bisa diturunkan secara genetik
dari orang tua yang menderita jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan
kromosom.
b. Keluhan Utama
Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda respiratory
distress, dispnea, tacipnea, hipertropi ventrikel kiri, retraksi dada dan
hiposekmia.
d. Riwayat penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu menderita infeksi dari
rubella.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
PDA karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang
menderita penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
f. Riwayat Psikososial
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana perilaku anak
terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, perkembangan anak, koping
yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping
keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.

Pemeriksaan Fisik (ROS : Review of System)


1. Pernafasan B1 (Breath)
Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan (marchinery murmur),adanyan
otot bantu nafas saat inspirasi, retraksi.
2. Kardiovaskuler B2 ( Blood)
Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah
sistolik, edema tungkai, clubbing finger, sianosis.
3. Persyarafan B3 ( Brain)
Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.
4. Perkemihan B4 (Bladder)
Produksi urin menurun (oliguria).
5. Pencernaan B5 (Bowel)
Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis.
6. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malforasi jantung
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunya status kesehatan

C. Intervensi Keperawatan
1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
Tujuan : Mempertahankan curah jantung yang adekuat
Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
Intervensi Rasional
Mandiri Mandiri
Observasi kualitas dan kekuatan denyut Permulaan gangguan pada jantung akan
jantung, nadi perifer, warna dan ada perubahan tanda-tanda vital,
kehangatan kulit. semuanya harus cepat dideteksi untuk
Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, penanganan lebih lanjut.
membran mukosa, clubbing). Pucat menunjukkan adanya penurunan
Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, perfusi sekunder terhadap ketidak
takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, adekuatan curah jantung, vasokonstriksi
periorbital edema, oliguria, dan dan anemia.
hepatomegali). Deteksi dini untuk mengetahui adanya
gagal jantung kongestif.
Kolaborasi Kolaborasi
Pemberian digoxin sesuai order, dengan Obat ini dapat mencegah semakin
menggunakan teknik pencegahan bahaya memburuknya keadaan klien.
toksisitas. Obat anti afterload mencegah terjadinya
Berikan pengobatan untuk menurunkan vasokonstriksi.
afterload. Diuretik bertujuan untuk menurunkan
Berikan diuretik sesuai indikasi. volume plasma dan menurunkan retensi
cairan di jaringan sehingga menurunkan
risiko terjadinya edema paru.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan
dan meningkatnya kebutuhan kalori.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali dan
status nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
a. Status nutrisi terpenuhi
b. Nafsu makan klien timbul kembali
c. Berat badan normal
d. Jumlah Hb dan albumin normal
Intervensi Rasional
Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi Mengetahui kekurangan nutrisi klien.
klien. Mengetahui perkembangan pemenuhan
Mencatat intake dan output makanan nutrisi klien.
klien. Ahli gizi adalah spesialisasi dalam ilmu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk gizi yang membantu klien memilih
membantu memilih makanan yang dapat makanan sesuai dengan keadaan sakitnya,
memenuhi kebutuhan gizi selama sakit. usia, tinggi, berat badannya.
Manganjurkn makan sedikit- sedikit Dengan sedikit tapi sering mengurangi
tapi sering. penekanan yang berlebihan pada lambung.

3. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan.


Tujuan : Mencegah resiko infeksi
Kriteria hasil : Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
Intervensi Rasional
Pantau tanda-tanda vital. Jika ada peningkatan tanda-tanda vital
Lakukan perawatan terhadap prosedur besar kemungkinan adanya gejala infeksi
inpasif seperti infus, kateter, drainase karena tubuh berusaha intuk melawan
luka, dll. mikroorganisme asing yang masuk maka
Jika ditemukan tanda infeksi terjadi peningkatan tanda vital.
kolaborasi untuk pemeriksaan darah, Penurunan Hb dan peningkatan jumlah
seperti Hb dan leukosit. leukosit dari normal membuktikan adanya
Kolaborasi untuk pemberian antibiotik, tanda-tanda infeksi.
Antibiotik mencegah perkembangan
mikroorganisme patogen.

A
Daftar Pustaka

Bets & Sowden. 2002. Keperawatan Pediatrik Edisi 3. EGC: Jakarta


Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. EGC: Jakarta
Behrman, Richard., Kliegman, Robert. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.2.
EGC: Jakarta
Heardman, T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017 Edisi 10. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai