3. Urea Clearance
Urea adalah produk limbah yang diciptakan oleh metabolisme protein dan diekskresikan
dalam urin. Urea Clearance mengukur fungsi glomeruli, karena ureum difiltrasi melalui
glomeruli itu. Tetapi urea clearance tidak boleh dipandang sama dengan nilai glomerular
filtration rate (GFR), karena sebagian dari ureum itu di dalam tubuli mendifusi kembali ke
dalam darah. Banyaknya ureum yang mendifusi lagi itu ditentukan oleh diuresis. Tes urea ini
memerlukan sampel darah untuk mengukur jumlah urea dalam aliran darah dan dua spesimen
urine, dikumpulkan satu jam terpisah, untuk menentukan jumlah urea yang disaring, atau
dibersihkan, oleh ginjal ke dalam urin.
Pra Anallitik:
Kira-kira setengah jam sebelum percobaan dimulai, penderita disuruh minum air 400-500 mL
sampai habis. Penderita mengosongkan kandung kencingnya habis-habisan, misal pukul P
dicatat waktunya tepat dengan menit ketika urin mulai ditampung. 1 jam kemudian diambil
darah vena penderita. 1 jam lagi yaitu P jam + 120 menit, penderita mengosongkan kandung
kecingnya lagi untuk disimpan dan catat tepat dengan menit. Ukur tinggi dan berat badan.
Volume urin yang dikeluarkan selama 2 jam ditentukan volumenya.
Analitik:
Dilakukan perhitungan diuresis urin dengan satuan cc/ menit, dilakukan pemeriksaan kadar
ureum pada serum dan urin dengan metode kolorimetrik enzimatik (berthelot). Lalu
dilakukan perhitungan urea clearance dengan rumus:
= U x V x f bila diuresis > 2 mL/menit, U x √V x f bila diuresis < 2 mL/menit
B B
Dengan:
U = kadar ureum urin (mg/dL)
V = diuresis per menit (cc/menit)
B = kadar ureum serum (mg/dL)
f = faktor hubungan antara berat badan dan tinggi badan
hasil juga dikalikan faktor pengenceran jika kadar melebihi batas linearitas. Satuan urea
clearance yaitu ml/menit atau ada juga yang lebih lazim dipakai yaitu dengan %. Apabila
didapatkan diuresis 2 ml/menit atau lebih, maka nilai urea clearance dibandingkan dengan 75
ml/menit yang dianggap 100%, bilamana diuresis kurang dari 2 ml/menit nilai clearance
dibandingkan dengan 54 ml/menit yang dianggap 100% pula.
Pasca Analitik: Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, pencantuman nilai
rujukan, PMI, PME, Audit, verifikasi dan validasi hasil pemeriksaan.
Nilai Normal:
Kadar ureum normal umunya adalah 10- 40 mg/dL, dan dalam urin kadar normalnya adalah
26-43 g/24 jam. Nilai normal urea clearance berkisar antara 70-110 %, nilai normal itu
sebenarnya diperhitungkan untuk seorang yang mempunyai luasn badan 1,73 m2. Jika luas
badan seseorang tidak mendekati nilai itu, maka harus diadakan koreksi atas berat badan dan
tinggi badan.
Interference Factor:
Uji urea clearance dipengaruhi oleh usia, berat badan, tinggi badan, katabolisme protein,
kebakaran, infark miokard, asupan makanan, kehamilan, gangguan hati, masa pertumbuhan
Selain itu juga dipengaruhi oleh persiapan atau riwayat pasien, dan pengolahan sampel. Jika
kadar ureum melebihi batas linearitas, maka harus diencerkan.
4. Tes Osmolalitas
Tes urine osmolalitas . Osmolalitas urin adalah pengukuran jumlah partikel terlarut dalam
urin. Ini adalah pengukuran yang lebih tepat daripada berat jenis untuk mengevaluasi
kemampuan ginjal untuk berkonsentrasi atau encer urin. Ginjal yang berfungsi normal akan
mengeluarkan lebih banyak air ke dalam urin sebagai asupan cairan meningkat, menipiskan
urin. Jika asupan cairan menurun, ginjal mengekskresikan sedikit air dan urin menjadi lebih
pekat.
Pra Analitik: Tes ini dapat dilakukan pada sampel urin yang dikumpulkan hal pertama di
pagi hari, pada beberapa sampel waktunya, atau pada sampel kumulatif yang dikumpulkan
selama dua puluh empat jam. Pasien biasanya akan diresepkan diet tinggi protein selama
beberapa hari sebelum tes dan diminta untuk tidak minum cairan malam sebelum ujian.
Analitik: dilakukan pengujian terhadap sampel urin yang telah dikumpulkan dengan metode
yang tepat.
Pasca Analitik: Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, pencantuman nilai
rujukan, PMI, PME, Audit, verifikasi dan validasi hasil pemeriksaan.
5. Uji Protein Urin
Ginjal yang sehat menyaring semua protein dari aliran darah dan kemudian menyerap
kembali mereka, sehingga tidak ada protein, atau hanya sedikit jumlah protein, ke dalam urin.
Kehadiran terus-menerus dari sejumlah besar protein dalam urin, maka merupakan indikator
penting dari penyakit ginjal. Sebuah tes skrining positif untuk protein ( termasuk dalam urine
rutin ) pada sampel urin acak biasanya ditindaklanjuti dengan tes pada sampel urin 24 - jam
yang lebih tepat mengukur kuantitas protein.
Pra Analitik: Pada tahap ini dilakukan pengumpulan specimen urin 24 jam. Supernatan urin
yang telah disentrifuge 1500- 2000 rpm, 5’ digunakan untuk pemeriksaan protein secara
manual.
Analitik: Dilakukan pemeriksaan urin metode Bang.
Pra Analitik: Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, pencantuman nilai rujukan,
PMI, PME, Audit, verifikasi dan validasi hasil pemeriksaan.
Nilai normal: Urin acak : negatif (≤15 mg/dl) dan Urin 24 jam : 25 – 150 mg/24 jam.
Interference Factor: Reaksi positif palsu mungkin disebabkan oleh albumin dan globulin.
Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh hematuria, tingginya substansi molekular, infus
polivinilpirolidon (pengganti darah), obat (lihat pengaruh obat), pencemaran urine oleh
senyawa ammonium kuaterner (pembersih kulit, klorheksidin), urine yang sangat basa (pH >
8). Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh urine yang sangat encer, urine sangat asam (pH
di bawah 3)
6. Blood Urea Nitrogen
Tes darah urea nitrogen ( BUN ) . Urea adalah produk sampingan dari metabolisme
protein . Produk limbah ini terbentuk dalam hati , kemudian disaring dari darah dan
diekskresikan dalam urin oleh ginjal . The BUN tes mengukur jumlah nitrogen yang
terkandung dalam urea . Tingkat BUN yang tinggi dapat mengindikasikan disfungsi ginjal ,
tetapi karena nitrogen urea darah juga dipengaruhi oleh asupan protein dan fungsi hati , tes ini
biasanya dilakukan bersamaan dengan kreatinin darah , indikator yang lebih spesifik fungsi
ginjal.
Pra Analitik: Dilakukan pengambilan specimen darah pada pasien. Lalu dilakukan
pengolahan sampel untuk mendapatkan sampel serum. Untuk mengukur kadar ureum
diperlukan sampel serum atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5 ml darah vena pada tabung
bertutup merah atau bertutup hijau (heparin), hindari hemolisis. Centrifus darah kemudian
pisahkan serum/plasma-nya untuk diperiksa. Penderita dianjurkan untuk puasa terlebih dulu
selama 8 jam sebelum pengambilan sampel darah untuk mengurangi pengaruh diet terhadap
hasil laboratorium. Urea stabil 24 jam pada suhu kamar, beberapa hari pada suhu 2-8◦C, 2-3
bulan jika dibekukan.
Analitik: Kadar ureum (BUN) diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer
atau analyzer kimiawi. Pengukuran berdasarkan atas reaksi enzimatik dengan diasetil
monoksim yang memanfaatkan enzim urease yang sangat spesifik terhadap urea. Konsentrasi
urea umumnya dinyatakan sebagai kandungan nitrogen molekul, yaitu nitrogen urea darah
(blood urea nitrogen, BUN). Namun di beberapa negara, konsentrasi ureum dinyatakan
sebagai berat urea total. Nitrogen menyumbang 28/60 dari berat total urea, sehingga
konsentrasi urea dapat dihitung dengan mengalikan konsentrasi BUN dengan 60/28 atau 2,14.
Pasca Analitik: Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, pencantuman nilai
rujukan, PMI, PME, Audit, verifikasi dan validasi hasil pemeriksaan.
Nilai Normal:
Dewasa : 5 – 25 mg/dl
Anak : 5 – 20 mg/dl
Bayi : 5 – 15 mg/dl
Lansia : kadar sedikit lebih tinggi daripada dewasa.
Interference Factor:
Uji urea clearance dipengaruhi oleh asupan protein, fungsi hati, katabolisme protein,
kebakaran, infark miokard, asupan makanan, kehamilan, gangguan hati, masa pertumbuhan,
dehidrasi, konsumsi obat-obatan dan asupan nutrisi. Selain itu juga dipengaruhi oleh
persiapan atau riwayat pasien, dan pengolahan sampel.