RSUD AJIBARANG
Oleh:
dr.Coraega
dr. Tessa Septian Anugrah
dr. Nurul
Pendamping:
dr. Rizki
1. Subjektif :
Pasien datang dengan keluhan satu hari sebelum masuk rumah sakit saat bangun di pagi
hari pasien mengeluh keempat anggota geraknya menjadi lemah dan terasa berat bila
digerakkan, pada awalnya pasien mengeluh badannya terasa pegal-pegal, dan lama
kelamaan kemudian mulai terasa lemas terutama bagian bahu yang menjalar ke lengan
dan jari-jari tangan, hal tersebut terjadi bersamaan pada tungkai pasien. Kelemahan
dirasakan semakin berat hingga kesulitan untuk bangun dari tidurnya hingga perlu
digotong oleh orang lain. Keluhan tidak disertai pandangan gelap, rasa baal atau
kesemutan, bicara pelo, mulut mencong, dan makan menjadi tersedak.
Keluhan diawali, diare, muntah-muntah, tetapi menyangkal adanya demam, sakit kepala,
berdebar, batuk pilek dalam 1 bulan terakhir, aktivitas berat, maupun makan tinggi
karbohidrat sebelumnya. Riwayat minum obat-obatan rutin disangkal.
2. Objektif :
Dari hasil pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis Periodik Paralisis Hipokalemia
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : E4V5M6 = GCS : 15 = Compos mentis
Tanda – tanda vital:
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
Nadi : 76 x/menit
Suhu : 36,5◦C
STATUS GENERALIS
Kepala : Normocephal, tidak terdapat bekas luka, distribusi rambut merata
Mata : Mata simetris, pupil isokor, Si -/-, Ca -/-
Hidung : Bentuk hidung normal, tidak ada deviasi septum, secret -/-
Mulut : Bentuk bibir dan mukosa normal, tidak ada hipersaliva, uvula dan tonsil
tidak terlihat karena pasien kesulitan menggerakan lidahnya
Telinga : Bentuk simetris, aurikula normal, serumen -/-, hiperemis -/-
Leher : Kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening tak teraba membesar,
tekanan vena jugularis tidak meningkat
Thoraks
Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
• Perkusi : Batas jantung kanan atas : SIC II LPSD
• Kiri atas : SIC II LPSS
• Kanan bawah : SIC IV LPSD
• Kiri bawah : SIC V LMCS
• Auskultasi : S1 > S2, regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
• Inspeksi : Dada simetris, ketinggalan gerak (-/-), retraksi (-)
• Palpasi : Ketinggalan gerak (-/-)
• Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
• Auskultasi : SD vesikular, Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen : Supel, datar, nyeri tekan (-), timpani, hepar dan spleen tidak teraba, BU + normal
Ekstremitas : Akral hangat, tidak terdapat edema di keempat ekstremitas, CRT < 2 detik
STATUS NEUROLOGIS
Kekuatan otot
Ekstremitas atas : 4444/ 4444
Ekstremitas bawah : 3333 / 3333
Tonus
Ekstremitas atas : normotonus/normotonus
Ekstremitas bawah : normotonus/normotonus
Klonus :
Patella : tidak ada kelainan
Achilles : tidak ada kelainan
Trofi
Ekstremitas atas : eutrofi / eutrofi
Ekstremitas bawah : eutrofi / eutrofi
Refleks Fisiologis
Biceps : +1/+1
Triceps : +1/+1
Patella : +1/+1
Achilles : +1/+1
Refleks Patologis
Hoffman – Tromnner : -/-
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Schaefer : -/-
Gordon : -/-
Oppenheim : -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG : Sinus rythm,
Depressed ST Segment, Diphasic T wave, Prominent u wave
Pada kasus ini diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang (ekg) sangat mendukung diagnosis Periodik Paralisis
Hipokalemia. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan penemuan:
Tetraparese
Refleks fisiologis menurun
EKG : Sinus rythm,
Depressed ST Segment, Diphasic T wave, Prominent u wave
3. Assessment :
Seorang wanita berumur 20 tahun datang ke IGD RSUD Ajibarang dengan keluhan satu
hari sebelum masuk rumah sakit saat bangun di pagi hari pasien mengeluh keempat
anggota geraknya menjadi lemah dan terasa berat bila digerakkan, pada awalnya pasien
mengeluh badannya terasa pegal-pegal, dan lama kelamaan kemudian mulai terasa lemas
terutama bagian bahu yang menjalar ke lengan dan jari-jari tangan, hal tersebut terjadi
bersamaan pada tungkai pasien. Kelemahan dirasakan semakin berat hingga kesulitan
untuk bangun dari tidurnya hingga perlu digotong oleh orang lain. Keluhan tidak disertai
pandangan gelap, rasa baal atau kesemutan, bicara pelo, mulut mencong, dan makan
menjadi tersedak.
Keluhan diawali, diare, muntah-muntah, tapi menyangkal adanya demam, sakit kepala,
berdebar, batuk pilek dalam 1 bulan terakhir, aktivitas berat, maupun makan tinggi
karbohidrat sebelumnya. Riwayat minum obat-obatan rutin disangkal.
Penyakit serupa sebelumnya pernah dirasakan pada pada 1 tahun yang lalu dikatakan
pasien dirawat kemudian pasien diberi cairan lewat infus dan keesokkannya pasien sudah
dapat menggerakkan anggota geraknya lagi. Riwayat penyakit darah tinggi, penyakit
kencing manis, asma, alergi, maupun maag disangkal.
Pola makan sehari-hari menurut istrinya, pasien mengkonsumsi makanan yang tinggi
garam seperti mie bakso yang dijual dipinggir jalan berikut mie instan frekuensinya
sekitar 3-4 kali per minggu. Makanan sehari-hari yang dimasak di rumah pasien juga
tinggi akan garam.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis,
tanda vital tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi : 76 x/menit regular isi cukup, respirasi :
20 kali/menit, suhu : 36,50C. Status generalis, kepala : normocephalus, mata :
konjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Leher : kelenjar tiroid dan kelenjar getah
bening tak teraba membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat. Thoraks : bentuk
dan gerak simetris , paru-paru : suara nafas vesikular kiri = kanan, tidak ditemukan
rhonki maupun wheezing. Bunyi jantung murni reguler, murmur dan gallop tidak ada.
Abdomen : datar lemas, bising usus positif normal. Ekstremitas : akral hangat perfusi
cukup. Status neurologi : Skala Koma Glasgow : E4M6V5= 15; pupil : bulat isokor,
diameter 3mm/3mm, refleks cahaya langsung dan tak langsung +/+ ; tanda rangsang
meningeal : kaku kuduk tidak ada, saraf kranial tidak ditemukan kelumpuhan; Motorik :
kekuatan ekstremitas atas 4444|4444, ekstremitas bawah 3333|3333, eutrofi, normotonus,
refleks fisiologis BTR +1/+1, KPR dan APR +1/+1, tidak ditemukan refleks patologis.
Dari hasil pemeriksaan fisik, penderita diduga mengalami kelainan periodik paralisis
hipokalemia. Setiap kali serangan kadar kaliumnya cukup rendah, sayangnya pasien
tidak pernah memeriksakan diri di luar serangan. Diagnosa kelainan hipokalemik
periodik paralisis ditegakkan berdasarkan kadar kalium darah yang rendah (kurang dari
3,5 mmol/L) pada waktu serangan, riwayat mengalami episode flaccid paralysis dengan
pemeriksaan lain dalam batas normal. Paralisis yang terjadi pada penyakit ini umumnya
berlokasi di bahu dan panggul meliputi juga tangan dan kaki, bersifat intermiten,
serangan biasanya berakhir sebelum 24 jam. Pada pasien ini murni flaccid paralysis
dengan hipokalemia dan akan sembuh atau remisi sendiri 5–6 jam kemudian, dengan
pemberian kalium. Tidak terdapat kelainan pada otot pernafasan.
Suatu keadaan hipokalemia dapat mengganggu kerja dari organ lain, terutama sekali
jantung yang banyak sekali mengandung otot dan berpengaruh terhadap perubahan kadar
kalium serum. Perubahan kerja jantung ini dapat kita deteksi dari pemeriksaan
elektrokardiogram (EKG). Pada pasien ini terjadi erubahan pada EKG berupa depressed
ST segment, diphasic T wave, prominent u wave.
Pengobatan yang dianjurkan adalah pemberian kalium per oral, jika keadaan berat
mungkin dibutuhkan pemberian kalium intravena. Penderita mendapat pengobatan
pencegahan dengan menghindari faktor-faktor pencetus dan pemberian preparat kalium
peroral. Penatalaksanaan yang telah diberikan adalah pemberian infus RL+ Farbion 1
ampul/drips dan pemberian KSR 1 tablet 3 kali sehari. Pada kasus ini penatalaksanaan
hanya bersifat simtomatis, karena keluhan paralisis hipokalemi akan hilang dengan
sendirinya dalam 5-6 jam meskipun tanpa pengobatan. Prognosa pada penyakit ini dapat
menjadi lebih baik dengan penanganan yang tepat dan menghindari faktor pencetus pada
penyakit ini.
4. Plan :
Diagnosis : Periodik Paralisis Hipokalemia
Penatalaksanaan :
Istirahat total
Diet: Diet pada penderita periodik paralisis hipokalemia diperlukan yaitu diet rendah
karbohidrat dan mengurangi konsumsi makanan yang mengandung MSG.
Konsumsi makanan dan buah-buahan yang mengandung tinggi kalsium seperti
pisang, jeruk, kacang kedelai, ikan salmon, dan sebagainya.
Infus RL 20 tpm
Farbion drips 1A/kolf
KSR 1 tablet 3 kali sehari
Edukasi keluarga :
1. Memberitahu keluarga bahwa penyakit ini membutuhkan istirahat total
2. Menjaga pola makan pasien dengan diet rendah karbohidrat, serta menghindari
konsumsi makanan mengandung MSG sudah dapat mencegah atau mengurangi
terjadinya serangan periaodik paralisis hipokalemia.
3. Edukasi mengenai cara mencegah terjadinya periodik paralisis hipokalemia berulang
dengan mengkonsumsi makanan dan buah-buahan yang mengandung tinggi kalsium.
Mengetahui