OLEH
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. N DENGAN SKIZOFRENIA DI RUANG
DELIMA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SULAWESI TENGGGARA
Jurusan Keperawatan
OLEH
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Wa Ode Mu’rifah Razak
2. Tempat Tanggal Lahir : Usuku 19 Oktober 1976
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Kebangsaan : Buton/ Indonesia
6. Alamat : Desa Kota Bangun Kec. Rano Meeto
II. PENDIDIKAN
1. SD Negeri 1 Bokori tamat tahun 1988.
2. MTSN 1 Kendari tamat tahun 1991
3. SPK PPNI Kendari tamat tahun1995
4. SPK-SJ Negeri Makassar tamat tahun 2000
5. POLTEKES Kemenkes Kendari Program RPR 2017 - 2018
v
MOTTO
semua umur
umumnya.
Amiiiin ………!!!
vi
ABSTRAK
Desain peneitian yaitu dengan studi kasus, subjek penelitian Ny. N dengan
diagnosa medis skizofrenia masalah keperawatan konfulsi akut. Metode
pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik
dengan memfokuskan intervesi pada manajemen halusinasi.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga Penulis mampu menyelesaikan karya tulis yang
berjudul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. N DENGAN SKIZOFRENIA
DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SULAWESI TENGGGARA.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih
bayak kekurangan dan kekeliruan yang disebabkan keterbatasan penulis, baik
dari segi pengetahuan, tenaga, waktu dan materi. Oleh karena itu saran,
pendapat dan kritik yang sifatnya membangun kearah yang lebih baik sangat
dibutuhkan.
Berbagai kesulitan dan hambatan dalam penyusunan karya tulis ilmiah
penulis dapatkan, namun dengan bantuan dan bimbingan dari Ibu DEWI SARTIYA
RINI, M. Kep, Sp. KMB selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan
pikirannya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga penulis bias
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dsampai pada ujian nanti.
Dengan selesainya karya tulis ilmiiah ini penulis ingin menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Askrening. SKM, M.Kes, Selaku Direktur Poltekes Kemenkes Kendari.
2. Indriona Hadi. S.Kep, Ns, M.Kes. Selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekes
Kemenkes Kendari.
3. Tim Penguji. 1. Fitri Wijayati. S. Kep. Ns. Kep., 2. Nurfantri. S.Kep, Ns,MSc., 3.
Rusna Tahir. M. Kep., Ns., M.Kep
4. Seluruh Dosen dan staf Poltekes Kemenkes Kendari.
5. dr. H. Abd. Razak. S. Ked. M. Kes. Selaku Direktur Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Sulawesi Tenggara
viii
6. Ibu, suami, anak dan saudara yang telah membantu dan mensuport penulis
untuk menyelesaikan pendidikan dan karya tulis ini.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN ................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vi
KATA PENGANTAR.................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 4
D. Manfaat Studi Kasus ................................................................ 5
E. Metode Penulisan ...................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 6
BAB II. TINJAUAN TEORITIS ............................................................... 8
A. Konsep Dasar ........................................................................... 8
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pasien Halusinasi
Penglihatan ................................................................................. 21
BAB III. TINJAUAN KASUS ................................................................... 28
A. Identitas Klien ........................................................................... 28
B. Daftar Masalah Keperawatan ................................................. 44
C. Analisa Data .............................................................................. 45
D. Diagnosa Keperawatandan Interpensi .................................... 46
E. Implementasi dan Evaluasi ..................................................... 54
BAB IV. PEMBAHASAN ........................................................................... 57
BAB V. PENUTUP .................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 66
LAMPIRAN ……………………………………………………………….. 67
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel . Gejala pencetusrRespon neuro geologis stuar & laraia (2005) .......... 10
xi
Lampiran :
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
juta orang menderita gangguan jiwa. Ini merupakan sesuatu yang sangat
serius dan World Bank menyimpulkan bahwa saat ini gangguan jiwa
dapat mengakibatkan penurunan produktivitas sampai dengan 8,5 %.
Gangguan jiwa menempati urutan kedua setelah penyakit infeksi dan
prevalensi kejadiannya sebesar 11,5 % ( Depkes RI, 2014).
B. Rumusan masalah
Dalam asuhan keperawatan ini, penyusun membatasi ruang
lingkup bahasan dalam pelaksanaan studi kasus yaitu Asuhan Keperawatan
Jiwa pada pasien Ny. N dengan skizofrenia di ruang delima Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara secara komprehensif pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi implementasi dan evaluasi.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum studi kasus.
Penulis mampu melakukan Asuhan Keperawatan Jiwa secara
komprehensif pada pasien Ny. N dengan skizofrenia di ruang delima
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara2.
2. Tujuan Khusus studi kasus.
a. mampu melakukan pengkajian pada pasien Ny.n dengan
skizofrenia di ruang delima Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Sulawesi Tenggara.
E. Metode penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar.
1. Pengertian
Skizofrenia (Schizophrenia) adalah gangguan yang terjadi pada fungsi
otak yang mempengaruhi persepsi pasien, cara berfikir, bahasa, emosi
dan perilaku sosialnya (neurogical disease that affects a person’s
perfection thingking, language, emotion, and social behavior): (Yosep,
2009).
Menurut Maramis (1998) dalam Muhith ( 2015), skizofrenia
merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien gangguan
jiwa. Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang
dialami seperti suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksternal
(persepsi palsu). Halusinasi pendengaran adalah gangguan stimulus
dimana mendengar suara-suara terutama suara orang, biasanya pasien
mendengar suara orang yang sedang membicarakan Apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu (Prabowo,
2014).
2. Etiologi
a. Faktor predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres.
Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya, mengenai faktor
perkembangan sosial kultural, biokimia psikologis dan genetik Iya itu
faktor resiko mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres (Damayanti, 2012)
9
1) Faktor perkembangan.
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu maka individu akan mengalami stres
dan kecemasan.
2) Faktor sosiokultural.
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang
merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat
klien dibesarkan.
3) Faktor biokimia.
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Dengan adanya stres yang berlebihan dialami seseorang maka
di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neuro kimia seperti buffofenon dan
Dimetytranferase (DMP).\
4) Faktor psikologis.
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis Serta adanya
peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak
akan mengakibatkan stres dan kecemasan yang tinggi dan
berakhir dengan gangguan orientasi realitas.
5) Faktor genetik.
Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui
,tetapi Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada
penyakit ini. (Yosep, 2009 dan Prabowo, 2014).
b. Faktor presipitasi.
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan ancaman / tuntutan yang memerlukan energi ekstra
untuk koping. Adanya rangsangan lingkungan yang sering yaitu
seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama Diajak
komunikasi, jadi yang ada di lingkungan juga suasana sepi / isolasi
adalah sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut
10
Tabel 1. Gejala pencetus respon neurobiologis Stuar & Laraia (2005) dalam
Muhith (2015).
3. Jenis-jenis halusinasi
a. Halusinasi pendengaran.
Meliputi mendengar suara-suara paling sering adalah suara
orang, berbicara kepada klien / membicarakan klien. Mungkin satu /
banyak suara, dapat berupa suara orang yang dikenal / tidak dikenal.
Nasib pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling sering
terjadi. Halusinasi perintah adalah suara-suara yang menyuruh klien
untuk mengambil tindakan, seringkali membahayakan diri / orang lain
yang dianggap berbahaya.
b. Halusinasi penglihatan.
Mencakup melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada sama
sekali, misalnya cahaya / orang yang sudah meninggal, / mungkin
sesuatu yang bentuknya menakutkan, misalnya melihat monster.
Halusinasi ini merupakan jenis halusinasi yang kedua yang paling
sering terjadi.
c. Halusinasi penghidu ( penciuman).
Meliputi mencium aroma / bau padahal tidak ada. Bau tersebut
dapat berupa file tertentu seperti urine / feses / bau yang sifatnya lebih
umum misalnya bau busuk / bau yang tidak sedap. Jenis halusinasi ini
seringkali ditemukan pada klien demensia, kejang dan stroke.
d. Halusinasi taktil (peraban).
Mengacu pada sensasi seperti aliran listrik yang menjalar ke
seluruh tubuh / binatang kecil yang merayap di kulit. Halusinasi taktil
paling sering ditemukan pada klien yang mengalami putus alkohol.
12
e. Halusinasi pengecapan.
Mencakup rasa yang tetap ada dalam mulut, / perasaan bahwa
masakan Terasa seperti sesuatu yang lain. Rasa tersebut dapat berupa
rasa logam / pahit / mungkin seperti rasa tertentu.
f. Halusinasi kinestetik.
Halusinasi kinestetik adalah kondisi merasa badan bergerk dalam
subuah ruang atau anggota badannya bergerak.
4. Fase-fase halusinasi
Rentang repon halusinasi dapat dilihat pada gambar ddi halaman berikut
ini.
a. Pikiran logis : Yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
b. Persepsi akurat : Iya itu proses diterimanya rangsang melalui panca
indra yang didahului oleh perhatian ( attention) sehingga individu
sadar tentang sesuatu yang ada di dalam maupun di luar dirinya.
c. Emosi konsisten : manifestasi perasaan yang konsisten / efek keluar
disertai banyak komponen fisiologi dan biasanya berlangsung tidak
lama.
15
6. Gambaran klinik
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan keadaan nyata dan tidak nyata.
Menurut Stuart dan Laraia (2005) dalam Muhith (2015) mencoba
memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan
seorang individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar unsur-
16
a. Isi halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar,
apa yang dikatakan suara itu, jika halusinasi auditorik. Apa
bentuk bayangan yang dilihat oleh klien, jika halusinasi visual,
Bau apa yang tercium jika halusinasi penghidu rasa apa yang
dikecap jika halusinasi pengecapan, dan Apa yang dirasakan
dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.
b. Waktu dan frekuensi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien Kapan
pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu /
sebulan pengalaman halusinasi itu muncul. Informasi ini
sangat penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dan
menentukan bilamana klien perlu perhatian saat mengalami
halusinasi
c. Situasi munculnya halusinasi.
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum
halusinasi muncul. Selain itu perawat juga bisa mengobservasi
apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi untuk
meng validasi pernyataan klien.
d. Respon klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah
mempengaruhi klien bisa dikaji dengan apa yang dilakukan
oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah
kalian masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya / sudah
tidak berdaya terhadap halusinasinya.
20
b. Keluhan utama
Keluhan utama Biasanya berupa bicara sendiri, tertawa sendiri,
senyum sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara, menarik diri dari
orang lain, tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata,
ekspresi muka tegang mudah tersinggung, jengkel dan marah
ketakutan biasa terdapat disorientasi waktu tempat dan orang, tidak
dapat mengurus diri dan tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
c. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis
dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk
mengatasi stres. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya,
mengenai faktor perkembangan sosial kultural, biokimia psikologis
dan genetik yaitu faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk
mengatasi stres.
1) Faktor perkembangan ; biasanya tugas perkembangan
mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu
maka individu akan mengalami stres dan kecemasan.
2) Faktor sosiokultural ; berbagai faktor di masyarakat dapat
menyebabkan seseorang merasa disingkirkan oleh kesepian
terhadap lingkungan tempat klien dibesarkan.
3) Faktor biokimia ; adanya stres yang berlebihan dialami
seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang
dapat bersifat halusinogenik neuro kimia.
4) Faktor psikologis; hubungan interpersonal yang tidak
harmonis, adanya peran ganda yang bertentangan dan tidak
diterima oleh anak akan mengakibatkan stres dan kecemasan
yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realitas
seperti halusinasi.
5) Faktor genetik; Apa yang berpengaruh dalam skizoprenia
.Belum diketahui, tetapi Hasil studi menunjukkan bahwa faktor
23
5) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat,
mencederai diri dan kurang percaya diri.
h. Status mental
Pada pengkajian status mental pasien halusinasi ditemukan data
berupa bicara sendiri, senyum sendiri, tertawa sendiri,
menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
respon verbal yang lambat, menarik diri dari orang lain berusaha
untuk menghindari orang lain, tidak dapat membedakan yang nyata
dan tidak nyata, terjadi peningkatan denyut jantung pernapasan dan
tekanan darah, perhatian dengan lingkungan yang kurang / hanya
beberapa detik com berkonsentrasi dengan pengalaman sensori,
sulit berhubungan dengan orang lain, ekspresi muka tegang, mudah
tersinggung, jengkel dan marah tidak mampu mengikuti perintah
dari perawat, tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik,
agitasi dan kataton curiga dan bermusuhan, bertindak merusak diri
orang lain dan lingkungan, ketakutan, tidak dapat mengurus diri,
biasa terdapat disorientasi waktu tempat dan orang.
i. Kebutuhan Persiapan pulang
1) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2) Klien tidak mampu BAB dan BAK, menggunakan dan
membersihkan WC membersihkan dan merapikan pakaian.
3) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat
rapi.
4) Klien tidak dapat melakukan istirahat dan tidur, tidak dapat
beraktivitas di dalam dan di luar rumah.
5) Klien tidak dapat menjalankan program pengobatan dengan
benar
25
j. Mekanisme koping
Apabila mendapat masalah, pasien takut / tidak mau menceritakan
kepada orang lain (koping menarik diri). Mekanisme koping yang
digunakan pasien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.
Mekanisme koping yang sering digunakan pada halusinasi adalah :
1) Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
2) Proyeksi : menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan
berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang
lain.
3) Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik
dengan stimulus internal.
k. Aspek medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa terapi farmakologi
psikomotor terapi okupasional, TAK dan rehabilitas.
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan Nanda 2014-2017 pasien dengan skizofrenia dapat
ditegakkan diagnose keperawatan konfulsi akut.
Batasan karakteristik.
- Agitasi
- Gangguan fungsi kognitif
- Gangguan tingkat kesdaran
- Gangguan fungsi fsikomotor
- Halusinasi
- Ketidaktepatan mengikuti perilaku berorientasi tujuan
- Ketidaktepatan mengikuti perilaku terarah
- Tidak mampu memulai perilaku berorientasi tujuan
- Tidak mampu memulai perilaku terarah
- Salah presepsi
- Gelisah
26
BAB III
TINJAUAN KASUS
a. Pengkajian
I. Identitas diri klien
Nama : Ny. N
Tempat tanggal lahir : Toli-toli, 5 Juli 1985
Umur : 32 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Lalimbue, Batu Gong
Status perkawinan : Janda, 1 anak
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Nomor rekam medis : 03 17 03
Tanggal masuk RS : 02 Juni 2016
Tanggal pengkajian : 12 Juli 2018
Sumber informasi : Klien, Status RM Perawat Ruangan
Nama : Ny.S
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
29
Aniaya seksual
Penolakan
Kekerasan dalam
keluarga
Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya dan dirawat di rumah sakit
jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil
karena putus obat, Sehingga pada tahun 2016 klien masuk kembali untuk
mendapatkan perawatan. Klien juga mengatakan pernah melakukan pemukulan
pada ibu klien dan pada saat di rumah . Perawat di Rumah Sakit jiwa mengatakan
klien terkadang selalu marah-marah dan ingin memukul teman satu ruangannya.
Masalah keperawatan :
- Regiment terapeutik inefektif
- Resiko perilaku kekerasan
31
Jelaskan :
V. Psikososial
1. Genogram
X X X X
? ?
32 x
Keterangan : : Laki-laki
: Perempuan
x : Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah
: Garis Keturunan
: Garis perkawinan
33
Pola asuh dalam keluarga : Pola asuh yang diterapkan dalam keluarga klien
yaitu pola asuh demokrasi yaitu segala sesuatu
dibicarakan dengan anggota keluarga dan
diputuskan bersama.
Pengambilan keputusan : Klien mengatakan yang bertanggung jawab dan
mengambil keputusan adalah klien sendiri tanpa
bermusyawarah dengan keluarganya.
Komunikasi dalam keluarga : Klien mengatakan komunikasi dalam keluarga
baik.
2. Konsep diri.
a. Citra diri klien : Mengatakan bagian tubuh yang disukainya adalah bagian
wajahnya.
b. Identitas : Klien seorang perempuan berusia 32 tahun dan sudah
menikah namun cerai.
c. Peran : Klien mengatakan sedih karena tidak bisa menjalankan
perannya sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab kepada kedua
orang tua dan anak-anaknya
d. Ideal diri : Klien berharap cepat sembuh dan berkumpul dengan
keluarga
e. Harga diri : Klien merasa sedih karena rindu pada ibunya, tetapi dia
merasa tidak dipedulikan lagi karena jarang dijenguk.
3. Hubungan social
a. Orang yang berarti : Klien mengatakan orang yang paling berarti
adalah ibunya
b. Peran serta dalam kegiatan masyarakat / kelompok : Klien mengatakan
hubungan dengan keluarga dan tetangganya baik saat di RS klien
selalu bergaul dengan pasien lainnya.
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain : klien merasa malu dan
minder Saat berinteraksi dengan pasien lainnya
d. Masalah keperawatan : Harga diri rendah kronik
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien beragama islam tetapi dia tidak melakukan
salat lima waktu namun mengaji
b. Kegiatan ibadah : Klien tidak pernah sembahyang selama dirawat di
rumah sakit dan merasa tidak berdosa masalah keperawatan tidak ada
masalah
35
( ) Tidak rapi
( ) Penggunaan pakaian tidak sesuai
(√ ) Cara berpakaian tidak seperti biasa
2. Pembicaraan
( ) Cepat ( ) Lambat
( ) Keras ( ) Membisu
( ) Gagap (√) Tidak mampu memulai pembicaraan
( ) Inkoheren ( ) Apatis
Jelaskan : Ny. N berpenampilan tidak rapih dan pakaiannya jarang diganti. Saat
ditanya klien berbicara lambat dan tidak terarah dan selalu tertawa, gigi tampak
kotor dan kuning badan klien agak bau, klien mengatakan pakaiannya jarang
diganti, klien mandi 1 kali sehari dan masih diarahkan oleh petugas.
Masalah keperawatan :
- Defisit perawatan diri berpakaian / berhias
- Gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan
3. Aktivitas motorik
( )Lesu ( )Tik
( )Tegang ( )Grimacle
( √ )Gelisah ( )Tremor
( )Agitasi ( )Kompulsif
36
4. Alam perasaan
( )Sedih ( )Khawatir
( )Putus asa ( )Gembira berlebihan
( √ )Ketakutan
Jelaskan: Klien mengatakan dia selalu merasa ketakutan di saat melihat
bayangan bayangan yang selalu mengganggu nya
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan
5. Afek
( )Datar ( √ )Labil
Masalah keperawatan :
9. Isi Pikir
( )Obsesi ( √ )Fobia ( )Hipokondria
( )Depersonalisasi ( )Ide yang terkait ( )Pikiran magis waham
38
Disorientasi
Memori
( )Konfabulasi.
39
Jelaskan : Klien mampu makan sendiri, makan 3 kali sehari, klient juga
dapat mengambil minumannya sendiri tetapi makanannya masih terhambur
dan masih diarahkan untuk cuci tangan. BAB dan BAK mampu melakukan
sendiri tanpa bantuan orang lain.
Adaptif Maladaptif
Jelaskan : Klien mau berbicara dengan orang lain dan klien sering
berolahraga pada hari Jumat. Reaksi klien lambat dan klien mengalami
halusinasi penglihatan.
Masalah keperawatan :
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa keperawatan
Data yang telah diperoleh dari pengkajian, kemudian dilakukan proses
analisa dan pengelompokan data berdasarkan respon pasien terhadap masalah
tersebut. Akhirnya penyusun merumuskan 1 diagnosa keperawatan pada Ny.
N. yaitu konfulsi akut . Diagnosa keperawatan tersebut disusun membentuk
pohon masalah yang terdiri core problem, akibat, faktor penyebab pencetus
dan faktor penyebab predisposisi landasan teori menurut Damayanti (2012).
Penyusun menyusun pohon masalah disesuaikan dengan diagnosa yang
muncul pada pasien. Diagnosa konfulsi akut menjadi core problem pada
masalah Ny. N karena data yang didapat sangatlah aktua. Selain Core
problem, Di dalam pohon masalah terdapat di atmosfer penyebab yaitu harga
diri rendah kronis serta efek atau akibat adalah masalah resiko perilaku
kekerasan dan defisit perawatan diri.
Berdasarkan diagnosa yang dirumuskan, diagnose keperawatan menurut
tinjauan teoritis sama dengan diagnosa keperawatan pada studi kasus. Pada
proses penegakan diagnosa keperawatan penyusun tidak menemukan faktor
penghambat. Kerjasama yang baik antara perawat dan pasien, merupakan
faktor pendukung bagi penyusun untuk mengangkat diagnosa keperawatan
tersebut
C. Rencana Keperawatan
Penyusunan rencana keperawatan pada Ny. N telah sesuai dengan
rencana perawatan teoritis menurut Keliat dan Akemat (2006), namun tetap
disesuaikan kembali dengan kondisi pasien sehingga tujuan dan kriteria hasil
diharapkan dapat tercapai. Akan disusun mulai dari menentukan prioritas
diagnosa , tujuan, sampai kriteria hasil yang akan diharapkan.
Penyusun merencanakan Bagaimana cara membina hubungan saling
percaya, membantu pasien untuk mengenal dan mengidentifikasi halusinasi
yang dialami ( baik jenis, , frekuensi, waktu, respon dan tindakan yang
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran.
Berdasarkan kesimpulan di atas, bukan beberapa saran Sebagai
pertimbangan dalam meningkatkan asuhan keperawatan, khususnya pada
pasien dengan halusinasi penglihatan, Yaitu :
1. Rumah Sakit Jiwa
Rumah Sakit Jiwa sebagai wadah dalam membantu program
pemerintah untuk meningkatkan serta mempertahankan kesehatan
masyarakat, diharapkan pihak rumah sakit membuat Jadwal kunjungan
keluarga agar proses pemberian intervensi pada keluarga dapat dilakukan.
Selain itu, diharapkan pihak manajemen agar memperhatikan sarana dan
prasarana yang ada dan melengkapi seluruh peralatan medis proses
penyembuhan pasien. Serta diharapkan pihak manajemen lebih proaktif
untuk melakukan home visite ke rumah rumah pasien khususnya pasien
pasien yang ditelantarkan oleh keluarganya.
2. Mahasiswa keperawatan
Mahasiswa merupakan calon perawat, sehingga diharapkan agar
mampu memanfaatkan waktu yang ada pada saat praktik semaksimal
mungkin, agar ilmu yang didapatkan tidak hanya di ruang kelas sekolah
melainkan juga di lapangan.
3. Perawat
Perawat harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
melalui pendidikan berkelanjutan maupun kegiatan ilmiah seperti seminar
workshop dan pelatihan yang dapat mendukung kemampuan dalam
memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan pasien gangguan jiwa
khususnya yang mengalami halusinasi penglihatan.
66
4. Pendidikan keperawatan
Pendidikan keperawatan merupakan pencetak perawat-perawat di
masa depan, hendaknya pihak pendidikan dapat memberikan banyak
materi pembelajaran dan praktik terkait perkembangannya keperawatan
jiwa yang dirasakan Semakin menjadi masalah kesehatan jiwa. Begitu
juga dengan literatur yang disediakan, agar buku-buku yang disediakan di
perpustakaan selalu diupgrade sehingga sumber yang disediakan
merupakan sumber terbaru. Dalam hal pembuatan laporan kasus ini
diharapkan menjadi pertimbangan agar waktu pembuatan laporan kasus
ini dapat diperpanjang, agar pembuatan laporan kasus ini dapat
dimanfaatkan secara maksimal dengan hasil yang juga maksimal.
5. Keluarga dan masyarakat
Keluarga dan masyarakat hendaknya dapat mengenal gangguan
jiwa bukan sebagai suatu penyakit yang sangat meresahkan masyarakat.
Khususnya kepada keluarga agar memberikan dukungan bagi proses
penyembuhan pasien, baik berupa material maupun berupa support dalam
hal kecil seperti kunjungan keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit
67
DAFTAR PUSTAKA
Keliat dan Akemat. 2006. Modul Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
FKUI : Jakarta
Prabowo. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika :
Yohyakarta
Rs. Jiwa Prov. Sultra 2015. Profil Kesehatan RS Jiwa Prov Sulawesi Tenggara
Kendari.
www.depkes.go.id/article/view/201410270010/ligthing-hope-for-schizoprenia-
Gambaran Kesehatan-Jiwa 2014.html.tanggal akses 10 juli 2018
www.dokument/Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.
Html tanggal akses 10 Juli 2018