Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun
(Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suaatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewsa, dan tua (Nugroho, 2008).
Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh angka bagian
atas (systolic) dang angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan
alat pengukur tekanan darah baik berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat
digital lainnya (Herlambang, 2013).

B. Klasifikasi
Menurut Herlambang (2013) hipertensi di kenal dengan 2 jenis, yaitu:
1. Hipertensi primer
Suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya
hidup seseorang dan factor lingkungan.
2. Hipertensi sekunder
Suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat
seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal ginjal, gagal jantun,
atau kerusakan sistem hormone tubuh.

C. Etiologi
1. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
2. Elastisitas dinding aorta menurun.
3. Meningkatkan resistensi pembuluh darah primer.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
5. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya (Ritu Jain, 2011).

D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontrisksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sitstem saraf simpatik ke gangkisa
simpatis. Pada titik inim neuron preganglion melepaskan asetikolin, yang akan merangsan
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepinerpin mengakibatkan kontraksi pembuluh darah. Berbagai fakti seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosu, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran
ke ginjal, menyebablan pelepasan rennin. Rennin merangsan pembentukkan angiotensin I
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekrei aldosterone oleh korteks ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler (Rahmawati, 2012).

E. Manifestasi Klinis
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah (Kristanti, 2013)

F. Komplikasi
1. Stroke
2. Gagal jantung
3. Gagal ginjal (Wahdan, 2011)

G. Factor Resiko
Menurut Fauzi (2014) hipertensi memiliki beberapa fakto resiko antara lain :
1. Resiko tekanan darah tinggi meningkat sesuai dengan factor usia.
2. Ras dan suku bangsa juga berhubungan dengan risiko hipertensi.
3. Latar belakang keluarga.
4. Kelebihan berat badan.
5. Merokok, terlalu banyak garam (sodium) pada diet.
6. Terlalu potassium pada diet.
7. Keturunan
8. Umur

H. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan Non Farmakologi
a. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan
tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas.
b. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda
atau berenang.
2. Penatalaksanaan Farmakologi
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau
pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan.
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d. Tidak menimbulkan intoleransi.
e. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f. Memungkinkan penggunaan obat jangka panjang.

I. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboraturium
b. Kolesterol
c. Asam urat
d. CT Scan
e. EKG

J. Diagnose Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b.d peningkatan vasokonstriksi
b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi atau keterbatasan kognitif.
d. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vascular cerebral
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi. I. 2014. Buku Pinter Deteksi Dini Gejala dan Pengobatan Asam Urat, Diabetes dan
Hipertensi. Yogyakarta: Araska.

Nugroho., W. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.

Rahmawati, R. 2012. Pengaruh Jus Seledri Kombinasi Wortel dan Madu Terhadap
Penurunan Tingkat Hipertensi Pada Pasien Hipertensi. Gresik (skripsi) from:
http:/www.google.com , diakses 11 September 2015.

Ritu Jain. 2011. Pengobatan Alternatif untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta: Gramedia
LAPORAN PENDAHULUAN PADA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI

NIDA NIDIANA SULISTOWARI


J230181075

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019

Anda mungkin juga menyukai