TINJAUAN PUSTAKA
mencakup beberapa gigi, jaringan lunak dan lengkung edentulus.1,17 Proses perawatan
pengukiran malam.
Model gigitiruan dibagi menjadi dua, yaitu model studi (model diagnostik) dan
model kerja. Model studi merupakan model yang digunakan dalam membantu rencana
a. Memperlihatkan gambaran tiga dimensi dari keadaan jaringan keras dan lunak
rongga mulut.
b. Sebagai media pembelajaran tentang relasi oklusal dari lengkung rahang.
c. Sebagai media pembelajaran tentang ukuran gigi, letak dan bentuk serta
hubungan rahang.
perawatan.
Model kerja merupakan replika dari struktur rongga mulut yang digunakan
2.2 Gips
Gips merupakan mineral alami yang telah digunakan sebagai model gigitiruan
sejak 1756.20 Gips yang digunakan pada kedokteran gigi merupakan gips yang berbasis
kalsium sulfat dihidrat (CaSO4.2H2O) yang dipanaskan pada suhu 110-130oC sehingga
model, pengisian kuvet, dai, dan sebagai bahan tanam.8,13 Proses pengerasan gips terdiri
dari dua tahap, yaitu tahap pertama berupa larutnya hemihidrat dan tahap kedua berupa
presipitasi dihidrat yaitu kristal dihidrat mulai terbentuk hingga seluruh adonan dipenuhi
oleh kristal dihidrat.1,11 Kristal dihidrat kurang larut dibandingkan hemihidrat sehingga
kristal dihidrat yang telah terbentuk akan mengendap, kemudian kristal dihidrat yang
mengendap ini akan tumbuh dan membentuk kristal yang menyerupai jarum. Proses ini
Menurut Spesifikasi ADA (American Dental Association) No. 25, gips dapat
diklasifikasikan menjadi:5,7
Digunakan untuk mencetak daerah edentulus dan perbaikan gigitiruan. Gips yang
digunakan untuk mencetak tidak memerlukan kekuatan yang besar sehingga gips tipe
ini dicampur dengan rasio W/P yang lebih besar. Gips tipe ini memerlukan konsistensi
yang lebih tebal dan kaku sehingga menurunkan kemungkinan gips mengalir keluar dari
Gips tipe II digunakan pada tahap laboratoris seperti untuk membuat studi model
dan untuk menyatukan model kerja dengan artikulator. Gips tipe II dihasilkan dari gips
yang poreus, mempunyai bentuk yang sangat tidak teratur dan jarak antar partikel yang
Gips tipe III biasanya digunakan sebagai model kerja, dan sebagai lawan dari
gigitiruan pada artikulator dalam pembuatan gigitiruan sebagian lepasan.7 Gips tipe III
awalnya berwarna putih sehingga sulit dibedakan dengan gips tipe I dan II sehingga
pabrik biasanya memberi warna kekuningan atau warna kapur lainnya, namun perlu
diketahui bahwa pemberian warna pada gips tidak menentukan kualitas gips. Gips tipe
III dihasilkan dari gips yang dipanaskan pada suhu 125oC dibawah tekanan atmosfer
sehingga mengalami dehidrasi dan kandungan airnya akan berkurang. Setelah melalui
proses dehidrasi, maka akan dihasilkan senyawa α-hemihidrat yang lebih padat, kecil
dan seragam. Kekuatan kompresi gips tipe III adalah 20,7 MPa (3000 psi) sampai 34,5
MPa (5000 psi). Gips tipe III lebih kuat dan tahan terhadap abrasi dibandingkan dengan
gips tipe II. Setting time gips tipe III berkisar antara 12±4 menit.7-8
Gips tipe IV digunakan sebagai dai. Gips tipe IV dihasilkan dengan memanaskan
gips kedalam 30% cairan CaCl2 pada suhu 120-130oC yang terkandung didalamnya
sehingga dihasilkan senyawa α-hemihidrat yang lebih padat, lebih besar dan lebih
kuboidal daripada gips tipe III.7 Pada pencampuran gips tipe IV ini penggunaan air lebih
sedikit dibandingkan dengan gips tipe III sehingga kekerasan gips ini lebih besar dari
Gips tipe V merupakan gips yang memiliki ekspansi yang lebih besar yaitu sekitar
0,1%-0,3% yang digunakan sebagai dai untuk mengimbangi pengerutan casting logam
pada saat pendinginan setelah pemanasan pada suhu tinggi.1,2 Proses pembuatan gips
tipe IV dan V adalah sama, yang membedakannya adalah pada gips kkkkk
Gips tipe V mempunyai kekuatan kompresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan gips
tipe IV. Partikel gips tipe V sangat halus dan memiliki rasio W/P yang lebih rendah
a. Perubahan dimensi
Perubahan dimensi dipengaruhi oleh setting ekspansi dari gips. Gips tetap akan
mengerut selama proses pengerasan dan tidak dapat kembali ke dimensi awalnya yang
b. Kekuatan kompresi
Kerapuhan gips disebabkan oleh pengerutan volume gips selama proses hidrasi
dan kandungan air yang terlalu banyak air. Model gigitiruan harus menggunakan gips
c. Setting time
Hidrasi gips dipengaruhi oleh banyaknya kandungan air. Penambahan air pada
pemanipulasian gips berguna untuk proses pengerasan gips, namun bila kandungan air
Rasio W/P tiap jenis gips berbeda-beda tergantung pada jarak, ukuran dan bentuk
dari kristal kalsium sulfat hemihidratnya. Gips tipe II membutuhkan lebih banyak air
pada pengadukan dikarenakan bentuk partikel gips tipe II tidak beraturan dan lebih
poreus. Gips tipe III membutuhkan lebih sedikit air daripada gips tipe II namun gips tipe
III membutuhkan lebih banyak air daripada gips tipe IV. Jika air yang ditambahkan
terlalu banyak, adonan menjadi lebih tipis dan lebih mudah dituang kedalam mould
tetapi setting time akan lebih panjang dan gips cenderung lebih lemah.8
e. Setting ekspansi
Selama proses pengerasan gips, seluruh tipe gips secara alamiah akan mengalami
ekspansi, namun hal ini harus dihindari semaksimal mungkin dalam pembuatan model
gigitiruan karena dapat mempengaruhi perubahan dimensi gips. Cara yang paling efektif
dalam mengontrol setting ekspansi adalah dengan penambahan bahan kimia. Setting
Setting time merupakan waktu yang diperlukan untuk pengerasan suatu bahan
sampai menjadi rigid.3 Setting time gips merupakan waktu yang dibutuhkan pada saat
dimulainya pengadukan hingga gips mengeras.11 Setting time gips dapat pula diartikan
sebagai waktu yang digunakan hingga gips mengeras dan cukup kuat untuk menahan
penetrasi sebuah jarum dengan diameter tertentu dan besar beban yang diketahui. Alat
penguji ini terdiri dari dua bagian yaitu jarum Vicat dan Gillmore.3
2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Setting Time
pengadukan, aselerator dan retarder, rasio W/P, suhu dan tekanan atmosfer, dan
Semakin cepat pengadukan, maka pengerasan gips akan lebih cepat tercapai. Pada
saat dimulainya pengadukan, kristalisasi gips yang terbentuk akan bertambah. Pada saat
yang sama, kristalisasi nuklei dan gips akan pecah oleh adukan spatula sehingga jumlah
kristal yang terbentuk akan lebih banyak. Hal inilah yang menyebabkan setting time
Setting time sangat dipengaruhi oleh rasio W/P, misalnya semakin tinggi rasio
W/P semakin lama pula setting time dan sebaliknya semakin rendah rasio W/P semakin
singkat pula setting time.7 Jika air yang ditambahkan terlalu banyak, adonan menjadi
lebih tipis dan lebih mudah dituang kedalam mould tetapi setting time akan lebih
panjang dan gips cenderung lebih lemah. Rasio W/P gips tipe III adalah 0,30 atau 100 gr
bubuk : 30 mL air.7
Aselerator merupakan suatu bahan kimia yang ditambahkan pada gips dan
berguna untuk mempercepat setting time.2 Beberapa contoh aselerator adalah K2SO4 2-
3%, NaCl 2%, natrium sulfat 3,4%, terra alba, dll. Penambahan NaCl meningkatkan
menyebabkan senyawa hemihidrat larut lebih cepat sehingga setting time menjadi lebih
aselerator, namun sebaliknya bila konsentrasinya >20% maka NaCl akan bertindak
Konsentrasi NaCl yang memberikan setting time tercepat, yaitu 210 detik, adalah
2%.3,7,15
setting time.1 Hasil penelitian Shen C, dkk. (1981) menyatakan bahwa setting time yang
diperoleh pada kelompok dental stone yang ditambahkan K2SO4 2% (6,78±0,3 menit)
lebih pendek daripada kelompok dental stone tanpa penambahan aselerator (15,17±0,46
menit).21
Retarder merupakan suatu bahan kimia yang ditambahkan pada gips dan berguna
untuk memperlambat setting time. Pada konsentrasi yang kecil banyak garam inorganik
berfungsi sebagai aselerator, namun dalam konsentrasi yang lebih besar berfungsi
sebagai retarder, seperti NaCl>20%, natrium sulfat>3,4%, dll. Beberapa contoh retarder
Kenaikan suhu air akan mempercepat reaksi kimia gips. Perubahan kecil terjadi
apabila suhu air berkisar antara 0-50oC. Namun apabila suhu air melebihi 50oC maka
reaksi kimia gips akan perlahan-lahan melambat dan bila suhu air mencapai 100oC
maka reaksi kimia gips tidak akan terjadi, hal ini dikarenakan pada suhu 100oC
kelarutan hemihidrat sama dengan dihidrat sehingga reaksi pengerasan tidak dapat
terjadi.8-9,14 Menurut Yosi KE, dkk. (1998), suhu dan kelembaban ruang yang lebih
tinggi mempercepat waktu pengerasan secara bermakna pada gips tipe III.22
Semakin murni suatu partikel hemihidrat, maka proses pengerasan gips akan lebih
cepat tercapai. Hal ini bukan hanya dikarenakan oleh kelarutan hemihidrat, namun juga
dikarenakan oleh nukleus gips yang lebih banyak, sehingga kecepatan kristalisasi gips
semakin besar.8
Setting time terbagi menjadi empat yaitu mixing time, working time, setting awal
Mixing time adalah waktu dari dimulainya penambahan bubuk gips kedalam air
hingga pengadukan selesai (homogen) yaitu 20-30 detik bila menggunakan alat
Working time adalah waktu hingga gips dapat dimanipulasi, umumnya dibutuhkan
waktu minimal 3 menit agar adonan adekuat. Pada keadaan ini, konsistensinya semi cair
Setting awal adalah waktu dari dimulainya pengadukan hingga adonan kehilangan
dalam mengubah hemihidrat menjadi dihidrat. Setting awal yang dibutuhkan pada gips
tipe III berkisar antara 7-9 menit dari dimulainya pengadukan. Setelah adonan
kehilangan kekilapannya, senyawa hemihidrat gips akan berubah kembali menjadi
dihidrat dan selama reaksi ini berlangsung adonan akan terasa panas (reaksi
eksotermis).12
Setting time akhir merupakan waktu sesaat setelah adonan mencapai suhu
maksimum dan pada keadaan ini, gips telah sepenuhnya bereaksi dan keras. Setting time
akhir yang dibutuhkan pada gips tipe III berkisar antara 8-16 menit. Pada tahap ini, gips
telah dapat dikeluarkan dari cetakan tanpa terjadi kerusakan. Pengukuran setting time
spesimen dengan alat uji tekan. Kekuatan kompresi dikalkulasikan dari kegagalan
spesimen menahan beban dibagi dengan cross-sectional area beban dan hasilnya
dinyatakan dalam satuan kekuatan per square inch (psi) dalam satuan US customary
dinyatakan dalam satuan kekuatan per square inch (psi) dalam satuan US customary
atau megapascals (MPa) dalam satuan SI.10 Adonan gips yang dianggap siap untuk
digunakan adalah apabila adonan telah mengeras minimal 80% yang dapat dicapai pada
1 jam setelah pengadukan. Pada keadaan ini, gips dapat diuji kekuatan kompresinya.2
kecepatan pengadukan, aselerator dan retarder, rasio W/P, suhu dan tekanan atmosfer,
bila waktu pengadukan melebihi 1 menit akan menyebabkan kristal-kristal gips menjadi
pecah yang menyebabkan interlocking kristalin menjadi lebih sedikit sehingga kekuatan
selama proses pengadukan yang dapat menyebabkan poreus sehingga kekuatan adonan
menurun dan adonan menjadi tidak akurat. Adukan harus cepat dan secara periodik
spatula menyapu seluruh gips didalam mangkuk pengaduk untuk menjamin pembasahan
semua bubuk serta memecahkan endapan dan gumpalan. Pengadukan harus terus
berlangsung sampai diperoleh adukan yang halus. Kebiasaan menambahkan air dan
bubuk berulang-ulang untuk mencapai konsistensi yang tepat harus dihindari karena hal
gips menjadi lebih lemah dan distorsi. Metode yang dianjurkan adalah masukkan air
yang telah diukur kemudian masukkan bubuk secara perlahan dan aduk dengan spatula
kurang lebih 15 detik , diikuti pengadukan dengan vacuum mixer selama 20-30 detik
dengan mixer.8
Kekuatan kompresi dipengaruhi oleh rasio W/P. Penggunaan air yang melebihi
rasio W/P akan menghasilkan adukan yang lebih halus yang dapat dituang kedalam
cetakan dengan mudah, namun hal ini akan mengurangi kekuatan gips.1,4 Semakin besar
rasio W/P, porositas gips semakin meningkat, akibat porositas gips yang semakin besar,
jumlah kristal per volume gips akan menurun sehingga kekuatan kompresi semakin
menurun.8,24 Menurut Hasan RH, dkk. (2005), rasio W/P yang diperlukan dalam
pencampuran gips lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan air dalam reaksi kimia
gips sehingga setelah selesainya reaksi kimia gips masih akan terdapat kelebihan air
yang mempengaruhi kekuatan gips yang dinamakan dengan kekuatan basah (1 jam
setelah pengadukan). Gips akan mengering sepenuhnya setelah 7 hari pengeringan yang
dikenal dengan kekuatan kering (2-3 kali lebih besar dibandingkan kekuatan basah),
namun kekuatan gips tidak akan bertambah lagi setelah 1 hari pengeringan sehingga
besar kekuatan gips setelah pengeringan selama 1 hari dan 7 hari adalah sama. Hasil
penelitian Hasan RH, dkk. (2005) menunjukkan bahwa kekuatan kompresi maksimum
gips diperoleh setelah pengeringan udara selama 1 jam dan pengeringan sampel gips
dengan metode pengeringan udara secara signifikan lebih kuat dibandingkan dengan
Aselerator merupakan suatu bahan kimia yang ditambahkan pada gips dan
berguna untuk mempercepat setting time.8 Beberapa contoh aselerator adalah K2SO4 2-
3%, NaCl 2%, natrium sulfat 3,4%, terra alba, dll. Retarder merupakan suatu bahan
kimia yang ditambahkan pada gips dan berguna untuk memperlambat setting time.
Beberapa contoh retarder adalah boraks, NaCl>20%, natrium sulfat>3,4%, asetat, dll.2,3
Penambahan bahan aselerator dan retarder menurunkan kekuatan kompresi gips yang
buruk.21
Gips yang disimpan pada suhu antara 90-110oC akan menyebabkan pengerutan
yang diakibatkan oleh kristalisasi air yang keluar yang mengubah dihidrat kembali
menjadi hemihidrat sehingga mengurangi kekuatan kompresi gips.8 Menurut Yosi KE,
dkk. (1998), suhu dan kelembaban ruang yang lebih tinggi menurunkan kuat tekan gips
Hemihidrat dengan kemurnian yang relatif murni bila dicampur dengan rasio W/P
minimal, working time menjadi pendek dan setting ekspansi menjadi sangat tinggi.
Seperti yang telah dibahas pada poin sebelumnya, semakin rendah rasio W/P yang
meningkat.2,8
Testing Machine, sampel ditekan hingga pecah dan besar beban dicatat dari alat uji
(Torsee’s Universal Testing Machine, Japan) dalam satuan kilogramforce (kgf) dan
dikonversikan kedalam satuan newton (N). Hasil pengujian kekuatan dihitung dan
NaCl adalah garam yang paling berperan penting dalam salinitas laut dan dalam
cairan ekstraseluler dari banyak organisme multiseluler. NaCl adalah garam yang
berbentuk kristal atau bubuk berwarna putih. NaCl dapat larut dalam air tetapi tidak
larut dalam alkohol. NaCl juga merupakan senyawa natrium yang berlimpah di alam.23
Garam merupakan benda yang mengandung dua zat kimia, yakni natrium dan klorida
yang keduanya merupakan zat yang sangat dibutuhkan tubuh. Natrium sangat berguna
untuk nutrisi bagi sel tubuh. Natrium juga mengatur tekanan darah dan membantu
sistem saraf, sedangkan klorida merupakan zat yang membantu pembentukan asam di
pencernaan makanan.25
2.5.1 NaCl 2%
pembuatan model gigitiruan. Hal ini dikarenakan NaCl dapat menyebabkan penurunan
setting time dan menurunkan kekuatan kompresi. Menurut Ratwita DF (1994 dan 2005),
dan menurunkan kekuatan kompresi dalam nilai yang masih dapat diterima secara
Menurut Earnshaw cit Luk WK dkk. (2003) dan Nakai cit Al-Ali AA (2007),
penambahan NaCl pada gips menyebabkan penurunan kekuatan kompresi, namun tidak
mempengaruhi pengerutan gips.16-17 Menurut Shen C, dkk. (1981), penggunaan
aselerator dalam bentuk larutan jauh lebih efisien dalam menurunkan setting time dan
Pada dasarnya pembuatan garam dari air laut terdiri dari langkah-langkah proses
bermacam-macam zat yang terkandung, tidak hanya NaCl yang terbentuk tetapi juga
beberapa zat yang tidak diinginkan ikut terbawa (impurities). Proses kristalisasi yang
demikian disebut kristalisasi total. Namun bila kristalisasi komponen garam tersebut
pemisahan komponen garam yang relatif murni yang disebut kristalisasi bertingkat.27
a. Multiple-effect evaporation
Chlorine
Hydrogen sulfide Purified Brine
P
Multiple-
Brine Setting effect Washer
a Aerator
tanks evaporators
Air
d Brine
Caustic soda Mud
Soda ash Mixer
Screens Dryer Filter
a Brine
Sodium chloride
Pada proses ini biasanya digunakan leburan garam jenuh (saturated brine) alami,
yang terkandung didalam tanah atau danau. Saturated brine dapat juga diperoleh dari
hasil sampingan produksi natrium karbonat dengan proses Solvey. Pertama-tama
saturated brine dari air dalam tanah dengan kadar hidrogen sulfida (H2S) yang
terlarut dalam garam NaCl maksimum 0,015%. Leburan garam di-aerasi-kan terlebih
mempercepat penghilangan H2S dalam leburan garam. Setelah proses aerasi, leburan
caustic soda, soda ash, dan leburan garam sehingga didapat larutan garam. Setelah
proses pengendapan, kemudian larutan garam dipekatkan pada evaporator multi efek.
Larutan garam pekat kemudian dicuci dengan brine untuk memurnikan garam.
Larutan garam kemudian difiltrasi pada filter untuk proses pemisahan garam dan
larutan leburan garam. Garam yang terpisah kemudian ditambahkan kalium iodat
untuk penambahan kandungan yodium pada garam sehingga dihasilkan garam dapur.
Garam dapur kemudian dikeringkan dengan dryer dan kemudian disaring untuk
mendapatkan ukuran partikel yang seragam. Garam dapur kemudian siap dikemas
dan dipasarkan. Kandungan NaCl yang dihasilkan pada proses ini adalah 99,8%.18
Recirculating brine
Calcium sulfate
berasal dari proses pemanasan air laut. Proses ini disebut juga proses “Grainer”,
dimana air laut dijenuhkan dengan cara memanaskannya dengan heater pada suhu
230°F (110°C). Leburan garam panas kemudian dialirkan pada graveller yang
berfungsi untuk memisahkan kalsium sulfat pada larutan leburan garam. Leburan
garam kemudian didinginkan pada flasher dengan suhu yang dijaga agar garam
(NaCl) masih dalam kondisi larut dalam air. Leburan garam dingin kemudian
dialirkan ke open pan yang berfungsi untuk menguapkan air dengan suhu operasi
205°F (96°C) sehingga dihasilkan kristal garam yang kemudian dipisahkan dari
kembali pada open pan, sedangkan kristal garam yang terpisah kemudian
sehingga dihasilkan garam dapur. Garam dapur kemudian dikeringkan pada dryer dan
kemudian disaring untuk mendapatkan ukuran partikel yang seragam. Garam dapur
kemudian siap dikemas dan dipasarkan. Kandungan NaCl yang dihasilkan pada
Penambangan batuan garam yang dihasilkan pada beberapa tambang garam akan
mendapatkan kualitas garam yang masih kurang bagus, yaitu warna garam agak
coklat dan ada yang berwarna abu-abu. Kemurnian garam berkisar antara 98,5%
berbagai ukuran. Penggunaan garam dengan kualitas rendah mempunyai harga jual
yang rendah pula, akan tetapi masih diperlukan pada industri es krim maupun industri
kulit.18
Proses ini merupakan proses yang paling tradisional dibandingkan proses yang telah
diuraikan diatas. Proses ini dimulai dengan mengumpulkan air laut ke suatu kolam
seperti tambak di tepi pantai kemudian dengan bantuan sinar matahari, air laut
diuapkan hingga kristal NaCl-nya tertinggal di tambak. Kemudian para petani garam
mengumpulkan kristal kristal tersebut untuk dicuci ulang agar bersih, lalu dijemur
kembali. Proses pencucian pada garam dapur ini dilakukan berulang-ulang kali
Garam yang dihasilkan dari proses penguapan air laut dengan tenaga matahari ini
sangat bergantung pada kondisi iklim pada daerah yang diaplikasikan serta
bergantung pada luas areanya dengan kondisi air laut yang rata-rata mengandung
garam sekitar 3,7%. Garam-garam yang terkandung dalam air laut bukan hanya
NaCl, melainkan terdapat juga unsur kalsium, magnesium, kalium, sulfat dan
bromida. Setelah melewati proses kristalisasi, garam yang dihasilkan hanya memiliki
Garam pertama kali ditemukan pada jaman perunggu dan dikembangkan pertama
kali oleh bangsa Assyri untuk kebutuhan militer, dan kemudian dikembangkan proses
dan teknologinya oleh bangsa Romawi.18 Garam merupakan salah satu kebutuhan yang
merupakan pelengkap dari kebutuhan pangan dan merupakan sumber elektrolit bagi
tubuh manusia.27 Garam sangat umum digunakan sebagai bumbu makanan dan
pengawet.23 Kegunaan terbesar dari garam dapur adalah pada bidang industri kimia
makanan, dimana garam dapur mempunyai kegunaan utama sebagai pencegah gejala
Menurut SNI nomor 01-3556-2000 garam beryodium adalah garam dapur yang
mengandung komponen utama NaCl 94,7%, air maksimal 7% dan kalium iodat (KIO3)
30 mg/kg, serta senyawa-senyawa lain seperti timbal (Pb), tembaga (Cu), raksa (Hg)
evaporation, open pan evaporation, dan evaporasi matahari namun kebanyakan proses
pembuatan garam dapur di Indonesia masih dilakukan secara tradisional, yaitu melalui
proses evaporasi matahari. Para petani garam kebanyakan mendapatkan bahan garam
yaitu dari air laut, untuk cara membuat garam dapur mereka melakukan proses
pembuatan garam dapur secara individu lalu garam didistribusikan ke beberapa pabrik
besar untuk dilakukan proses pemberian yodium dan pengemasan. Proses pembuatan
garam dapur untuk dimakan berbeda dengan proses pembuatan garam dapur yang
digunakan untuk industri lain (biasanya masih berupa garam krosok yang butiran-
butirannya besar).28