Anda di halaman 1dari 31

PEMERIKSAAN INTRAORAL,

PEMERIKSAAN RADIOGRAFI,
DAN RENCANA PERAWATAN
Complete Dentures Prosthodontics, 1st edition, 2007
(Binu George, Bab 2, Hal 15–26 )

Taufiq Julian Davit 160112100062


Aditya Amrullah 160112100063
Elhusni 160112100064

PEMBIMBING : Lisda Damayanti, drg., Sp.Pros


PEMERIKSAAN INTRAORAL
 Warna Mukosa
Batas Perlekatan

 Ukuran Linggir
Perlekatan Frenulum

 Bentuk
Saliva Linggir

 Bentuk
Ukuran Lengkung
Lidah
 Undercut
 Posisi Lidah
 Torus

 Bentuk LidahLengkung
Jarak Antar

 Bentuk Linggir
Kesejajaran Linggir

 Palatum
Bentuk Palatum Keras
 Bentuk Tenggorokan
Sensitivitas Palatal Lateral
 KemiringanRahang
Hubungan Palatum Lunak

 Kondisi
Mukosa Mukosa
 Dasar Mulut
PEMERIKSAAN INTRAORAL
 Warna Mukosa
 Warna dari mukosa akan menunjukkan keadaan kesehatan
pasien
 Ukuran Linggir
 Kelas I (besar). Alveolar ridge dengan tinggi memadai
 Kelas II (menengah). Alveolar ridge yang mengalami resorbsi
 Kelas III (kecil). Hampir keseluruhan alveolar ridge mengalami
resorbsi atau keseluruhannya mengalami resorbsi
 Bentuk Linggir
 Kelas I. Linggir berbentuk U
 Kelas II. Linggir lebih berbentuk V
 Kelas III. Linggir seperti mata pisau
PEMERIKSAAN INTRAORAL

Bentuk Linggir
PEMERIKSAAN INTRAORAL
 Bentuk Lengkung
 Kelas I. Bentuk lengkung persegi
 Kelas II. Bentuk lengkung yang mengerucut
 Kelas III. Bentuk yang membulat atau ovoid
 Undercut Tulang
 Kelas I. Tidak adanya undercut
 Kelas II. Terdapat sedikit undercut
 Kelas III. terdapat undercut pada kedua sisi
 Torus
 Kelas I. Torus kecil
 Kelas II. Torus ada
 Kelas III. Torus besar dengan undercut dan meluas hingga
penutupan di bagian posterior palatal
PEMERIKSAAN INTRAORAL

Undercut

Bentuk Lengkung
PEMERIKSAAN INTRAORAL
 Jarak Antar Lengkung
 Kelas I. pasien mempunyai jarak antar lengkung yang cukup
 Kelas II. Jarak yang terlalu luas
 Kelas III. Jarak antar lengkung terbatas
 Kesejajaran linggir
 Kelas I. Kedua linggir sejajar dengan bidang oklusal
 Kelas II. Salah satu linggir maksila atau mandibula divergen
 Kelas III. Kedua linggir maksila dan mandibula divergen di
anterior
 Bentuk Palatum Keras
 Kelas I. Bentuk palatum keras yang datar
 Kelas II. Bentuk palatum V
 Kelas III. bentuk palatum U
PEMERIKSAAN INTRAORAL

Jarak Antar Lengkung Kesejajaran linggir


PEMERIKSAAN INTRAORAL

Bentuk Palatum Keras


PEMERIKSAAN INTRAORAL
 Sensitivitas Palatal
 Kelas I. normal
 Kelas II. Subnormal.
 Kelas III. supernormal
 Kemiringan Palatum Lunak
 Kelas I. Palatum lunak turun beberapa millimeter dari palatum
keras
 Kelas II. Palatum lunak turun agak tajam pada palatum keras
dari pada kelas I
 Kelas III. Palatum lunak turun dengan tajam dari palatum keras
 Kondisi Mukosa
 Kelas I. sehat
 Kelas II. Iritasi
 Kelas III. patologi
PEMERIKSAAN INTRAORAL

Kemiringan Palatum Lunak


PEMERIKSAAN INTRAORAL
 Batas Perlekatan
 Kelas I. Berjarak 12mm dari puncak linggir ke ginggiva cekat
menuju vestibulum
 Kelas II. 8- 12 mm sampai gingiva cekat
 Kelas III. kurang dari 8 mm

 House mengklasifikasikan
 Kelas I. Perlekatan yang tinggi pada maksila atau rendah pada
mandibula berkaitan dengan puncak linggir (0,5 inchi atau lebih
antara batas perlekatan sampai puncak linggir)
 Kelas II. Tinggi perlekatan berjarak dengan puncak linggir 0.25
sampai 0.5 inchi.
 Kelas III. Tinggi perlekatan kurang dari 0.25 inchi dari puncak
linggir
PEMERIKSAAN INTRAORAL
 Perlekatan Frenulum
 Kelas I. Tinggi pada maksila atau rendah pada mandibula
dipengaruhi oleh puncak linggir
 Kelas II. Menengah
 Kelas III. Frenulum mendekati puncak linggir dan mengganggu
penutupan pinggiran

 Saliva
 Kelas I. Jumlah dan kekentalan saliva normal.
 Kelas II. Saliva berlebihan dan kental (ptyalism).
 Kelas III. Xerostomia
PEMERIKSAAN INTRAORAL
 Lidah
 Ukuran
 Kelas I. Lidah berukuran cukup dalam mulut
 Kelas II. Lidah berukuran besar
 Posisi Lidah
 Kelas I. Lidah berada pada posisi yang tepat
 Kelas II. Bagian lateral dari lidah berada dalam posisi yang
benar
 Kelas III. Lidah dalam posisi lebih ke belakang

 Bentuk Lidah
 lebar, datar dan tebal
 panjang , meruncing dan tipis
PEMERIKSAAN INTRAORAL
 Bentuk Linggir
 Linggir berbentuk V
 Linggir berbentuk datar

 Palatum
 Kelas I: Palatum mempunyai bagian yang semakin landai ke
bagian inferior
 Kelas II: Palatum mempunyai kelandaian yang lebih tajam dan
pergerakan lebih aktif
 Kelas III: Kelandaian palatum sangat tajam pada sudut sekitar
70º
PEMERIKSAAN INTRAORAL

 Bentuk Linggir
PEMERIKSAAN INTRAORAL
 Bentuk Tenggorokan Lateral
 Kelas I: Tekanan minimal atau tidak ada tekanan diperoleh pada
jari
 Kelas II: beberapa posisi jaringan lunak dengan perbedaan yang
cukup besar
 Kelas III: tekanan yang besar ditempatkan pada jari

 Hubungan Rahang
 Normal (kelas 1 Angle)
 Orthognatik (kelas II Angle)
 Prognatik (Kelas III Angle)
 Cross bite Anterior
PEMERIKSAAN INTRAORAL

Bentuk Tenggorokan Lateral Hubungan Rahang


PEMERIKSAAN INTRAORAL
 Mukosa
 Tipe I: Jaringan lunak ditempatkan sebanyak 2 mm, tidak
menyebabkan terjadinya pergerakan
 Tipe IIa. Jaringan lunak lebih tipis dari 2 mm, biasanya tidak
kompromi, sering atrofi dengan permukaan yang halus
 Tipe IIb. Jaringan lunak lebih tebal dari 2 mm, mudah
ditempatkan, sulit menahan tekanan. Biasanya terdapat jaringan
flabby pada daerah yang mengalami resorpsi tulang yang
berlebihan
 Tipe III. Flabby yang luas
 Dasar Mulut
memperlihatkan variasi dalam anatomi dan hubungan fungsional
hingga puncak linggir
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI
Pemeriksaan radiografi panoramik
Interpretasi radiografi panoramik mengikuti 5 langkah
analisis Chomenko:
1. Gambaran rahang untuk melihat kekurangan dalam stuktur
dan untuk mengaktifkan kembali formasi tulang yang baru.
2. Menggambarkan gejala dari lesi dengan jelas sesuai dengan
perubahan tulang dengan gambaran radiografinya.
3. Menghubungkannya dengan penemuan secara klinis,
histologis,dan laboratoris.
4. Menunjukan sebuah diagnosa banding.
5. Memperkirakan perkembangan dari lesi.
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI
 Wical dan Swoope :
 Foramen mentalis membagi mandibula menjadi tiga bagian
gambaran panoramik normal daerah rahang yang tidak bergigi
 Apabila jarak dari batas terbawah foramen mentalis diukur dan
dikalikan 3, dapat memberikan ketinggian sebenarnya dari
puncak tulang alveolar.
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI
 Kelas I (resorpsi ringan) kehilangan 1/3 tulang vertikal.
 Kelas II (resopsi sedang) kehilangan 1/3-2/3 tulang vertikal.
 Kelas III (resorpsi berat) kehilangan lebih dari 2/3 tulang vertikal

Metode Wical dan Swoope


Penilaian terhadap Gigi Tiruan Sebelumnya

melihat penutupan rahang dan mengarahkan


Oklusi mandibula untuk oklusi sentrik

Dimensi
Vertikal melihat profil muka saat oklusi

Retensi
dan dihubungkan dengan keberadaan resorpsi linggir
Stabilisasi residual

memperhatikan efek gigi tiruan terhadap


Estetik penampilan

Fonetik
efisiensi pasien untuk berbicara dengan normal
Kuantitas Tulang
RENCANA PERAWATAN
 Bentuk
FaktorLinggir
Personal
 Bentuk
FaktorPalatum
Fisik
 Hubungan
Tulang Antar Linggir
 Kontrol
FaktorOtot-Otot
Anatomis
 Tonus
Faktor
Otot
Metabolisme
 Kontrol
FaktorOtot
Fungsional
Muscular
 Pergerakan
Faktor Prostetik
Rahang
 Refleks
FaktorMuntah
Kontrol
 Masalah
Pertimbangan
Temporomandibular
Biomekanik Joint (TMJ)
 Pipi
Ukuran
dan Bibir
Lengkung
 Bentuk
Ketidakharmonisan
Lengkung Rahang
Ukuran Rahang
RENCANA PERAWATAN
 Faktor Personal
 Permintaan atau ketidakpuasan dengan protesa
 Pola kesehatan dan kehidupan pasien
 Kondisi rongga mulut serta struktur dan jaringan sekitarnya
 Kelayakan protesa yang akan dipakai

 Faktor Fisik
 Proses metabolisme mempengaruhi kesehatan rongga
mulut

 Tulang : Banyak faktor klinis yang berhubungan dengan resorpsi


tulang
RENCANA PERAWATAN
 Faktor Anatomis
 ukuran, bentuk dan kepadatan linggir, ketebalan dan
karakteristik penutupan mukosa, hubungan antar linggir, serta
jumlah alveoli

 Faktor Metabolisme
 Semua hormon yang berhubungan dengan nutrisi dan faktor
metabolisme lainnya yang mempengaruhi aktifitas sel mulai dari
pembentukan sel tulang sampai resorpsi sel tulang

 Faktor Fungsional
 Frekuensi, intensitas, durasi, dan pengaturan dari aplikasi daya
ke tulang diubah menjadi aktivitas sel yang menghasilkan
formasi tulang yang berbeda atau resorpsi tulang.
RENCANA PERAWATAN
 Faktor Prostetik
 Teknik, bahan, prinsip, konsep dan pemakaian yang
berhubungan dengan protesa
 Faktor Kontrol
 mekanisme kontrol lokal terdiri dari faktor biomekanikal, faktor
neurotropik, pH, potensial bioelektrik, temperatur, sistem saraf,
dan reflek neuromuskular
 Pertimbangan Biomekanik
 Kondisi jaringan penyangga dengan gigi tiruan
 Ukuran Lengkung
 Rahang yang besar memberikan support yang lebih baik
dibandingkan rahang yang kecil
RENCANA PERAWATAN
 Ketidakharmonisan Ukuran Rahang
 Ukuran rahang atas besar, rahang bawah kecil dan sebaliknya
 Bentuk Linggir
 Linggir mandibula yang runcing dengan penonjolan tulang,
dilakukan pemilihan teknik pemberian tekanan yang sesuai.
 Bentuk Palatum
 Palatum U menguntungkan
 palatum V tidak resisten terhadap pergerakan lateral
 Hubungan Antar Linggir
 Berubah seiring dengan terjadinya shrinkage (pengerutan)
 Kontrol Otot Muscular
 otot-otot terlalu tegang: manipulasi otot pipi dan bibir sulit
dilakukan
 otot-otot terlalu lemah: otot bibir dan pipi dapat melepaskan gigi
tiruan.
RENCANA PERAWATAN
 Pergerakan Rahang
 Kurangnya kemampuan dari pasien untuk menggerakan
mandibula ke tempat yang benar memberi masalah pada gigi
tiruan
 Refleks Muntah
 Refleks muntah tinggi mengganggu perawatan
 Masalah Temporo Mandibular Joint (TMJ)
 TMJ yang kurang sehat menambah komplikasi relasi rahang
 Pipi dan Bibir
 Pipi dan bibir mempunyai fungsi yang rawan untuk keberhasilan
penggunaaan gigi tiruan.
 Bentuk Lengkung Rahang
 Berpengaruh dalam menetapkan bentuk gigi artificial

Anda mungkin juga menyukai