Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PSIKOLOGI KEBIDANAN TENTANG

PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

NI WAYAN SUNARIASIH

1810104318

Disusun Oleh :

Arvina Devi Widhihastuti

1810104300

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda
tetapi tidak bisa dipisahkan. Pertumbuhan merupakan suatu perubahan dalam
ukuran tubuh dan merupakan sesuatu yang dapat diukur seperti tinggi badan,
berat badan, lingkar kepala yang dapat dibaca pada buku pertumbuhan.
Sedangkan perkembangan lebih ditujukan pada kematangan fungsi alat-alat
tubuh. Enam tahun pertama sangatlah penting dan merupakan tahapan
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat bagi seorang anak. Untuk itu
penting memantau pertumbuhan dan perkembangan anak agar tumbuh
kembangnya tidak terlambat. Dalam hal ini, peranan ibu-bapak dan pengasuh
menjadi sangat penting.
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa pra sekolah merupakan
tahap dasar yang sangat berpengaruh dan menjadi landasan untuk
perkembangan selanjutnya (Adriana, 2013). Masa ini berlangsung pendek
sehingga disebut sebagai masa kritis (critical period) atau masa keemasan
(golden gold). Gangguan tumbuh kembang sekecil apapun yang terjadi pada
anak di usia prasekolah ini, apabila tidak terdeteksi dan diintervensi sedini
mungkin akan mengurangi kualitas sumber daya manusia di masa akan
datang (Febrikaharisma, 2013).
Dari penelitian yang dilakukan Jeong Ji Eun at al pada tahun 2014 di
Pediatric klinik Rumah Sakit Universitas Daegu Katolik Korea, Pada tes
awal, 62 dari 70 anak memiliki indeks perkembangan mental (MDI) di bawah
70 dari Bayley Scales of Infant Development Uji II. Dari 62 anak dalam
penilaian tindak lanjut, 30 anak (48,4%) masih dalam kisaran kognitif yang
sama, 12 anak memiliki fungsi intelektual, 6 ditingkatkan untuk rata-rata
fungsi intelektual, dan 5 memiliki gangguan bahasa tertentu, 9 memiliki
gangguan spektrum autisme. Pada tes awal, 38 dari 70 anak memiliki hasil
perkembangan kognitif di bawah 70. Dari 38 anak dalam penilaian tindak
lanjut, 23 anak (60,5%) masih dalam jangkauan kognitif yang sama. Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) jawa timur pada tahun 2007, melakukan
pemeriksaan terhadap 2.634 anak, tim medis menemukan sebanyak 14,3 %
untuk gizi kurang, gizi baik 82,1 %, gizi lebih sebanyak 3,6%, untuk hasil
deteksi pertumbuhan dari berat badan. Untuk tinggi badan tim medis
menemukan, perawakan pendek 13,8 %, tinggi badan normal sesuai usia
83,3% dan perawakan tinggi 2,9%. Sedangkan lingkar kepala
ditemukan micro cephaly atau kepala lebih kecil dari usia normal sebanyak
8,3%, normal 90,0% dan makro chephaly 1,7%. Sementara untuk
perkembangan ditemkan normal sesuai dengan usia 53%, meragukan
(membutuhkan pemeriksaan lebih dalam) sebanyak 13%, penyimpangan
perkembangan sebanyak 34%. Dari penyimpangan perkembangan, 10%
terkena motorik kasar (seperti berjalan, duduk dan lain-lain), 30% motorik
halus (seperti menulis, memegang dan lain-lain), 44% bicara bahasa dan 16%
sosialisasi kemandirian (Nadhiroh, 2007).
Di Indonesia, data mengenai penyimpangan perkembangan anak pra
sekolah belum terdata secara akurat dan spesifik, namun UNESCO dapat
memperkirakan anak yang memiliki kecenderungan menyimpang mencapai
paling sedikit 10% dan hal ini dapat menjadi rujukan yang kuat, Sementara
itu berdasarkan data Badan Statistik Pusat Nasional saat ini diperkirakan ada
351.000 anak berkebutuhan khusus berada bawah umur lima tahun.
Tumbuh kembang pada anak tak lepas dari peran serta orangtua. Tingkat
pendidikan dan sosial orangtua yang relatif rendah dapat mempengaruhi
tumbuh kembang pada anak karena mereka menganggap bahwa selama anak
tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Sering kali para orang tua mempunyai
pemahaman bahwa pertumbuhan dan perkembangannya mempunyai
pengertian yang sama (Nursalam,at.al, 2005:31). Dalam tumbuh kembang
anak tidak sedikit peran ibu dan ekologi anak yaitu peran ibu sebagai para
genetik faktor yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan psikologis
terhadap pertumbuhan post natal dan perkembangan kepribadian melalui ibu,
sehingga ibu dapat memberikan stimulasi perkembangan kognitif dengan cara
anak diperlukan interaksi dengan lingkungannya antara lain dengan bergerak,
melihat, memegang, mendengar, mencium, melakukan sesuatu dan
melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya. Hal ini terkait dengan
tempat pertama anak belajar beradaptasi dengan lingkungan yaitu keluarga.
Agar anak dapat tumbuh kembang dengan optimal, di perlukan lingkungan
yang kondusif (Candriyani, 2009:14-15).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana tahap – tahap perkembangan anak pada usia dini?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Tumbuh Kembang
1. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif,

yaitu bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ,

maupun individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik,

melainkan juga ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan otak.

Sebagai contoh, hasil dari pertumbuhan otak adalah anak mempunyai

kapasitas lebih besar untuk belajar, mengingat, dan mempergunakan

akalnya. Jadi anak tumbuh baik secara fisik maupun mental.

Pertumbuhan fisik dapat dinilai dengan ukuran berat (gram, pound,

kilogram), ukuran panjang (cm, meter) umur tulang, dan tanda-tanda

seks sekunder (Soetjiningsih, 2013). Menurut Karl E Garrison

(Syamsussabri, 2013) pertumbuhan adalah perubahan individu dalam

bentuk ukuran badan, perubahan otot, tulang, kulit, rambut dan kelenjar.

Pengertian perkembangan secara termitologis adalah proses

kualitatif yang mengacu pada penyempurnaan fungsi sosial dan

psikologis dalam diri seseorang dan berlangsung sepanjang hidup

manusia. Menurut para ahli perkembangan merupakan serangkaian

perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan

dan pengalaman, terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat

kualitatif dan kuantitatif (E.B Harlock dalam Syamsusbahri, 2013),

dimaksudkan bahwa perkembangan merupakan proses perubahan

individu yang terjadi dari kematangan ( kemampuan seseorang sesuai


usia normal) dan pengalaman yang merupakan interaksi antara individu

dengan lingkungan sekitar yang menyebabkan perubahan kualitatif dan

kuantitatif (dapat diukur) yang menyebabkan perubahan pada diri

individu tersebut. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan

susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya

perkembangan sistem neuromuscular, kemampuan bicara, emosi dan

sosialisasi (Depkes, 2007).

2. Aspek-Aspek pertumbuhan dan perkembangan

a. Aspek pertumbuhan

Untuk menilai pertumbuhan anak dilakukan pengukuran

antopometri, pengukuran antopometri meliputi pengukuran berat

badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala, lingkar lengan

atas, dan lingkar dada (Saputri, 2014). Pengukuran berat badan

digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua

jaringan yang ada pada tubuh, pengukuran tinggi badan digunakan

untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor genetik,

sedangkan pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menilai

pertumbuhan otak. Pertumbuhan otak kecil (mikrosefali)

menunjukkan adanya reterdasi mental, apabila otaknya besar

(volume kepala meningkat) terjadi akibat penyumbatan cairan

serebrospinal. (Hidayat, 2011). Pada umur 6 bulan lingkar kepala

rata-rata adalah 44 cm (Angelina, 2014).


b. Aspek Perkembangan

Motorik kasar (gross motor) merupakan keterampilan meliputi

aktivitas otot-otot besar seperti gerakan lengan, duduk, berdiri,

berjalan dan sebagainya (Saputri, 2014). Motorik halus (fine motor

skills) merupakan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan

koordinasi mata dan tangan yang memerlukan koordinasi yang

cermat. Perkembangan motorik halus mulai memiliki kemampuan

menggoyangkan jari-jari kaki menggambar dua tau tiga bagian,

menggambar orang, melambaikan tangan dan sebagainya (Saputri,

2014). Bahasa (Languange) adalah kemampuan untuk memberikan

respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan,

berkomunikasi (Hidayat, 2011 ).Sosialisasi dan kemandirian

merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri

(makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah

dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan

lingkungannya ( Rusmil, 2008).

3. Ciri-ciri Pertumbuhan dan Perkembangan

Meskipun pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti

yang berbeda, namun keduanya saling mempengaruhi dan berjalan

secara stimulant. Pertumbuhan ukuran fisik akan disertai dengan

pertambahan kemampuan perkembangan anak. (Nursalam, 2006).

Adapun ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan anak menurut

Soetjiningsih (2013) adalah :


a. Ciri pertumbuhan

Pertumbuhan dapat dinilai dari beberapa perubahan yaitu :

a) Perubahan ukuran, terlihat jelas pada pertumbuhan fisik

dengan bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan

berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan lain-lain.

b) Proporsi tubuh, perubahan proporsi tubuh sesuai dengan

bertambahnya umur anak, proporsi tubuh seorang bayi

baru lahir sangat berbeda dibandingkan tubuh anak

ataupun orang dewasa.

c) Hilangnya ciri-ciri lama, selama proses pertumbuhan

terdapat hal-hal yang terjadi perlahan-lahan seperti

menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu dan

menghilangnya refleks-refleks primitif.

d) Timbul ciri-ciri baru, dikarenakan pematangan fungsi-

fungsi organ, seperti tumbuh gigi permanen.

b. Ciri perkembangan
Perkembangan melibatkan perubahan, yaitu terjadi
bersamaan dengan pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
Misalnya, perkembangan sistem reproduksi disertai dengan
perubahan pada organ kelamin. Perubahan-perubahan ini meliputi
perubahan ukuran tubuh secara umum, perubahan proporsi tubuh,
berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda
kematangan suatuorgan tubuh tertentu. Perkembangan awal
menentukan perkembangan selanjutnya. Seseorang tidak akan
melewati satu tahap perkembangan sebelum dia melewati tahapan
sebelumnya. Misalnya, seorang anak tidak akan bisa berjalan
sebelum dia berdiri. Karena itu perkembangan awal merupakan
masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
Perkembangan juga memiliki tahap yang berurutan, tahap ini di lalui
seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan, dan tahap-
tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik. Misalnya, anak lebih
dahulu mampu berdiri sebelum berjalan, mampu membuat lingkaran
sebelum mampu mampu membuat gambar kotak, dan lain-lain.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
Tumbuh kembang anak mulai dari konsepsi sampai dewasa
dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti faktor genetik dan faktor
lingkungan bio-fisiko- psikososial, yang bisa menghambat atau
mengoptimalkan tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, 2013).
Menurut Riyadi (2009) setiap orang tua akan mengharapkan anaknya
tumbuh dan berkembang secara sempurna tanpa mengalami hambatan
tertentu. Pola tumbuh kembang secara normal antara anak yang satu
dengan anak yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena
dipengaruhi oleh interaksi oleh banyak faktor. (Nursalam, 2008).
Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
anak, yaitu :
a. Faktor dari dalam (internal)
Faktor dari dalam dapat dilihat dari faktor genetik dan
hormonal, faktor genetik akan mempengaruhi kecepatan
pertumbuhan dan kematangan tulang, alat seksual, serta saraf,
sehingga merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang, yaitu : perbedaan ras. Etnis atau bangsa,
keluarga, umur jenis kelamin dan kelainan kromosom. Kemudian
pengaruh hormonal, dimana sudah terjadi sejak masa prenatal,
yaitu saat janin beumur 4 bulan. Pada saat itu, terjadi
pertumbuhan yang cepat. Hormon yang berpengaruh terutama
adalah hormon pertumbuhan somatropin yang dikeluarkan oleh
kelenjar pituitary. Selain itu, kelenjar tiroid juga menghasilkan
kelenjar tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta maturasi
tulang, gigi dan otak (Soetjiningsih, 2013).
b. Faktor dari luar (eksternal)
Faktor dari luar dapat dilihat dari : (a) faktor prenatal, antara
lain gizi, mekanis, toksin/zat kimia, endoktrin, radiasi, infeksi,
kelainan imunologi, anoksiembrio dan psikologi ibu. (b) faktor
persalinan, yaitu komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma
kepala, afaksia dapat menyebabkan kerusakn jaringan otak. (c)
Faktor pasca salin, yaitu gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital,
lingkungan fisis dan kimia, psikologis, endokrin, sosio-ekonomi,
lingkungan pengasuhan, stimulasi dan obat-obatan (Rusmil 2008).
B. Tahap - tahap tumbuh kembang anak
1. Pertumbuhan
a. Berat Badan
Pemantauan pertumbuhan bayi dan anak dapat dilakukan dengan
menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, dan lingkar kepala
anak. Pertumbuhan berat badan bayi usia 0-6 bulan mengalami
penambahan 150-250 gram/minggu dan berdasarkan kurva
pertumbuhan yang diterbitkan oleh National Center for Health
Statistics (NCHS), berat badan bayi akan meningkat dua kali lipat
dari berat lahir pada anak usia 4-7 bulan (Wong, 2008). Berat badan
lahir normal bayi sekitar 2.500-3.500 gram, apabila kurang dari
2.500 gram dikatakan bayi memiliki berat lahir rendah (BBLR),
sedangkan bila lebih dari 3.500 gram dikatakan makrosomia. Pada
masa bayi-balita, berat badan digunakan untuk mengukur
pertumbuhan fisik dan status gizi diperhaatikan (Susilowati 2008,
dalam Rif’atunnisa, 2014).
b. Panjang Badan
Istilah panjang badan dinyatakan sebagai pengukuran yang
dilakukan ketika anak terlentang (Wong, 2008). Pengukuran
panjang badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Selain
itu, panjang badan merupakan indikator yang baik untuk
pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting) dan untuk
perbandingan terhadap perubahan relatif, seperti nilai berat badan
dan lingkar lengan atas (Nursalam, 2008). Pengukuran panjang
badan dapat dilakukan dengan sangat mudah untuk menilai
gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Panjang bayi baru
lahir normal adalah 45-50 cm dan berdasarkan kurva yang
ditentukan oleh National Center for Health Statistics (NCHS), bayi
akan mengalami penambahan panjang badan sekitar 2,5 cm setiap
bulannya (Wong, 2008). Penambahan tersebut akan berangsur-
angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5
cm/tahun dan penambahan ini akan berhenti pada usia 18-20 tahun
(Nursalam, 2008).
c. Pengukuran Lingkar Kepala Anak
Cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak
mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada
pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak anak juga
terhambat. Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal
dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai standar
(Chamidah, 2009). Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata adalah
34-35 cm dan lingkar kepala ini lebih besar daripada lingkar dada.
Pada anak umur 6 bulan, lingkar kepala rata-rata adalah 44 cm,
umur 1 tahun 47 cm, 2 tahun 49 cm, dan dewasa 54 cm. Jadi,
pertambaha lingkar kepala pada 6 bulan pertama adalah 10 cm, atau
sekitar 50% pertambahan lingkar kepala sejak lahir sampai dewasa
terjadi 6 bulan pertama kehidupan. (Soetjiningsih, 2013).
2. Perkembangan
a. Perkembangan motorik kasar, aspek perkembangan lokomosi
(gerakan) dan postur (posisi tubuh). Pada usia 6 bulan, bila bayi
didudukkan di lantai, bayi bisa duduk sendiri tanpa disokong tetapi
punggung masih membungkuk, bayi mampu berguling sebagai
aktivitas yang disadari sehingga untuk mencapai benda dengan jarak
dekat, bayi dapat berguling-guling. Kontrol kepala bayi muncul
lebih dulu pada posisi tengkurap, sehingga bayi lebih dahulu
berguling dari posisi terlentang.
b. Perkembangan motorik halus, kemampuan motorik halus
dipengaruhi oleh matangnya fungsi motorik, dan koordinasi
neuromuskular yang baik, fungsi visual yang akurat, dan
kemampuan intelek nonverbal. Pada usia 6 bulan bayi mampu
memindahkan objek dari tangan satu ke tangan lainnya, bayi juga
mampu meraih dan mengambil benda dengan baik, tanpa disertai
gerakan simultan pada tangan yang lain, bayi juga mampu
memasukkan balok ke dalam gelas tapi tidak bisa mengambil
kembali.
c. Perkembangan bahasa, kemampuan untuk memberikan respons
terhadap suara, mulai mengenal kata-kata “da da, pa pa, ma ma”.
d. Perkembangan sosial, banyak dipengaruhi faktor lingkungan
(pengasuhan). Seorang bayi mewarisi karakteristik emosional-sosial
dan gaya berinteraksi, tetapi sifat bawaan tersebut dimodifikasi oleh
gaya orangtua dan lingkungan sosial, bayi akan merasa nyaman
disekitar orang-orang akrab dan timbul kecemasan di sekitar orang
asing. Pada usia ini bayi senang bermain dengan bayi lainnya, dan
sekali- kali ia akan tersenyum dan meniru suara masing- masing,
diusia ini bayi mulai mengenali orang tua.
3. Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Gangguan Pertumbuhan Fisik
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan
diatas normal dan gangguan pertumbuhan dibawah normal.
Pemantauan berat badan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat).
Menurut Soetjaningsih (2003, dalam Abdul Rajab, 2013) bila grafik
berat badan naik lebih dari 120% kemungkinan anak mengalami
obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan apabila grafik berat
badan dibawah normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi,
menderita penyakit kronis atau atau kelainan hormonal. Lingkar
kepala juga menjadi salah satu parameter yang penting. Ukuran
lingkar kepala menggambarkan isi kepala termasuk otak dan cairan
serebrospinal. Lingkar kepala yang lebih dari normal dapat dijumpai
pada anak yang menderita hidroseflus, megaensefali, tumor otak.
Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga
anak menderita retardasi mental, malnutrisi kronis.
b. Gangguan perkembangan motorik
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh
beberapa hal. Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik
adalah kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskular. Anak
dengan cerebral palsy dapat mengalami keterbatasan perkembangan
motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia,atau hipotonia.
Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat
menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik. Namun tidak
selamanya gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya
penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga
dapat mempengaruhi keterlambatan perkembangan motorik. Anak
yang tidak mempunyai kesempatan belajar seperti sering digendong
atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan
dalam mencapai kemampuan motorik (Nur, 2009 dalam Rajab,
2013)
c. Gangguan perkembangan bahasa
Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh sistem
perkembangan anak, kemampuan berbahasa melibatkan kemampuan
motorik, psikologis, emosional dan perilaku (Widyastuti, 2008).
Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan
berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran,
kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang
terlambat. Selain itu, gangguan perkembangan bicara dapat juga
disebabkan oleh kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral
pasli ( Nur, 2009 dalam Rajab, 2013).
d. Gangguan suasana hati (mood disoders)
Gangguan tersebut antara lain adalah major depression yang
ditandai dengan disforia, kehilangan minat, sukar tidur, sukar
konsentrasi, dan nafsu makan terganggu. (Rajab, 2013).
e. Gangguan pervasif dan psikosis pada anak
Meliputi autisme (gangguan komunikasi verbal dan nonverbal,
gangguan perilaku dan interaksi sosial). Asperger (gangguan
interaksi sosial, perilaku, perilaku yang terbatas dan diulang-ulang,
obsesif), childhood disentegrative disorders. (Rajab, 2013).
C. Cara Mengembangkan Perkembangan Pada Anak Usia Dini
1. Perkembangan Fisik Motorik Anak
Dalam mengembangkannya dapat dilakukan melalui permainan
tradisonal untuk anak usia dini. Jenis permainan tradisonal untuk
meningkatkan kemampuan motorik pada anak usia dini, antara lain:
a. Permainan Congklak/Dakon
Permainan ini biasanya dimainkan oleh 2 orang anak
perempuan atau laki-laki, permainan ini menggunakan papan
uang yang disebut papan congklak.Ukuran papa ini adalah 16
lubang untuk menyimpan biji congklak, lubang tersebut saling
berhadapan dan 2 lubang besar kedua besar di kedua
sisinya.Dua lubang besar tersebut milik masing-masing
pemain.
b. Lompat Tali/Sapintrong
Permainan ini terbuat dari rentengan karet gelang yang
berbentuk tali panjang. Dengan bermain lompat tali ini motorik
kasar pada anak akan berstimulasi.
c. Permainan Kelereng
Permaianan ini terbuat dari adonan semen dan kapur, berbentuk
bulat sebesar ibu jari pada kaki atau terbuat dari batu wali yang
dibentuk bulat kecil.Dengan bermain kelereng dapat melatih
perkembangan motorik halus pada anak sehingga
perkembangannya dapat trstimulasi dengan baik.
2. Perkembangan Kognitif
Dalam mengembangkan perkembangan kognitif pada anak usia
dini dapat dikembangkan melalui media pembelajaran, yaitu:
a. Balok / kotak bangunan
Berfungsi untuk memperkenalkan pada anak berbagai bentuk
kotak bangunan yang bisa mereka lihat sehari-hari.
b. Kotak-kota huruf
Berfungsi untuk menarik minat baca dan menyusun huruf dalam
kata yang bermakna.
c. Papan planel
Berfungsing mengenalkan konsep bilangan dan bercerita dengan
papa planel.
d. Papan Goemetri.
Berfungsi mengenalkan bentuk-bentuk geometris
e. Papan mengenal warna
Berfungsi untuk mengenal warna pada anak.
f. Boneka
Berfungsi sebagai alat peraga dalam bermain sandiwara yang
berkaitan dengan perkembangan kognitf.
g. Kotak kubus
Berfungsi untuk membentuk suatu benda dari kubus secara
mendatar.
h. Buku-buku
Berfungsi untuk merangsang minat baca.
i. Ukuran panjang /pendek
Berfungsi untuk mengukur tinggi / lebar /panjang.
j. Alat-alat yang ada diluar kelas
Seperti ayunan, cungkat-cungkit, peluncur, papan titian, dan lain
sebagainya.
3. Perkembangan Bahasa
Dalam mengembangkan perkembangan bahasa pada anak usia dini
dapat dilakukan dengan metode bercertita. Dengan metode bercerita ini
dilakukan dengan dengan mendengakan suara-suara binatang,
menebak suara, menyimak cerita, peran berantai, menirukan suara,
menirukan kalimat, menjawab pertanyaan, mendengarkan radio,
mendengarkan kaset cerita untuk anak, lagu-lagu anak, dan
sebagainya. Adapun metode yang sesuai dengan pendidikan anak usia
dini adalah metode bercerita, bercakap-cakap, tanya jawab, karya
wisata, demotrasi, sosio drama, eksperimen, proyek, dan pemberian
tugas,.Dalam metode bercerita ini, dapat memebantu siswa dalam
mencapai tingkat pencapaian perkembangan penerimaan bahasa dan
pengungkapan bahasa, dalam hal ini, menyimak perkataan orang lain,
memahami cerita dan menjawab pertanyaan sederhana, dan
menceritakan kembali cerita/dongeng yang pernah didengar.
BAB III
KESIMPULAN

Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu


bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu.
Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukuran dan
struktur organ-organ tubuh dan otak. Sebagai contoh, hasil dari pertumbuhan otak
adalah anak mempunyai kapasitas lebih besar untuk belajar, mengingat, dan
mempergunakan akalnya. Jadi anak tumbuh baik secara fisik maupun mental.
Pertumbuhan fisik dapat dinilai dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram),
ukuran panjang (cm, meter) umur tulang, dan tanda-tanda seks sekunder
(Soetjiningsih, 2013).
Melalui pandangan ahli tersebut, tenaga pendidik dalam menyiapkan atau
merancang kegiatan pembelajaran disesuiakan dengan perkembangan kognitif
peserta didik sehingga pelaksanaan pembelajaran yang diberikan sesuia dengan
“apa maunya peserta didik bukan apa maunya pendidik”. Dengan mengenal
perkembangan kognitif peserta didik, bahan ajar dan contoh-contoh yang
disiapkan akan membantu peserta didik untuk memahami dan mencerna sesuai
dengan pengalaman mereka. Di samping itu, penggunaan metode yang tepat akan
membantu peserta didik untuk aktif dalam memberikan gagasan-gagasan yang
inovatif dan kreatif. Jika pendidik tidak memahami dan mengenal perkembangan
peserta didik maka pembelajaran yang sajikan merupakan sebuah kesalahan yang
sangat fatal karena telah menghambat perkembangan peserta didik, baik dari segi
intelegensi, spiritual maupun emosinal peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, Aziz. 2011. Metode Penelitian Kebidanan dan TeknikAnalisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.

Depkes RI. (2007). Profil Kesehatan 2007. Departemen Kesehtan RI.

Febrikaharisma, M.H. (2013). Hubunganantara TB/U denganfungsi


motoricanakusia 2-4 tahun. Semarang: FK. UNDIP

Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC; 2013.

Syamsussabri, Muhammad. (2013). Konsep Dasar Pertumbuhan dan

Perkembangan Peserta Didik. Jurnal Perkembangan Peserta Didik. Vol 1,

No 1, hlm 3.

JURNAL

Sanitasari, Rati Dwi Dkk. Sistem Monitoring Tumbuh Kembang Anak Usia 0-5
Tahun Berbasis Android. Jurnal Rekursif, Vol. 5 No. 1 Maret 2017, ISSN
2303-0755.
Handayani, Dewi Sri dkk,. Penyimpangan Tumbuh Kembang Pada Anak Dari
Orang Tua Yang Bekerja,. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 20 No.1,
Maret 2017, hal 48-55.

Anda mungkin juga menyukai