Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Natural

Vol. 15, No. 2, 2015


ISSN 1141-8513

THE CYTOTOXIC ACTIVITY OF


ETHYLACETATEFRACTION OF KERSEN (Muntingia
Calabura) LEAVES AGAINST LARVAE SHRIMP
ARTEMIA SALINA LEACH
Sadli, Nurul Wahyu Utami dan Irma Sari*

Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Syiah Kuala


Darussalam – Banda Aceh, 23111
*E-mail: imazolin@gmail.com

Abstract. The cytotoxic activity experiment of ethylacetatefraction of kersen (Muntingia calabura) leaves has
been carried out using the Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method withf ive concentration variables; they
are 10 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 500 ppm, and 1000 ppm. The research aims to determine the secondary
metabolite; the extract characterization and determine cytotoxic activity of the ethyl acetate fraction of
kersen (Muntingia calabura L.) leaves. Extraction was done with maceration method using ethyl acetate
solvent to the kersen dried leaves dregs of n-hexane extract and the value of LC50 was determine by using
probit analysis. The results of phytochemical screening showed that ethyl acetate fraction of kersen
(Muntingia calabura) leaves contained three secondary metabolites, namely tannin, saponin and flavonoid
with extract characterization results are the water content of 3.85%3 ± 0.35%, the water soluble extractive of
17.65% ± 0.27%, ethanol soluble extractive of 62.24% ± 0.07%, the total ash value of 0.89%± 0.005%, and
acid insoluble ash value of 0.69%± 0.004%. The LC50 value of ethyl acetate fraction of kersen (Muntingia
calabura) 84.92 ppm showed that the extract has cytotoxic activity as medium toxic.

Keywords: Ethyl Acetate fraction, Kersen, BSLT, LC50

I PENDAHULUAN seluruh dunia, dengan 8,2 juta kematian pada


tahun 2012. Pengobatan kanker dapat
Indonesia merupakan salah satu negara tropis dilakukan dengan pembedahan, kemoterapi,
yang terkenal dengan keanekaragaman hayati ataupun radiasi. Namun pengobatan dengan
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.hal cara tersebut dapat menimbulkan beberapa efek
tersebut tentunya menjadi potensi besar untuk yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, perlu
pengembangan industri agromedisin di dunia dilakukan penelitian tentang pengobatan
dan merupakan aset nasional bernilai tinggi. kanker yang efektif dan aman.Salah satunya
WHO merekomendasikan penggunaan obat dengan pengembangan agen kemopreventif
herbal untuk pemeliharaan kesehatan dari bahan alam yang dapat menghambat
masyarakat, serta untuk pencegahan dan pertumbuhan sel kanker. Kersen (Muntingia
pengobatan berbagai penyakit, terutama untuk calabura L.) merupakan salah satu dari sekian
penyakit kronis, penyakit degeneratif dan banyak tumbuhan yang berkhasiat sebagai
kanker. Menurut National Cancer Institute obat.Muntingia calabura L. atau disebut juga
kanker adalah suatu istilah untuk penyakit di dengan Jamaican ceri tersebar diseluruh Asia
mana sel-sel membelah secara abnormal tanpa Tenggara termasuk Indonesia, serta merupakan
kontrol dan dapat menyerang jaringan di satu-satunya spesies dari genus Muntingia dan
sekitarnya [1]. Berdasarkan data dari WHO dapat tumbuh di sepanjang musim. Di
diperkirakan 14,1 juta kasus kanker terjadi Indonesia daun kersen digunakan untuk
pada tahun 2012, dimana 40% diantaranya beberapa indikasi, misalnya untuk mengobati
adalah kanker paru-paru, kanker payudara, asam urat, antipiretik, antidiabetes, antioksidan,
kanker usus, dan kanker perut [2]. Kanker dan beberapa penyakit lainnya.Daun kersen
merupakan penyebab utama kematian di diketahui mengandung senyawa metabolit
37
*Judul ini telah dipresentasikan pada Seminar Nasional: Indonesian StudentsConference on Science and
Mathematics(ISCSM) 11-12 November 2015, Banda Aceh Indonesia
The cytotoxic activityofethylacetatefraction of kersen (muntingia calabura) leaves against ...
(Sadli, Nurul Wahyu Utami dan Irma Sari)

sekunder alkaloid (dari ekstrak air daun kersen) Bouchardat dan Dragendorf. Jika terdapat
[3] flavonoid, triterpenoid, tanin, saponin, dan alkaloid maka dengan Meyer LP terbentuk
steroid, serta memiliki aktivitas sitoksik endapan menggumpal putih atau kuning,
terhadap kultur sel P-388 (dari ekstrak dietil dengan Bouchardat LP terbentuk endapan
eter akar kersen) [4, 5, 6]. berwarna coklat sampai hitam, dengan
Dragendorf LP terbentuk endapan kuning
II METODOLOGI jingga. Serbuk dikatakan mengandung alkaloid
apabila 2 dari 3 reaksi diatas memberikan
Alat yang digunakan adalah bejana maserasi, reaksi positif. Pengujian Tanin dilakukan
blender (National®), timbangan analitik, dengan cara: sebanyak 0,5 g ekstrak ditimbang,
mikroskop, kaca preparat, kaca penutup, alat selanjutnya dimaserasi dengan aquades 10 mL
vakum, aluminium foil, rotary evaporator, hot selama 15 menit, disaring, filtrat diencerkan
plate, pipet mikro, corong, cawan porselen, dengan aquades sampai hampir tidak berwarna.
kertas saring, spatula, wadah pembiakan larva, Diambil 2 mL filtrat, ditambahkan 2 tetes
tabung reaksi, labu ukur, oven, tanur, krus larutan FeCl3 10%, diperhatikan warna yang
silika, batang pengaduk, gelas kimia, gelas terjadi, warna biru atau hijau menunjukkan
ukur, pipet tetes, erlenmeyer, rak tabung, dan adanya tanin. Pengujian Flavonoid dilakukan
vial yang telah dikalibrasi. Bahan yang memalui prosedur sebagai berikut: sebanyak
digunakan adalah daun kersen, pelarut etil 0,5 g ekstrak ditimbang, di ekstraksi dengan n-
asetat, larutan asam sulfat pekat, asam asetat, heksana, disaring, residu yang terbentuk
kertas saring, etanol 95%, kloralhidrat LP, diekstraksi dengan 10 mL metanol. Selanjutnya
Meyer LP, Dragendorff LP, bouchardat LP, ditambahkan 0,5 mg serbuk Mg dan HCl 0,5
liberman LP, kloroform, ammonia, asam M, adanya warna jingga/merah/kuning
klorida pekat, asam klorida 2N, Besi(III) menunjukkan adanya flavonoid. Untuk uji
klorida 1%, n-heksana, serbuk Magnesium, Saponin dilakukan dengan cara: ditimbang 0,5g
asam asetat anhidrida, aquades, tween 80, ragi ekstrak, dimasukkan kedalam tabung reaksi.
1%, natrium klorida. Penelitian dilakukan pada Ditambahkan 10 mL air panas, didinginkan dan
bulan November 2014 sampai dengan Juni dikocok kuat-kuat selama 10 detik, terbentuk
2015. Penelitian dilakukan di Laboratorium buih yang mantap tidak lebih 10 menit,
Hayati dan Laboratorium Penelitian Farmasi di setinggi 1 cm sampai 10 cm. Pada penambahan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan 1 tetes HCl 2 N, buih tidak hilang. Untuk
Alam Universitas Syiah Kuala. pengujian Steroid/Triterpenoid dikakukan
dengan cara: ditimbang 1 g ekstrak,
Pengujian makroskopik dengan menaburkan ditambahkan n-heksana lalu didiamkan selama
serbuk simplisia di atas kaca objek yang telah 2 jam, disaring, diuapkan filtrat dalam cawan
ditetesi pelarut kloralhidrat LP, ditutup dengan penguap, ditambahkan asam asetat anhidrida
kaca penutup, diamati di bawah mikroskop [7]. pada sisa filtrat, kemudian tetesi dengan asam
Pengujian mikroskopik serbuk simplisia sulfat pekat (Pereaksi Liebermann-Burchart).
diamati organoleptiknya. Penetapan Timbulnya warna ungu dan merah kemudian
organoleptik simplisia meliputi bentuk, warna, berubah menjadi hijau biru menunjukkan
rasa, dan bau [8]. Ekstraksi sampel dilakukan adanya triterpen/steroida
secara maserasi menggunakan etil asetat
sebagai larutan penyari. 375 g residu ekstrak n- Karakterisasi ekstrak
heksana daun kersen direndam dalam 2,8 L etil
asetat selama 5 hari, terlindung dari cahaya, a) Penetapan kadar air
sambil diaduk berulang-ulang. Setelah 5 hari Ditimbang 2-5 g ekstrak dalam cawan porselen
diserkai, ampas diperas. Pada ampas ditambah yang telah diketahui beratnya.Dikeringkan
etil asetat 1 L, diaduk dan diserkai sehingga cawan porselen dan ekstrak dalam oven pada
diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. suhu 105°C selama 3 jam. Cawan dan ekstrak
Wadah ditutup dan dibiarkan ditempat sejuk, didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang
terlindung dari cahaya, selama 2 hari, dan dihitung kadar air.Kadar air dihitung
kemudian ampas diperas kembali. Pengujian berdasarkan persamaan (1)[11].
Alkaloid dilakukan dengan cara: sebanyak
0,5 g ekstrak ditimbang, ditambahkan 1 Kadar air = × 100%
mLHCl 2 N dan 9 ml air, dipanaskan diatas (1)
penangas air selama 2 menit,didinginkan dan
disaring. Filtrat dipindahkan kedalam 3 tabung (b) Penetapan kadar sari larut dalam Etanol
reaksi masing-masing 3 tetes, kemudian Ditimbang 5 g ekstrak, dilakukan maserasi
ditambahkan kedalam masing-masing tabung dengan 100 mL etanol 95% P selama 24 jam
reaksi 2 tetes larutan pereaksi (LP) Meyer, (dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama,

38
The cytotoxic activityofethylacetatefraction of kersen (muntingia calabura) leaves against ...
(Sadli, Nurul Wahyu Utami dan Irma Sari)

selanjutnya dibiarkan selama 18 jam), disaring ditambahkan tween secukupnya (2-3 tetes)
cepat untuk menghindari penguapan etanol, maka didapat larutan induk dengan konsentrasi
diuapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam 10.000 μg/mL. Pengujian aktivitas dilakukan
cawan dangkal beralas datar yang telah dengan 5 variasi konsentrasi yaitu 1.000; 500;
dipanaskan pada suhu 105°C dan ditara. 200; 100 dan 10 ppm dengan 3 kali
Dihitung kadar dalam persen sari larut etanol pengulangan masing-masing konsentrasi,
[11]. larutan diaduk sampai homogen.

Kadar sari larut etanol = x 100% (2) (c) Uji Sitotoksik


Larutan sampel yang akan diuji masing-masing
(c) Penetapan kadar abu total sebanyak 1 mL dimasukkan pada masing-
Ditempatkan sekitar 2 g ekstrak dalam krus masing vial dengan konsentrasi 1.000; 500;
silikat yang telah dipanaskan dan ditimbang 200; 100 dan 10 ppm. Kemudian ditambahkan
sebelumnya. Dipanaskan dengan cara air laut hingga batas kalibrasi (5 mL). Dipipet
meningkatkan panas secara bertahap hingga larva Artemia salina L sebanyak 10 ekor dan
sampel menjadi putih, pemanasan dilakukan dimasukkan hati-hati kedalam masing-masing
pada suhu 600°C selama 3 jam hingga bobot vial. Sebanyak 1 tetes ragi (0,6 mg/mL)
tetap. Didinginkan abu dalam desikator selama dimasukkan kedalam vial sebagai makanan
30 menit, kemudian abu langsung ditimbang. Artemia salina L. Larutan diaduk sampai
Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan homogen. Untuk kontrol dilakukan tanpa
uji[11]. penambahan ekstrak. Selanjutnya dihitung
jumlah larva yang mati dan masih hidup dari
tiap vial setelah dibiarkan selama 24 jam. [12]
Kadar abu = x 100% (3) [13]

(d) Penetapan kadar abu tak larut asam kematian − kematian kontrol
% kematian = x100%
Padawadahyang berisiabutotal,ditambahkan25 jumlah larva awal
mL HCl encer, ditutup dengankaca arloji dan (5)
didihkandengan api kecil selama5menit,
dikumpulkan bagian yang tidak larut dalam III HASIL DAN PEMBAHASAN
asam, disaring menggunakan kertas saring
bebas abu dan dicuci kertas saring denganair Uji makroskopik berupa uji organoleptis
panassampai didapatkan filtratnetral.Dipijarkan meliputi struktur, bau atau rasa, serta warna
dalam krus hingga didapatkanberat dari suatu simplisia.Simplisia dari daun
konstan,didinginkanresidu dan langsung Muntingia calabura memiliki struktur berupa
ditimbang.Kadar abu total dihitung terhadap daun lonjong dengan ujung meruncing; pinggir
berat bahan uji[11]. daun bergerigi; bentuk tulang daun menyirip;
berwarna hijau gelap; dan tidak berbau.
Sedangkan serbuk simplisia memiliki struktur
Kadar abu tak larut asam = x 100% (4)
berupa serbuk kasar berbulu, warna hijau
gelap, dan tidak berbau. Uji mikroskopik
Uji BSLT(Brine Shrimp Lethality Test) dilakukan untuk mengetahui lebih rinci
karakter dari suatu simplisia. Berdasarkan uji
a) Penyiapan Larva mikroskopik pada serbuk simplisia daun kersen
Telur Artemia salina L. ditetaskan dalam (Muntingia calabura L.) didapatkan trikoma
wadah yang telah terisi dengan air laut. Sebuah granduler, rambut penutup, resin, trakea,
plastik pembatas dengan beberapa lubang stomata, sel tetangga dan sel epidermis.
sebesar 2 mm diletakkan pada wadah untuk Sedangkan pada daun kersen segar didapatkan
membuat 2 kompartemen yang tidak sama trikoma granduler, epidermis, rambut penutup,
besar. Telur ditaburi ke dalam kompartemen resin, stomata, sel tetangga, dan sel gabus.
yang lebih besar dan dibuat tanpa Ekstraksi merupakan proses penarikan atau
penerangan/gelap, sedangkan kompartemen pemisahan komponen atau zat aktif suatu
kecil dibuat lebih terang.setelah 48 jam nauplii simplisia dengan menggunakan pelarut
(sebutan untuk larva udang) yang telah terpisah tertentu. Pada penelitian ini ekstraksi simplisia
dari cangkang terdapat pada kompartemen dilakukan dengan metode maserasi
yang terang dan dapat dikumpulkan menggunakan pelarut etil asetat. Maserasi
menggunakan pipet. merupakan proses ekstraksi simplisia
menggunakan pelarut tertentu dengan
(b) Pembuatan konsentrasi larutan pengadukan berulang pada temperatur ruang.
Fraksi etil asetat ditimbang sebanyak 100 mg Secara teknologi maerasi termasuk ekstraksi
kemudian dilarutkan dalam 10 mL aquades dan dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi

39
The cytotoxic activityofethylacetatefraction of kersen (muntingia calabura) leaves against ...
(Sadli, Nurul Wahyu Utami dan Irma Sari)

pada keseimbangan [14]. Awalnya serbuk Penetapan kadar air bertujuan menentukan
simplisia diekstrak terlebih dahulu batasan minimal atau rentang tentang besarnya
menggunakan pelarut n-heksana sebelum kandungan air dalam bahan, dimana nilai
diekstraksi menggunakan pelarut etil asetat maksimal atau rentang yang diperbolehkan
(ekstraksi bertingkat). Berat residu serbuk terkait dengan kemurniaan dan kontaminasi
simplisia yang di ekstrak menggunakan pelarut [14]. Uji ini dilakukan menggunakan metode
etil asetat adalah 375 g dari berat serbuk gravimetri, dengan prinsipnya yaitu
simpisia awal yaitu 400 g. Hasil ekstrak kental menguapkan air yang ada pada sampel/ekstrak
yang diperoleh setelah di evaporasi yaitu 13,3 g dengan pemanasan pada suhu 105°C dan
dengan persentase rendemen yang didapat yaitu selanjutnya menimbang sampel hingga berat
sebesar 3,54%. konstan [17]. Pada penelitian ini, persentase
rata-rata kadar air dari fraksi etil asetat daun
Tabel 1 Hasil skrining fitokimia kersen (Muntinigia calabura L.) adalah sebesar
Golongan Senyawa Hasil Skrining 3,85% ± 0,35%. Berdasarkan literatur
Alkaloid - persentase kadar air dalam suatu ekstrak tidak
Tannin + boleh lebih dari 10% yang bertujuan untuk
Flavonoid + menghindari mudahnya pertumbuhan jamur
Saponin + pada ekstrak [17] serta menghindari adanya
Steroid/Triterpenoid - aktivitas enzim untuk mengurai senyawa awal
pada ekstrak menjadi senyawa yang tidak
Tabel 2 Karakterisasi ekstrak diinginkan (senyawa artefak). Jadi berdasarkan
Persentase hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa
Parameter Uji
rata-rata kadar air pada sampel yang digunakan telah
Kadar air 3,85 ± 0,35 memenuhi syarat.
Kadar sari larut dalam air 17,645 ± 0,265
Kadar sari larut dalam Penetapan kadar sari larut air dan etanol
62,24 ± 0,07
etanol dilakukan untuk menentukan jumlah
Kadar abu total 0,895 ± 0,005 kandungan senyawa dalam simplisia yang
Kadar abu tak Larut Asam 0,695 ± 0,004
dapat tersari dalam kedua pelarut tersebut. Air
dimaksudkan untuk melarutkan senyawa polar
Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa sedangkan etanol melarutkan senyawa kurang
fraksi etil asetat daun kersen mengandung tiga polar yang terdapat dalam ekstrak. Kedua
metabolit sekunder yaitu tanin, flavonoid dan pelarut tersebut digunakan untuk uji ini karena
saponin.Adanya ketiga metabolit tersebut keduanya merupakan pelarut yang
diindetifikasi dengan menggunakan larutan diperbolehkan dan memenuhi syarat
pereaksi tertentu pada masing-masing uji yaitu kefarmasian (Pharmaceutical grade) [17].
uji tannin menggunakan pereaksi FeCl3 10% Berdasarkan data yang diperoleh (Tabel 2)
menghasilkan warna biru gelap yang besar rata-rata kadar sari larut air adalah
disebabkan karena terjadinya reaksi antara 17,65% ± 0,27%, sedangkan besar rata-rata
FeCl3 dengan salah satu gugus hidroksil pada kadar sari larut etanol adalah 62,24%±0,07%.
tannin [15]. Uji flavonoid dengan penambahan Hal ini menunjukkan bahwa fraksi etil asetat
serbuk Mg dan HCl menghasilkan warna daun kersen (Muntinigia calabura L.)
jingga yang disebabkan karena tereduksinya mengandung lebih banyak senyawa yang
senyawa flavonoid pada sampel oleh serbuk kurang polar dibandingkan senyawa polar
Mg dan HCl [15], warna jingga yang terbentuk (berdasarkan kelarutannya dalam air dan
pada uji flavonoid juga disebabkan etanol).
terbentuknya garam flavilium [16]. Uji saponin
menggunakan air dan di kocok kuat selama 10
Penetapan kadar abu pada sampel dilakukan
detik menghasilkan busa stabil dan busa tidak
dengan metode uji kadar abu total dan uji kadar
hilang setelah penambahan HCl 2N, busa
abu tidak larut asam. Penetapan kadar abu
dihasilkan karena adanya glikosida yang
bertujuan untuk memberikan gambaran
membentuk buih dalam air dan terhidrolisis
kandungan mineral internal dan eksternal yang
menjadi senyawa glikon (gula) dan aglikon
berasal dari proses awal hingga terbentuknya
(non-gula) [16]. Adapun uji alkaloid
ekstrak, adapun prinsip dari uji ini adalah
menggunakan pereaksi Meyer, Dragendrof dan
pemanasan sampel pada temperatur dimana
Bouchardat pada sampel tidak menghasilkan
senyawa organik dan turunannya terdestruksi
endapan sedangkan uji steroid/triterpen dengan
(≤6500C) sehingga menyisakan unsur mineral
penambahan pereaksi Liberman-Bouchardat
dan senyawa anorganik. Persentase rata-rata
tidak menghasilkan warna ungu dan atau
kadar abu total fraksi etil asetat daun kersen
merah, menunjukkan bahwa sampel tidak
(Muntinigia calabura L.) adalah
mengandung alkaloid dan steroid/triterpen.

40
The cytotoxic activityofethylacetatefraction of kersen (muntingia calabura) leaves against ...
(Sadli, Nurul Wahyu Utami dan Irma Sari)

0,89%±0,005%,sedangkan persentase rata-rata Artemia salina yang sebelumnya telah


dari kadar abu tak larut asam adalah dimasukkan ekstrak (kecuali kontrol), air laut
0,69%±0,004%. Persentase kadar abu tak larut dan 2 tetes ragi 1%. Penggunaan air laut dan
asam menunjukkan cemaran berupa pasir dan ragi dapat menghindari bias kematian larva
tanah yang mengandung silika dan biasanya yang disebabkan oleh faktor selain aktivitas
menjadi pengotor pada sampel, jadi dari larutan uji, karena air laut merupakan
berdasarkan hasil uji dapat diketahui bahwa habitat alami Artemia salina, sedangkan ragi
hanya sedikit pengotor / cemaran yang terdapat merupakan makanan bagi Artemia salina yang
pada ekstrak. dapat menghindari kematian larva Artemia
salina karena makanan yang tidak cukup.

Tabel 3 Pengamatan % kematian larva

Kons Log % LC50


probit
(ppm) kons kematian (ppm)

Kontrol - 0 -

10 1 16.6 4.05

100 2 50 5
84.92
200 2.3 63.3 5.33
500 2.7 80 5.84
Gambar 1 Uji sitotoksi Metode BSLT fraksi etil 1000 3 90 6.28
asetat daun kersen
Berdasarkan Tabel 3.dapat diketahui bahwa
BSLT merupakan salah satu metode untuk uji
fraksi etil asetat daun kersen (Muntingia
sitotoksik sebagai uji awal terhadap aktivitas
calabura L.) memiliki aktivitas sitotoksik
biologis suatu tumbuhan sebagai anti kanker,
dengan nilai LC50 sebesar 84,92 ppm. Menurut
uji ini menggunakan larva Artemia salina
Meyer et al. [18]. Pada tiga kategori tingkat
sebagai hewan uji. Metode ini dipilih karena
toksisitas suatu senyawa yaitu, sangat
memiliki keuntungan dimana hasil yang
tinggi/highly toxic apabila mampu membunuh
diperoleh lebih cepat (24 jam), tidak mahal,
50% larva pada konsentrasi 1-10 µg/ml,
serta mudah pengerjaannya. Pada penelitian
sedang/medium toxic pada konsentrasi 10-100
sebelumnya ditemukan bahwa toksisitas
µg/m, dan rendah/low toxic pada konsentrasi
terhadap larva Artemia salina memiliki korelasi
100-1.000 µg/ml, jadi berdasarkan kategori
yang positif dengan toksisitas terhadap sel 9
tersebut dapat diketahui bahwa fraksi etil asetat
KB (human nasopharyngeal carcinoma), sel
daun kersen (Muntingia calabura L.) memiliki
P388 (murine lymphocytic leukemia) dan
aktivitas sitotoksik dengan kekuatan
beberapa sel tumor lain. Suatu ekstrak
sedang/medium toxic.
dikatakan toksik jika LC50 < 1.000 μg/mL.LC50
merupakan konsentrasi suatu zat yang dapat
Aktivitas sitotoksik pada fraksi etil asetat
menyebabkan 50% kematian pada hewan
diduga karena adanya tiga metabolit sekunder
uji.Semakin kecil LC50 maka semakin toksik
yang positif terkandung dalam fraksi etil asetat
suatu senyawa sehingga potensi senyawa
daun kersen (Muntingia calabura L.) yaitu
tersebut sebagai antikanker semakin besar [18].
tannin, saponin, dan flavonoid. Berdasarkan
penelitian sebelumnya tannin dalam
Pada penelitian ini ekstrak kental dari fraksi etil
pengobatan herbal khususnya asia digunakan
asetat daun kersen (Muntinigia calabura L.)
sebagai obat tumor perut dan usus besar [19].
diencerkan menjadi 10.000 ppm sebagai
Adapun saponin ditemukan memiliki aktivitas
larutan induk mengunakan akuades sebagai
sebagai antikanker dimana hampir semua jenis
pelarut dan dua tetes tween 80 untuk
saponin menginduksi apoptosis pada sel tumor,
menghomogenkan larutan. Uji BSLT dilakukan
saponin sangat baik digunakan dalam
menggunakan larutan uji dengan lima variasi
pengobatan kanker karena aktivitas apoptosis
konsentrasi yaitu 10 ppm, 100 ppm, 200 ppm,
terhadap sel kanker dapat menghindari efek
500 ppm dan 1.000 ppm serta air laut tanpa
samping nekrosis pada pasien, dan yang paling
ekstrak sebagai kontrol. Pengujian dilakukan
penting adalah saponin berpotensi untuk
dengan tiga kali replikasi pada masing-masing
mencegah pertumbuhan sel tumor dan
konsentrasi, pada setiap vial sebagai wadah uji
memungkinkan untuk mencegah resistensi obat
masing-masing terdapat 10 larva udang
[20]. Flavonoid telah ditemukan memiliki efek

41
The cytotoxic activityofethylacetatefraction of kersen (muntingia calabura) leaves against ...
(Sadli, Nurul Wahyu Utami dan Irma Sari)

penting sebagai kemoprefentif dan kemoterapi 5. Zakaria Z. A., Mustapha S., Sulaiman M.
pada kanker. R., Jais A. M. M., Somchit M. N.,
Abdullah F. C. 2007. The Antinociceptive
Berdasarkan penelitian sebelumnya ditemukan Action of Aqueous Extract
bahwa isolasi flavonoid dari daun kersen FromMuntingia calabura Leaves: The
memiliki aktivitas sitotoksik (nilai LC50< 4 Role of Opioid Receptors. Med Princ
µg/mL) terhadap sel P-388 dan sel HT-29 Pracyt. 16:130–136
dengan pengujian in-vitro menggunakan 6. Zakaria Z. A., Sufian A. S., Ramasamy
ekstrak metanol daun kersen (Muntingia K., Ahmat N., Sulaiman M. R., Arifah
calabura L.) [21]. Sedangkan pada pengujian A.K., Zuraini A., and Somchit N.M. 2010.
menggunakan ekstrak etil asetat daun kersen In Vitro Antimicrobial Activity of
ditemukan flavonoid memiliki aktivitas Muntingia calabura Extracts and
sitotoksik yang sangat kuat (nilai LC50 = 3.43 Fractions. African Journal of
mg/mL dan 3.34 mg/mL) terhadap sel HL60 MicrobiologyResearch Vol. 4 (4), pp.
(human acute lymphoblastic leukemia) [22] Uji 304-308
sitotoksik pada penelitian ini hanya dilakukan 7. Ditjen POM. 2009. Farmakope Herbal.
mengunakan ekstrak kasar, sehingga perlu Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
dilakukan isolasi senyawa metabolit sekunder 8. World Health Organization. 1998. Quality
untuk menentukan zat bioaktif spesifik pada Control Methods for Medicinal Plant
kersen yang memiliki aktivitas sitotoksik atau Materials. Switzerland.
sebagai senyawa antikanker. 9. Ditjen POM. 2010. Acuan Sediaan
Herbal. Volume kelima. Departemen
KESIMPULAN Kesehatan RI, Jakarta.
10. Ditjen POM. 1995. Materia Medika
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat Indonesia. Jilid VI. Departemen
disimpulkan bahwaFraksi etil asetat daun Kesehatan RI, Jakarta.
kersen (Muntingia calabura L.) memiliki 11. Krishnaraju, A.V, Rao, T.V.N,
aktivitas sitotoksik dengan nilai LC50 sebesar Sundararaju, D, Vanisree, M, Tsay, H.S,
84.92 ppm dengan tiga metabolit sekunder Subbaraju, G.V, 2005, “Assesment of
yang positif terkandung dalam fraksi etil asetat Bioactivity of Indian Medicinal Plant
daun kersen (Muntingia calabura L.) yaitu Using Brine Shrimp (Artemiasalina)
tannin, saponin, dan flavonoid. Hasil uji Lethality Assay”, International Journal of
karakterisasi fraksi etil asetat daun kersen Applied Science and Engineering, 3(2),
(Muntingia calabura L.) yaitu kadar air 3,85% 125-134.
± 0,35%; kadar sari larut dalam air 17,65% ± 12. Meyer, B, Ferrigni, N. R, Putnam L. J. E,
0,27%; kadar sari larut dalam etanol 62,24% ± Jacobsen, B, Nicholas, D, E and, Laughin
0,07%; kadar abu total 0,89% ± 0,005%; dan J. L. Mc, 1982, “Brine Shrimp: A
kadar abu tak larut asam 0,69% ± 0,004%. convenient General Bioassay For Active
Plant Constituens”, J. of Medical Plant
REFERENSI Medica, 45, 31-34.
13. Mc. Laughli, J. L., Chang, C. J., and
1. National Cancer Institute. 2009. Breast Smith, D. L. 1991. Bench-Top, Bioassay
Cancer.http://cancerweb.ncl.ac.uk/cancern for The Discovery of Bioactive Naturals
et/100013.html. Tanggal Akses 2 Products, An Update, Natural Product
November 2014. Chemistry, Elseiveir, Amsterdam.
2. World Health Organization. 2012 14. Ditjen POM. 2000. Farmakope Indonesia.
.Cancer. Switzerland. Edisi IV. Departemen Kesehatan RI,
3. Krishnaveni, Marimuthu and Jakarta.
Dhanalakshmi, Ravi. Qualitative And 15. Sangi, Meiske S., Lidya I. Momuat,
Quantitative Study of Phytochemicals Maureen Kumaunang. 2012. Uji
InMuntingia calabura L. Leaf And Fruit. Toksisitas dan Skrining Fitokimia Tepung
World Jounal of Pharmaceutical Gaba Pelepah Aren (Arenga pinnata)
Research. Volume 3, Issue 6, 1687-1696. Jurnal Ilmiah Sains.Vol. 12 No. 2 : 127-
4. Zakaria Z.A., C.A. Fatimah,. A.M Mat., 134
H. Zaiton., E.F.P. Henie., M.R. Sulaiman., 16. Pardede, A., Yunazar M., Mai Efdi. 2013.
M.N. Somchit., M. Thenamutha., and D. Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol dari
Kasthuri., 2006. The In Vitro Kulit Batang Manggis (Garcinia
Antibacterial Activity of Muntingia cymosa).Media SainS, Vol. 6 No. 2 : 60-
calabura Extract. International Journal of 66
Pharmachology, 2(4):439-442

42
The cytotoxic activityofethylacetatefraction of kersen (muntingia calabura) leaves against ...
(Sadli, Nurul Wahyu Utami dan Irma Sari)

17. Pine, A.T.D., Alam, G., dan Attamin., F., 20. Chen, J.J., Lee, H.H., Duh, C.Y., Chen,
2011, Standardisasi Mutu Ekstrak Daun I.S., 2005. Cytotoxic chalcones and
Gedi (Abelmoschus manihot (L.) dan Uji flavanoids from the leaves of Muntingia
Efek Antioksidan dengan Metode DPPH. calabura. Planta Medica, 71, 970–973.
Universitas Hasanuddin.Makassar. 21. Zakaria Z. A., Adila S., Sufian, Kalavathy
18. Saxena Mamta, Jyoti Saxena, Rajeev Ramasamy, Norizan Ahmat, M. Izwan, M.
Nema, Dharmendra Singh, and Abhishek Yusof. 2013. Isolation and identification
Gupta. 2013. Phytochemistry of Medicinal of antibacterial and cytotoxic compounds
Plants. Journal of Pharmacognosy and from the leaves of Muntingia calabura L.
Phytochemistry. Vol. 1, No. 6, 168-182 Journal of Ethnopharmacology 146 : 198–
19. Man Shuli, Wenyuan Gao, Yanjun Zhang, 20
Luqi Huang and Changxiao Liu. 2010. 22. Mahyuddin, Kholis. 2010. Panduan
Chemical study and medical application Lengkap: Agribisnis Patin. Penebar
of saponins as anti-cancer agents. Swadaya, Jakarta.
Fitoterapia 81,703–714.

43

Anda mungkin juga menyukai