Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri,
termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak
ada harapan dan putus asa (Damaiyanti, 2014).
Harga diri rendah merupakan evaluasi hasil yang dibuat individu dan
kebiasaan memandang dirinya terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi
besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan, keberartian, kesuksesan dan
keberhargaan (Coopersmith dalam Rusly dkk, 2014).
Harga diri rendah adalah perasan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (keliat, 2009).

2.2 PENYEBAB
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang. Dalam tinjuan life span history klien. Penyebab terjadinya harga diri
rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal
sering gagal di sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul
saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya.( Yosep,2009)

Menurut Stuart & Sundeen (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan harga


diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai
berikut :
a. Faktor predisposisi

1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,


harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang, kurang

5
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
dan ideal diri yang tidak realistis.

2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran


gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya

3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan


orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.
(Stuart & Sundeen, 2006)

b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan


bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,kegagalan atau
produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep diri harga diri
rendah ini dapat terjadi secara emosional atau kronik. Secara situasional karena
trauma yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan,
perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan
harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu
yang membuat klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki
pikiran negatif dan meningkat saat dirawat (Yosep,2009).

2.3 JENIS
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan
ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan
diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan
kegagalan, tetapi merasa sebagai seseorang yang penting dan berharga. Gangguan
harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan
melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai oleh
evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri.
Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :

a. Situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,


kecelakaan,dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien
yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang kurang

6
diperhatikan. Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang
tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai (Makhripah
D & Iskandar, 2012).

b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,yaitu


sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian
sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi
ini mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada
pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa (Makhripah
D & Iskandar, 2012).

2.4 RENTANG RESPON

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Keracunan Depersona


diri rendah identitas lisasi

a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
1). Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima
2). Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai
pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari
hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya (Eko P, 2014).
b. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia
tidak mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
1). Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai
dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.

7
2). Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
3). Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu
berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa
percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang
lain.(Eko P,2014) .

2.5 PROSES TERJADINYA MASALAH


a. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut


Herman (2011) adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan
pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

Faktor predisposisi citra tubuh adalah :

1). Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh

2). Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit

3). Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh

4). Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi.

Faktor predisposisi harga diri rendah adalah :


1). Penolakan
2). Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter,tidak
konsisten,terlalu dituruti,terlalu dituntut

3). Persaingan antar saudara

4). Kesalahan dan kegagalan berulang

5). Tidak mampu mencapai standar.

8
Faktor predisposisi gangguan peran adalah :

1). Stereotipik peran seks


2). Tuntutan peran kerja
3). Harapan peran kultural.

Faktor predisposisi gangguan identitas adalah :

1). Ketidakpercayaan orang tua


2). Tekanan dari peer gruup
3). Perubahan struktur sosial ( Herman,2011).

b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya


sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Harga diri kronis
ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik.

1) Trauma adalah masalah spesifik dengan konsep diri dimana situasi


yang membuat individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma
emosi seperti penganiayaan seksual dan phisikologis pada masa
anak-anak atau merasa terancam atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupannya.

2) Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak


mampu melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau
tidak merasa sesuai dalam melakukan perannya. Ketegangan peran
ini sering dijumpai saat terjadi konflik peran, keraguan peran dan
terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat individu
menghadapi dua harapan peran yang bertentangan dan tidak dapat
dipenuhi. Keraguan peran terjadi bila individu tidak mengetahui
harapan peran yang spesifik atau bingung tentang peran yang sesuai
( Herman,2011).

9
2.6 TANDA DAN GEJALA
Menurut Keliat (2011) perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah
antara lain :

a. Mengkritik diri sendiri


b. Menarik diri dari hubungan sosial
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Perasaan lemah dan takut
e. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
f. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
g. Hidup yang berpolarisasi
h. Ketidakmampuan menentukan tujuan
i. Merasionalisasi penolakan
j. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
k. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan).

Sedangkan menurut Stuart (2006) tanda- tanda klien dengan harga diri rendah
yaitu :

a. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
c. Merendahkan martabat
d. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
e. Percaya diri kurang
f. Menciderai diri

2.7 AKIBAT
Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal
ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan
yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selajutnya hal ini menyebutkan
penampilan seseorang yang tidak optimal. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya.
Ketika seseorang mengalami harga diri rendah,maka akan berdampak pada orang

10
tersebut untuk mengisolasi diri dari kelompoknya. Dia akan cenderung
menyendiri dan menarik diri ( Eko P,2014).

2.8 MEKANISME KOPING


Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang pendek
atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
Pertahanan tersebut mencakup berikut ini :

Jangka pendek :

1. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri


(misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton tv secara obsesif)

2. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara (misalnya, ikut


serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng)

3. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri


yang tidak menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi
akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas).

Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :


1. Penutupan identitas : adopsi identitas yang diinginkan oleh orang terdekat
tanpa memerhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu

2. Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat.

3. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,


isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement, berbalik marah terhadap diri
sendiri, dan amuk) (Stuart,2006).

2.9 PENATALAKSANAAN
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia ini sudah dikembangkan sehingga
penderita tidak mengalami diskriminasi. Terapi yang dimaksud meliputi:

11
a. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya
diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat
yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL
(psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol
(mengobati kondisi gugup). Obat yang termasuk generasi kedua misalnya,
Risperidone (untuk ansietas), Aripiprazole (untuk antipsikotik)
(Hawari,2001).
b. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya
ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama (Maramis,2005).
c. Terapi Modalitas
Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana pengobatan untuk
skizofrenia yang ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien.
Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan
latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi kelompok bagi
skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam
hubungan kehidupan yang nyata ( Eko P,2014).
d. Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmal secara
artifisial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang
satu atau dua tempat. Terapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang
tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi
kejang listrik 4 – 5 joule/detik. (Maramis, 2005).

12
2.10 POHON MASALAH

Isolasi Sosial
effect

Harga Diri Rendah Kronik


Core Problem

Koping Individu Tidak Efektif


Causa

Gambar : Mukhripah D& Iskandar (2012)

2.11 ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH


1. Pengkajian
Bagian ini berisi pedoman agar perawat dapat menangani pasien yang
mengalami diagnosis keperawatan harga diri rendah, baik menggunakan
pendekatan secara individu ataupun kelompok. Tahap pertama pengkajian
meliputi faktor predisposisi seperti: psikologis, tanda dan tingkah laku klien
dan mekanisme koping klien.
Masalah keperawatan:
a. Resiko isolasi sosial: menarik diri.
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
c. Berduka disfungsional.
2. Data yang perlu dikaji:
a. Data subyektif: Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak
tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri.
b. Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh
memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri
hidup

13
3. Diagnosa keperawatan
a. Harga diri rendah
b. Koping individu tidak efektif
c. Isolasi sosial
4. Tindakan keperawatan pada pasien
1) Tujuan keperawatan
a. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
b. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
c. Pasien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan
d. Pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan
e. Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih sesuai jadwal
2) Tindakan keperawatan
a. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.
1). Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dan
dirumah, adanyan keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
2). Beri pujian yang realistik dan hindarkan penilaian yang negatif.
b. Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara
berikut:
1). Diskusikan dengan pasien mengenai kemampuan yang masih
dapat digunakan saat ini.
2). Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap
kemampuan diri.
3). Perlihatkan respons yang kondusif dan upayaka menjadi
pendengar yang aktif
c. Membantu pasien untuk memilih / menetapkan kemampuan yang
akan dilatih.
1). Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan dipilih
2). Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat dilakukan
mandiri
d. Latih kemampuan yang dipilih pasien

14
1). Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
2). Bersama pasien, peragakan kegiatan yang ditetapkan
3). Beri dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat
dilakukan pasien.
e. Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
1). Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang
telah dilatihkan
2). Beri pujian atas segala kegiatan yang dapat dilakukan pasien setia
hari
3). Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap kegiatan
4). Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah
pelaksanaan kegiatan.
SP Pasien
SP 1 :
a. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
b. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
c. Membantu pasien memilih kemampuan yang akan dilatih
d. Melatih kemampuan yang sudah dipilih
e. Menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah di latih dalam
rencana harian
SP 2 :
a. Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan
pasien
b. Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua
kemampuan dilatih.
c. Setiap kemampuan yang dimiliki akan meningkatkan harga diri pasien.

B. Tindakan keperawatan pada keluarga


1) Tujuan keperawatan
a. Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki pasien

15
b. Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih
dimiliki pasien
c. Keluarga dapat memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang
sudah dilatih dan membri pujian
d. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien.
2) Tindakan keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang dialami pasien
c. Diskusi dengan keluarga mengenai kemampuan yang dimiliki pasien
dan puji pasien
d. Jelaskan cara merawat pasien harga diri rendah
SP Keluarga
SP 1 :
Mendiskusikan msalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien dirumah,
menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala HDR, cara merawat pasien
HDR, mendemonstrasikan cara merawat & memberi kesempatan untuk
mempraktekkan cara merawat.
SP 2 :
Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien
SP 3:
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

16
5.Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Tgl No Dx Perencanaan
Dx kepera Tujuan Kreteria Evaluasi Intervensi
watan
harga Pasien mampu: Setelah .... x SP 1
diri a. Mengidentifik pertemuan, pasien a. Identifikasi
rendah asi mampu: kemempuan
kemampuan a. menyebutkan dan aspek
dan aspek aspek positif positif yang
yang dimiliki dan dipilih pasien
b. Menilai kemampuan b. Bantu pasien
kemampuan yang dimiliki menilai
yang dapat klien, aspek kemampuan
digunakan keluarga, dan pasien yang
c. Menetapkan/ lingkungannya. masih dapat
memilih b. Menyebutkan dibangunkan
kegiatan yang kemampuan c. Bantu pasien
sesuai yang dapat memilih
kemampuan dilaksanakan kegiatan yang
d. Melatih c. Melaksanakan akan dilatih
kegiatan yang kegiatan yang sesuai
sudah dipilih, dipilih kemampuan
sesuai d. Membuat pasien
kemampuan rencana d. Latih pasien
e. Menyusun kegiatan harian kegiatan yang
jadwal untuk dipilih sesuai
melakukan kemampuan
kegiatan yang e. Bimbing
sudah dilatih pasien
memasukkan
dalam jadwal

17
kegiatan
harian
Setelah ....x SP 2
pertemuan a. Evaluasi masalah
pasien mampu: dan latihan
Melatih sebelumnya
kegiatan yang b. Latih kegiatan
lain sesuai kedua (atau
kemampuan selanjutnya) yang
dipilih sesuai
kemampuan
c. Bimbing pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian

2. Keluarga mampu: B. setelah ....x SP 1


3. a. Keluarga membantu pertemuan keluarga a. Diskusikan
pasien mampu menjelaskan masalah yang
mengidentifikasi tentang harga diri dirasakan
kemampuan yang rendah dan keluarga dalam
dimiliki pasien perawatannya merawat pasien
4. b. Keluarga b. Jelaskan
memfasilitasi pengertian, tanda
pelaksanaan dan gejala harga
kemampuan yang diri rendah yang
dimiliki pasien dialami pasien
5. c. Keluarga beserta proses
memotivasi pasien terjadinya
untuk melakukan c. Jelaskan cara-
kegiatan yang sudah cara merawat
dilatih dan

18
memberikan pujian pasien harga diri
atas keberhasilan rendah
pasien
6. d. Keluarga mampu
menilai perkembangan
perubahan
kemampuan pasien
7. C. Setelah ...x 4.1 SP 2
pertemuan keluarga a. Evaluasi
mampu: kemampuan
D. Memperagakan cara keluarga
merawat pasien b. latih keluarga
merawat pasien
pada pasien
langsung

8. E. Setelah ...x SP 3
pertemuan keluarga a. Evaluasi
mampu: kemampuan
F. Membuat keluarga
perencanaan pulang b. Bantu keluarga
membuat jadwal
aktivitas pasien
pulang dirumah
(discharge
planning)
c. Jelaskan rencana
tindak lanjut

19

Anda mungkin juga menyukai