Oleh :
P07120016101
TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
Oleh :
P07120016102
TAHUN 2018
1
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
Oleh :
P07120016103
TAHUN 2018
2
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
Oleh :
P07120016104
TAHUN 2018
3
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
Oleh :
P07120016105
TAHUN 2018
4
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
Oleh :
P07120016079
TAHUN 2018
5
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN RISIKO
PERILAKU KEKERASAN
6
B. Teori Perilaku Agresi
Perspektif teoritis prilaku agresi (Keliat, 1996) meliputi:
1. Instinct theory
Mengasumsikan bahwa prilaku agresi merupakan suatu insting naluriah setiap
manusia. Menurut teori tersebut, setiap manusia memiliki insting kematian
(tanatos) yang diekspresikan lewat agresivitas pada diri sendiri maupun pada
orang lain. Saat ini teori ini telah banyak ditolak.
2. Drive theory
Menekankan bahwa dorongan agresivitas manusia dipicu oleh factor pencetus
factor eksternal untuk survive dalam mempertahankan eksistensinya. Menurut
teori tersebut, tanpa agresi kita dapat punah atau dipunahkan orang lain,
namun teori ini pun banyak disangkal.
3. Social learning theory
Menyatakan bahwa prilaku agresi merupakan hasil pembelajaran seseorang
sejak masa anak-anak yang kemudian menjadi pola prilaku (learned behavior).
Dalam perkembangan konsep teori ini mengasumsikan juga bahwa pola
respon agresi seseorang memerlukan stimulus (impuls)/ berupa kondisi social
lingkungan (factor psikososial) untuk memunculkan prilaku agresi. Namun,
bentuk stimulus yang sama tidak selalu memunculkan bentuk prilaku agresi
yang sama pada setiap orang. Dengan kata lain, pola prilaku agresi seseorang
dibentuk oleh factor pengendalian diri individu tersebut (internal control) serta
berbagai stimulus dari luar (impulses). Saat keseimbangan antara kemampuan
pengendalian diri dan besarnya stimulus terganggu, maka akan
membangkitkan prilaku agresi (Keliat, 1996).
2. Instrumental aggression
Suatu tindakan kekerasan yang dipakai sebagai alat untuk mencapai suatu
tujua tertentu (misalnya untuk mencapai suatu tujuan politik tertentu dilakukan
tindak kekerasan yang dilakukan secara sengaja dan terencana seperti
7
peristiwa penghancuran menara kembar WTC di New York, tergolong dalam
kekerasan instrumental)
3. Mass aggression
Tindakan agresi yang dilakukan oleh massa sebagai akibat kehilangan
individualitas dari masing-masing individu. Pada saat masa berkumpul, selalu
terjadi kecenderungan kehilangan individualitas orang-orang yang membentuk
kelompok masa tersebut. Manakala massa tersebut telah solid, maka bila ada
seseorang memelopori tindak kekerasan, maka secara otomatis semua akan
ikut melakukan kekerasan yang dapat semakin meninggi karena saling
membangkitkan. Pihak yang menginisiasi tindak kekerasan tersebut bisa saja
melakukan agresi instrumental (sebagai provokator) maupun agresi
permusuhan karena kemarahan tidak terkendali (Keliat,1996).
8
2.1
C. Rentang Respon
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan
menganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan
konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk
mengerti perasaan yang sebenernya. Oleh karenanya, perawat harus pula mengetahui tentang
respon kemarahan seseorang dan fungsi positif marah. Marah merupakan perasaan jengkel
yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen, 1995). Perasaan marah normal bagi tiap
individu, namun prilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi
sepanjang rentang respon adaptif dan maladaptive (Keliat,1996)
Frustasi Adalah respon yang timbul Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan
akibat gagal mencapai kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat
tujuan atau keinginan. menimbulkan kemarahan.
Pasif Sikap permisif/ pasif Sikap asertif merupakan ungkapan perasaan, pendapat,
adalah respon dimana dan kebutuhan kita secara jujur dan wajar.
individu tidak mampu Kemampuan untuk bersikap asertif ini sangat penting
mengungkapkan perasaan dimiliki sejak dini, karena hal ini akan membantu kita
yang dialami, sifat tidak untuk bersikap tepat untuk menghadapi situasi dimana
berani, mengemukakan hak-hak kita dilanggar. Salah satu alasan orang
keinginan dan pendapat melakukan permisif/pasif adalah karena takut atau
11
sendiri,tidak ingin terjadi malas/ tidak mau terjadi konflik. Lalu apakah konflik
konflik karena takut akan itu?. Apakah konflik adalah sesuatu yang negative?
tidak disukai atau Sekarang tidak jarang kita melihat perusahaan dengan
menyakiti perasaan orang sengaja menciptakan konflik di dalam perusahaannya
lain. untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan
(manajemen konflik). Konflik bisa positif bila kita
dapat mengatur konflik itu sendiri.
Agresif Sikp agresif adalah sikap Perilaku agresif sering bersifat menghukum, kasar,
membela diri sendiri menyalahkan, atau menuntut. Hal ini termasuk
dengan cara melanggar mengancam, melakukan kontak fisik, berkata-kata
hak orang lain. kasar, komentar yang menyakitkan dan juga menjelek-
jelekkan orang lain di belakang. Sikap agresif
merupakan prilaku yang menyertai marah na,un masih
dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya
tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat
bahwa setiap orang harus bertarung utnuk
mendapatkan kepentingan sendiri dan mengaharapkan
perlakuan yang sama dari orang lain. Agresif
memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut,
mendekati orang lain dengan ancaman, member kata
ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien masih
dapat mengontrol prilaku untuk tidak melukai orang
lain.
Kekera Disebut sebagai gaduh Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang
san gelisah atau amuk lain secara menakutkan, member kata-kata ancaman
melukai disertai melukai di tingkat ringan dan yang
paling berat adalah melukai/merusak secara serius.
Klien tidak mampu mengendalikan diri. Mengamuk
adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan control diri. Pada keadaan ini, individu
dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang
lain (Keliat,2002).
12
D. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang merupakan factor predisposisi, artinya
mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika factor berikut dialami oleh
individu (Keliat,1996) adalah:
a. Faktor Psikologis
Psychoanalytical Theory. Teori ini mendukung bahwa prilaku agresif
merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat bahwa prilaku
manusia dipengaruhi oleh dua insting. Pertama, insting hidup yang
diekspresikan dengan seksualitas dan kedua, insting kematian yang
diekspresikan dengan agresivitas.
E. Faktor Prespitasi
Secara umum seseorang akan mengeluarkan respon marah apabila merasa
dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat beberapa luka secara psikis atau lebih
dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang. Ketika seseorang
merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi
sumber kemarahannya. Oleh karena itu, baik perawat maupun klien harus bersama-
sama mengidentifikasinya. Ancaman dapat berupa internal ataupun eksternal.
Contoh stressor eksternal : serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang
dianggap bermakna, dan adanya kritikan dari orang lain. Sedangkan contoh dari
stressor internal: merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan orang yang
dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang di derita. Bila dilihat dari sudut
perawat-klien, maka factor yang mencentuskan terjadinya perilaku kekerasan
terbagi menjadi dua yaitu:
a. Klien
Kelemahan fisik, keputus asaan, ketidakberdayaan, kurang percaya diri
b. Lingkungan
Rebut, kehilangan orang atau objek yang berharga, konflik interaksi social
15
F. Mekanisme Terjadinya Perilaku Agresi
Tindak kekerasan pada agresi pemusuhan timbul sebagai kombinasi antara
frustasi yang intens dengan stimulus, (impuls) dari luar sebagai pemicu. Pada
hakekatnya, setiap orang memiliki potensi untuk melakukan tindak kekerasan.
Namun pada kenyataannya, ada orang-orang yang mampu menghindari kekerasan
walau belakangan ini semakin banyak orang cenderung berespon agresi. Cirri
kepribadian (personality trait) seseorang sejak masa belita, hingga remaja
berkembang melalui tahapan perkembangan kognitif (intelegensia), respon
perasaan dan pola prilaku yang terbentuk melalui interaksi factor herediter, gen,
karakter tempramen (nature) dan factor pola asuh, pendidikan, kondisi social
lingkungan (nurture) yang membentuk cirri kepribadiannya di masa dewasa. Pola
kepribadian tersebut yang membentuk reflex respon pikiran dan perasaan
seseorang saat menerima stimulus dari luar, khususnya pada saat kondisi menerima
stimulus “ancaman”. Bila reflex yang telah terpola berupa tindakan kekerasan,
maka saat mengahadapi situasi “ancaman” respon yang muncul adalah tindak
kekerasan. Area di otak manusia yang menjadi pusat emosi adalah pada “sirkuit
system limbic” yang meliputi thalamus hypothalamus amygdale mencetuskan
prilaku agresi sedangkan organ hypothalamus berperan dalam pengendali berita
agresi. Setiap stimulus dari luar yang diterima melalui reseptor panca indra
manusia diolah lalu dikirim dalam bentuk pesan ke thalamus lalu ke hipotalamus,
selanjutnya ke amigdala (sirkuit system limbic) yang menghasilkan respon
tindakan. Dalam keadaan darurat, misalnya pada saat panic atau marah, pesan
stimulus yang dating di thalamus terjadi hubungan pendek (short circuit) sehingga
langsung ke amygdale tanpa pengolahan rasional di hipotalamus. Amygdala
mengolah sesuai isi memori yang bisa direkamnya, sebagai contoh bila sejak kecil,
anak-anak diberi input kekerasan, maka amygdala sebagai pusat penyimpanan
memori emosional akan merekam dan menciptakan reaksi pada saat terjadi sirkuit
pendek sesuai pola yang telah direkamnya yakni tindak kekerasan.
17
atasan di pekerjan tanpa dapat menerma dan
menyadari alasan kesalahannya
3. Mengalami masalah krisis personal
(perceraian, kematian anggota keluarga)
(Keliat, 1996)
Beberapa kiat pendekatan pada seseorang yang potensial melakukan tindak kekeraan
adalah sebagai berikut :
1. Memahami pola pikiran (the mindset) seseorang dengan hostilitas dan potensi
melakukan tindak kekerasan. Seseorang pada hakekatnya membutuhkan kesempatan
untuk menyampaikan pendapatnya, berkan kesempatan padanya untuk mengutarakan
isi pikiran sekalipun pemahamanya menyimpang.
2. Sikapt empati
3. Hindari konfrontatif mengancam.
4. Alternatif solusi penyelesaian masalah ( merumuskan pemecahan masalah yang
menjadi resolusi).
5. Bergerak ke arah yang win-win resolusi. Mengalihkan fokus dari apa yang tidak dapat
anda melakukan apa yang dapat anda lakukan (keliat, 1996).
I. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan
stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan
yang digunakan untuk melindungi diri (Stuart dan Sundeen, 1998). Kemarahan
merpakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa
mekanisme koping yang dipakai klien marah untuk melindungi diri antara lain
(Maramis, 1998).
Sublimasi Menerima suatu sasaran pengganti artinya saat mengalami suatu dorngan,
penyalurannya ke arah lain. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada objek lain seperti meremas adonan
kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
19
Proyeksi Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang
tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbaik
menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu dan mencumbunya.
Reaksi formasi Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan dengan melebih-
lebihkan sikap dan perlaku yang berlawanan dan menggunakannya
sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya,
akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
20
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Biodata Klien : Nama, umur, alamat, pendidikan, agama, status, pekerjaan, jenis
kelamin, No. RM, tanggal pasien MRS, tanggal pengkajian dan rang rawat pasien
3. Faktor Predisposisi
4. Pemeriksaan Fisik
TD : Tekanan Darah
N : Nadi
S : Suhu
P : Pernafasan
2) Antropometri
21
Mengkaji BB ( Berat Badan) dan TB (Tinggi Badan) apakah ada kenaikan atau
penurunan
3) Keluhan fisik
1) Genogram
2) Konsep Diri
a. Citra Tubuh
b. Identitas diri
c. Peran
d. Ideal diri
e. Harga diri
3) Hubungan social
4) Spiritual
b. Kegiatan Ibadah
6. Status Mental
a. Penampilan pasien : Tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai atau cara
berpakaian tidak seperti biasanya
k. Memori : gangguan daya ingat jangka panjang, gangguan daya ingat saat ini,
gangguan daya ingat jangka pendek, konfabulasi
23
n. Daya tilik diri : menghindari penyakit yang diderita, menyalahkan hal-hal
diluar dirinya
5) Isitirahat tidur
7) Pemeliharaan kesehatan
8. Mekanisme koping
24
2) Maladaptive : minum alcohol, reaksi lambat, reaksi berlebih, bekerja
berlebihan, menghindar, mencederai diri dan lainnya.
1) Diagnosa Medis
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan
25
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
26
(obat) pasien - Untuk mengetahui
apakah sudah
SP 3
terlaksana
- Evaluasi kegiatan
SP 1 dan SP 2
- Melihat
perkembangan dari
- Latih secara pasien
social/verbal
- Agar hubungan
social pasien
membaik
- Menolak dengan
baik - Agar bisa
mengendalikan
amarah pasien
- Mengungkapkan
- Mengontrol perilaku
dengan baik
pasien
SP 4
- Evaluasi kegiatan
- Melihat
SP 1, SP 2, SP 3
perkembangan dari
pasien
- Masukkan dalam
- Mengontrol perilaku
jadwal harian
pasien
pasien
27
SP 5
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
Evaluasi dibagi menjadi 2 yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif, dimana evaluasi
formatif digunakan di bagian implementasi dan tidak menyeluruh sedangkan evaluasi
sumatif digunakan di bagian evaluasi dan bersifat menyeluruh dalam mengevaluasi
pasien.
28
DAFTAR PUSTAKA
https://sofaners.wordpress.com/2013/03/23/asuhan-keperawatan-jiwa-pada-tn-t-
dengan-gangguan-ekpresi-marah-perilaku-kekerasan/. Diaskes pada tanggal
20 September 2017
http://keperawatanprofesionalislami.blogspot.co.id/2013/02/askep-jiwa-dengan-
perilaku-kekerasan.html. Diakses pada tanggal 20 seotember 2017
29