Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN ARTHRITIS REUMATOID

A. KONSEP DASAR KELUARGA


1. Pengertian
a. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga. (Duvan
& Logan, 1986 dikutip dalam Gusti Salvari. 2013).
b. Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung
karena adanya hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-
masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. (Bailon
& Maglaya, 1989 dikutip dalam Gusti Salvari. 2013).
c. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami-istri, atau suami-istri dan anaknya , atau ayah dan anaknya,
atau ibu dan anaknya. (UU No.10 tahun 1992 dikutip dalam Gusti
Salvari. 2013).
d. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga. (Friedman, 1998 dikutip dalam Gusti Salvari. 2013).
e. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal
di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. Menurut Departemen Kesehatan R.I (1998)
2. Karakteristik Keluarga
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan, atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-
masing mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan
adik.
d. Mempunyai tujuan yaitu menciptakan dan mempertahankan
budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan
sosial anggota.

3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :

a. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara


sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama kelurga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan warga dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau
istri.
4. Ciri-Ciri Struktur Keluarga
Menurut Anderson Carter ciri-ciri struktur keluarga adalah sebagai
berikut :

a. Terorganisasi : saling berhubungan dan ketergantungan antara


anggota keluarga.
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan
fungsi dan tugasnya masing-masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

5. Tipe Bentuk Keluarga


1. Tipe Keluarga Tradisional
a. Keluarga inti ( Nuclear family )
Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar ( Extended family)
Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang
masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman,
bibi, saudara sepupu, dll).
c. Keluarga bentukan kembali ( Dyadic family )
Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang
telah cerai atau kehilangan pasangannya.
d. Orang tua tunggal ( Single parent family )
Adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan
anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
e. The Single adult living alone
Adalah orang dewasa yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah.
f. The unmarried teenage mother
Adalah ibu dengan anak tanpa perkawinan.
g. Keluarga usila ( Nidle age/Aging couple )
Adalah suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau
kedua-duanya bekerja atau tinggal di rumah, anak-anaknya
sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/perkawinan/meniti karir

2. Tipe Keluarga Non Tradisional


a. Commune family
Adalah lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah.
b. Orang tua (ayah dan ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan
dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga.
c. Homoseksual
Adalah dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu
rumah tangga.

6. Pemegang Kekuasaan Dalam Keluarga


1. Patriakal
Yaitu yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah di pihak ayah.
2. Matriakal
Yaitu yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah di pihak ibu.
3. Equaltarian
Yaitu yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah
dan ibu.

7. Dimensi Dasar Struktur Keluarga


1) Pola dan Proses Komunikasi
a. Bersifat terbuka dan jujur.
b. Selalu menyelesaikan konflik keluarga.
c. Berpikiran positif.
d. Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
2) Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan dapat bersifat formal dan
informal. Peranan dalam keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan
anak.
3) Struktur Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku
orang lain ke arah positif.

Tipe struktur kekuatan:


a. Legitimate power (hak).
b. Referent power (ditiru).
c. Expert power (keahlian).
d. Reward power (hadiah).
e. Coercive power (paksa).
f. Affective power.

8. Tugas Pokok Keluarga


Pada dasarnya tugas keluarga terdiri dari delapan tugas pokok
sebagai berikut :

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya


b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang
lebih luas
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya

9. Fungsi Keluarga
Terdapat tiga fungsi pokok keluarga yaitu :

a. Asih : memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,


kehangatan pada anggota keluarga sehingga memungkinkan
mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b. Asuh : menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak
agar kesehatannya selalu terpelihara sehingga memungkinkan
menjadi anak-anak sehat baik fisik, mental, sosial, dan
spiritual.
c. Asah : memenuhi kebutuhan pendidikan anak sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan
masa depannya.

10. Nilai – nilai Keluarga


a. Nilai, merupakan suatu sistem, sikap, dan kepercayaan yang
secara sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga
dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu
pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.
b. Norma, adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
c. Budaya, adalah kumpulan dari perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah.
B. PENGERTIAN ARTHRITIS REUMATOID
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang
bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
jaringan ikat sendi secara simetris (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu
Bedah Orthopedi, hal. 165).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak
sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya
umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai
dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan
keletihan (Diane C. Baughman, 2000).

C. ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa
faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara
lain;
1. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor
penuaan adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa
osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan
sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.
2. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan
laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan
dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi
psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita,
tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi
osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis
osteoartritis.
3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing
suku bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola
hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan tulang.
4. Genetik
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks
histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan
AR seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relative 4 :
1 untuk menderita penyakit ini.
5. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria.
Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis
pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan
osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu
disamping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya
beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang
berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus
menerus berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu.
Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan
dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
7. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan
timbulnya oateoartritis paha pada usia muda.
8. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko
timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang
lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban
yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan
sendi menjadi lebih mudah robek.

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama dari artritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan.
Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang
dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi
terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri
tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan,
antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa
gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih
dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi,
seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang
sakit
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau
tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut
atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan
gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar
untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

E. PATHWAY
F. PATOFISIOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus,
atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan
gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.
Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.
Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan
masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang
yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.
Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif
gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

G. KOMPLIKASI
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang
disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
5. Terjadi splenomegali.
Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar
kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah
putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel
darah akan meningkat.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan sinar X

Sinar X di gunakan untuk mengevaluasi penderita penyakit


rematik. Pemeriksaan sinar X dapat menunjukkan abnormalitas
kartilago, erosi sendi, pertumbuhan tulang abnormal dan
osleopenia (mineralisasi tulang yang menurun)

2. Artrosentesis (aspirasi cairan synovial dengan jarum)

Artrosentesis ini di lakukan untuk mendapatkan sampel


cairan sinoial da untuk merasakan nyeri, biasanya pada sendi lutut
dan bahu.

3. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan laboratorium serum dalm bidang reumatologi


didasarkan pada asumsi bahwa penyakit reumatik merupakan
gangguan auto imun.

4. Scan radionuklida

Identifikasi peradangan sinovium

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Obat obatan

Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas


untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat
yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan
mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti
inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus
mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.

b. Perlindungan sendi

Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme


tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan
pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat
memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut
berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).

c. Diet

Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang


gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis.
Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya
keluhan dan peradangan.

d. Dukungan psikososial

Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh


karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang
ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan
ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan
untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.

e. Persoalan Seksual

Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama


pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini
harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan
mengutarakannya.

f. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan
osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program
latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum
latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang
masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan
dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai
seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi
paraffin dan mandi dari pancuran panas.Program latihan bertujuan
untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya
atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik
dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi
rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul
karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh
karena otot-otot periartikularmemegang peran penting terhadap
perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot
tersebut adalah penting.

g. Operasi

Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis


dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan
kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk
mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi
untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan
osteofit.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan
informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya.
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan
keluarga yang terdiri dari beberapa tahap meliputi :
a. Pengumpulan data, yaitu :
1) Data umum :
1.1 Identitas Kepala Keluarga
Nama atau inisial kepala keluarga, umur, alamat dan
telepon jika ada, pekerjaan dan pendidikan kepala
keluarga, komposisi keluarga yang terdiri dari atas nama
atau inisial, jenis kelamin, umur, hubungan dengan
kepala keluarga, agama, pendidikan status imunisasi dan
genogram dalam tiga generasi
1.2 Tipe keluarga
Menjelaskan jenis tipe keluraga ( tipe tradisional atau
tipe keluarga nontradisional)
1.3 Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa atau kebiasaan –
kebiasaan terkait dengan kesehatan.
1.4 Agama
Mengkaji agama dan kepercayaan yang dianut oleh
keluarga yang dapat memengaruhi kesehatan.
1.5 Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh
pendapatan seluruh anggota keluarga baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu
status sosial ekonomi keluarga ditentuka pula oleh
kebutuhan – kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga
serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
1.6 Aktivitas rekreasi
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga
pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi,
tetapi juga penggunaan waktu luang atau senggang
keluarga.

2) Riwayat dan tahap Perkembangan Keluarga :


2.1 Tahap perkembangan keluarga saat ini
Menurut Duvall, tahap perkembangan keluarga
ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti dan
mengkaji sejauh mana keluarga melaksanakan tugas
tahap perkembangan keluarga.
2.2 Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelasakan bagaimana tugas perkembangan yang
belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.
2.3 Riwayat kesehatan keluarga inti
Menjelaskan riwayat kesehatan masing-masing anggota
pada keluarga inti, upaya pencegahan dan pengobatan
pada anggota keluarga yang sakit, serta pemanfaatan
fasilitas pelayanan kesehatan.
2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
Menjelaskan kesehatan keluarga asal kedua orang tua

3) Data lingkungan :
3.1 Karakteristik dan denah rumah
Menjelaskan gambaran tipe rumah, luas bangunan ,
pembagian dan pemanfaatan ruang, ventilasi, kondisi
rumah, tata perabotan, kebersihan dan sanitasi
lingkungan, ada atau tidak sarana air bersih dan sistem
pembuangan limbah
3.2 Karakteristik tetangga dan komunitasnya
Menjelaskan tipe dan kondisi lingkungan tempat
tingga,, nilao dan norma atau aturan penduduk setempat
serta budaya setempat yang memengaruhi kesehatan.
3.3 Mobilitas Keluarga
Ditentukan dengan apakah keluarga hidup menetap
dalam satu tempat atau mempunyai kebiasaan berpindah-
pindah tempat tingga.
3.4 Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul atau berinteraksi dengan masyarakat
lingkungan tempat tinggal.
3.5 Sistem pendukung keluarga
Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas
sosial ataudukungan masyarakat setempat serta jaminan
pemeliharaan kesehatan yang dimiliki keluarga untuk
meningkatkan upaya kesehatan.

4) Struktur keluarga :
4.1 Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga
menggunakan sistem tertutup atau terbuka, kualitas dan
frekuensi komunikasi yang berlangsung serta isi pesan
yang disampaikan
4.2 Struktur kekuatan keluarga
Mengkaji model kekuatan keluarga atau kekuasaan
yang digunakan keluarga dalam membuat keputusan
4.3 Struktur dan peran keluarga
Menjelaskan peran dari masig-masing anggota keluarga
secara formal maupun informal.
4.4 Nilai dan norma keluarga
Menjelaskan nilai norma yang dianut keluarga dengan
kelompok atau komunitas serta bagaimana nilai dan
norma tersebut memengaruhi status kesehatan keluarga

5) Fungsi keluarga
5.1 Fungsi afektif
Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota
keluraga, hubungan psikososial dalam keluarga, dan
bagaimana keluaraga mengembangkan sikap saling
menghargai.
5.2 Fungsi sosial
Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, nilai, norma dan
budaya serta perilaku yang berlaku di keluarga dan
masyarakat
5.3 Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan
Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian
dan perlingdungan terhadap anggota keluarga yang sakit.
Pengetahuan keluarga mengenai sehat – sakit,
kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas
perawatan keluarga, yaitu :
a) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Sejauh mana keluarga mengenal fakta-fakta dari
amsalah kesehatan meliputi pengertian, tanda dan
gejala, penyebab, dan yang memengaruhi serta
persepsi keluarga terhadap masalah
b) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan
luasnya masalah, apakah maslaah dirasakan,
menyerah terhadap masalah yang dialami, takut akan
akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sifat
negative terhadap masalah kesehatan, dapat
menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kurang
percaya terhadap tenaga kesehatan yang ada dan
mendapat informasi yang salah terhadap tindakan
dalam mengattasi masalah.
c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang
sakit.
Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan
penyakitnya, mengetahui tentang sifat
perkembangan perawatan yang dibutuhkan,
mengetahui sumber-sumber yang ada dalam
keluarga, mengetahui keberadaan faasilitas yang
diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga
terhadap yang sakit
d) Mempertahanan suasana rumah yang sehat
Sejauh mana keluarga mengetahui sumber – sumber
yang dimiliki keluarga, keuntungan atau manfaat
pemeliharaan lingkungan, mengetahui pentingnya
hygiene sanitasi dan kekompakan antar anggota
keluarga.
e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di
masyarakat
Apakah keluarga mengetahui keberdaan fasilitas
kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap
petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan tersebut
terjangkau oleh keluarga
5.4 Fungsi reproduksi
Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah
anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga
dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga
5.5Fungsi ekonomi
Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan sendang, pangan dan papan serta
pemanfaatan lingkungan rumah untuk meningkatkan
penghasilan keluarga.

6) Stress dan Koping keluarga :


6.1 Stersor jangka pendek dan panjang
Stresor jangka pendek yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
kurang dari 6 bulan. Stressor jangka panjang yaitu
stressor yang saat ini dialami yang memerlukan
penyelesaian lebih dari 6 bulan.
6.2 Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor

Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap


situasi stressor yang ada

6.3 Strategi koping yang digunakan


Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan

6.4 Strategi adaptasi disfungsional


Menjelasakan adaptasi disfungsional ( perilaku keluarga
yang tidak adaptif) katika mengahadapi masalah.

7) Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga tidak
berbeda jauh dengan pemeriksaan fisik pada klien di klinik atau
rumah sakit yang meliputi pemeriksaan fisik head to toe dan
pemeriksaan penunjang

8) Harapan keluarga
a) Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
b) Pada analisa data, kegiatan yang dilakukan yaitu
menetapkan masalah kesehatan keluarga yang diangkat dari
lima tugas keluarga, yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4. Mempertahankan suasana rumah yang sehat

2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit pengetahuan
b. Nyeri akut
c. Gangguan mobilitas fisik
d. Gangguan citra tubuh

1. Rencana Asuhan Keperawatan


No Tujuan Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan NIC :
tindakan keperawatan 1. Mengkaji tingakat
selama... x...jam, pengetahuan pasien dan
diharapkan pasien dengan keluarga
defisit pengetahuan 2. Mengidentifikasi
mengenai arthritis gout kemungkinan penyebab
mampu mengetahui hal- dengan cara yang tepat
hal yang berkaitan dengan 7. Instruksikan pasien
penyakitnya dengaan mengenai tanda dan gejala
kriteria hasil : untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
1. Pasien dapat kesehatan.
mengetahui tentang 8. Ajarkan patofisiologi dari
proses penyakit penyakit dan
dengan indicator : bagaimana hal ini berhubungan
- Pasien dan dengan
keluarga anatomi dan fisiologi dengan
menyatakan cara yang tepat
pemahaman
tentang penyakit, 10. Diskusikan pilihan terapi
kondisi, atau penanganan.
prognosis dan
program
pengobatan. NIC :
- Pasien dan Observasi
keluarga mampu 1. Monitor tanda-tanda vital
melaksanakan (TD, N, R, SB)
prosedur yang 2. Observasi reaksi non verbal
dijelaskan secara dari
benar. ketidaknyamanan.
- Pasien keluarga 3. Lakukan pengkajian nyeri
mampu secara komprehensif
menjelaskan termasuk lokasi, karakteristik,
tanda dan gejala durasi, frekuensi
dari arthritis dan kualitas.
gout. Health Education :
8. Ajarkan tentang tehnik non
farmakologi: nafas
dalam,relaksasi, distraksi,
kompres
hangat/dingin.
9. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
10. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri.
11. Tingkatkan istirahat.

NOC :
Setelah dilakukan NIC :
tindakan keperawatan Observasi :
selama ..... jam klien 1. Monitoring vital sign.
mampu untuk : 2. Monitor kekuatan otot dan
1. Mengontrol nyeri ROM pasien
dengan indicator : 3. Kaji kemampuan pasien
- Mengenali factor dalam mobilisasi
penyebab 4. Nilai keyakinan pasien
- Mengenali onset terhadap setiap usaha
(lamanya sakit). perawatan.
- Menggunakan metode Mandiri :
pencegahan. - Keterbatasan ROM
- Menggunakan metode - Gerakan disertai nafas pendek
non analgetik atau tremor
untuk mengurangi nyeri. - Ketidak stabilan posisi
- Menggunakan analgetik selama
sesuai melakukan ADL
kebutuhan. - Gerakan sangat lambat dan
- Mencari bantuan tenaga tidak
kesehatan. terkoordinasi
6. Faktor yang berhubungan
- Penurunan rentang gerak,
kelemahan otot pada rentang
gerakan.
- Berjalan menuruni tangga
- Berjalan mendaki
- Berjalan dengan jarak yang
dekat
(keliling kamar)
- Berjalan dengan jarak yang
sedang (
keluar kamar)
- Berjalan dengan jarak yang
lebih
Batasan Karakteristik jauh.
- Depersonalisasi bagian 2. Melakukan ambulasi
tubuh berjalan dengan
1. Citra Tubuh indicator :
2. Penghargaan Diri - Keseimbangan tubuh
Setelah dilakukan - Posisi tubuh
tindakan keperawatan - Gerakan otot
....x .. jam diharapkan - Gerakan sendi
pasien mampu: 5. Latih pasien dalam
1. Menunjukkan citra pemenuhan kebutuhan
tubuh yang ADL secara mandiri sesuai
dibuktikan dengan kemampuan
indicator: 6. Bantu klien untuk
- Ketidaksesuaian antara menggunakan tongkat saat
tubuh nyata, berjalan dan cegah terhadap
tubuh ideal dan tubuh cedera.
yang sekarang. 7. Dampingi dan bantu pasien
Body Image saat mobilisasi dan
Enhancement bantu pemenuhan kabutuhan
Observasi : ADL
1. Memonitor seberpa 8. Berikan alat bantu bila
sering pasien pasien memerlukan
memperhatikan Health Education :
perubahan struktur tubuh 9. Diskusikan cara-cara melatih
Mandiri : pergerakan
2. Memberikan petunjuk pasien.
kepada pasien guna 10. Demostrasikan cara
mengantisipasi perubahan melakukan latihan ROM
yang dapat terjadi aktif pada pasien dan keluarga.
sehubungan dengan citra 11. Ajarkan pasien atau tenaga
tubuh kesehatan lain
- Perasaan negatif tentang tentang teknik ambulasi.
tubuh 12. Motivasi pasien untuk
- Secara verbal mencoba melakukan
menyertakan latihan.
perubahan gaya hidup 13. Beri pujian atas
- Perubahan aktual keberhasilan yang telah
struktur dan dicapai.
fungsi tubuh Kolaborasi :
- Bagian tubuh tidak 14. Konsultasikan dengan
berfungsi fisioterapis tentang
6. Faktor yang rencana ambulasi sesuai
berhubungan dengan kebutuhan
- Kepuasan dengan tubuh
yang ada.
- Pengaturan tubuh yang
berubah
karena injury.
2. Memperlihatkan
penghargaan diri, yang
dibuktikan dengan
indicator:
- Mengutarakan secara
verbal, tentang
penerimaan diri.
- Pemeliharaan,
perawatan dan
kebersihan.
3. Bantu pasien untuk
menentukan peruabahan
actual tubuh atau level
fungsi tubuh.
4. Bantu pasien untuk
berdiskusi mengenai
penyebab perubahan
selama penyakit.
Self Esteem
Enhancement
Observasi :
1. Monitor pernyataan
pasien tentang nilai diri
2. Memonitor freuens
verbal mengenai diri yang
negative.
Mandiri :
3. Bantu pasien untuk
lebiih percaya drir dengan
panndangan yang
diterima.
4. Mendorong pasien
untuk menerima
peruubahan yang terjadi.
5. Penghargaan atau
pujian jika tercapianya
tujuan yang telah
disepakati.
6. Membuat pernyataan
yang positif tetang
pasien.
Health Education :
7. Menginstruksikan
pasien atapun keluarga
untuk meberikan atau
menunjukkan kosnep
diri yang ppositif.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. 2002. Diagnosis Keperawatan.Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta:


EGC.
International NANDA. (2012).Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson.2007. Patologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC.
Friedman, 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Bailon dan Maglaya. (1978). Konsep Keluarga. Tersedia di:
http://id.shvoong.com/books/1896185-konsep-keluarga.[akses: 2
Desember 2017]
Azizah,Lilik Ma’rifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha
Ilmu.Yogyakarta. 2011
Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Kushariyadi. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika.


Jakarta. 2010
Tamher, S. Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. 2011

Anda mungkin juga menyukai