LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh:
Gagas Avief Haiqal
175040207111091
A / A2
Menghitung jumlah benih Jagung dan kedelai hingga mencapai 100 benih
(dilakukan sebanyak 4 kali) dan 1000 benih (dilakukan hanya 1 kali)
Menghitung kembali jumlah benih Jagung dan bayam hingga mencapai 100
benih (dilakukan sebanyak 4 kali) dan 1000 benih (dilakukan hanya 1 kali)
4.3 Pembahasan
Berdasarkan data hasil pengamatan terhadap benih kedelai dan bayam,
diperoleh hasil yang berbeda-beda. Pada benih kedelai dilakukan pengamatan
terhadap kemurnian benih, kemudian menghitung berat dari pengambilan 1000
butir biji yang dilakukan sebanyak dua kali ulangan, dan menghitung berat
pengambilan 100 butir biji yang dilakukan sebanyak empat kali ulangan dimana
setiap ulangan dilkukan sebanyak dua kali, sehingga diperoleh 8 data. Pada
benih bayam hanya menghitung berat pengambilan 1000 butir biji dan 100 butir
biji yang ulangannya sama dengan kedelai. Pengambilan 1000 butir biji kedelai
memiliki bobot paling berat pada ulangan ke-2, yaitu sebesar 163.97 gr,
sedangkan pada pengambilan 1000 butir biji bayam memiliki bobot paling berat
pada pengambilan kedua sebesar 0,71 gr. Kemudian untuk pengambilan 100
butir biji, benih kedelai dan bayam memperoleh rata-rata berat paling tinggi pada
ulangan ke-2 untuk bayam yaitu sebesar 0.7 gr sedangkan kedelai pada ulangan
ke-1 yaitu sebesar 128.075 gr
Pada hasil pengamatan untuk kemurnian benih diperoleh data berat CK
sebesar 300 gr dan 257.22 gr, berat BM 280.40 gr dan 248.28 gr serta %BM
93.47% dan 96.52%, berat BTL 0 gr dan 1.22 gr (0.47%), berat KB 17.43 gr
(16.53%) dan 4.54 gr (3.01%). Menurut Pury (2006), persyaratan mutu benih di
laboratorium untuk benih murni sebesar 98 %, kotoran benih maksimum 2,0 %
dan benih tanaman lain sebesar 0,0 %.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, uji mutu fisik benih
meliputi uji kemurnian benih dan uji bobot 1000 biji. Benih yang digunakan dalam
praktikum kali ini adalah benih kedelai dan bayam. Pada benih kedelai dilakukan
pengujian terhadap kemurnian benih dan juga bobot 1000 butir biji serta 100 butir
biji, kemudian pada benih bayam dilakukan pengujian hanya pada bobot 1000
butir dan 100 butir biji. Uji yang dilakukan melalui beberapa ulangan dan
dihasilkan data yang berbeda-beda, benih kedelai dengan 1000 butir diperoleh
berat yang paling besar pada ulangan ke-2, yaitu sebesar 263.97 gr, sedangkan
pada pengambilan 1000 butir biji bayam memiliki bobot paling berat pada
pengambilan kedua sebesar 0,71 gr. Kemudian untuk pengambilan 100 butir biji,
benih kedelai dan bayam memperoleh rata-rata berat paling tinggi pada ulangan
ke-2 untuk bayam yaitu sebesar 0.7 gr sedangkan kedelai pada ulangan ke-1
yaitu sebesar 128.075 gr. Sehingga berdasarkan data yang diperoleh dan
dibandingkan dengan literatur dapat disimpulkan pada benih kedelai tingkat BTL
tidak memenuhi persyaratan mutu benih di laboratorium karena memiliki
persentase cukup tinggi jika dibandingkan dengan acuan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Imran, S., Syamsuddin, dan Efendi. 2002. Analisis vigor benih padi (Oryza
sativaL.) pada lahan alang-alang. Agrista 6(1):81-86.
Kuswanto. 1997. Analisis Benih. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Rudi, P. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan
Perkembangan Tumbuhan. Bogor: Agriculture Lands
Suita, E. dan Nurhasybi. (2008). Pengaruh Ukuran Benih Terhadap
Perkecambahan dan Pertumbuhan Bibit Tanjung (Mimupsops elengi L.).
Jurnal Manajemen Hutan Tropika, 14(1), 41- 46.
Sutopo,Lita. 2002. Teknologi Benih. Universitas Brawijaya. Malang