Anda di halaman 1dari 3

2.1 3.1 3.6 2.

2.1 Sejarah Usahatani


Sejarah pertanian merupakan suatu sejarah kebudayaan manusia yang muncul
ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya
sendiri. Kegiatan pertanian membuat suatu kelompok manusia menetap untuk merawat
tanaman yang dibudidayakan yang mendorong terbentuknya suatu peradaban.
Kebudayaan masyarakat yang bergantung pada kegiatan pertanian disebut kebudayaan
agraris.
Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu
yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-
perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan yang didirikan
di atas tanah dsb. Farm yaitu sebagai suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi
dimana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia seorang
pemilik, penyakap ataupun manager yang digaji. Ilmu usahatani (farm management ),
yaitu bagian dari ilmu ekonomi pertanian yang mempelajari cara-cara petani
menyelenggarakan usahatani. Usahatani memiliki beberpa komponen seperti
kehutanan, peternakan, perikanan dan tentunya pertanian (Soekartawi, 1984).
Pertanian di Indonesia diawali dengan menggunakan sistem yang tidak menetap
atau berpindah-pindah. Pada umumnya masyarakat Indonesia menanam tanaman apa
saja yang dapat memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Para petani memulai
menanam dengan cara membuka suatu ladang pada suatu bagian hutan tertentu dan
membersihkan belukar yang terdapat pada hutan. Seiringnya waktu para petani mulai
menemukan sistem bersawah, sehingga para petani mulai bermukim ditempat yang
tetap. Sistem bersawah yang diterapkan membuat pertanian di Indonesia mulai
berkembang sampai pada akhirnya muncul tanam paksa yang dikuasai oleh VOC untuk
memperoleh keuntungan yang besar. Setela Indonesia merdeka dan bebas dari VOC
kebijakan pemerintah terhadap pertanian tidak mengalami perubahan nyata, sehingga
pada tahun 1970-an pemerintah Indonesia membuat kebijakan pembangunan pertanian
yaitu Revolusi Hijau atau yang dikenal masyarakat dengan program BIMAS untuk
meningkatkan produktivitas di sektor pertanian. Pada tahun 1998 usahatani di
Indonesia mengalami penurunan yang diakibatkan oleh krisis multi-dimensi yang
membuat keterpurukan usahatani di Indonesia. Saat ini usahatani di Indonesia lebih
diarahkan ke pembangunan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture).
Pada dasarnya perkembangan usahatani hanya bertujuan menghasilkan bahan
pangan untuk kebutuhan keluarga sehingga hanya merupakan usahatani swasembada
atau subsistence. Berdasarkan pernyataan Hernanto (1991) sistem pengelolaan yang
lebih baik akan menghasilkan produk berlebih dan dapat dipasarkan sehingga bercorak
usahatani swasembada keuangan. Usahatani pada mulanya hanya mengelola tanaman
pangan kemudian berkembang meliputi berbagai komoditi sehingga bukan usahatani
murni tetapi menjadi usahatani campuran (mixed farming).

Dapus:

Hernanto, Fadholi. 1991. Ilmu Usahatani. Jakarta. Penebar Swadaya

Soekartawi, et al. 1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani
Kecil. Jakarta : UI Press.

3.1 Sejarah Usahatani

Wawancara yang telah dilakukan pada hari Senin, 28 Oktober 2019 di Desa
Sumbersekar RT.01 RW.02 Dusun Krajan, Malang, Jawa Timur. Narasumber yang
diwawancarai merupakan petani jagung, yaitu Bapak Maryadi yang berumur 49 tahun.
Pekerjaan pak Maryadi yaitu sebagai petani, selain petani pak Maryadi memiliki
pekerjaan sampingan sebagai tukang kayu. Komoditas yang sering ditanam oleh Pak
Maryadi yaitu jagung dan padi. Bapak Maryadi memperoleh pendidikan sampai batas
Sekolah Menengah Pertama (SMA). Bapak Maryadi merupakan penduduk asli Desa
Sumbersekar.

Pak Maryadi memulai bertani sejak tahun 1994 yang sudah turun temurun
dilakukan oleh keluarganya. Pak Maryadi memiliki lahan sendiri seluas 2000m yang
ditanami oleh jagung dan bergantian ditanami padi. Tanaman jagung dan padi dipilih
oleh pak Maryadi karena hasil penjualan dari komidtas agng dan padi cukup
menjanjikan hasil panen yang cukup. Pak Maryadi melakukan usahataninya dibantu
oleh tenaga kerja yang diupah sebesar Rp. 50.000-, untuk pekerja laki-laki, dan Rp.
40.000 untuk pekerja perempuan.

3.6 Pemasaran Hasil Pertanian

Suatu usahatani perlu dilakukan pemasaran untuk mendukung kegiatan usaha


tani mereka. Pemasaran atau tataniaga dapat didefinisikan sebagai suatu proses
manajerial dimana individu atau kelompok di dalamnya mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, mempertukarkan produk
yang bernilai dengan pihak lain (Hutabarat, 2013).
Berdasarkan hasil wawancara, Pak Maryadi menual hasil usahataninya langsung
kepada tengkulak dengan menghubungi tengkulak untuk langsung membeli dilahan
(sistem tebas). Semua hasil panen yang telah diperoleh Pak Maryadi dijual kepada
tengkulak dan tidak menyisakan hasil panennya untuk dikonsumsi pribadi. Beliau lebih
memilih untuk menjualnya langsung kepada tengkulak karena menurut beliau apabila
menjual kepasar belum memiliki tempat untuk memasarkan hasil panennya. Pak
Maryadi mematok harga jual Rp. 4.000.000-, untuk sekali panennya. Menjual hasil
panen langsung kepada tengkulak memiliki beberapa kelemahan, salah satu
kelemahannya harga yang telah disetujui oleh tengkulak biasanya lebih murah dari
harga pasar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hutabarat (2013), bahwa sistem
ketergantungan petani terhadap tengkulak menciptakan suatu keadaan eksploitasi
(pemasaran) yang dilakukan oleh para tengkulak terhadap para petani. Sikap
eksploitasi ini diwujudkan dengan penentuan (patokan) harga di bawah harga pasar dan
juga pembayaran secara cicil (bertahap). Para tengkulak tidak hanya menguasai sistem
pemasaran dan permodalan saja, tetapi juga sistem perkreditan.

Dapus :

Hermanto Hutabarat. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani dalam


Penjualan Padi Ke Tengkulak Di Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas.
Skipsi. Akademi Pertanian HKTI Banyumas

Anda mungkin juga menyukai